Prolog
"Apa kamu Kami?"
Jika kamu ditanyai seperti itu, bagaimana kamu akan jawab?
Cari alasan? Tidak, jangan begitu. Jawab dengan jujur.
Ya betul. Ataukah kamu pembohong handal?
Aku yakin jawaban tetap tergantung orangnya. Saat ini, yang
ditanya hal seperti itu ialah Hitomi Haruki. Dan jawabnya adalah…
"Lagi?"
Dan kenapa jawabnya kayak gitu? Gampang. Karena malam ini
adalah kali ketiga dia ditanyai hal yang sama.
________
Haruki mulai ingat tentang sesuatu yang sangat penting
baginya.
“Njirr! Sial! lupa aku untuk pergi ke pertunjukan langsung
Koeda-chan! ”.
Saat perjalanan pulang, setelah seharian bekerja di
perusahaan IT, yang merupakan salah satu perusahaan ternama, dengan
gedung-gedung kecil dan medium di sekitar, Haruki menaiki tangga, sambil mengutarakan
rasa kekesalannya. Karena hari ini dia seharusnya ikut serta dalam Talk Live
Kuzumaki Koeda; Seiyuu yang sedang naik daun.
(TLn: Talk Live=Bicara langsung. Ya udh jelas kalo ini show
tentang apa muehe)
Haruki sudah menjadi fansnya dari awal. Hari ini dia harusnya
menonton dan mungkin duduk di kursi paling depan.
“Jika bukan karena sistem laknat itu. Hari ini enggak akan
terjadi masalah”
Jika sistem, program, atau apa pun itu, ada terjadi bug; Kamu
harus gunain keahlianmu sendiri untuk memperbaiki itu, karena kamu paling tahu
tentang skillmu.
“Pada akhirnya, butuh waktu lama untuk aku mengatasi error
yang terus-menerus muncul. Ehh pas aku kelar, itu udah di waktu Talk Live
terakhir. DAH LAH! Aku sekarang setidaknya butuh penghibur seperti
minum-minuman.
***
Ngen! Anyink, ampir jatoh. Kupikir aku udah agak mabuk ...
Hadeh, rada gimana gitu ampir jatoh karna tersandung kaki
sendiri. Aku butuh istirahat kali ya.
Aku istirahat bentar disini ajadah …
Pada saat kesadarannya mulai kembali dari mabuk, Haruki baru sadar kalau dia sekarang ada di area taman, sebuah taman yang agak luas daripada biasanya. Orang-orang bisa terlihat di sana-sini, dan ada beberapa pasangan juga.
"Wkwk, aku enggak tertarik ama cewek 3D ”
Seorang pria lajang, yang saat ini berusia 27 tahun, duduk di
bangku sambil meratapi kehidupannya.
“Saat ini tidak di dekat musim semi, jadi saat ini ada di
fase udara dingin. Dengan kata lain: itu sempurna dan pas untuk sistem
kekebalan tubuhku yang mabuk.”
(TLn: Horang mabuk itu kondisi tubuhnya agak panas gitu brad,
jadi udara dingin udh kayak AC bagi tuh MC :v)
Pada saat ini, lagu Koeda Chan sudah diputar.
Dia mengeluarkan ponselnya, membuka aplikasi musik, lalu
mengklik folder bernama “KOEDA-chan”. Inilah obat penyembuh Haruki dari
kesialan dan untuk mendengarkan: suara malaikat Koeda.
“Cihh… Kenapa hal baik enggak terjadi? Kayak di anime: yang
cukup buatku kagum. ”
Keluhan dari seorang pekerja sekaligus otaku mungkin
terdengar orang lain. Dia mencolokkan kabel headphone ke ponselnya, dan mulai
mendekatkan ke telinganya….
"Permisi, apa kamu Kami?"
Entah dari mana, dia ditanyai kayak gitu.
“Hah!?”
Dia menjawab dengan ekspersi bingung. Sambil memegang
headphone, dia berhenti mendengar lagu, lalu mengangkat wajahnya.
Di depan matanya ada seorang gadis dengan seragam. Pandangan
untuk itu adalah dia siswi yang baru lulus SMP. Rambut hitamnya terurai sampai
bahu. Gadis itu gemetar terus; DIa mengibaratkan hewan kecil yang ditakuti
beberapa hewan karnivora.
"Em ... Apa kamu bertanya padaku?"
