NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V2 Chapter 2

Chapter 2 - Me and Himegi's Pool Date

Golden Week telah dimulai, kami pun datang bermain ke sebuah pusat hiburan bernama Crown World, yang terletak di pinggiran kota. Bagiku, hari ini adalah pertama kalinya aku mengunjungi tempat tersebut. Aku masih ingat bagaimana dahulu aku memohon kepada orang tuaku untuk membawaku ke sana saat pertama kali dibuka, tetapi mereka menolak dengan alasan bahwa di sana terlalu ramai. Pada akhirnya, aku tidak pernah jadi pergi ke sana, tetapi aku ingin sekali menceritakan tentang Ouji Hakuma-kun, yang menangis karena kesal setelah orang tuanya menolak permintaannya hari itu.

 

Lima tahun kemudian, aku datang bermain di kolam renang air panas dengan gadis yang aku sukai. Kebetulan, tahun ini menandai peringatan lima tahun pembukaan Crown World, dan tampaknya ada acara berskala besar yang sedang diadakan di sana, dengan banyak orang yang datang untuk menikmatinya. Lalu, sekarang aku sedang berada di ruang ganti sambil menatap Harukawa Takashi.

 

    “Jangan menatapku seperti itu.”

 

    “Kamu adalah pemain terbaik di klub sepak bola, kan?”

 

Meskipun Takaki-kyun tidak punya otot-otot kekar yang menonjol seperti binaragawan, tetapi dia memiliki tubuh yang tidak memilik lemak berlebihan dan pastinya akan populer di kalangan para gadis. Aku merasa iri padanya, berharap bisa memiliki bentuk tubuh yang ideal. Itulah yang aku pikirkan saat melihat tubuhku sendiri pada cermin yang disediakan di ruang ganti.

 

Sayangnya tubuhku terlalu kurus ….

 

    “Haaaa.”

 

Pada akhirnya, kami menyerah untuk pergi berkencan berduaan saja, dan memilih pergi berlima untuk bermain, di antaranya adalah pasangan yang sama sekali tidak cocok, ditambah Harune-chan. Meskipun ada keinginan untuk berkencan berduaan saja dengan Himegi-san, tetapi entah kenapa aku merasa lega karena tidak melakukannya untuk kali ini.

 

Kemudian, pacar Kanako menatap bagian tubuhku dan berkata, “Jadi, kamu benar-benar seorang laki-laki, ya ….”

 

(TLN: Sebagai pengingat, di vol 1 dijelaskan bahwa MC kita ini sering dianggap sebagai perempuan.)

 

Dasar, orang ini! Aku tidak akan pernah membiarkanmu!

 

Aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan pernah memaafkan siapa pun yang mengolok-olok nama dan penampilanku, siapa pun mereka. Jadi aku akan menatap selangkangan Takak-kyun sebagai balasannya.

 

Fiuh! Aku menang, ya. Kemudian, aku menepuk pundaknya dan berkata, “Jangan khawatir!” Aku menyemangatinya dengan ekspresi bangga di wajahku.

 

    “-Gooo!”

 

Setelah berganti pakaian, aku meninggalkan ruang ganti dengan Takaki-kyun yang kelihatan kecewa. Lalu, ada shower yang menanti kami untuk membersihkan diri.

 

    “Ah! Tidak seperti yang ada di sekolah, air ini hangat!”

 

    “Memang benar. Suhunya pas dan terasa nyaman.”

 

Setelah membersihkan diri, kami memutuskan untuk menunggu Himegi-san dan yang lainnya keluar di dekat pintu masuk. Di sini, seharusnya kami tidak akan kelewatan.

 

    “Ini pertama kalinya aku datang ke sini sejak pembukaan.”

 

Natsumi-san juga mengatakan sesuatu yang mirip dengan Takaki-kyun.

 

    “Kudengar kamu bertemu dengan Natsumi Onee-san.”

 

Kata-katanya yang tidak terduga itu membuatku sedikit terguncang.

 

    “Ya. Aku bertemu dengannya,” balasku.

 

    “Oh, begitu.”

 

Harukawa Takashi adalah teman masa kecilnya Himegi Touka. Jadi, mudah untuk membayangkan bahwa dia juga dekat dengan kakaknya, Natsumi-san. Tidak perlu diragukan lagi, bahwa dia tahu lebih banyak tentang penyakit Natsumi-san daripada aku. Pikiranku itu benar, semuanya tertunjukkan dari ekspresi sedihnya.

 

    “Jujur saja, terkadang aku ragu apakah tidak apa-apa untuk bersenang-senang di sini.”

 

Tidak perlu dibandingkan, aku yakin perasaan dia lebih tidak enak daripada aku.

 

    “Namun, Natsumi-san tidak ingin melihat kami sedih, jadi kami memutuskan untuk terus bersikap seperti biasa, meskipun itu menyakitkan. Aku rasa itulah yang diinginkan Natsumi Onee-san ….”

 

    “Begitu, ya.”

 

Aku tidak berpikir bahwa cara berpikirnya salah. Bahkan, jika aku berada di posisinya, aku pasti akan membuat pilihan yang sama.

 

    “Terima kasih,” ucapnya tiba-tiba.

 

    “Apanya?”

 

Kata-katanya itu mengejutkaku. Aku tidak pernah menyangka dia akan mengucapkan terima kasih padaku.

 

    “Terima kasih banyak telah mau bertemu dengan Natsumi Onee-san, lalu menuruti permintaan teman masa kecilku yang egois tanpa sedikitpun merasa keberatan, sungguh aku sangat berterima kasih.”

 

Tampaknya Harukawa Takashi sudah memahami situasinya secara keseluruhan.

 

    “Jika ada orang lain selain kamu yang menjadi pacarnya Touka, aku akan memaksanya untuk putus. Tapi, aku sangat senang karena pasangan teman masa kecilku yang bodoh dan tolol itu adalah Ouji-kun.”

 

Meskipun dia menggerutu, ekspresinya justru kelihatan sangat tenang. Bagaimanapun, aku tahu dari ekspresi lembutnya bahwa, sama halnya aku yang menganggap Kanako sangat berarti, maka dia juga menganggap Himegi Touka adalah teman yang sangat berharga dan tidak tergantikan baginya.

 

    “Maafkan aku Ouji-kun, tapi tolong ikuti permintaan bodoh tuan putri yang egois itu sampai akhir,” lanjutnya.

 

(TLN: Sebagaimana Ouji sering digelari sebagai Pangeran. Maka, Himegi juga sering digelari sebagai ‘Hime’ atau ‘Tuan Putri’.)

 

Aku mengangguk saat mendengar kata-katanya yang serius itu.

 

    “Terima kasih.” Sambil mengatakan itu, dia membungkuk dengan sungguh-sungguh padaku.

 

Menurutku, Himegi-san memiliki teman masa kecil yang baik. Kemudian, aku memutuskan untuk berbicara dengannya tentang masalahku saat dia mengangkat kepalanya.

 

    “Hei, bolehkah aku menanyakan sesuatu?”

 

    “Tentang apa?” dia balas bertanya.

 

    “Menurut Himegi-san, ada tiga alasan mengapa dia memilihku, yang pertama karena Natsumi-san tertarik padaku dan yang kedua karena dia pikir aku tidak akan menolaknya, tapi dia tidak memberitahuku alasan yang ketiga. Jadi, apakah kamu tahu alasan yang ketiga itu?”

