[Bagian 2]
Kami langsung pergi ke rumahku setelah selesai berbelanja. Sebelum sesi belajar dimulai, kami menyiapkan makanan ringan untuk istirahat terlebih dahulu karena kami tidak akan punya waktu untuk melakukannya nanti.
Sesi belajar direncanakan selama dua jam, tetapi melihat jumlah camilan yang kami beli, rasanya seperti kami berencana untuk melakukannya sepanjang hari.
Ada beberapa piring dan mangkuk yang dipenuhi dengan keripik kentang, permen dan jenis makanan ringan lainnya dalam jumlah besar.
Kira-kira apakah aku bisa makan malam setelah menghabiskan semua ini?
Sementara itu, para gadis bertingkah seolah-olah jumlah camilan itu normal bagi mereka.
...Serius?
"Rep, stok kopimu di dapur udah habis. Aku buka yang baru, ya? Yuuchin, berikan aku gula batu."
"Mm! Tambahkan susu untukku juga, Ninacchi! Bagaimana denganmu, Umi?"
"Hmm, aku lebih suka kopi hitam. Btw, aku akan menggunakan mesin pencuci piring. Jadi, minggirlah."
Ketika aku mengintip ke arah dapur, aku melihat ketiga gadis itu berdiri berdampingan. Sepertinya mereka sedang bersenang-senang.
Sementara itu, Nozomu dan aku sedang menyiapkan meja. Karena meja biasa terlalu kecil, kami harus mengeluarkan kotatsu dari lemari ibu.
"...Hei, Maki."
Saat dia sedang memperhatikan mereka bertiga, Nozomu meletakkan tangan di bahuku.
Untuk beberapa alasan, aku merasakan tekanan kuat dari tangan itu.
"Kesampingkan Asanagi. Tapi, kenapa dua lainnya terlihat begitu akrab dengan dapurmu? Apakah mereka sering datang ke sini atau apa?"
"Aku tidak akan mengatakan sering, tetapi mereka mungkin sudah terbiasa setelah berkunjung beberapa kali... Dalam pembelaanku, aku tidak bisa begitu saja mengusir mereka, kau tahu?"
Ya, mereka tidak sering datang, tetapi mereka mengatakan bahwa rumahku adalah tempat yang nyaman untuk nongkrong...
Di rumah Umi dan Amami-san, Ibu mereka ada di sana. Jadi, mereka tidak bisa melakukan hal seperti ini, sementara rumah Nitta-san agak jauh dari sekolah.
Aku memang mendapat izin dari Ibu. Tapi ketika dia tahu bahwa jumlah gadis yang datang bertambah, dia mulai menatapku dengan ekspresi aneh.
Tentu saja dia tidak akan berpikir bahwa aku sedang mengumpulkan anggota harem atau semacamnya. Tapi tetap saja, menjelaskan semuanya kepadanya terasa sangat canggung.
Dia mengatakan sesuatu seperti, 'Wajahmu mirip denganku. Tapi, sikapmu yang menarik perhatian wanita sama seperti Ayahmu..'
...Maaf tentang itu, Ibu.
"Mau minum apa, Seki-kun? Kopi? Teh? Kalau kau ingin minuman dingin, ada cola di sini, baik yang biasa maupun yang bebas gula."
"U-Um... K-Kurasa aku akan minum kopi hitam... Bagaimana denganmu, Maki?"
"Sama."
"Dua kopi hitam, aku menerima pesananmu~"
Amami-san sedang berlari-lari sambil mengenakan celemek milik Ibuku.
Celemek itu sendiri adalah celemek polos dengan pola kotak-kotak yang bisa kau temukan di mana saja, tetapi dia tampak seperti seorang model ketika memakainya.
"Maki."
"Ada apa?"
"Aku termotivasi sekarang."
"Begitu? Bagus untukmu."
"Matur suwun, MC Haremku.. Maksudku, sahabat terbaikku.."
"Oh ya, orang-orang memanggilku begitu kadang-kadang, ya?"
Setelah 10 menit persiapan, kami membentangkan buku pelajaran kami.
Biasanya, Amami-san dan Nitta-san berada di sini untuk memantau pelajaran Umi dan aku. Tapi untuk hari ini, kami akan mengajari Nozomu sebagai gantinya.
Karena mereka akan memberikan pelajaran tambahan berdasarkan seberapa baik kau melakukannya di ujian tengah semester dan ujian akhir, kami mencoba untuk membantunya menghindari mendapatkan nilai merah setidaknya.