Mata besar gadis itu sudah pasti sedang melihat Haruki. Dia
merasa dirinya terlalu pede, tapi lebih baik dia memastikan tentang apa yang
dia dengar.
"Emmph."
Setelah bertanya dengan suara pelan, gadis itu juga merespon
pertanyaanku dengan anggukan pelan.
Hah, Kami?, Apa dia ini enggak punya otak? Tapi tetap aja, bertanya
“apa aku adalah Kami” diluar dugaanku. Apasih maksud nih orang ? Jangan bilang
kalau aku memancarkan aura rohnya atau semacamnya.
(TLn: Nih gwa kasi arti Kami, biar menguatkan konteks. Kami
adalah roh atau fenomena yang disembah dalam agama Shinto. ... Dalam Shinto,
Kami tidak terpisah dari alam, tetapi alam, memiliki karakteristik positif dan
negatif, baik dan jahat. Mereka adalah manifestasi Musubi (結び), energi interkoneksi alam semesta,
dan dianggap teladan apa yang manusia harus diupayakan.)
Semua terjadi sekejab, banyak pertanyaan bertumpuk di
kepalaku.
“¿…?”
Gadis itu memiringkan kepalanya ke samping. Mungkin karena
Haruki hanya diam hingga membuat gadis itu bingung.
"Owh, apa kamu bukan Kami?"
"Eh, yap, aku bukan Kami ... mungkin."
Gadis yang bertanya kayak gitu mengangguk lagi, tapi kali ini
rada samar-samar.
"Ngerti. Maaf, aku salah.”
Dan kemudian, setelah menundukkan kepalanya, gadis itu mulai
mundur.
<< Ekspresi yang kulihat setelah dia mendengar
jawabanku kayak adem. Kok bisa gitu, ya? >>
"Apa yang terjadi barusan?"
Saat melihat gadis itu pergi, aku mendengar bisikan.
“Aku sangat mabuk, tapi masih bisa memahami bisikan, atau mungkin
ini hanya halu? Cari aman aja, lebih baik aku istirahat … agak lama.”
Haruki agak berpikir keras karena apa dia terlalu mabuk
hingga sampai berhalusinasi, sambil memikirkan itu, dia kembali duduk di bangku.
"Untuk saat ini, aku enggak dulu deh dengar lagu Koeda-chan."
Udah beberapa waktu berlalu, mabuknya sudah hampir hilang,
dia menghabiskan waktu dengan browsing di Hp.
“Yahoo! Hei. Yang di sana. Onii-san yang terlihat seperti
jones dan kesepian. Apakah kamu Kami?”
Lagi-lagi pertanyaan yang sama, tapi suaranya agak berbeda.
Haruki kembali mengangkat wajahnya.
Kali ini, seorang gadis SMA? Rambut agak kecokelatan, riasan
pekat, mengenakan seragam seperti gaya kasual, dipadukan dengan sifat pede akan
orang yang baru dia temui… perpaduan kayak gitu, sekilas kata “Gal” muncul di
otak Haruki. Gadis yang tadi udah di level "Kawaii" karena
penampilannya, tapi gadis yang ini, gambaran yang pas adalah "Bijin".
(TLn: bijin sering digunakan di manga / anime shoujo atau
bergenre romance dan sebagainya, karna bijin memiliki arti "Wanita
Cantik".)
"Bukan, salah orang."
Untuk kali kedua, Haruki langsung membantah tanpa ragu.
"Ah, Iyakah?"
Lalu, gadis itu terus menerus mengedipkan matanya.
Sifat kayak gitu lebih meninggalkan kesan kayak bocah dari
sebelumnya.
“Ya maap, ya aku minta maap. Aku salah orang.”
Gadis itu meminta maaf dengan cara yang simple yaitu dengan
satu tangan kayak bentu pisau.
"Da-dah, Onii-san."
Apa barusan dia mengedipkan mata padaku, saat dia berjalan
pergi sambil melambaikan tangannya.
“Apa aku udah menjadi populer? Atau mungkinkah ada rumor
bahwa Kami akan muncul di sekitar sini? ”
Udah pasti enggak ada yang akan menjawab, karena aku
sendirian.
"Aku enggak ngerti lagi dah cewek jaman sekarang."
Aku baru saja mengatakan kalimat kayak orang dewasa.
"Kupikir alkohol telah buatku jadi kayak gini."
