Prolog: The Price of His Contract
“Hari ini sangat panas di sini.”
Mashiro mengatakannya dengan keringat di sekeliling kepalanya sambil menghalangi matahari dengan tangan kanannya dan menatap langit. Sekarang sudah minggu kedua bulan Juli, sulit untuk mengatakan bahwa duduk di atap yang terbuat dari beton terasa nyaman dengan sinar matahari langsung pada mereka. Bahkan jika mereka menetap di bawah menara penyimpan air yang merupakan tempat teduh, musim panas masihlah terasa.
“Sangat melelahkan untuk datang ke atap pada saat seperti ini.”
Tooya setuju sementara dahinya berkeringat…… meski begitu dia tidak bisa mengatakan hal seperti “Mungkin ada tempat lain”. Ada banyak tempat sejuk di sekitar sini, tapi pasti penuh sesak dengan siswa.
“Masih ada angin hari ini, ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali.”
Kuroe berkata begitu dengan ekspresi dingin, dia sama sekali tidak berkeringat.
“Kuroe-senpai sangat tahan terhadap panas ne.”
“Bukan begitu., aku cuma tidak menunjukkannya di wajahku.”
Jawab Kuroe sambil menyeringai. Sebenarnya Kuroe mengatakan bahwa dia adalah monster secara harfiah.
[Kamu sangat kasar ne. Aku cuma membuat udara di sekitarku lebih dingin.]
Gambaran dan suaranya mengangkat bahu muncul di benak Tooya…… kenapa kau juga tidak membuat kami lebih dingin.
[Apakah baik membiarkan Mashiro menderita panas sendirian, Master?]
Dia mengatakannya dengan sinis. Bagaimana bisa Tooya melakukan sesuatu yang tidak adil…….. tidak seperti dia tidak tahan melihatnya sehingga ia hanya akan bertahan dengan itu.
“Bicara soal panas………. akan segera libur ne.”
Kata Mashiro secara tidak sengaja.
“Ya.”
Panas. Musim panas. Akan menjadi liburan jika seseorang berbicara tentang musim panas. Karena mereka adalah siswa, maka tidak dapat dipungkiri mereka berhubungan secara alami.
“Aku merasa ingin pergi ke suatu tempat untuk bersenang-senang saat ada libur ne.”
Usul Mashiro dengan penuh semangat. Itu adalah pemikiran yang sangat alami. Tidak berpikir untuk melakukan apapun dalam liburan satu bulan ini…… hanya orang-orang seperti Tooya yang akan seperti itu. Apa yang ingin dilakukannya pada periode waktu itu, adalah sesuatu yang tidak bisa dibayangkan oleh Tooya.
“Kalau begitu, ayo kita pergi ke tempat jauh ne.”
“Itu bukan ide buruk! Perjalanan tiga hari dua malam!”
Mashiro segera menerima saran Kuroe. Kuroe memandang ke sini sambil tersenyum— tidak mungkin salah.
“Bisa saja laut kalau kita berbicara tentang musim panas ne.”
“Itu benar!”
“Lalu bagaimana kalau kita mencari resort dimana kita bisa melihat laut?”
“Yeah yeah! Itu tidak terlalu buruk!”
Maka itu akan menjadi resort dengan sumber air panas yang bisa melihat laut dari sana, kukira. Itulah yang Kuroe cari. Karena Tooya mengizinkan Kuroe mandi, ia jatuh cinta dengan mandi. Ia menjadi tertarik pada sumber air panas yang sangat ia takuti sebelum ini karena mandi, ia selalu meminta Tooya untuk pergi bersamanya. Tooya telah menolaknya dengan alasan seperti kekurangan uang dan waktu…….. tapi ada hadiah karena insiden pedang iblis untuk alasan pertama, dan alasan terakhir akan hilang setelah dua minggu.
[[Apa kamu mencoba meredam antusiasme Mashiro?]
Suara Kuroe senang terdengar di benak Tooya. Dia telah dilihat oleh Kuroe.Mashiro akan berkata jika Tooya bilang dia tidak mau pergi……… dan Tooya tidak bisa memikirkan alasan untuk menolaknya.
