Penerjemah: Flykity
Proffreader: Flykity
Chapter 5
Pelajaran Pertama Yamazaki Atsuto (Part 2)
Sambil mengobrol tentang topik-topik seperti cerita sekolah dan cerita tentang Amerika, negara asal Charl, kami menyelesaikan minuman pertama kami.
Waktu sudah menunjukkan lewat jam tujuh malam. Pengunjung lain yang awalnya sedikit ketika kami tiba sudah bertambah, dan toko pun perlahan menjadi ramai.
"Kalau begitu, selagi menunggu makanan, mari kita main dart!"
"Bagus! Sudah kutunggu!"
Dengan gerakan halus, Charl melepas jasnya dan kini hanya mengenakan kemeja.
Dengan pakaian yang lebih tipis, ukuran payudara Charl semakin menonjol dan aku dengan panik mengalihkan pandanganku.
"Hm? Wajahmu agak merah, apa kamu nggak apa-apa?"
"T, tidak apa-apa kok..."
Bersama Charl, pandanganku jadi serba salah....
Berusaha menyembunyikan detak jantung yang berdebar kencang, aku mengambil napas dalam-dalam lalu mengoperasikan mesin dart.
"Pe, pertama, mari kita main '01' yang aturannya mudah dipahami!"
"Itu yang membuat poin kita persis '0', ya!"
Tapi, mengingat perbedaan skill kita, sepertinya lebih baik memberi handicap..Aku mengatur Charl memimpin sekitar 300 poin —
"Muu... Aku dapat handicap!"
Charl menunjuk layar mesin dart dan meminta pertandingan yang adil.
"Mungkin sekitar ini sudah pas, lho?"
"Ah! Sudah kau bilang begitu? Aku pasti akan membuatmu menyerah, tahu!?"
Dengan pipi menggembung, Charl berdiri di garis lempar. Setelah menarik napas pendek, dia perlahan menarik tangannya dan melemparkan tiga anak panah...!
——Sukon!
——Koron!
——Posu!
"Aku menyerah!"
"Sudah menyerah!?"
Melihat anak panah yang jatuh menggelinding di lantai tanpa mencapai papan dart, Charl tampak sedikit berkaca-kaca.
Entah mengapa rasanya agak sulit, tapi sekarang giliranku.
"... baiklah!"
Meski panah pertama meleset dari bullseye, panah kedua dan ketiga tepat mengenai bullseye..Dengan mencetak skor tinggi, giliran kembali ke Charl.
"Hmmm. Kamu memang jago, ya, Atsuto. Bagaimana caranya agar bisa sampai ke papan, ya...?"
Sambil mengangkat dan menurunkan lengannya, Charl membuat ekspresi kesulitan. Sepertinya lebih baik mengajarkannya dari dasar dulu.
"Saat melempar dart, sebenarnya ada tipsnya, lho."
"Tippps?"
"Iya. Itu adalah... melepaskan tenaga!"
——Siiin...
Hah? Aku berharap dia akan bereaksi seperti "Ohhh!" atau semacamnya…
"Hah, bohong! Kalau tenaganya dilepas, nggak bakal sampai, dong~!"
Entah mengapa, dengan bangga menyisir rambutnya, Charl mengangkat bahu. Aku sama sekali tidak dipercaya, ya!? Kalau begitu, biarlah dia merasakannya sendiri.
"Ini sama seperti sensasi menerbangkan pesawat kertas. Coba lempar perlahan ke arah atas secara diagonal, dengan melepas tenaga!"
"Pesawat kertaaas?"
"Anggap saja kau tertipu!"
"Ehh~?"
Dengan tatapan penuh keraguan yang menatapku sekilas, Charl pun membidik dart.
"Pesawat kertas, lepas tenaga............ ei!"
Dengan sedikit berseru, Charl melemparkan panah pertamanya.
Masih terasa seperti 'lemparan ala cewek'. Tapi—
——Pakyuun!
"Waaah!"
"Oohh!"
Panah yang dilempar Charl berhasil menancap tepat di tengah papan dart.
"Eh, beneran!? Aku berhasil, aku berhasil! Lihat, Atsuto!"
——Gyumu
"Sensei!?"
Sesaat berikutnya, aku mendapat pelukan hangat dari Charl. Suhu tubuh Charl, kelembutan kulitnya yang empuk... dan sensasi payudaranya yang tidak terduga untuk tubuh rampingnya.
A, aku tahu ini menyenangkan, tapi rasionalitasku tidak akan bertahan! Belum lagi, mungkin karena Charl berkeringat, kemejanya menjadi transparan dan…
Warnanya biru muda. Aku tidak akan menyebutkan apa, tapi bergambar bunga bordir biru langit.
"Sensei! Give up, give up!"
Ketika aku menepuk-nepuk bahunya, Charl terkesiap dan melepas pelukannya.
"Ma, maaf, Atsuto... Aku agak terlalu bersemangat...!"
"T, tidak, tidak apa-apa!"
Berusaha sebisa mungkin untuk tetap terlihat tenang, aku berdehem, khm.