 

Walaupun Himegi-san mengoreksi hal itu menjadi dua hal, tetapi aku yakin tetap ada tiga alasan mengapa dia memilihku. Masalahnya, kenapa dia memilih menutup mulut untuk alasan ketiga?

 

    “Aku mengerti. Kurasa, Touka hanya menahan diri darimu.”

 

    “Menahan diri?”

 

    “Mungkin dia merasa tidak enak membebani kamu lebih jauh lagi.”

 

    “Maksudmu, dia punya permintaan yang ingin aku penuhi?”

 

    “Aah, aku tidak bisa memenuhinya dan itu membuatku kesal, sih. Aku memang tidak bisa, tapi mungkin kamu bisa. Kumohon.”

 

    “Sesuatu yang hanya bisa aku lakukan?”

 

    “Setelah bertemu denganmu, Touka dan Harune-chan jadi sedikit kelihatan lebih baik. Karena kamu, mereka yang dulunya jarang tersenyum sekarang sudah mulai sering tersenyum.”

 

    “............”

 

    “Oba-san dan Oji-san yang pemarah itu juga setelah bertemu denganmu, mereka jadi lebih ceria untuk pertama kalinya setelah sekian lama.”

 

    “Mungkin, itu bukan karena kekuatanku.”

 

    “Tidak, itu pasti kekuatanmu. Ouji-kun, apa kamu tahu kenapa keluarga Himegi jadi sedikit lebih baik?”

 

    “Maaf, aku tidak tahu.”

 

Aku merenung sejenak, tetapi tidak menemukan jawaban yang pas sama sekali. Kemudian, dia memberi tahuku jawabannya bersama dengan senyum menyegarkannya.

 

    “—Itu karena kamu mirip dengan Natsumi Onee-san.”

 

    “Aku mirip dengan Natsumi-san!?” aku terkejut mendengarnya.

 

    “Kamu orang yang suka bercanda, ceroboh, tidak terlalu peduli dengan uang, dan suka menjahili orang, sama halnya Natsumi Onee-san.”

 

Aku tidak tahu apakah Natsumi-san adalah orang yang suka bercanda, ceroboh, dan tidak terlalu peduli dengan uang. Namun sayangnya, semua kata-kata yang baru saja Takaki-kyun katakan, kriterianya sesuai denganku.

 

    “Ini bukanlah saat yang tepat untuk memujiku, kan?”

 

    “Di pesta ulang tahun Harune-chan sebelumnya, aku melihat Ouji-kun yang  berusaha keras melakukan trik sulap, dan aku merasa kalau kamu sedikit mirip dengan Natsumi Onee-san saat dia masih sehat,” lanjutnya tanpa menghiraukan aku.

 

    “Oi, oi, kamu terlalu memuji aku, kan?”

 

    “Aku mendengarnya dari Kanako, sih. Dia memberitahuku alasan kenapa kamu terus melakukan trik sulap.”

 

    “Dasar, mulut ember itu ….”

 

    “Natsumi Onee-san adalah tipe orang yang suka membuat orang lain tersenyum. Ketika ada yang bersedih, dia akan menomorduakan dirinya dan melakukan semua yang dia bisa demi menghibur orang itu. Kamu juga tipe orang yang seperti itu, kan?” tanya dia.

 

    “............”

 

    “Jika itu Ouji-kun, kurasa kamu bisa menyemangati Natsumi Onee-san. Nyatanya, kamu telah menyalakan sedikit cahaya dalam keluarga Himegi.”

 

    “Jadi alasan ketiga adalah karena Himegi-san berpikir bahwa aku bisa menghibur Natsumi-san?”

 

    “Kurasa itulah maksudnya. Pasti Ouji-kun juga bisa melakukannya.”

 

Itu adalah kalimat yang sangat menggugah. Namun, aku ragu memiliki kekuatan untuk menyetujui semua yang dia katakan itu, tetapi ….

 

    “Tanggung jawabnya berat, ya. Aku ragu apakah aku orang yang tepat untuk mengambil peran sebesar itu, tapi aku akan melakukan yang terbaik untuk membantu mereka.”

 

Aku skeptis apakah orang biasa sepertiku bisa melakukan banyak hal untuk membantu keluarga Himegi, tetapi setelah melihat Natsumi-san, aku tidak bisa membiarkannya begitu saja. Seolah ada bagian diriku yang lain berkata untuk tidak mengabaikannya.

 

    “Tapi, kamu juga jatuh cinta pada seorang gadis yang merepotkan itu, kan? Sebagai teman masa kecilnya, aku bisa pastikan bahwa Touka adalah gadis yang sangat merepotkan.”

 

    “Benar. Aku juga berpikir bahwa dia cukup merepotkan.”

 

Tentu saja, aku harus bertanggung jawab atas kata-kataku sendiri. Aku sudah menyatakan di depan lelaki yang jujur ini bahwa aku akan melakukan yang terbaik. Selama aku sudah menyatakannya, maka aku akan membantu mereka tanpa melarikan diri sampai akhir.

 

    “Dan lagi, aku tidak tahu apa yang kamu dengar dari Kanako, tapi satu-satunya alasan aku ingin belajar trik sulap adalah untuk menarik perhatian para gadis, tidak ada alasan lain di luar itu!”

 

    “Ha-ha-ha. Aku akan menganggapnya begitu.”

 

Apa maksudnya, dia akan menganggap begitu? Serius, dia mengerti?

 

    “Ouji-kun, seperti yang kukatakan sebelumnya, mari kita bersenang-senang hari ini sebisa mungkin. Kamu dengan Touka, aku akan mengurus Kanako dan Harune dengan segenap kemampuanku.”

 

Lalu, dia merangkul bahu kananku, bergoyang ke kiri dan ke kanan, dan mulai menyanyikan lagu penyemangat yang tidak kukenal.

 

    “Oi, oi! H-Hentikan! Aku sangat benci dengan semangat klub olahraga seperti ini! Dan untuk apa lagu penyemangat ini?”

 

    “Tentu saja, ini adalah lagu penyemangat Nankai Hawks!”

 

    “Kenapa malah bisbol? Bukannya kamu berada di klub sepak bola?”

 

    “Ha-ha-ha-ha-ha! Salah besar jika kamu terlalu memikirkannya!”

 

    “Astaga, benar-benar, dah …!”

 

Kemudian aku juga merangkul bahunya dan kami mulai menyanyikan lagu penyemangat tanpa memedulikan orang-orang di sekitar. Menurutku, dia adalah laki-laki yang menyenangkan karena bisa berpura-pura konyol. Aku sangat menghormatinya karena dia selalu tersenyum, bahkan ketika dalam keadaan sulit. Namun, apakah ini juga akan menjadi bagian dari satu halaman masa mudaku?

 

Bagaimanapun juga, kata-katanya itu telah menyelamatkan hidupku. Akan tetapi, aku bukanlah orang yang suka memikirkan sesuatu yang rumit. Untuk saat ini, mari sepenuhnya nikmati apa yang ada di hadapanku sekaligus menghadapi Himegi-san. Meskipun kami adalah pasangan palsu, tetapi saat ini aku tetaplah pacarnya.

 

    “Apa yang sedang kalian berdua lakukan?”