Lakukan saja apa yang kau inginkan, itulah yang dipikirkan Tooya. Tapi hal-hal tidak akan berkembang jika semua yang ia lakukan adalah berpikir. Itu berarti ia harus setuju jika ia tidak berpikir untuk menolaknya….. menyaksikan mereka berdua membahas perjalanan dengan gembira, tidak mungkin baginya untuk tidak bergabung dengan mereka.
“Itu benar.”
Kuroe menyeringai. Itu karena dia tahu segala sesuatu yang menunjukkan betapa buruk kepribadiannya…… setidaknya saat ini, Tooya tidak ingin membicarakan perjalanan dengan mereka secara bahagia.
“Kita harus memutuskan tempatnya dulu. Dan lebih baik kalau kita memesannya lebih awal juga.”
“Baiklah! Serahkan lokasi alternatif padaku!”
“Ya, aku akan mengandalkanmu.”
Tooya terpaksa tersenyum karena ia tidak tahan melihat Mashiro sedih.
“Ini akan menjadi perjalanan yang sangat menyenangkan!”
“Yeah.”
“Memang ne.”
Senyum ceria,
Senyum pahit untuk menyembunyikan kemurungannya,
dan seringai bahagia,
ketiganya tersenyum berbeda.
《☆》《☆》《☆》
Pada malam hari, semuanya dikelilingi oleh kegelapan, bahkan bulan di langit tampak sedih. Sekalipun saat ini baru jam 9 malam, toko di dekat jalan persimpangan yang mereka diperintahkan untuk pergi sudah tutup, oleh karena itu daerah itu tampak gelap.
“Apakah itu tempatnya?”
“Kukira begitu.”
Di daerah itu, sebuah mobil berhenti di pinggir jalan di bawah lampu jalan sendirian. Mobil itu berwarna hitam dan sangat kelas atas. Supir menyalakan sinyal mobil untuk menunjukkan bahwa mereka memperhatikan Tooya dan Kuroe. Maka Tooya dan Kuroe berjalan perlahan menuju jendela di kursi pengemudi.
“Kau sangat tepat waktu.”
Adalah Tanaka yang duduk di dalam mobil.
“………Selamat malam.”
Tooya menyapa untuk menunjukkan sikapnya meski ia tidak memiliki emosi di wajahnya. Mereka belum pernah bertemu Tanaka sejak mereka membuat kontrak dengan Order of Black Magic. Namun mereka bertemu satu sama lain saat ini dimana sesuatu yang tidak menyenangkan akan dibahas dalam situasi seperti ini.
“Lama tak jumpa ne.”
“Yeah, Kuroe-san mengikutinya terus huh.”
“Tentu saja ne. Tidak ada artinya jika aku tidak datang, kan?”
“Yeah, seperti yang kau katakan.”
Tanaka mengangguk sopan.
“Pokoknya, tolong duduk di belakang. Karena kita tidak punya banyak waktu, jadi kita akan bicara saat menyetir.”
“Baiklah.”
“Mengerti.”
Mereka berdua membuka pintu belakang dan duduk.
“Yo.”
Tiba-tiba, sebuah suara yang membuat gemetar terdengar disamping Tooya……… itu pasti suara Akane. Suaranya terdengar sangat dalam dan rendah, penuh permusuhan seperti biasanya.
“Eto, selamat malam.”
“Cih.”
Tooya menyapanya, namun ia mendapat decikan lidah dari sisi lain.
“Sangat kasar ne.”
“Tutup mulutmu monster pemakan manusia.”
Akane menunjukkan niat membunuhnya terhadap Kuroe yang tersenyum penuh sarkasme. Akane yang duduk di kursi depan tidak memalingkan kepalanya ke belakang, atau Tooya pasti akan melihatnya melotot ke sini.
“Yare yare, kau tidak perlu membawa orang yang merepotkan ini.”
Meski Kuroe mengatakan itu, dia masih tetap dalam tatapan ceria.
“Yah, mormalnya dia menindas kalian berdua.”
Tanaka menjawab dengan tenang seperti biasa.