Haruki merasakan lagi pusing dan sakit kepala. Dia masih
butuh istirahat cukup.
Dan kemudian, pada saat itu…
"Apakah kamu Kami?"
Ini adalah gadis ketiga dengan seragam yang menanyaiku.
Dia memiliki aura yang jauh lebih dewasa dari dua gadis
sebelumnya. Gadis pertama memiliki tubuh seorang bocah; yang kedua memiliki body
agak lumayan boing-boing, tapi gadis yang ini saking bohay body-nya mungkin
dapat langsung mengira kalau dia udah dewasa. Dia paket kompit; Rambut hitam
lurus terurai sampai pinggang, menambahkan kesan rapi padanya. Mata yang indah,
pupil mata apalagi, tapi kondisi mata nya sekarang kayak sedang merasa gelisah.
Ehh Bentar…
"Kozakura-san?"
Kali ini, itu adalah wajah yang familiar bagi Haruki.
Kozakura Iori. Seorang gadis SMA yang bekerja paruh waktu di
perusahaan Haruki.
"Ehh, Hitomi-san...?"
Iori, baru sadar kalau Haruki adalah orang yang dia ajak
bicara, wajahnya tampak heran.
"Hitomi-san, apa kamu Kami?"
Lalu, Ekspersinya berubah jadi kayak ada keraguan dan agak
tidak senang.
“Ah, tapi aku agak lega karena yang sekarang adalah yang aku
kenal… dan juga jika dengan Hitomi-san, lebih baik… untuk, memikir hal yang
lebih masuk akal … Toh. Dan bukan menanyai hal aneh kayak gitu.”
Dia menggumankan sesuatu dan aku tau dia sedang berpikir,
tapi …
"Emm, Kozakura-san."
Haruki memilih untuk lebih dulu memastikan itu.
"Aku bukan Kami."
Hal yang sama kayak barusan, dari dua kejadian tadi, berubah
menjadi tiga.
Seriusan dah aku bukan Kami, dan dalam hidupku, aku enggak
berharap mengatakannya dengan kenceng.
"Eh, iyakah?"
Tidak seperti dua gadis tadi yang langsung paham akan
jawabanku, tapi untuk Iori, aku tidak tahu kenapa dia malah terkejut dengan
jawabanku.
"Atau mungkin, kamu berpikir kalau aku akan berovolusi
menjadi Kami? Caranya gimana? ”
"Iyah, Hitomi sangat baik, jadi kupikir kamu bisa…”
"Hah, gimana?"
Sifat baik akan membutmu menjadi Kami? Baru pertama kali aku
mendengar hal seperti ini.
“Maap, tapi coba dah kamu jelesin lebih agak detail? Karena
jika kamu langsung panggil aku sebagai Kami, Yaa, udah pasti aku enggak
mengerti maksudmu. ”
"Ya, tentu."
Akhirnya, Iori menyadari maksudku, dan mengangguk beberapa
kali.
"Sebenarnya kita sedang “menunggu Kami”. Ah! "
Dan saat itu, ketika aku akan mulai bicara, dia langsung diam
dan menutup mulutnya seolah dia telah keceplosan.
"Menunggu Kami?"
Istilah kayak gitu, Haruki ingat pernah mendengarnya di
internet. Ketika anak perempuan kabur dari rumah dan mencari tempat tinggal, Istilah
seperti “kita meraih keselamatan”. Dan orang yang kasi izin untuk tinggal
dirumahnya dijuluki “Si Kami”. Kalau mungkin itu benar, orang baik hati akan
menolong… Tapi nyatanya berbeda. Banyakan si Kami itu adalah laki-laki, jadi
yang kabur dari rumah itu harus mematuhi perintahnya.
"Bukan, ini enggak seperti yang kamu pikirkan!"
Iori langsung membantah kenceng sebelum Haruki berbicara.
"Aku masih perawan!" (TLn: Naisu awokawok :v)
"Gi-gimana?"
Perkataan Iori membuat pikiran Haruki jadi melayang.
"Aku salah!"
Meskipun area taman udah gelap, hanya dengan sinar bulan,
masih jelas terlihat kalau wajahnya memerah.
