Chapter 1 - The
Amazing Bride
Aku sedikit terkejut ketika sampai di rumah aku. Sebuah motor bebek yang sudah tidak asing lagi diparkir di depan rumah kami. Sepeda motor dengan nomor plat merah muda ini— "Oh, kamu sudah pulang sekarang, anak pemilik toko sepeda motor?"
Seorang pria paruh baya berpakaian seperti itamae (koki) keluar dari pintu masuk rumahku. Dia adalah pemilik Sushimaru, restoran sushi di pusat perbelanjaan.
“Apakah kamu sedang melakukan perawatan sepeda motormu?"
Aku pikir itu tidak mungkin, tetapi kata-kata itu terlontar keluar dari mulutku.
"Tidak, aku mengantarkan sushi, sih. Atau maksudku, apakah ada sesuatu yang menyenangkan sedang terjadi, Hakuma? Sejauh yang aku tahu, ini pertama kalinya keluarga Ouji memesan sushi ekstra terbaik!"
Dasar orang tua yang tidak sopan, tetapi tidak heran jika dia terkejut. Kalau tidak salah, aku tidak ingat pernah memesan hidangan ekstra, apalagi esktra terbaik.
"Aku tidak pernah menyangka akan bertemu hari dimana keluarga Ouji akan menyerahkan tiga Yukichi kepadaku. Mungkin saja akan ada gurita yang jatuh dari langit besok."
(TLN: Yukichi adalah tokoh pahlawan Jepang yang terdapat pada uang 10.000 yen.)
Sekali lagi, menurutku dia orang tua yang tidak sopan, tetapi aku bisa memahami perasaannya. Mungkin saja, besok benar-benar akan ada seekor gurita yang jatuh dari langit. Karena, begitulah perumpamaan betapa kecilnya kemungkinan keluargaku memesan hal seperti ini.
"Ups, ini bukan waktunya untuk bermalas-malasan. Aku punya pengiriman lain yang harus diselesaikan. Sampai jumpa, Hakuma!"
Dia pun melambaikan tangannya dan pergi untuk pengiriman berikutnya.
"Aku tidak pernah menyangka bahwa ramalan wanita tua itu akan menjadi kenyataan ….”
Kami menyajikan hidangan khusus sushi. Biasanya, aku akan sangat gembira sampai-sampai aku menelepon Kanako untuk membanggakan hal itu, tetapi sekarang aku kesulitan untuk secara jujur merasa bahagia. Pada akhirnya, aku memutuskan untuk masuk ke dalam. Aku membuka pintu depan dan masuk.
"Eh? Apakah ada seseorang di sini?"
Bagaimana aku bisa sampai pada kesimpulan itu? Jawabannya sederhana, "Oh tidak! Aku sangat senang hari ini dilayani oleh seorang gadis yang begitu cantik!"
"Ayo, ayo, jangan malu-malu, makanlah yang banyak."
Aku mendengar suara bahagia orang tuaku datang dari ruang tamu di lantai satu, kelihatannya ada seseorang yang bertamu ke dalam rumah. Buktinya adalah sepasang alas kaki yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Ya, ada sepasang sepatu yang tidak terlihat seperti milik mereka di serambi rumah kami. Meskipun aku pikir itu adalah perilaku yang tidak sopan, aku tertarik dengan sepatu tersebut dan mengangkatnya setinggi mataku.
"Apa-apaan, ini sangat mencolok, kan?"
Glamor adalah kata yang cocok daripada mencolok. Mereka terlihat seperti sepasang sepatu hak tinggi putih yang dapat kamu bayangkan dari putri Barat dalam sebuah dongeng.
Di mana aku pernah bertemu dengan pemilik sepatu seperti itu? Seingatku, itu tidak pernah. Memikirkannya malah membuatku penasaran. Hal ini merangsang rasa ingin tahuku. Dengan memikirkan hal itu, aku melepas sepatu pantofelku dan langsung menuju ruang tamu.
Kemudian, aku memutar kenop pintu ruang tamu dan melangkah ke tempat di mana percakapan yang menyenangkan sedang berlangsung. Hal yang mengejutkan aku, ada seorang gadis yang sangat kukenal berada di ruang tamu. Dia tersenyum kepadaku dan berkata, "selamat datang kembali".