“Yah, karena dia tidak bisa menjadi penindas, jadi hanya aku akan cukup……… tapi dia bukan seseorang yang mau mendengarkan apa yang orang lain katakan, bisakah kalian mengerti itu?”
“……..Yah.”
Tooya bisa membayangkan bagaimana Akane melototi Tanaka sampai ia terpaksa menerima dirinya.
“Karena dia setuju untuk tidak mengganggu kita, maka anggap saja dia sebagai hiasan.”
“……..Cih.”
Dia mendecakkan lidahnya. Apa itu hiasan dengan rasa kehadiran maksimal.
“Omong-omong, sudah waktunya pergi. Karena perjalanannya akan tiga jam, maka belilah minuman di toko serba ada terlebih dulu jika dibutuhkan.”
Mobil berada dalam keheningan total saat bergerak. Tanaka adalah supirnya, Akane sesekali mendecakkan lidahnya, Tooya melihat ke luar melalui jendela tanpa berkata apa-apa, sementara Kuroe menatap Tooya dengan penuh semangat.
“Kalau kau ingin bertanya, mungkin baiknya bertanya sekarang.”
Tanaka berkata tiba-tiba, mungkin dia tidak tahan dengan suasana saat ini. Tooya tahu bahwa dia memberitahunya… sesuatu yang ingin ditanyakan, huh………
“………”
Tooya merasa terganggu untuk diberitahu sesuatu seperti ini tiba-tiba. Karena ia sudah tahu apa yang akan mereka lakukan hari ini, jadi ia tidak perlu mengonfirmasinya lagi. Sementara sesuatu selain itu……… itu dia. Meski Tooya merasa sekarang bukan saat yang tepat untuk mengatakan itu.
“Um, aku ingin bepergian.”
Kata Tooya juga ia menyadari Akane yang sedang duduk di kursi asisten.
“Aku harus meminta izin untuk melakukan itu, kan?”
Tooya percaya sesuatu tentang hal itu yang ditulis dalam bentuk kontrak yang mereka buat dengan Order of Black Magic.
“Yah.”
Angguk Tanaka.
“Karena liburannya akan tiba rasanya begitu ingin pergi ke suatu tempat, apakah itu tidak masalah?”
Serius, ini adalah topik yang sama sekali tidak sesuai dengan suasana saat ini. Tooya berpikir begitu. Bukannya dia ingin bertanya pada saat ini dimana Akane hadir. Karena lokasi dan waktu perjalanan belum diputuskan, lebih baik menghubungi Tanaka nanti dan menanyakan kepadanya……….. bagaimanapun, pada akhirnya akan melalui Akane. Karena itulah, kenapa aku tidak bertanya sekarang tepat di depan Akane, adalah apa yang dipikirkan Tooya.
[Master benar-benar seorang masokis ne.]
Tawa Kuroe terdengar di otaknya.
“Cih.”
Suara decakan lidah menyebalkan terdengar dari kursi asisten.
“Seharusnya tidak masalah.”
Jawab Tanaka sambil mengabaikan suara itu.
“Karena permintaan yang diberikan oleh Order of Black Magic selesai dengan baik oleh kalian berdua, setidaknya melawan kontrak sekarang tidak membawa kebaikan pada kalian berdua……… yah, kukira itu akan baik-baik saja selama ada anggota staf yang memantau dari jauh.”
“Kalian benar-benar bebas huh.”
Akane berkata terus terang.
“Kau ingin bersenang-senang di musim panas meskipun kau seorang pembunuh?”
“Padahal kami berencana mengajak Mashiro bersenang-senang di pantai selama dua hari ne.”
“…… cih.”
Akane mendecakkan lidahnya setelah mendengar jawaban Kuroe. Seorang gadis yang ingin ia bunuh tapi pada akhirnya ia selamatkan. Akane cukup memperhatikan Mashiro, ia tidak akan mengatakan sesuatu yang keras jika nama Mashiro disebutkan.
Mashiro tidak bersalah. Karena dia tidak bersalah, tentu saja dia akan mengharapkan perjalanan tanpa memikirkan apapun, Akane bisa membayangkan sesuatu seperti itu……… Akane sama seperti Tooya, keduanya sangat baik namun hubungan mereka adalah yang terburuk.