 

Aku mendengar suara indah yang tidak asing dari belakangku. Ketika menoleh, aku melihat Himegi-san dan lainnya, yang mengenakan pakaian renang, sedang menatap kami dengan tatapan aneh. Wow! Wow! Memang, aku sudah membayangkan pakaian renang seperti apa yang mereka kenakan, tetapi aku tidak menyangka akan melihat mereka mengenakan pakaian renang bertali seperti itu. Apalagi, bukan dengan motif bunga atau polkadot, melainkan dengan motif kartu remi.

 

Pakaian seksi Himegi, yang bahkan tidak pernah aku bayangkan, membuatku tertegun. Selain itu, ada belahan payudaranya yang hampir tumpah, lalu kaki panjangnya yang ramping dan indah. Dia memiliki paras seorang gadis yang cantik, tetapi tubuhnya lebih memanjakan mata daripada siapapun.

 

White Bunny Touka saja sudah cukup merusak, tetapi dia yang mengenakan pakaian renang ini mungkin lebih unggul dalam aspek kerusakannya. Setidaknya aku di-KO oleh Touka yang mengenakan pakaian renang ini. Dahulu, aku sangat menyukai pakaian renang yang memperlihatkan lekak-lekuk tubuh, tetapi mulai hari ini, aku akan beralih menjadi penggemar bikini. Terlepas dari kegembiraanku, Himegi-san menekan dahinya, berjuang melawan sakit kepala.

 

    “Ini adalah pemandangan yang sangat tidak enak untuk dilihat, kan?” katanya.

 

Mereka bertiga menatap kami, seolah-olah baru saja menyaksikan sesuatu yang memalukan.

 

    “Harune, Chikada-san. Tinggalkan saja dua orang idiot itu, dan mari kita bersenang-senang bersama.”

 

    “Baiklah.”

 

    “Oke.”

 

Kemudian, mereka berbalik dan memalingkan wajah dari kami.

 

    “Kanako, jangan tinggalkan aku!”

 

    “H-Hei! T-Tunggu sebentar!”

 

Kami pun bergegas mengejar mereka.

 

***

 

Pada pagi hari itu, kami berlima bermain bersama dalam suasana yang begitu akrab, dan menikmati set menu yang lezat di toko hamburger terkenal di kolam renang. Kemudian, pada siang harinya, aku dan Himegi Touka, berpisah dengan tiga trio yang terdiri dari Takaki-kyun, Kanako, dan Harune-chan. Adapun, kami berdua menaiki tangga dengan membawa pelampung berukuran dua orang untuk mencoba seluncuran air.

 

Seluncuran air di Crown World disebut-sebut sebagai yang terpanjang di Jepang, dan tingginya setara dengan gedung 15 lantai. Meski begitu, aku adalah orang yang tidak takut dengan ketinggian dan cukup tertantang ketika membaca slogan seperti 'Merasakan Pengalaman Terbaik di Jepang'. Justru, pemandangan di bawah dari puncak tangga cukup memukau. Ketika sedang memandangi pemandangan itu, Himegi-san tiba-tiba berhenti berjalan di depanku.

 

Eh? Ada apa? Kita bahkan belum sampai setengah jalan menujuk puncaknya, kan?

 

    “Ada apa?” tanyaku.

 

    “Rasanya, aku mau kembali saja.”

 

    “Hah? Kenapa?”

 

    “Aku tidak tahan dengan ketinggian.”

 

    “Apa? Maksudnya, kamu takut ketinggian?”

 

Dia mengangguk saat merespon pertanyaanku. Aku tidak menyangka kalau dia takut ketinggian.

 

    “Kalau kamu takut ketinggian, kenapa kamu memutuskan untuk ikut meluncur?”

 

Sebenarnya, gadis berwajah pucat inilah yang mengusulkan kami untuk meluncur dari seluncuran. Setelah sebelumnya dengan antusias menyatakan 'Aku akan meluncur' ….

 

    “Karena Harune kelihatan senang naik seluncuran ….”

 

Sekilas, aku teringat tadi pagi Harune-chan sangat senang saat meluncur di seluncuran air sendirian.

 

    “Kalau adikku sendiri bisa melakukannya, mungkin aku juga bisa, tapi, hmmm, aku khawatir tidak sanggup melakukannya.”

 

Kemudian, dia memutuskan untuk menyerah dan menyatakan mundur. Sambil berbalik, ada antrean panjang terdiri dari pasangan, orang tua, dan anak-anak yang menunggu untuk menuruni seluncuran ini di belakangku. Tentu saja, antrean di depanku juga begitu. Mudah dibayangkan bahwa berbalik menuruni tangga yang sempit ini akan menyebabkan banyak masalah dan mengganggu orang-orang di belakang kami. Satu-satunya pilihan yang mungkin adalah terus menaiki tangga dan meluncur ke bawah seluncuran seperti biasa.

 

    “Kali ini benar-benar salah Himegi-san yang berpura-pura terlihat kuat. Ayo bersiap-siap dan meluncur ke bawah,” kataku dengan tegas.

 

    “Tidak, tidak, tidak! Aku menyerah! Aku menyerah!” balas Himegi-san sambil berpegangan pada lenganku.

 

Dia biasanya terlihat sangat keren, tetapi sikapnya sekarang sangatlah berbeda.

 

Aku membuatnya berdiri dan berkata. “Ayo, ayo kita naik!” dengan senyuman. Kemudian, mendorong punggungnya yang enggan dengan kuat, dan menuntunnya menaiki tangga satu per satu.

 

    “Ah! Tidak ada jalan untuk kembali sekarang! Sudah terlalu tinggi untuk turun!”

 

Menariknya, semakin tinggi dia naik, semakin pasrah pula dia. Sepertinya, dia benar-benar tidak suka ketinggian.

 

    “Ah! Lihat, lihat, Harune-chan dan yang lainnya melambaikan tangan ke arah kita,” kataku sambil menunjuk ke arah Harune-chan dan lainnya yang sedang mengapung di permukaan air dengan pelampung.

 

    “Ini, ayo balas melambai ke arah mereka!” jawabku, “Oooiii!”

 

    “Tidak, tidak, mustahil! Sungguh mustahil, aku tidak bisa melepaskan tanganku!”

 

    “Apa kamu ingin aku yang melepaskan tanganmu?”

 

    “Bukan begitu!”

 

    “Ayo, ayo ….”

 

Aku sengaja menarik tangannya yang mencengkeram erat pegangan, dan meraih pergelangan tangannya dengan lembut.

 

    “T-Tunggu! Ini sangat menakutkan, jangan tarik tanganku dari pegangan!”

 

Mengabaikan rasa takutnya, aku tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Harune dan yang lainnya.

 

    “Dasar Pangeran iblis, ini! Ingat saja, aku akan membalasnya nanti!” Himegi-san mengumpat dengan suara yang gemetar.

 

Melihat ekspresinya yang ketakutan, membuatku merasa gembira …. Mungkin, itu memang membuatku menjadi Pangeran iblis. Kemudian, kami pun sampai di tempat tujuan. Setelah orang-orang di depan kami meluncur ke bawah, tibalah giliran kami.

 

    “Sekarang, yang harus kita lakukan hanyalah meluncur!”

 

    “Senyummu yang lebar itu, sungguh memuakkan.”

 

    “Ha-ha-ha! Ini sangat menyenangkan!—Aduhh!”