(Meski begitu—)
Dengan lemparan ala cewek seperti itu tapi bisa mengenai bullseye, bukankah sebenarnya dia punya bakat dart yang cukup bagus? Ini mungkin, dia adalah bakat yang luar biasa.
"Sensei!"
"Eh, a, apa...!?"
"—Bisa jadi, Sensei adalah kumpulan dari bakat alami...!"
Ini sama sekali bukan candaan atau pujian kosong.
Aku pun awalnya tidak hanya tidak mengenai bullseye, tapi bahkan tidak bisa mengenai papan dart.
"Ap, apakah itu untuk dart!?"
Dengan senyum polos seperti anak kecil, Charl mendekatiku.
"Ya, betul sekali!"
"Kalau aku jadi jago dart, apakah aku bisa menjadi sensei yang dikagumi!?"
"Kemungkinan besar bisa!"
Aku sempat berpikir—kapan ada kesempatan bermain dart di depan siswa?—tapi karena semangat Charl begitu membara, aku menelannya.
"Baiklah! Kalau begitu, pertama kita perbaiki formnya dulu!"
"Oke! Em, seperti ini?"
Charl menirukan posa berdiriku. Tidak buruk, tapi untuk kasus Charl—
"Sepertinya posisi lengan lebih baik sedikit lebih rendah!"
"Se, seperti ini...?"
"Itu terlalu rendah."
"Kalau begitu seperti ini!"
Charl mengangkat dan menurunkan lengannya, tapi posisi yang kubayangkan tidak kunjung tercapai.
Atau lebih tepatnya, lebih cepat jika aku menuntunnya ke posisi itu langsung daripada menjelaskannya dengan kata-kata.
"Permisi sebentar!"
"Hya'!?"
Ketika aku memegang sekitar lengan atasnya untuk menyesuaikan ketinggian lengannya, Charl mengeluarkan suara yang belum pernah kudengar.
"Ma, maaf!"
"T, t, tidak apa-apa! Sama sekali...!"
Aku mungkin mengejutkannya karena tiba-tiba menyentuhnya.Tapi, apa ini? Tiba-tiba wajah Charl memerah, dan suaranya juga sepertinya bergetar.
Sedikit curiga, aku melanjutkan penjelasanku.
"Ketinggian lengan ini adalah yang paling ideal, misalnya jika lebih tinggi dari ini—"
"A'un...!"
Apa, sepertinya aku mendengar suara yang mesra…
"Itu... Apa kamu tidak apa-apa?"
"Ma, maaf, aku geli...! T, tidak apa-apa, kok?"
Memang jika dilihat lebih seksama, dia terlihat seperti menahan tawa. Apakah tidak apa-apa jika ini dilanjutkan?
"Ar, artinya, terlalu tinggi atau terlalu rendah ya, misalnya jika lengan lebih rendah dari ini—"
"Nkhu...! Ge, geli, tahu, Atsuto~"
Ketika aku kembali memegang lengan atas Charl, suara yang tercampur napas terdengar lagi.
Dengan wajah memerah sambil terengah-engah, Charl menatapku dengan mata birunya yang sayu.
... Aku mulai merasa seperti melakukan hal yang sangat tidak baik. Padahal ini hanya mengajarkan dart.
——Kyun.
Akhirnya timbul niat iseng dan tanpa alasan aku mencoba memegang lengan atas Charl sedikit lebih kuat.
"Hyan'...! A, Atsu...to!?"
Dia bereaksi dengan gemetar, bikun! Pada saat itu, sedikit api menyala dalam hati keinginanku untuk mengganggunya.
——Kyun, kyun, kyun.
"Ah, aduh, aah...!"
Setiap kali aku meremas lengan atasnya yang kenyal, suara mesra keluar dari mulut Charl.
"A, Atsuto...! Jangan, di sana... ka, karena geli, ah...!"
Pipi Charl yang awalnya sudah merah menjadi semakin merona.
Salah. Meski Charl tampak tidak suka, entah mengapa tanganku tidak bisa berhenti!
"Nnun...! Aah, su, sudah... berhenti, dong...!"
——Saat itu.
Zowa, aku merasakan aura tajam tertentu dan segera melepaskan tanganku dari lengan atas Charl.
Sepertinya Charl juga merasakan suasana yang sama, ekspresinya menjadi tegang. Setelah saling bertatapan, kami perlahan mengalihkan pandangan ke arah meja—
"Ah..."
Yang berada di sana adalah pegawai wanita muda yang membawa makanan pesanan kami.
Sang pegawai, dengan ujung telinganya yang memerah merah, gemetaran sambil menatap kami.
"Di, di dalam toko, melakukan hal seperti itu akan merepotkan, tahu!"
Pegawai itu meletakkan makanan di meja dan cepat-cepat kembali ke area hall.
"Ka, kalau begitu... kita makan saja?"
"I, iya ya..."
Kami berdua berdeham, khm!, serentak seolah sudah sepakat.
Sudah pasti kami terlalu bersemangat…



Post a Comment