“Aku tuh masih perawan, dan sekarang aku juga sedang mencari
Kami! Ini kali pertamaku. Maksudku, aku belum pernah ngelakuin hal nakal; tepatnya
aku masih polos. Oya dan bukan karena aku ingin ngelakuin hal itu, hanya saja
ada sesuatu yang enggak dapat kuhindari. ”
“Ya, ya, aku paham,
kalem dikit.”
Iori berbicara sambil terus mendekat ke arahku sehingga aku bisa
merasakan nafasnya, jadi aku mendorong bahunya ke belakang.
"Ah, em, maaf ...."
Wajahnya menjadi lebih merah. Setelah itu, Iori memperbaiki
postur tubuhnya kembali seperti biasa.
“Oya … jadi, kenapa kamu mengira kalau aku Kami?”
"Ya, Karena aku mencari Kami di taman ini, tapi taman ini
terlalu gede dari yang aku kira … Aku agak nyesel enggak memilih tempat yang
lebih baik. ”
Iori mengatakan itu dan suaranya agak mulai pelan. Dia baru saja
melakukan kesalahan. Dia mengatakan kalau dia tidak terbiasa dengan hal ginian.
Jadi, apa ada tiga gadis yang bersekongkol untuk mencari Kami
di area sini? Dan yang lebih gaswat, ada satu gadis yang enggak terbiasa berinteraksi
dengan orang lain.
Aku mulai ingat dua gadis tadi, dan aku mendapat firasat
buruk tentang ini. Kayak ada sesuatu yang enggak beres sedang terjadi saat ini.
"Jadi, malam ini kamu mencari orang yang enggak kamu
kenal?"
Tanpa ngungkapin rasa kesel aku, pada saat ini aku hanya
memastikan dengan bertanya kepada Iori.
“Ya, aku enggak tahu namanya dan enggak pernah liat juga wajahnya.
Karena kita hanya ngobrol lewat sosmed”
"Ok, aku ngerti."
*Fuuuuu*
Haruki sedikit menarik nafas
Tadi, Iori menjuluki Haruki "Sangat baik", tetapi Haruki
tidak menganggap dirinya seperti itu. Bahkan, dia bangga menjadi orang yang
bodoh amat tentang masalah orang lain.
Aku agak kasihan tentang yang dia katakan tadi “Sesuatu yang
enggak dapat kuhindari” aku ingin bertanya tentang itu, tapi aku rasa aku akan
terjebak dengan masalahnya juga.
Namun, Aku bukan orang yang tega ninggalin cewek yang kukenal.
Lagi pula, Aku enggak bisa tidur nyenyak karena hal ini. Maksudku, tidurku
enggak akan nyenyak karena khawatir padanya. Bukannya sok baik, hanya aja itu
agak menggangguku, Enggak lebih, Seriusdah ... Dan Mari kita kesampingkan dulu
topik ini.
Dan juga ini agak seperti novel Romcom di mana MC dan Heroine
bertemu secara kebetulan dan menjadi dekat. Tidak lupa Karakter sebagai teman
MC akan iri dengan itu. Yapp cerita nya klise bet.
Setelah memikirkan hal itu dalam dirinya….
"Eem."
Haruki memutuskan untuk mengatakan hal yang sudah dia pikirin.
"Hari ini gimana kalau nginep di rumahku?"
Berpura-pura agak tenang, tapi sebenarnya jantungnya berdebar
kenceg
"Aku berterimah kasih dengan perhatianmu, tapi ...."
Tatapan Iori agak gelisah, nada suaranya juga rada naik
turun, dan tidak terdengar jelas apa yang dia katakan.
Ada apa, atau jangan bilang kalau dia enggak percaya padaku?
Haruki pikir kalau dia udah buat kesepakatan untuk izinin dia
nginep, sehingga dia masih agak bingung akan itu.
“Ruangan di rumahku agak banyak, jadi kamu bisa nyantai sebagai
tamu”
Haruki menambahakan itu dengan suara agak cepat.
Bentar dah, bukankah ini keliatan kayak aku mempunyai maksud
tersembunyi?
Njirr, kok gwa kayak jadi berkeringat gini.
"Eem... ada sesuatu yang belum aku katakan pada
Hitomi-san."
“Ah, jangan khawatir. Aku yakin itu sulit buatmu. Aku enggak
masalahin itu, kok. "
"Bukan tentang itu, hanya saja . . ."
Selagi Haruki dan Iori sedang mengobrol dengan keheningan di
sekitar dan tak satupun yang membuat salah satu dari mereka mencolok, tiba-tiba
muncul . . .