Pertama, aku tidak bisa mempercayai mataku. Kemudian aku meragukan kepalaku. Aku menggosok mataku dengan kuat dan menepuk-nepuk kepalaku. Sungguh pemandangan yang tak terbayangkan, seseorang yang luar biasa duduk di kursi di ruang tamu. Dan kemudian aku memandangnya sekali lagi, kali ini ada ciri khas yakni tahi lalat di bawah matanya.
"Selamat datang kembali," dia melambaikan tangannya dengan penuh rasa bahagia ke arahku dan sekali lagi menyapaku dengan senyuman. Sungguh membuat frustasi, tetapi dia sangat, sangat imut. Sepertinya tidak ada yang salah dengan mata atau kepalaku. Fakta bahwa tidak ada yang keanehan pada tubuhku, itu berarti bahwa situasi ini adalah kenyataan, tiada sedikitpun kebohongan di dalamnya.
Di ruang tamu, seorang pria paruh baya dan seorang wanita mungil berwajah bayi sedang menyantap sushi yang ada di tengah meja. Yah, kedua idiot ini adalah orang tuaku, jadi aku tidak mempermasalahkan mereka, dan itu juga tidak penting sekarang. Masalahnya adalah wanita yang duduk di seberang mereka. Mengapa dia ada di rumahku?
Dia baru saja menolakku aku hari ini! Kemudian sekarang dia menatapku dengan senyuman. Apa yang terjadi? Mengapa Himegi Touka ada di rumahku?
Tidak, masalahnya bukan karena dia berada di rumahku, tetapi pakaiannya!
Mengapa Himegi-san mengenakan gaun pengantin? Ya, dia berpakaian seperti calon pengantin, dengan gaun yang putih bersih dan berkilauan.
Sejauh yang aku tahu, gaun pengantin bukanlah sesuatu yang akan seseorang kenakan saat berada di rumah. Ya, gaun pengantin adalah untuk pernikahan.
Aku memahaminya sekarang, jadi sepatu hak tinggi yang ada di serambi depan adalah punyanya Himegi-san.
Aku tertegun, mataku terbelalak karena terkejut. Aku berusaha untuk tetap tenang, tetapi tidak peduli apapun yang aku usahakan, tidak dapat dipungkiri bahwa pemandangan yang baru saja kulihat itu tidak lebih dari sebuah mimpi.
"Hah-ha, apa-apaan ini?"
Seperti boneka yang senarnya telah putus, aku terjatuh ke lantai dengan bunyi gedebuk yang keras. Aku berada dalam keadaan yang dikenal sebagai ‘dislokasi punggung’.
"Eh? Ha-kun, apakah kamu baik-baik saja?"
Himegi-san yang sedang mengenakan gaun pengantinnya terkejut melihatku jatuh. Kemudian, dia bangkit dari kursinya dan bergegas menghampiriku. Aku mengangkat tanganku yang gemetar dan mengarahkan jari telunjukku ke wajahnya. Dan kemudian, "Hah-hah-hah!" terdengar suara yang konyol.
Selanjutnya, terdengar suara dering yang berbunyi dari saku celanaku. Itu adalah suara alarm yang aku setel satu jam lima menit yang lalu. Seolah-olah suara itu merupakan cerminan situasiku saat ini. Apapun itu, ramalan itu jelas menjadi kenyataan. Secara kebetulan, seperti yang dikatakan oleh wanita tua itu, satu jam delapan menit kemudian, aku terduduk dan berteriak seperti orang bodoh. Aku sangat menyesalinya. Aku benar-benar menyesal karena seharusnya aku bertanya kepada wanita tua itu apa yang terjadi selanjutnya. Namun tetap saja, aku orang yang sangat menyedihkan untuk jatuh terduduk di depan orang yang kucintai. Ah, seandainya aku bisa kembali, aku harap bisa kembali ke saat-saat lima menit yang lalu.
***
"Apa kamu sudah cukup tenang, Ha-kun?"
"............"
"Ooii, Ha-kun, bisakah kamu mendengarku?"