 

Aku mendapat pukulan ringan di pundakku. Sepertinya aku terlalu terbawa suasana.

 

    “Sekarang, di depan atau belakang, kamu mau duduk di mana, Himegi-san?”

 

    “Aku minta maaf karena memukulmu, jadi silakan duduk di depan,” jawabnya.

 

Demi permintaannya yang menggemaskan itu, aku mengkhianati harapannya dan memutuskan untuk duduk di belakang. Terlepas dari bagaimana penampilanku, aku adalah tipe orang yang kejam pada gadis yang kusukai.

 

(TLN: Sadistic)



Kemudian, tibalah giliran kami. Kami menyiapkan pelampung untuk dua orang di atas seluncuran. Yah, seperti yang sudah diduga, Himegi-san menciut dan berdiri diam ketika melihat kekuatan air yang mengalir.

 

    “Setelah mempertimbangkannya dari berbagai aspek ... kita akan pulang!” katanya.

 

    “Kalau begitu, mari kita meluncur dan pulang.”

 

Aku menangkapnya saat dia mencoba melarikan diri dan memintanya duduk di atas pelampung.

 

    “T-Tunggu! Aku bilang di belakangmu, kan? Aku bilang di belakang!” kata Himegi-san panik. Namun, aku mengabaikan kata-katanya dan duduk di belakangnya.

 

    “Tuhan, tolong lindungi aku!”

 

Karena sudah pasrah, dia tiba-tiba menjadi diam, menyatukan tangannya yang gemetar dan mulai berdoa kepada Tuhan di langit. Menurutku, sikapnya itu sedikit berlebihan, bahkan untuk sebuah seluncuran air.

 

    “Ouji-kun …,” panggil Himegi-san saat menoleh ke arahku.

 

Wajahnya begitu dekat, sampai-sampai aku berpaling karena terlalu malu untuk menatap ekspresinya yang berkaca-kaca.

 

    “A-Apa?”

 

    “Aku ingin kamu memeluk perutku erat-erat.” Dia memohon dengan wajah yang merah padam.

 

Meski awalnya aku sedikit ragu, tetapi aku tetap meletakkan tanganku di sekitar perutnya yang ramping.

 

    “Seperti ini?”

 

    “Lebih … lebih erat lagi ….”

 

    “Seperti ini?”

 

    “Lagi, lagi!”

 

Jika dia mengatakan sejauh itu, maka aku tidak punya pilihan.

 

    “Ini pas, kan?!”

 

Aku memeluk perut Himegi-san dengan erat.

 

    “Aahnnn!” desahnya.

 

Eh? Apa-apaan suara nakal barusan? Eh? Hah? Apa dia baru saja mengeluarkan erangan di depan banyak orang?

 

    “Ahhhhnn! H-Heii! Di mana kamu menyentuh?”

 

    “Ehhh?”

 

Oii, tidak jelas! Aku bersumpah, aku tidak menyentuh bagian manapun dari dirinya kecuali perutnya.

 

    “Jangan remas perutku, cukup mendekat saja!”

 

    “Apa begini?”

 

    “Ya ….”

 

Sebenarnya kami serius melakukan ini, tetapi bagi orang-orang  di sekeliling kami, ini terlihat seperti pasangan kekasih yang sedang bercumbu rayu, kan? Jika itu yang terjadi, rasanya agak tidak enak, dah ….

 

    “Apakah Anda siap?” Tanya staf Onee-san dengan nada yang terus terang.

 

Kami mengangguk padanya. Aku merasa gugup, tetapi Himegi-san pasti juga gugup, walaupun dengan alasan yang berbeda. Sementara memikirkan hal itu, angin sepoi-sepoi menerpa hidungku dan aku mencium sesuatu yang menyenangkan. Ini adalah aroma dari rambut dan tubuh Himegi-san. Sama seperti Touka-san, ada aroma sabun yang wangi. Kemudian, lampu merah pun berkedip, dan seketika lampu hijau di sebelahnya menyala.

 

    “Kalau begitu, ayo pergi!” sang Onee-san berseru, dan kami pun meluncur.

 

Saat kami meluncur keluar, air langsung menghantam wajah kami.

 

    “Ki-yaaaaaaaaaaaaaahhhh! Tidaaaaaaaaaaaaak!” teriak Himegi-san.

 

    “B-Berisik juga, ya.” Aku bergumam.

 

Sejujurnya, seluncuran airnya tidaklah secepat yang aku bayangkan, tidak ada yang namanya diayunkan ke kiri dan ke kanan, lalu kemiringannya juga lebih landai, sehingga aku pun tidak merasa takut sama sekali. Apa-apaan, slogan yang mengatakan ini sebagai 'pengalaman terbaik di Jepang’. Jujur saja, ini sangat mengecewakan. Ya, jika aku harus menyimpulkan kesanku tentang seluncuran air ini dalam satu kata, maka itu adalah … mengecewakan.

 

    “Ah, ah! Ah! Kyaaa, t-tidak, tidak! Oh, tidak! Jangaaaaan! Serius, berhentiii!”

 

Terus terang, teriakan gadis yang ada di depanku ini jauh lebih menakutkan.

 

    “Cepat! Cepat! Terlalu cepat! Ini gawat, sangat gawat!”

 

Apakah kamu Degawa Tetsurou?

 

(TLN: Degawa Tetsurou, salah seorang komedian Jepang.)

 

Sementara aku mengomentarinya di dalam hati, kami pun mencapai dasar dan jatuh ke dalam air dengan bunyi ceburan.

 

    “Aaah! Aku menelan air! Aku menelan air! Mouu, aku tidak akan pernah menaikinya lagi!”

 

Himegi-san bangkit dan memukul-mukulku lagi untuk meredakan stresnya.

 

    “Aduh, aduh, sakit, sakit ….Tolong jangan melampiaskannya padaku.”

 

Aku sendiri tidak merasa takut, tetapi baginya itu adalah pengalaman yang sangat menakutkan sehingga membuatnya ingin menangis. Aku yakin siapa pun yang mendesain seluncuran itu pasti sangat puas jika orang yang menaikinya bisa mendapatkan pengalaman yang sangat menakutkan.

 

    “Bagus, aku senang bisa mengalaminya!”

 

Dengan senyum lebar, aku mengacungkan jempolku.

 

    “Cukup sudah! Aku tidak akan pernah menaikinya lagi!”

 

    “Haruskah kita menaikinya sekali lagi?”

 

    “—Dasar Pangeran Monster! Aku tidak akan pernah menaikinya denganmu, bahkan jika itu harus membunuhku!” balasnya.

 

Kemudian, aku menarik tangan Himegi-san dan keluar dari kolam. Saat itulah, Harune-chan berlari ke arahku sambil mengibarkan sayap pakaian renangnya.

 

    “Onii-san!” Harune-chan melompat ke arahku dengan kuat.

 

Lalu, aku menangkapnya dengan lembut di dadaku.

 

    “Harune-chan, itu berbahaya, lho.”

 

    “Maafkan aku.”

 

Dia tersenyum padaku dengan senyuman ramah. Seperti biasa, dia masih saja menjadi gadis yang menggemaskan.

 

    “Onii-san, bagaimana pendapatmu tentang seluncuran airnya?!”

 

    “Pendapatku tentang seluncuran air, ya?”