“Kalau kau menikmati perjalanan ini, aku akan membunuhmu.”
“Kami pasti akan menikmatinya ne.”
“Akan ada suatu hari di mana aku akan membunuhmu monster.”
“Tidak mungkin ne.”
“Aku akan membunuhmu meski kau tidak menikmatinya.”
Akane mengabaikan Kuroe.
“Mengerti?”
“………Yeah.”
Angguk Tooya. Sebenarnya Tooya sama sekali tidak menikmatinya. Meski ia berusaha [menikmatinya] agar Mashiro tidak merasakan hal yang aneh…… itu adalah batas dari apa yang Tooya bisa lakukan. Sejak berpisah dengan Rikka, Tooya tidak memiliki kerinduan untuk masa depannya lagi. Sebuah gambaran bernama masa depan benar-benar kosong untuknya, dan Tooya baru saja melewati hari demi hari tanpa memikirkannya.
Tiba-tiba, Tooya merasa situasinya sekarang agak mirip dengan sebelumnya. Saat itu Tooya yang sedang kesakitan sendiri dibawa ke taman hiburan dengan paksa oleh Rikka. Awalnya dirinya sangat suram, akhirnya ia masih membuang semua penderitaan dan bersenang-senang dengan Rikka.
Namun, Mashiro bukan Rikka.
Tooya tidak berniat mengganti Rikka dengan Mashiro.
“Kupikir kau bisa sedikit rileks. Ini saat yang tepat untuk mengubah mood.”
Tanaka berkata begitu tiba-tiba. Dia sama sekali tidak menyadari Akane yang duduk di sampingnya dalam suasana hati yang buruk.
“Lebih baik mengatakan bahwa ini akan jadi masalah kalau kau sama sekali tidak bersenang-senang untuk sementara waktu. Karena kau akan hancur kalau kau lupa bagaimana bersenang-senang sebagai manusia. Aku akan terganggu kalau kau rusak karena terlalu tidak bahagia.”
Bukan untuk Tooya, tapi keuntungan dan kerugian dari hasil adalah alasannya. Jenis pemikiran Tanaka yang biasa.
“Rusak huh……”
Akan lebih baik kalau aku rusak……… atau mungkin sudah rusak. Paling tidak aku sudah tidak normal lagi saat aku hidup sembari menerima nasib sebagai seorang pembunuh. Meski aku mengatakan itu, tapi aku tidak merasa ingin berakting secara bebas.
“Cih, kau yang terburuk. Tidak masalah evaluasi macam apa juga tidak akan mengubah fakta itu.”
[Cah-cih mulu nih lonT :v]
“……….Yeah.”
Akulah yang terburuk, Tooya mengakuinya. Karena itu ia hanya akan mengharapkan yang terburuk.
Jadi, ia akan membuktikannya setelah ini.
Mereka sampai di lokasi pada esok harinya. Tempat itu dijaga ketat dan dikelilingi tembok tinggi. Namun mereka baru saja memasuki tempat itu tepat di depan gerbang, lalu pergi ke tempat terbuka di bawah kemudi Tanaka. Ini harusnya menjadi lapangan olah raga.
“Ada di sana.”
Meskipun tidak ada iluminasi di lapangan, Tooya bisa melihat sesuatu dalam kegelapan di bawah instruksi Tanaka. Di area terbuka ini, seseorang sedang tidur di sana. Orang itu dibungkus dengan sesuatu yang tampak seperti pakaian pengekangan, orang itu terlihat seperti cacing.
“Ada, di sana?”
“Karena buntut kejadian di sana tidak terlalu merepotkan. Kalau itu cuma Kuroe-san, maka kurasa dia bisa membawanya dari awal sampai akhir dengan sempurna, tapi kali ini tanggung jawab kita untuk mengamati ini sampai akhir……… jadi mari kita pergi.”
Tanaka bergerak maju sambil menceritakannya.
“………”
Tooya mengikuti dengan ekspresi bingung. Di belakangnya ada Akane dengan tatapan tak sabar, dan Kuroe dengan wajah puas.
“Pil tidur diberikan padanya untuk berjaga-jaga.”