Kekuatan punggungku yang hilang pun telah kembali pulih dan aku berhasil duduk di kursi kosong sendirian. Suatu kebahagiaan untuk mendapatkan dirinya yang begitu perhatian, tetapi sayangnya, tidak mungkin aku bisa tenang. Aku mencoba yang terbaik untuk memilah-milah situasinya, tetapi aku jadi semakin bingung. Adapun Himegi-san, dia duduk di sampingku dan menatap wajahku dengan ekspresi khawatir.
"Aku paham kok kamu merasa bingung, tetapi jika kamu mendengarkan apa yang kukatakan ini, menurutku kamu akan sedikit memahami keadaannya."
"Sedikit memahaminya?"
Ada begitu banyak hal yang membuatku penasaran. Akankah dia mau menceritakan semuanya kepadaku? Aku kembali memeriksa sosoknya lagi dan lagi, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Bagaimanapun juga, itu gaun pengantin, kan? Ya, mau dilihat dari sudut pandang manapun itu adalah gaun pengantin. Bahu dan punggungnya terekspos, sehingga aku dapat melihat tulang selangka dan tengkuk lehernya yang indah. Terlebih lagi, seperti yang aku bayangkan, dia memiliki payudara yang besar. Sekalipun dia mengenakan seragam sekolah, itu tidak akan mampu menyembunyikannya, tetapi ketika aku melihat belahan payudaranya itu, sekali lagi aku menyadari bahwa dia adalah tipe gadis dengan kategori yang disebut "Berpayudara Besar".
Perlu kalian tahu, aku tidak bermaksud memandangnya dengan mata jahat. Ada alasan mengapa aku mau tak mau memperhatikan payudaranya, yaitu adanya simbol angka. Angka 60 terukir di dada kanannya.
Apakah itu tato? Jika demikian, apa arti angka itu? Apakah itu, atau ukuran payudaranya? Apakah angka "60" itu berarti ukuran payudaranya? Tidak, tidak peduli bagaimana aku melihatnya, ukuran payudara Himegi-san tampaknya lebih dari 90 sentimeter. Mungkin bukan sentimeter, tetapi inci? Aku berusaha keras, sangat keras, untuk mengalihkan pandanganku dari payudaranya yang kutatap, dan kemudian aku mengangkat pandanganku dan memandang wajah cantiknya.
"Iya? Apakah ada sesuatu di wajahku?" tanya dia.
Himegi-san memberiku senyuman riang. Aah~, ekspresi favoritku. Dia biasanya begitu tenang, tetapi senyum polosnya yang langka ini adalah hal yang memikat hatiku. Ya, aku ingin menyimpan senyum ini untuk hanya untuk diriku. Namun, ketika aku melihat wajahnya, aku merasa sedikit tidak nyaman.
Apakah itu hanya imajiansiku? … Bahwa dia terlihat seksi? Erotis? Atau apakah karena dia mengenakan gaun pengantin? Mungkin juga, karena tata rias dan rambutnya yang tidak biasa? Kurasa dia terlihat lebih dewasa dari biasanya. Memang, biasanya dia terlihat lebih dewasa daripada teman-temannya, tetapi sekarang dia lebih cenderung seperti wanita dewasa.
"Bolehkah aku memastikan satu hal?"
"Ya?"
"...... Ini bukan prank atau semacamnya, kan?"
Setelah memikirkannya berkali-kali, sepertinya pertanyaan ini adalah yang paling cocok. Orang tuaku yang sedang menikmati sushi mereka, Kanako, dan peramal tua itu sekaligus Himegi-san, semuanya bersekongkol untuk memberikanku sebuah kejutan. Jika itu tujuannya, jelas mereka sudah sukses besar. Jadi, kupikir sudah waktunya mereka mengatakan yang sebenarnya.
"Yah, kuyakin kamu bakalan terkejut sih, tapi ini bukanlah kejutan."
"Lalu mengapa kamu berada di rumahku? Mengapa kamu mengenakan gaun pengantin? Dan berhentilah makan sushi dengan seenak kalian sendiri! Ini darurat, kan? Ada seorang wanita yang memakai busana pengantin di rumah kita sambil minum teh hijau dengan wajah kerennya. Sebagai orang dewasa, tidak bisakah kalian lebih tanggap?! Juga telur salmon, bulu babi dan daging tuna berlemak itu adalah milikku!"