 

Aku melirik ke arah Himegi-san, yang kehabisan energi, dan berkata dengan jujur, “Agak berisik, sih,” karena telingaku masih saja berdenging.

 

***

 

Setelah menikmati kolam renang, kami memutuskan untuk menyudahinya pada waktu yang telah direncanakan. Karena kami para lelaki sudah selesai berganti pakaian terlebih dahulu, kami pun menunggu dengan sabar para gadis keluar di dekat pintu ruang ganti.

 

    “Ah! Aku sangat lelah!”

 

Aku yakin otot-ototku akan pegal-pegal besok.

 

    “Kita sudah sering berenang, kan?”

 

    “Rasanya, aku akan tidur nyenyak hari ini.”

 

Berbeda dengan tubuhku yang kelelahan, Takaki-kyun justru sangat bersemangat. Sepertinya, dia memang pantas menjadi pemain terbaik di tim sepak bola. Kemudian, aku mengeluarkan smartphone dari saku dan membuka aplikasi perpesanan. Aku mengirim pesan kepada Touka-san, yang mungkin sedang menunggu kepulanganku dengan tenang di rumah, mengatakan bahwa aku akan pulang sekarang.

 

Layar smartphone-ku menunjukkan bahwa pesan itu telah terbaca, dan sebuah stiker dengan karakter katak putih yang pernah aku lihat di suatu tempat muncul.

 

    “Apakah itu orang tuamu?” tanya Takaki-kyun.

 

    “B-Bukan.”

 

    “Oh, begitu. Lalu siapa?”

 

Entah kenapa, dia jadi begitu ingin tahu ….

 

    “Istri masa depanku,” jawabku gamblang.

 

    “Heee!?”

 

    “Aku bercanda, oke.”

 

    “Y-Ya. Tapi yah, aku punya satu nasihat untukmu. Jika kamu ingin berselingkuh, maka lakukanlah saat kamu siap untuk mati. Karena Touka itu orang yang sangat pencemburu,” jelasnya.

 

    “Jangan khawatir. Aku hanya akan setia pada Himegi-san.”

 

    “Kamu terkadang tidak malu-malu mengatakannya secara langsung, ya?”

 

    “Ya, karena kita sama, sih. Dan aku akan memberimu nasihat juga. Kanako juga orang yang pencemburu, jadi kalau kamu ingin selingkuh, lakukanlah dengan tekad yang kuat.”

 

    “Tidak perlu khawatir. Terakhir kali, dia hampir memasukkan aku ke dalam bak minyak yang menyala.”

 

    “Apa yang kalian lakukan?”

 

    “Yah, itu cuma kesalahpahaman, tapi … yah ada banyak alasannya ….”

 

Ketika kami sedang membicarakan hal-hal konyol, Himegi-san dan yang lainnya muncul dari ambang pintu seusai mereka berganti pakaian dan berlari ke arah kami. Himegi-san kemudian membungkuk pada kami dengan ekspresi sedikit meminta maaf di wajahnya.

 

    “Aku minta maaf. Jalanan sepertinya sedang macet dan mobilnya baru akan tiba satu jam kemudian.”

 

Karena kami mendapatkan tumpangan gratis, tentu kami tidak bisa mengeluh. Sebaliknya, aku juga merasa menyesal atas waktu dan masalah yang telah aku timbulkan. Aku akan menawarkan sopir pelayan sekaleng kopi dari mesin penjual otomatis nanti.

 

    “Jangan khawatirkan hal itu. Jadi, apa yang mau kita lakukan sembari menunggu?”

 

    “Akan lebih bagus jika ada restoran keluarga di dekat sini ….”

 

Sayangnya, tidak ada tempat yang cocok untuk menghabiskan waktu di dekat Crown World. Hanya ada dua tempat yang mungkin bisa digunakan di sana, yaitu meja biliar dan pusat permainan kecil di dalam komplek. Selain itu, teman-teman mungkin tidak ada yang tertarik untuk berganti pakaian renang dan kembali berenang. Itu artinya, kami hanya harus memilih antara bermain biliar atau bermain di pusat permainan.

 

    “Harune, ingin bermain game!” kata Harune-chan dengan riang mengangkat tangannya dan melihat ke arah pusat permainan.

 

Aku juga lelah, jadi aku lebih suka bermain game daripada bermain biliar.

 

    “Bagaimana kalau Kanako dan Takaki-kyun bermain biliar?”

 

Di kolam renang, Takaki-kyun menjaga yang lainnya agar aku bisa berduaan dengan Himegi-san. Karena itu, sekarang giliranku untuk membiarkan pasangan yang sedang kasmaran ini berduaan dengan menyarankan mereka untuk bermain biliar.

 

    “Apakah tidak apa-apa?” balas Kanako.

 

    “Ya, kami akan menghabiskan waktu di arcade,” jawabku.

 

    “Bagaimana denganmu, Takaki-kyun?”

 

    “Maaf, Ouji-kun, aku akan bermain biliar dengan Kanako-chan.”

 

    “Ya, kita akan bertemu di sini dalam lima puluh menit lagi.”

 

Mereka tersenyum, dan berjalan menuju meja resepsionis dengan saling bergandengan tangan. Melihat pasangan yang begitu akrab itu, aku berpikir,

    “Apakah ini yang orang-orang sebut sebagai ‘musuh bebuyutan berada di kapal yang sama’?”

(TLN: Majasnya sudah aku artikan ke bahasa yang sederhana. Karena, cukup sulit mencari diksi yang cocok untuk istilah Jepang dalam bahasa Indonesia-nya.)

 

    “Onii-san, jika kamu ingin mengatakannya, maka lebih pas sebagai ‘Pasangan yang saling mencintai dan tidak terpisahkan’, tahu?”

 

    “Harune-chan, aku hanya bercanda, oke? Itu sekadar lelucon untuk memecahkan suasana.”

 

Bohong, sebenarnya aku salah.

 

    “Ouji-kun, tentu saja kamu tahu arti dari ‘Musuh bebuyutan yang berada di kapal yang sama’, kan?” imbuh Himegi-san.

 

    “Yoo, ayo kita pergi ke arcade!” aku mengalihkannya.

 

Aku akan mencari apa makna “Musuh bebuyutan yang berada di kapal yang sama”, di kamus smartphone setelah pulang nanti. Dengan begitu, kami pun pergi ke pusat permainan. Sayangnya, arcade itu sepi, hanya ada beberapa orang tua dan anak-anak serta seorang karyawan wanita.

 

    “Harune, ingin bermain balap mobil!”

 

    “Hanya 500 yen saja, ya?” kata Himegi-san.

 

    “Hah?”

 

    “Tidak boleh buang-buang uang.”

 

    “Lima ratus yen itu hanya sebentar! Bakalan habis dalam sepuluh menit!” Harune-chan memprotes keras kakaknya.

 

Sementara itu, Himegi-san hanya mengabaikan keluhan adiknya, mengeluarkan koin 500 yen dari dompet merah mudanya, dan menyerahkannya pada Harune.

 

    “Harune juga ingin mengatur uang Harune sendiri ….”

 

Sembari mengerutkan kening dengan ekspresi ketidakpuasan, Harune-chan menggenggam koin 500 yen itu dan berjalan menuju mesin penukaran uang. Melihat adik iparku berjalan dengan lesu, membuatku merasa iba. Yah, apa boleh buat, aku akan membagikan sebagian uang cadanganku secara diam-diam nanti.