Seperti yang dikatakan Tanaka, pria itu sedang tidur nyenyak. Orang itu sama sekali tidak memperhatikan Tooya dan yang lainnya, matanya masih tertutup dan melepaskan napasnya yang tenang.
“Fumu, sangat membosankan.”
Kuroe berkata begitu.
“………. Bukankah makanan yang aktif akan lebih baik?”
“Akan lebih menarik kalau mendapat respon.”
“Kami akan mempertimbangkannya nanti.”
Sebuah decikan lidah terdengar setelah Tanaka menjawab. Akane menggigit giginya untuk menoleransi sesuatu dan menatap Kuroe untuk menunjukkan rasa permusuhannya yang nyata.
“Akane-san, kita menyia-nyiakan banyak usaha untuk melewati ini. Tolong jangan menembak walau itu salah.”
“……… Pistolnya sudah kau ambil jadi aku tidak membawanya, apa kau puas?”
Tatapannya mengatakan bahwa dia sudah menembak jika membawanya.
“Lupakan saja……… sekarang Tooya-san, tolong konfirmasi.”
Kemudian Tanaka mengeluarkan lampu neon dan menyerahkannya pada Tooya. Tooya menerimanya dan melihat pria itu, lalu ia mengangguk. Sedangkan untuk Tooya sekarang, ia bisa melihat hal-hal dalam kegelapan dengan jelas meski tidak ada cahaya…… dan ada arti baginya untuk menerima lampu neon. Itu untuk memastikan bahwa Tooya tidak mendapat alasan untuk melepaskan diri dari ini.
Tooya berjalan ke sisi pria yang dibungkus dengan pakaian pengekangan, dan menggunakan cahaya untuk menunjukkan wajahnya. Pria itu berusia sekitar empat puluh tahun dan dengan tatapan sangar. Dia tidak tampak seperti terbangun bahkan saat diterangi oleh cahaya. Tooya mematikan lampu setelah membenarkan wajah si pria dan informasi mengenai pria itu benar.
“……..Benar.”
Tooya menyerahkan lampu kembali ke Tanaka setelah menjawab.
“Terima kasih…… dan sekarang, konfirmasi terakhir.”
Tanaka menatap Tooya.
“Apakah dia, cukup baik?”
“……..”
Tooya mengalihkan tatapannya menjauh agar tidak menjawab.
Akane melotot langsung ke sini.
Kuroe memandang ke sini sambil tersenyum.
Dan Tanaka menunggu hanya dengan berdiri di sana sambil menunggu jawaban.
…….. Tidak ada tempat baginya untuk bisa lari.
“Ya.”
Angguk Tooya.
“Kalau begitu.”
Tanaka menyatakan.
“Tolong tawarkan pengorbanan itu pada Kuroe-san.”
Terjadi sekitar satu minggu yang lalu saat Tanaka menghubungi Tooya. Hampir setelah kejadian mengenai pedang iblis terselesaikan. Informasi dikirim sejak lama, dan Tanaka akan bertanggung jawab atas pengaturan tersebut. Pergilah ke tempat yang dikonfirmasi oleh mereka untuk pertemuan tersebut, kemudian ikuti mereka sampai ke tempat ini. Yang harus dilakukan Tooya hanya memberi perintah pada Kuroe saja. Semuanya disiapkan oleh Order of Black Magic…….. kecuali bagian yang paling penting.
Asai Shouji. Empat puluh lima tahun. Mencuri dan membunuh semua anggota keluarga di rumah itu. Dia bahkan menyebabkan pembakaran di TKP……… api menyebar dengan cepat ke tetangga dan membawa korban baru. Dia dijatuhi hukuman mati beberapa tahun yang lalu di persidangan, dan menunggu waktu eksekusi…… tidak.
Eksekusi terjadi sekarang juga.
Namun, tidak sesuai hukum.
Juga bukan eksekusi yang benar karena tidak bisa menoleransi orang jahat.
Karena dia adalah seseorang yang akan mati cepat atau lambat, apa yang terjadi saat ini hanyalah keputusan yang masuk akal.
Itu semua karena keinginan seseorang.
“Kuroe.”