Bagaimana bisa para orang tua ini memakan sushi dengan santainya? Sungguh, orang tua yang luar biasa.
"Tenanglah, Ha-kun. Aku akan menjelaskan semuanya secara berurutan."
“Secara berurutan?”
“Pertama-tama, aku seorang penjelajah waktu.”
“Haaa ──────?”
"Jadi, seperti yang kamu lihat, aku bukanlah Himegi Touka yang kamu kenal, tetapi Himegi Touka dari enam tahun di masa depan."
Apa yang dibicarakan orang ini? Himegi Touka dari enam tahun di masa depan? A-Aku sama sekali tidak mengerti maksudnya dan kuharap itu hanya salah dengar.
"Tentu saja, kamu terlihat lebih dewasa daripada Himegi-san yang kukenal, tetapi jika dia mengatakan dari masa depan, itu … itu terlalu mengada-ada."
Namun, satu-satunya hal yang aku yakini adalah dia memang Himegi Touka itu sendiri. Aku tidak bisa menjelaskannya dengan benar, tetapi aku telah mengamati Himegi-san untuk waktu yang lama, sehingga aku tahu betul tentang itu. Wanita yang ada di hadapanku ini bukanlah sekadar orang yang mirip dengan Himegi Touka, tetapi dia benar-benar Himegi Touka yang asli.
"Mhmm! Aku tahu kamu tidak akan mempercayai aku. Yah, tentu saja tidak mengherankan. Semua itu sudah diperhitungkan," katanya sambil mencoba mengeluarkan sesuatu dari tas bermerek.
"Kamu tidak ingin mengatakan bahwa tas itu adalah bukti kalau kamu berasal dari masa depan, kan?"
"Jangan khawatir. Aku akan menunjukkan sesuatu yang lebih jelas sekarang," Himegi-san kemudian mengeluarkan smartphone merah dari tasnya dengan ekspresi bangga di wajahnya.
"Kurasa ini bakalan membuatmu yakin bahwa aku berasal dari masa depan. Atau lebih tepatnya, smartphone ini adalah bukti bahwa aku berasal dari masa depan. Lagi pula, ini smartphone baru yang tidak ada pada era ini."
Aku mengambil smartphone merah yang dia sodorkan padaku.
Inikah smartphone masa depan? Kelihatannya, seperti smartphone biasa.
"Ini smartphone yang mereka jual di masa depan …?” ungkapku tidak percaya.
"Ah! Kamu kelihatan tidak mempercayaiku sama sekali, ya! Kalau begitu, aku akan menunjukkan isi video yang ada di dalamnya. Lihat ini, bahkan kamu yang paling sinis pun akan mempercayainya."
Himegi-san merebut kembali smartphone itu dariku dan mulai mengoperasikannya.
"Lihat, video ini pasti akan membuatmu yakin," dia kemudian menunjukkan smartphone itu dengan keras ke depan wajahku. Aku pun melihatnya, sebuah video yang tampaknya diambil di semacam hotel mewah.
"Ya? Ayah, Ibu dan Himegi-san?"
Di layar smartphone itu, terlihat ayah, ibu, sekaligus anak laki-laki dan perempuan yang berusia sekitar lima tahun, serta Himegi-san yang mengenakan gaun pengantin dengan desain yang sama seperti yang dia kenakan sekarang. Kemudian, aku melirik ayah dan ibuku, yang sedang menyantap sushi, daging serta kentang goreng.
"Ayah dan ibu juga kelihatan luar biasa saat mengenakan tuxedo dan gaun hitam, ya …," gumamku.
Mereka terlihat sedikit lebih tua di layar. Ya, berat badan Ibu bertambah dan dahi Ayah lebih lebar.
"Maksudku, siapakah anak-anak ini yang melambaikan tangan mereka sambil mengatakan, 'Semoga berhasil, kakak!’ Memangnya ada kerabatku yang memiliki anak sekecil ini?"
“—Mereka adalah adik perempuan dan laki-lakimu, tahu?” kata Himegi-san.
"Hah? adik perempuan dan laki-lakiku?”
Apa yang dia bicarakan? Aku sudah menjadi anak tunggal sejak lahir. Tidak ada yang namanya adik perempuan dan laki-laki seperti itu di dunia ini.