 

Di sisi lain, Himegi-san melihat boneka binatang yang berada di dalam kaca, seolah-olah tertarik dengan hadiah dari permainan derek tersebut. Dia yang sedang melihat boneka-boneka itu, sangatlah menggemaskan! Ketika aku sedang mengaguminya, aku mendengar suara notfikasi dari sakuku. Sepertinya ada yang mengirim pesan ke smartphone-ku. Aku mengeluarkannya dari saku dan memperhatikan layarnya.

 

    “Ah, ini dari Natsumi-san.”

 

Aku mengira pesan itu dari Touka-san, tetapi pengirimnya adalah putri sulung dari keluarga Himegi. Aku bertukar kontak dengan Natsumi-san ketika bertemu dengannya beberapa hari yang lalu. Sejak saat itu, kami sering saling berkomunikasi.

 

Aku pun membalas pesannya,

 

    “Apakah kalian bersenang-senang di kolam renang?” tanya dia.

 

    “Ya, itu sangat menyenangkan,” balasku.

 

    “Syukurlah.”

 

Kemudian Natsumi-san mengirimiku stiker karakter katak putih yang pernah kulihat sebelumnya. Aku sempat berpikir, apakah karakter itu populer di keluarga Himegi?

 

    “Ngomong-ngomong, Hakuma-kun ….”

 

    “Ya, ada apa?”

 

    “Bisakah kamu mengirimkan foto adik-adik perempuanku yang mengenakan pakaian renang mereka?”

 

Aku mendapat permintaan mesum yang jujur darinya.

 

    “Tidak ada hal yang seperti itu.”

 

    “Hhaaaaaaaa!? Bagaimana mungkin kamu tidak mengambil foto pakaian renang mereka??? A-Apa kamu ini idiot? Bukankah biasanya orang-orang punya ratusan foto di smartphone-nya, kan???”

 

    “Orang normal tidak melakukan hal-hal aneh seperti itu!”

 

Itu adalah hal yang wajar, tetapi jika ada orang idiot membawa kamera di kolam renang, lalu mengambil foto para gadis yang mengenakan pakaian renang, maka dia tidak bisa mengeluh meskipun diserahkan ke polisi.

 

    “Natsumi-san, kamu ingin aku ditangkap?”

 

    “Foto adik-adikku yang mengenakan pakaian renang sangatlah berharga!”

 

Serius, apa sih yang dia katakan?

 

    “Apa boleh buat, dah. Ayo ambil foto adik-adikku yang mengenakan pakaian biasa. Ayo, adik iparku, ambil diam-diam foto adik-adikku yang mengenakan pakaian biasa dan gunakan itu sebagai hadiah untuk Natsumi Onee-chan ini.”

 

Aku sungguh bersyukur kalau Natsumi-san ini adalah kakak perempuan, tetapi seandainya dia kakak laki-laki, aku yakin kedua adik perempuannya tidak akan memaafkan aku.

 

    “Aku bukan penguntit!”

 

    “Kamu payah, dah~! Pangeran yang Memalukan! Aku sangat kecewa padamu!”

 

Apa yang membuatnya begitu kecewa, sampai menuliskan kata-kata kasar seperti ini?

 

    “Aku mengerti. Aku akan mengirimkannya padamu ketika aku mendapatkan izin dari mereka.”

 

    “Jangan, dah! Aku ingin melihat foto alami mereka berdua!”

 

D-Dasar banyak maunya ….

 

    “—Jika tidak, aku akan berubah menjadi monster!” lanjutnya.

 

    “Baiklah ….”

 

Yah, ini bukan seperti mereka sedang mengenakan pakaian renang yang terbuka, dan lagi orang yang kukirimkan foto mereka adalah kakak perempuannya sendiri. Benar, dia memang orang yang mesum, tetapi dia bukan orang asing, melainkan saudari kandung mereka. Ini mungkin akan menjadi masalah besar, tetapi aku akan memihaknya kali ini.

 

    “Ngomong-ngomong, seperti apa penampilan Touka-chan dan Harune-tan? Aku penasaran, dah.”

 

    “Himegi-san mengenakan baju rajut hitam muda dan celana jins biru dengan panjang 3/4.”

 

    “Uwooooooh! Lalu, lalu, bagaimana dengan Harune-tan?”

 

    “Harune-chan mengenakan kaos oblong dan celana pendek kotak-kotak.

 

    “Sangat kasual! Pakaiannya terlalu santai! Seperti yang kuduga dari Harune-tan-ku!”

 

    “Um—Orang yang sedang berkomunikasi denganku ini benar-benar Onee-san, kan?”

 

Mungkinkah aku bertukar pesan dengan seorang bajingan mesum? Aku mulai curiga sekarang.

 

    “Hakuma-kun, ayo kita buat action figure adik-adikku yang mengenakan pakaian biasa!”

 

Dari cara bicaranya, sepertinya dia adalah Natsumi-san yang asli.

 

Lalu, setelah menyelesaikan game balap mobil, aku mengambil foto Harune-chan dengan ponselku ketika dia sedang bermain drum. Dia begitu serius memainkannya, sampai-sampai tidak menyadari bahwa aku sudah memotretnya. Aku bisa mendapatkan bidikan alami yang diinginkan Natsumi-san. Ya, aku bisa mendapatkan bidikan Harune-chan yang penuh semangat sedang memukul drum menggunakan tongkatnya. Aku pun langsung mengirimkan foto tersebut ke Natsumi-san, yang langsung dibaca olehnya.

 

    “Bagus, bagus sekali! Harune-chan yang tersenyum itu bagus sekali! Hakuma-kun, bukannya ini berarti kamu punya bakat fotografi?”

 

    “Terima kasih.”

 

Meskipun aku merasa seperti dimanfaatkan oleh Natsumi-san, tetapi aku sangat senang dengan pujian itu.

 

    “Kalau begitu, berikutnya Touka-chan, bagaimana?”

 

    “Baiklah.”

 

Kemudian, aku diam-diam mendekati Himegi-san dan mengambil fotonya saat dia sedang memandangi boneka yang ada di dalam kaca permainan derek dengan kamera smartphone-ku demi melaksanakan perintah Natsumi-san. Setelah itu, aku kembali mengirimkan foto itu ke Natsumi-san.

 

    “Uwaah! Istrimu tersenyum saat melihat boneka binatang itu! Ouji-kun, itu bidikan terbaik!”

 

Aku juga merasa itu adalah bidikan terbaikku. Ditambah lagi, Himegi-san adalah istriku di masa depan.

 

    “Selanjutnya, tolong foto pantatnya Touka-chan dari dekat!”

 

    “Apa?”

 

    “Aku ingin melihat pantat menggemaskan dari putri kedua yang akan memimpin keluarga Himegi di masa depan!”

 

    “Tidak, tidak, itu mustahil! Jika ketahuan, aku akan dibunuh!”

 

    “Berjuanglah sampai mati!”

 

    “Oh, bateraiku hampir habis ....”

 

    “Jangan berbohong, dasar pecundang!”

 

Sebenarnya daya smartphone-ku masih ada, tetapi aku tidak bisa menemani Natsumi-san lebih lama lagi, jadi aku memilih mematikannya.

 

    “Haaa ... serius, betapa merepotkannya orang itu ….”