"Seki."
Saat kami mencoba untuk memecahkan masalah, Nitta-san tiba-tiba memanggil Nozomu.
"Cuma mau nanya. Kapan turnamen musim panas akan dimulai?"
"Eh? Pertandingannya bahkan belum diputuskan. Jadi, entahlah. Mungkin akan dimulai sekitar bulan Juli. Kenapa kau bertanya? Apa kau akan mendukung kami?"
"Tidak, aku nggak tahan berada di luar saat musim panas, panas banget euy. Aku bertanya padamu, karena ada seseorang yang memintaku untuk menanyakan hal itu.. Dia ingin melihatmu melempar bola."
"A-Ah, begitu..."
"Fufu, apa kau penasaran?"
"H-Hah? Nggak juga! Semua orang bisa datang dan menontonku jika mereka mau!"
Demikian katanya, tetapi dia jelas-jelas kebingungan. Pria ini tampak seperti orang biasa, tetapi dia sama sekali tidak memiliki pengalaman dengan perempuan.
Aku meliriknya dan menyadari dia mencuri pandang ke arah Amami-san.
Bagaimanapun juga, masih terlalu dini untuk membahas hal ini, tetapi karena Nitta-san yang mengungkitnya, kami bisa menggunakan kesempatan ini untuk merencanakannya ketika waktunya tiba.
"Apa kau ingin pergi untuk mendukungnya, Umi?"
"Hmm... Tanggalnya terlalu dekat dengan final... Aku ingin fokus belajar..."
'Tapi, kalau Maki akan datang. Aku akan ikut~!', , aku menunggu Umi untuk mengatakan kata-kata itu sehingga aku bisa menyeret Amami-san bersama kami, tapi ...
"Aku akan datang! Aku akan mendukung Nozomu-kun!"
Amami-san mengatakan itu sebelum salah satu dari kami bisa mengatakan apa-apa.
Dia bahkan memanggilnya 'Nozomu-kun'.
Otak kami mengalami korsleting sejenak, beberapa dari kami bahkan terlihat bingung, bertanya-tanya siapa sebenarnya 'Nozomu-kun' itu.
Itulah betapa terkejutnya kami atas ledakannya.
"A-Amami-san, apa kau baru saja..."
"Hm? Oh, soal nama depan 'ya? Yah, kita kan sudah lama berteman, bukan? Kupikir sudah waktunya aku memanggilmu dengan nama depanmu! Maaf jika itu mengejutkanmu..."
"T-Tidak, tidak apa-apa, aku tidak keberatan... Maksudku, Maki sudah memanggilku dengan namaku sejak awal..."
"Hehehe~ Aku senang mendengarnya. Btw, kau bisa memanggilku Yuu~"
"A-Ah, y-ya... A-Aku akan memanggilmu dengan nama depanmu kalau begitu.."
"Mari kita bergaul bersama, Nozomu-kun~ Pokoknya, masih ada waktu sebelum istirahat. Jadi, mari kita fokus pada belajar!"
"Y-Ya!"
Kemudian Amami-san kembali ke dunia kecilnya sendiri dengan Umi di sisinya. Sementara itu, pria besar itu berada di awan sembilan. Dia hanya bisa meresponku dengan 'ah' atau 'uh' sederhana.
"Nozomu, lihatlah tanganku."
"Ah..."
"Bisakah kau menghitung berapa banyak jari yang kumiliki?"
"Ada banyak..."
"....Huhf."
Sebagai catatan, aku menunjukkan padanya ekspresi lelah.
Ya, dia sudah mati.
"Aku akan pergi ke toilet."
Aku mengatakan itu padanya dan meninggalkan ruangan sebelum mengirim pesan rahasia kepada Umi.
[Maki: Umi, apa yang terjadi padanya?]
[Umi: Aku juga nggak tahu, sayang]
[Umi: Nina juga terkejut, teman yang dia bicarakan sebelumnya itu orang lain, bukan Yuu.]
[Maki: Jadi, Amami-san berubah pikiran atau apa?]
[Umi: Mungkin, tapi mungkin dia hanya tidak terlalu peduli. Namun, ini berarti dia ingin lebih dekat dengannya.]
[Umi: Baiklah, jangan berasumsi apapun, aku akan menanyakannya nanti.]
[Maki: Oke.]
Bagaimanapun, kami memutuskan sesuatu untuk dilakukan selama musim panas. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi?
Post a Comment