Karena tidak dapat memahami situasinya, aku menatap orang tuaku, yang telah diam sejak tadi, lalu meminta mereka untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi. Kemudian ayahku meletakkan sumpitnya dan membuka mulutnya untuk pertama kali.
"Sebenarnya, begini ... Hakuma, sebentar lagi kamu akan menjadi Kakak laki-laki.”
"Heeee?”
"Ha-chan, ada dua bayi di dalam perut ibumu ini."
Ibu mengusap perutnya dengan ekspresi penuh kasih sayang dan pada saat itu juga aku menyadari bahwa perut ibuku membuncit. Jadi begitulah kenyataannya, ya. Dengan kata lain, aku akan menjadi seorang Kakak, kan?
"Begitu … yah, umm …. Selamat untuk Ayah dan Ibu," dengan mengatakan itu aku berdiri.
“"Terima kasih!""
"""Ha-ha-ha-ha-ha-ha! """ kami semua tertawa terbahak-bahak. Oh, astaga, aku begitu bahagia, senang tak terkira.
Aku tidak pernah menyangka bahwa pada usia 16 tahunku, aku akan menjadi seorang kakak. Yah, itu mungkin bohong. Bagaimanapun, tonjolan di perutnya mungkin hanyalah sesuatu yang mereka masukkan ke dalamnya.
"Haaah~. Jika masa depan seperti video itu, aku pasti sangat bahagia," duduk dengan hentakan, aku menatap layar smartphone-nya dengan ekspresi yang rumit.
Dari video tersebut, tampaknya mereka diundang ke pernikahannya Himegi-san. Bahkan jika itu hanyalah setting-an, sejujurnya aku senang bahwa aku masih berinteraksi dengannya selama enam tahun kemudian. Sejujurnya, setelah ditolak mentah-mentah olehnya hari ini, aku sudah putus asa untuk kembali berinteraksi dengannya. Setelah kami tamat sekolah, kami akan berpisah dan tidak akan pernah bertemu lagi. Memang menyedihkan untuk dikatakan, tetapi itulah yang aku bayangkan.
Namun, inilah kenyataannya sekarang, di dalam video, aku diundang ke pernikahan Himegi-san sebagai sebuah keluarga. Suatu kehormatan besar. Bahkan jika itu adalah video palsu, jujur itu membuatku bahagia. Jika aku berada dalam posisi untuk mengucapkan selamat kepada Himegi-san yang merupakan pengantin wanita, aku benar-benar merasa terhormat. Misalnya ada masa depan seperti itu, kuharap itu akan menjadi kenyataan.
"... Dalam setting video ini, kita berteman, kan?”
Namun, sementara aku merayakannya, ada bagian dari hatiku yang masih terasa sakit. Ya, perasaan kontradiktif tumbuh di dalam hatiku. Gadis dengan senyum riang di wajahnya ini adalah milik orang lain. Bahkan dalam kisah video ini, perasaanku masih saja campur aduk. Hari ini, setelah dia menolak aku … masih ada bagian diriku yang tidak ingin menyerah, walaupun aku sadar bahwa pilihanku harusnya menyerah. Meskipun aku paham bahwa itu hanya egoku, tetap saja aku tidak ingin membohongi perasaanku.
"Sebagai teman? Kamu masih saja tidak mempercayainya, ya?"
"Jadi, apa gunanya menggunakan orang tuaku untuk melakukan kejutan besar ini?"
Menurutku, itu terlalu berlebihan untuk membuatku terkejut. Aku penasaran, ide siapa ini.
"Haaah~ Ini adalah pernyataan yang sudah kuduga, tetapi masih agak menjengkelkan ketika kamu tidak mempercayaiku."
“Ngomong-ngomong, siapakah fotografer yang menggunakan smartphone ini?
"Adik perempuanku, tahu. Lebih penting lagi, apakah kamu mengerti bahwa ini adalah video pernikahanku?”
"Ya. Pernikanamu berada di semacam hotel mewah, kan?”
“Itu benar. Enam tahun kemudian, pada tanggal 14 April, kita menyewa sebuah hotel yang diketahui semua orang dan mengadakan acara pernikahan yang besar."