 

Aku menghela napas panjang dan memasukkan smartphone-ku kembali ke dalam saku. Lalu, aku mendekati Himegi-san, yang sedang memandangi sebuah boneka.

 

    “Apa kamu menginginkannya?” tanyaku.

 

    “Tidak, aku tidak terlalu menginginkannya, tapi dia menatapku dengan matanya yang indah.”

 

Himegi-san, itulah yang orang-orang di dunia ini sebut kalau kamu menginginkannya. Akan tetapi, kamu berbohong dengan cara yang aneh. Sebagai informasi, boneka yang dia inginkan adalah boneka kodok berwarna putih. Dasar, akhir-akhir ini, karakter itu selalu menghampiri hidupku, ya?

 

    “Apa boleh buat, tidak ada pilihan lain lagi, kan? Mari kita sambut Hakugaeru-kun di rumah kita.” Mengatakan hal ini, dia memasukkan koin 100 yen ke dalam slot dan memainkan permainan derek.

 

Musik lucu diputar, dan lengan permainan derek bergerak bersamaan dengan tuas yang dioperasikan oleh Himegi-san.

 

    “Kamu sering memainkan permainan derek?”

 

    “Sudah lima tahun, sih. Ya, sudah lama sejak pertama kali bermain di sini, jadi ini adalah yang kedua kalinya,” Kemudian dia berkata lagi, “Ini dia …” dan menekan tombol tarik pada permainan derek. Tiga capit itu pun turun ke bawah dan meraih kepala seekor katak putih.

 

    “Oh, kamu pikir kamu bisa mendapatkannya?”

 

    “Diamlah.”

 

    “M-Maaf ….”

 

Dia memperingatiku. Lalu, capit itu meraih katak putih dan mengangkatnya ke atas.

 

    “Ah!”

 

Katak itu jatuh dari capitan dan jatuh kembali ke tempatnya. Itu dia. Ini adalah masalah desain lengan yang dirancang untuk melemah ketika mencapai puncak. Jika aku benar, akan sangat sulit untuk mendapatkan boneka ini. Namun, Himegi-san tidak gentar dan memasukkan kembali koin 100 yen ke dalam slot.

 

    “Bagaimana … —ku?”

 

    “Hah?”

 

Himegi-san bergumam dengan suara yang pelan, sehingga aku tidak bisa mendengarnya dengan jelas karena kebisingan. Akan tetapi, dia baru saja bertanya tentang suatu hal padaku, kan?

 

    “Um, maaf. Aku tidak bisa mendengarmu dengan jelas ….”

 

Mendengar kata-kataku, dia menjadi marah dan hal itu terlihat dari ekspresinya. Sepertinya, itu adalah pertanyaan yang penting.

 

    “Aku benar-benar minta maaf. Jika tidak keberatan, bisakah kamu mengulanginya?”

 

    “Jadi … bagaimana … menurutmu … pakaian renangku?”

 

Mungkin karena malu, wajah Himegi-san sedikit memerah. Kemudian, karena tidak ingin aku tahu, dia memalingkan wajahnya dariku, menatap boneka binatang yang menjadi targetnya dan berpura-pura tenang. Setelah mengingatnya kembali, aku menyadari bahwa aku belum memuji penampilan dia yang mengenakan pakaian renang secara langsung. Ini adalah kesalahan besarku sebagai pacarnya.

 

    “Himegi-san,” panggilku.

 

    “Apa?”

 

    “Aku akan membuang album foto Shiramori Yuki yang sangat berharga ke tempat sampah!”

 

Shiramori Yuki adalah nama idola yang sangat populer dalam generasi kami. Dia memiliki tubuh yang bagus, sebagus Himegi-san, dan aku adalah penggemar beratnya, sehingga setiap kali ada buku foto Shiramori Yuki yang dijual, aku langsung pergi ke toko buku untuk membelinya.

 

    “Apa maksudmu?”

 

    “Hari ini, aku bertemu dengan sesuatu yang bahkan lebih indah daripada Yuki-chan, yang menjadi tempatku mencurahkan masa mudaku. Ya, itu kamu, Himegi-san! Aku ingin berterima kasih atas pakaian renangmu—Aduuh sakit!”

 

Entah kenapa, dia memotong kata-kataku.

 

    “Kuharap kamu tidak menyamakanku dengan seorang gadis yang sering digunakan sebagai pelampiasan hasrat seksual.”

 

    “Pelampiasan? Aku melihat album foto kostum renang Yuki-chan dan membayangkan, ‘Aaah, aku ingin menghabiskan liburan musim panas dengan gadis ini!' sebelum aku pergi tidur!”

 

Sumpah, aku tidak pernah memandang Yuki-chan dengan niat yang buruk.

 

    “Kamu memiliki fantasi yang erotis ….”

 

    “Tapi Himegi-san lebih erotis!”

 

    “Aku akan menjatuhkanmu! Bagaimanapun juga, pujianmu adalah ... 50 poin!”

 

    “Oh, ya ….” Sepertinya pujianku ini salah.

 

    “Himegi-san, maukah kamu mengenakan kostum renang hari ini lagi? Jika memungkinkan, aku ingin melihatmu di pantai.”

 

    “Aku akan memikirkannya.”

 

Sepertinya, cara memujiku yang ini lebih tepat, dan aku tidak melewatkan bagaimana sudut mulutnya menjadi rileks sejenak dan senyuman muncul di wajahnya meskipun ekspresinya sedang cemberut.

 


Meskipun jawabanku memiliki nilai yang tidak sempurna, tetapi tampaknya berhasil sedikit menyentuh hati Himegi-san. Lalu, selama percakapan itu terjadi, sebuah boneka lain jatuh dari lengan permainan derek.

 

    “───Ugh! Fuhfuh .... Yah, masih ada waktu. Mari nikmati permainan ini dengan sabar.”

 

Kemudian dia mengeluarkan koin 100 yen dari dompetnya dan mencobanya lagi.

 

    “............”

 

Sayangnya, aku sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kemudian, tiga puluh menit pun telah berlalu.

 

--Pang!

 

    “Ah! Jangan sampai mesin itu rusak!”

 

    “Karena, karena! Aku sudah menghabiskan 10.000 yen!”

 

    “Bukannya aku sudah bilang! Kamu harus berhenti setelah mengeluarkan 1.000 yen!”

 

Sialnya, bahkan setelah menghabiskan 10,000 yen, dia belum juga berhasil mendapatkan Hakugaeru-kun. Himegi-san tampak telah kehilangan kendali dan menjadi kecanduan dengan permainan derek. Dia adalah jenis orang yang seharusnya tidak diizinkan untuk berjudi.

 

    “Ouji-kun, aku akan menukarkan sejumlah uang, jadi tolong awasi kodok ini agar tidak ada orang lain yang mengambilnya!”

 

    “Baiklah.”

 

Tampaknya, dia masih siap untuk terus mencoba tantangan ini. Selain itu, sebenarnya dia tidak perlu khawatir, karena tidak akan ada yang menginginkan kodok kecil yang tidak ada lucu-lucunya ini.

 

    “Apakah dia masih bermain?”

 

Harune-chan, yang telah selesai bermain game, muncul dengan ekspresi jengkel di wajahnya.

 

    “Dia terjebak di sini,” kataku.