"Onee, Kami enggak ada di sana." (TLn: Kata ‘Kami’ di sini sebagai Roh
itu ya.)
"Ionee, Aku juga belum menemukannya."
Haruki mendengar suara-suara yang berasal dari samping.
Haruki dan Iori secara bersamaan menengok ke asal suara itu.
"Ah, orang yang tadi."
“Ohhh, Sebelumnya maaf nih Onii-san . Onee, Onii-san ini
bukan Kami.”
Gadis dengan tubuh agak bocil menunjuki Haruki dengan jari
telunjuk, dan gadis yang tampaknya agak lebih tua, meminta maaf dengan tangan terapat.
“Ey, tidak, Hakua! Jangan asal menunjuk orang! Enggak baik.
Roka, tolong bicara lebih sopan! ”
Iori mengangkat satu jari dan mulai mengoreksi atas sikap keduanya.
“Hm, Kalian udah saling kenal, kah? ”
Keadaan ini mengejutkan Haruki. Sehingga matanya berkedip
beberapa kali.
Bentar, barusan mereka mengatakan "Onee" dan
"Ionee".
Kesampingkan dulu umur, dan riasan pekat yang di pake…. Aku
enggak terlalu merhatiin, tetapi jika mereka berdua berbaris, Aku bisa melihat kalau
wajah mereka mirip.
"Ah iya, kami saudara kembar. ”
Sebenarnya, kata-kata yang diucapkan Iori sudah diduga Haruki.
“Maaf, Hitomi-san. Apa kamu mengenal adikku? ”
"Yap, aku tadi bertemu dengan mereka.”
Sampai sini, akhirnya Haruki tahu jawaban dari kemungkian yang
udah dia susun.
Ini bukan karena "tiga orang masing-masing menunggu
Kami", Tapi, Ketiganya secara bersaman sedang menunggu Kami.
Sekarang aku udah ngerti maksud Iori yang berkata "Kita
sedang menunggu Kami"
Dan juga aku mengerti kenapa Iori terlihat agak gugup ketika
berbicara
"Jadi, Kozakura-san sedang nyari tempat untuk kalian
bertiga nginep."
"Bener. Kita sedang mencari orang yang bisa izinin untuk
kita bertiga nginep, Tapi terlalu berlibahan kalau dua adik perempuanku yang
enggak kamu kenal sampai nginep di rumah Hitomi-san. Jangan terlalu mikirin. ”
Tepat, Udah wajar bagi Haruki untuk tidak ngizinin orang
asing nginep di rumahnya
Namun, jika aku tinggalin mereka di sini, aku akan merasa
seperti orang jahat. Selain itu, aku juga kenal salah satu dari mereka. Dan
kalau mereka adik perempuan Iori, Aku enggak berpikir kalau mereka gadis natckal,
itusih yang kupikirin…
Ha, ha ,ha, Ini apaan? Ha ha ha ha, ini sama persis kayak
kisah Romcom, Di mana pada keadaan seperti ini, MC bertindak kayak sifat cowok
sejati. Wkwk, apaansih yang terjadi?
Sake membuat ego Haruki menjadi-jadi . . .
(TLn: Sake adalah sebuah minuman beralkohol dari Jepang yang
berasal dari hasil fermentasi beras.)
"Baikklah, kalian bertiga bisa nginep di rumahku!"
Menarik nafas dan dia mmberi kesepakatan.
"A-Apakah kamu yakin?"
“Ohh! Onii-san, Baik bet, dah! ”
“Te-Terima kasih”
Tanggapan ekspresi berbeda dari setiap wajah mereka: 'takut,
senang dan bingung'; masing-masing pada ketiga gadis itu.
Jika hari ini Haruki tidak bekerja lembur, jika dia tidak
minum sake, jika dia tidak istirahat di bangku taman, jika dia udah pergi
sebelum Iori berbicara dengannya; dari semua itu "bagaimana jika?", Haruki
izinin untuk tiga gadis itu nginep di rumahnya. Dan mungkin ini yang di sebut
"takdir".
Meskipun saat ini Haruki masih agak bingung. Bagimana
keberadaan tiga gadis itu akan merubah hidupnya sekitar 180 derajat. Dan
pertemuan ini adalah hari awal dari "sesuatu kayak di anime: yang akan membutku
terkejut", Itulah yang sangat dia inginkan.