"...... Selamat ......"
"Tidak, Ha-kun, kamu bukan dalam posisi orang yang memberikan selamat …,” katanya.
"Hah? Bukan orang yang memberikan selamat?"
Apa maksudnya?
"Baiklah, oke. Aku akan melanjutkan ceritanya. Enam tahun dari sekarang, aku akan melangsungkan pernikahan, dan karena ini disebut pernikahan, tentu saja aku memiliki pasangan, kan? Apakah kamu memahaminya sejauh ini?"
“Maksudmu, tentang pengantin pria?”
"Betul! Menurutmu, seperti apakah pengantin pria itu?
"Dia? Entahlah, mungkin seorang anak dari pengusaha kaya? Seorang aktor yang tampan atau semacamnya?"
"Suamiku bukan anak dari pengusaha kaya atau pria yang tampan. Lebih tepatnya, dia lelaki imut yang agak mengecewakan, sih"
"Apa? Lelaki imut yang agak mengecewakan?”
“Sudahlah, aku akan memutar ulang video ini dan aku ingin kamu melihat suamiku itu,” Himegi-san mengoperasikan smartphone merahnya dengan ekspresi serius.
"Baiklah, sepertinya ini sudah pas. Ha-kun, jangan sampai terduduk lagi."
"Terus terang, kata-katamu agak mengganggu, sih. Tapi sudah cukup, tidak ada yang mengejutkan lagi sekarang."
Seorang pesulap seharusnya dialah yang mengejutkan penontonnya. Namun, aku sudah dibuat terkejut sepanjang hari. Aku akan menjadi seorang pesulap, dan apapun yang terjadi, aku tidak akan terkejut!
“Kamu seperti menyiapkan berbagai jenis flag, tahu? Oke, tenanglah, tonton saja video ini," Himegi-san mengulurkan smartphone-nya padaku.
(TLN: Flag/フラグ, istilah slang untuk berbagai indikasi role atau status yang akan terjadi pada suatu karakter, biasanya istilah ini sering digunakan dalam game.)
Aku pun mengambil smartphone tersebut dan menatap layarnya. Adegannya berubah dan sekarang tampak seperti sebuah gereja. Di atas lorong pengantin yang berwarna putih, terdapat salib besar. Lalu, di sana ada pria asing yang tidak terlihat seperti orang Jepang, mengenakan kacamata dan berpakaian seperti pendeta, memegang buku tebal dengan wajah yang sangat tenang.
Terdengar juga dari gereja itu suara organ pipa yang menenangkan. Lagu “Hymn of the Wedding” karya Wagner, yang pernah didengar semua orang, sedang diputar. Kemudian, sebuah pintu kayu besar terbuka, di mana seorang pria paruh baya tampan yang tidak kukenal dan Himegi-san yang mengenakan gaun pengantin muncul.
Ini tidak salah, kan? Ini pasti adegan di mana ayah dan anak yang berjalan menyusuri lorong pengantin, kan? Aku sedikit terkejut. Tak pernah terpikirkan bahwa aku akan diperlihatkan video palsu yang begitu rumit seperti ini.
"Ini terlihat seperti pernikahan sungguhan ….”
"Ya, karena itu adalah yang sebenarnya …,” Himegi-san membuat ekspresi kecewa sambil menekan pelipisnya.
Kemudian aku melihat smartphone-nya lagi. Di layar, Himegi-san yang mengenakan gaun pengantin putih bersih berdiri di samping seorang pria dengan tuksedo yang sama putihnya. Sayangnya, layar smartphone itu hanya menampilkan bagian belakang pengantin pria. Jadi, wajah pengantin pria tersebut tidak dapat kulihat dengan jelas. Namun, dari kelihatannya, dia bukanlah pria yang terlalu tinggi.
Meskipun begitu, aku bisa dengan mudah membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Mungkin, pengantin pria dan wanita akan mengikrarkan cinta abadi mereka kepada pendeta. Lalu, seperti yang aku bayangkan, pengantin pria dan pengantin wanita, Himegi-san, mengikrarkan cinta abadi mereka di depan pendeta.
"Kalau begini, aku tidak tahu siapa mempelai pria itu."