Tooya memanggil nama itu.
“Em.”
Jawab Kuroe sambil tersenyum. Ia menatap Tooya dengan gembira, yang menunjukkan ekspresi muram…… bahwa respon itu menunjukkan bahwa ia meminta hadiah yang seharusnya ia dapatkan.
“Ini adalah harga perjanjian.”
Tooya berkata dan menunjuk si pria.
“Makan dia.”
“Dimengerti.”
Kuroe mengangguk sambil tersenyum…… lalu, dia bertransformasi. Tubuhnya mulai meluas dan melebar. Sosok manusiana menghilang dalam sekejap bersamaan dengan kegelapan, ukuran tubuhnya sedikit meningkat beberapa kali dalam sekejap mata.
“Karena di sini sangat luas sehingga sangat mudah untuk kembali ke bentuk asli ne.”
Setelah beberapa detik, ia menjadi monster serigala raksasa. Satu-satunya hal yang tetap sama adalah suaranya. Tanaka tidak bisa menahan diri untuk tidak mengungkapkan ekspresi terkejut karena ini adalah pertama kalinya dia melihatnya. Namun Akane tidak merasakan apapun, dia terus saja melotot pada Kuroe.
“Kalau begitu, aku tidak akan disambut ne.”
Kuroe membuka mulutnya yang besar sementara melupakan Akane. Meski Akane merasa menyesal…….. tapi dia tidak punya kekuatan atau ide untuk menentang ini sekarang.
Jadi, Kuroe mulai makan pengorbanannya. Pria yang tidur nyenyak mengangkat kepalanya, tubuh bagian atasnya dipegang di mulut Kuroe dengan giginya.
Satu gigitan, dan tubuh bagian atas si pria hilang. Suara retakan tulang terdengar.
Dua gigitan, dan tubuh pria lenyap dari dunia ini. Bahkan noda darahpun tidak ada, tidak bisa dipercaya. Hanya suara kunyahan yang tersisa…… dan suaranya lenyap juga seiring berjalannya waktu.
“Terima kasih atas tawarannya.”
Kuroe berkata dengan memuaskan setelah tubuh sip ria ditelan. Tubuhnya menyusut dengan cepat dan kembali ke bentuk manusia dalam sekejap.
“Master.”
Kuroe menoleh ke belakang dan menatap Tooya.
“Aku telah menerima harga perjanjian tersebut. Jadi mohon bantuannya untuk bulan depan.”
“……..Yeah.”
Tooya mengangguk dan menoleh ke arah Akane. Tatapan mereka terkoneksi. Dia tidak merasa takut karena orang tersebut mati tanpa ada yang tertinggal tepat di depannya……… apa yang dia dapatkan hanyalah kemarahan. Kemarahan terhadap seseorang yang membunuh orang lain dengan tidak masuk akal untuk kenyamanannya sendiri.
Sekutu keadilan tidak akan pernah memaafkan Tooya.
Akan ada suatu hari di mana dia akan menghukum Tooya dengan pasti…….Tooya merasa rileks setelah mengetahui fakta ini.
“Kita sudah memastikan harga perjanjian tersebut telah dibayarkan…… dan semua sudah selesai, jadi mari kita kembali sekarang. Meski masih ada beberapa akibatnya, tapi itu hanya pekerjaan tulis-menulis.”
Kau memakannya dengan baik dan bersih huh, aku bisa menyelamatkan beberapa masalah—- Tanaka mengatakan hal seperti itu sebagai tambahan. Seperti biasa, dia baru saja membuat keputusan karena rasionalitas tanpa perasaan yang sama sekali berbeda dengan Akane.
“Mengerti.”
Jawab Tooya.
“Akhirnya kita kembali ne.”
“……..Yeah.”
Tanaka kembali ke jalan yang sama saat mereka pergi ke sana, sudah pukul empat pagi ketika Tooya dan Kuroe sampai di rumah mereka.
“Meski aku tidak benar-benar membenci kendaraan, tapi sangat melelahkan saat kau duduk terlalu lama ne.”
Mereka berangkat pukul sembilan malam, mereka tetap di tempat itu bahkan tidak sampai satu jam, sebagian besar waktu digunakan untuk bergerak di antara dua tempat. Dan itu adalah keheningan total di dalam mobil, oleh karena itu apa yang dikatakan Kuroe masuk akal………. dalam perjalanannya dia terus menatap Tooya dan Akane sambil tersenyum, pokoknya terlihat sangat bahagia.
"Kalau begitu, Master."
“... Apa?"
“Apakah kita akan tidur?”
Seharusnya waktu tidur…….. tapi Tooya tidak punya mood untuk tidur sekarang bahkan jika sudah di rumah. Dia sudah mengerti bahwa walaupun Tooya tidak mengatakan apapun.
“Aku tidur dulu ne.”
“…….. lakukan apa yang kamu mau.”
Kuroe meletakkan seprai tidurnya dengan cepat-cepat dan tidur di atasnya, Tooya juga tidur di tempat tidurnya sendiri…… Meskipun ia tidak merasa seperti tidur tapi ia tidak berencana untuk tetap berdiri di sini.
“Master.”
“………Apa.”
Bukankah kau ingin tidur
“Apa kita akan pergi ke sekolah?”
Akan ada waktu bagi mereka untuk bangun setelah tiga jam, dan waktunya untuk pergi ke sekolah setelah satu jam lagi.
“……… Iya.”
Jawab Tooya tanpa keraguan sedikit pun.
“Begitukah.”
Kedengarannya Kuroe sangat senang.
“Master terbiasa dengan cepat , ya?”
Apa maksudmu, adalah apa yang ingin Tooya tanyakan tapi ia tidak menanyakannya.
Tapi Kuroe seolah mendengar pertanyaannya dan melanjutkan
“Membunuh.”
Dia tidak bisa tidur. Tapi ia tidak merasa seperti muntah, dunia masih berputar normal seperti biasa.
Ini adalah kali keempat Tooya membunuh seseorang.
Pertama kali terjadi tanpa dirinya sendiri mengetahui apapun.
Kali kedua diputuskan dalam keadaan tak sadar.
Ketiga kalinya dilakukan dengan niat membunuh.
Dan yang keempat adalah mematuhi kontrak yang dibuat dengan Order of Black Magic……..namun Tooya sangat mengakui bahwa ia membunuh orang itu dengan kemauannya sendiri.
Hanya tiga kali, dan Tooya tidak akan lagi panic mengenai pembunuhan…… tidak, sudah dua kali. Pertama kali ia tidak mengetahuinya dan tidak bermaksud membunuh orang itu jadi ia langsung muntah. Kesan orang mati lebih kuat dibanding pembunuhan.
Kali kedua dan ketiga kalinya juga……… tidak, kalau pertama kali, kalau Rikka tidak ada di sini maka dia pasti tidak akan pernah mau keluar lagi. Keberadaan Rikka adalah alasan mengapa Tooya memaksa dirinya untuk pergi sekolah, dan memaksa dirinya untuk tersenyum meski ia tidak dapat menemukan alasan apapun.
Namun, Rikka sudah tidak lagi di samping Tooya. Meski jarak di antara mereka tidak pernah berubah, Tooya tidak bisa untuk tidak menjauh darinya.
Rikka sudah tidak lagi menjadi alasan bagi Tooya untuk memaksakan dirinya…….. tapi Tooya masih memutuskan untuk pergi ke sekolah. Karena ia bisa melihat senyum Mashiro di sekolah.
“Sudah terbiasa, huh.”
Mungkin emamng begitu…… tapi ada yang berbeda. Apakah karena orang yang diandalkan Tooya telah berubah. Dari teman masa kecil yang selalu mendukungnya, kepada sekutu keadilan selalu menolaknya.
Itu karena seseorang yang akan menghukumnya pada suatu hari berada di sini Tooya merasa rasa bersalahnya bisa dikurangi.
…… Meskipun dia sama sekali tidak berpikir bahwa dia akan dihukum.
“Sungguh, aku yang terburuk.”
Gumam Tooya dan memejamkan mata.
Dia masih belum merasa ngantuk.
Hanya saja dunia kegelapan terasa cukup damai.
Previous
Next