Akan tetapi, bagian belakang dan kepalanya terlihat familiar. Suaranya juga terdengar tidak asing. Dan kemudian, sumpah mereka pun diucapkan. Meskipun aku belum pernah ke pesta pernikahan, aku tahu apa yang harus dilakukan selanjutnya. Yah, itu jelas pertukaran cincin dan ciuman sumpah. Pengantin pria dan wanita bertukar ciuman di mulut di hadapan semua orang, dan diberkati dengan bertepuk tangan dan saling memberi selamat. Begitulah seharusnya. Selanjutnya, pendeta mengucapkan serangkaian kata yang rumit dan mendesak mereka untuk bertukar cincin.
"──── hah?"
Hah? Aku pernah melihat paras pengantin pria ini … di suatu tempat sebelumnya, kan? Hei, di mana aku pernah melihat wajah ini sebelumnya?
Aku berusaha sebaik mungkin untuk melacak ingatan yang ada di dalam kepalaku. Hmm, tubuh yang ramping, warna rambut coklat dan mata biru. Dengan wajah muda dan netral, sedikit tidak dapat diandalkan ….
"──── ehhhhh? Apakah aku? Mustahil, apakah dia itu aku?
"Apa!? Baru saja!? Kamu baru saja menyadarinya?"
Luar biasa, pengantin pria yang ada di dalam layar itu adalah aku! Dalam video, aku dengan gugup memakaikan cincin di jari manis kirinya yang ramping dan indah. Aku tidak ingat pernah mengalami peristiwa seperti itu. Meskipun aku sering lupa, tetapi setelah peristiwa seperti ini, aku yakin tidak akan melupakannya bahkan jika aku menginginkannya. Dengan kata lain, ini adalah peristiwa yang tidak ada di dalam ingatanku.
Ternyata, cerita tidak masuk akal yang dia ceritakan kepadaku bukan hanya omong kosong, melainkan kenyataan. Aku pun menatap dirinya yang berada di depanku, sedangkan dia memandangku dengan ekspresi kemenangan di wajahnya.
Ah, aku tidak mengenal ekspresinya ini. Mungkin ini adalah wajah asli yang hanya dia tunjukkan kepada orang-orang yang istimewa.
—Di dalam layar, aku dan dia berciuman.
Aku sendiri, merasa itu adalah pemandangan yang bagus. Aneh, aku tidak pernah menyentuh lawan jenis, apalagi sampai mencium mereka. Namun, gerakanku alami saat meletakkan tanganku di wajahnya dan mencium bibirnya—seperti adegan dari sebuah film.
Ah, perasaan yang muncul ini, tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata. Apakah ini mimpi? Jika memang benar, aku ingin segera bangun.
Aku menghentikan videonya, karena rasa malu membuatku tidak sanggup untuk terus menontonnya.
"Ah! Ini adalah bagian yang terbaik!"
"Tidak, sudah cukup. Aku tidak bisa terus menontonnya, aku sudah merasa pusing sekarang ….”
Kemudian, dengan tangan gemetar, aku mengembalikan smartphone merah itu kepada pemiliknya dan—menatap wajahnya—bibirnya. Tidak, seumur hidup, aku tidak akan mampu melupakan adegan ciuman itu dari kepalaku ….
"Sekarang kamu tahu siapa suamiku, kan?" tanya dia.
Aku tak mampu berkata-kata. Aku sudah berusaha, tetapi tenggorokanku bergetar dan tidak bisa mengucapkannya. Dengan mengangkat tangan, aku dengan tulus menyerah, harus mengakui kekalahanku.
Adapun dirinya, terlihat senang saat melihatku dan menatapku dengan senyum riang di wajahnya. Yah, jika dia adalah pasanganku, maka tidak heran dia berada di rumah ini. Lalu, dia mengibarkan gaun pengantinnya, membalikkan badannya, dan menunjukkan cincinnya yang berkilauan padaku sambil berkata, "—Aku adalah pengantin wanita yang telah ditakdirkan untukmu!" dengan senyum yang sangat manis di wajahnya, dia membuat pernyataan yang sangat tidak terduga. Rupanya, akulah orang yang memonopoli senyumannya ini.
TL: Zho (YouthTL)
Prev Chapter || ToC || Next Chapter
Post a Comment