 

    “Harune saja cuma menghabiskan lima ratus yen. Itu namanya standar ganda, lho.”

 

    “Kamu benar.”

 

Serius, aku tidak punya kata-kata untuk membalasnya. Touka-Nee, saat kamu melakukan hal-hal bodoh, nilaimu sebagai seorang kakak akan terus menurun.

 

    “Dia sudah menghabiskan banyak uang. Aku akan meminta pemilik toko untuk memindahkannya ke posisi yang lebih baik,” ungkap Harune-chan.

 

    “Aku juga menyarankan hal itu, tetapi dia menolak mentah-mentah.”

 

Sepertinya dia ingin mengambilnya sendiri, tanpa bantuan orang lain. Perlu kalian tahu, sebenarnya aku sudah memberinya beberapa saran, tetapi dia berkata, ‘Aku tidak bisa berkonsentrasi, jadi diamlah!’. Sejak saat itu, aku memilih untuk tetap diam.

 

    “Dia adalah kakak perempuan yang menyebalkan,” kata Harune-chan sambil menatap dingin boneka kodok itu. “Tidak menyenangkan kalau dia menghabiskan semua uangnya dan aku hanya boleh menghabiskan lima ratus yen.”

 

    “Harune-chan, pergilah bermain dengan uang ini,” kataku.

 

-Srekk, srekk, srekk!

 

    “O-Onii-san, dompet itu ….”

 

    “Ya?”

 

    “—Keren, itu keren!” katanya.

 

Sepertinya dia ini adalah gadis modis sejati yang memahami esensi fashion, sama seperti aku.

 

    “Menurutku, dalam waktu lima tahun lagi, dompet Velcro akan menjadi tren besar di seluruh dunia.”

 

(TLN: Dompet velcro itu semacam dompet lipat yang ada bagian serabut perekatnya, yang ketika dibuka akan bersuara.)

 

    “Oh! Onii-san kamu hidup lebih maju dari kami semua! Kamu seorang visioner!”

 

    “Yah ... Pola pikirku terlalu maju untuk zamanku dan bakalan sulit dimengerti oleh orang biasa. Tapi yang lebih penting, ini uang saku dari Onii-san untuk Harune-chan.”

 

Aku mengeluarkan uang seribu yen dari dompet dan memberikannya pada Harune-chan.

 

    “Tidak apa-apa?”

 

    “Tentu saja.”

 

    “Yay! Aku sangat mencintaimu, Onii-san!” Harune-chan sangat gembira dan melompat ke dadaku.

 

Oh, oh! Ada apa ini? Ada apa? Aku merasa bisa membayarnya sebanyak yang dia mau. Andaikata, dia memintaku untuk membelikannya kartu permainan seharga 100.000 yen, aku pasti akan menarik 100.000 yen dari ATM dan pergi ke toko kartu untuk membelikannya. Kemudian, Harune-chan menatapku dengan ekspresi seolah-olah dia ingin mengatakan sesuatu.

 

    “Ada apa?” tanyaku.

 

    “Onii-san terlihat seperti Natsumi-Nee.”

 

    “Ehh?”

 

    “Dulu, Natsumi-Nee memberiku uang saku di arcade ini. Ekspresi wajah Natsumi saat itu tumpang tindih dengan ekspresi Onii-san sekarang.”

 

    “............”

 

Meskipun seharusnya aku mengatakan sesuatu, tetapi tiada kata-kata yang terucap dari mulutku. Aku bertanya-tanya berapa banyak kesedihan dan penderitaan yang dia pikul dengan tubuh mungilnya ini. Aku merasa hatiku hancur melihat kenyataan bahwa anak ini, yang masih duduk di bangku sekolah dasar, harus mengucapkan selamat tinggal pada kakak perempuannya dalam waktu yang tidak lama lagi. Memikirkan hal ini, tidak mungkin aku bisa mengatakan sesuatu yang dapat menghiburnya.

 

    “Oh, ya. Aku juga harus berterima kasih pada Onii-san. Terima kasih telah membantu pesta ulang tahun Harune.”

 

Harune-chan membungkuk padaku dan mengucapkan terima kasih.

 

    “Natsumi-Nee juga senang. Aku sangat senang tidak melarikan diri dan berhasil memainkan biola,” sambungnya.

 

    “Begitu, ya.”

 

Pesta ulang tahun Harune-chan pada garis waktu dunia yang sebenarnya telah dibatalkan karena dia sendiri melarikan diri dari rumah. Aku yakin Harune di masa depan, pasti tersiksa oleh penyesalan demi penyesalan. Aku juga harus berterima kasih pada Touka-san terkait fakta bahwa aku dapat menghindari sedikit saja garis waktu di mana gadis kecil ini menderita, dan bahkan bisa memberikanku senyuman tanpa beban di matanya.

 

    “Harune punya beberapa saran untukmu,” kata Harune-chan padaku.

 

    “Saran?”

 

    “Ini, Onii-san harus mendapatkan boneka binatangnya! Touka-nee pasti akan mencintaimu!”

 

    “Serius?”

 

    “Bayangankan saja! Onii-san mendapatkan boneka binatang itu dan memberikannya pada Touka-nee!”

 

Aku pun membayangkannya, di mana diriku yang mendapatkan boneka tersebut dan memberikannya kepada Himegi-san.

 

    “… Kami berciuman dan dia memberiku izin untuk meremas payudaranya, ya!”

 

    “Tidak, itu terlalu jauh. Bayanganmu terlalu jauh, tapi setidaknya kamu masih mungkin mendapatkan ciuman di pipi!”

 

    “Whooaaaaaaaaa!”

 

Ketika dia mengatakannya seperti itu, aku tiba-tiba jadi termotivasi!

 

    “Ayo, Onii-san, mari bermain!”

 

Aku memutuskan untuk mencoba permainan derek dengan koin 100 yen yang tersisa. Dengan itu, uang yang tersisa di dompetku hanyalah 12 yen.

 

    “Onii-san, apakah kamu pernah memainkan permainan derek sebelumnya?”

 

    “Sebenarnya, ini adalah pertama kalinya.”

 

    “Sungguh mengejutkan.”

 

Ya, meskipun mengejutkan, aku belum pernah memainkan permainan derek sebelumnya. Menurutku, jauh lebih meyakinkan dengan membayar uang untuk tiket lotre di minimarket atau untuk gacha di toko mainan, daripada bermain derek. Setidaknya, kita dijamin akan memenangkan sesuatu jika membelinya. Namun kali ini, aku akan mengabaikan pandangan dan pemahaman itu, lalu bermain dengan koin 100 yen ini untuk Honey tercinta. Selanjutnya, aku memasukkan koin 100 yen dan mengoperasikan tuasnya.

 

    “Ada celah kecil di antara kepala dan mahkota. Jika kamu membidiknya ke sana ....”

 

    “—Pokoknya aku harus berhasil mendapatkan sesuatu yang kuinginkan dalam sekali coba!”

 

Kemudian ....

 

    “Uwaaa! Itu luar biasa! Sangat hebat! Aku mendapatkan boneka binatang seharga 100 yen!”

 

Aku tidak pernah menyangka aku bisa mendapatkannya hanya dengan satu kali percobaan. Fiuh! Sepertinya aku telah menemukan satu lagi bakatku.

 

    “Onii-san!”

 

    “Harune-chan!”

 

Kami pun—

 

    “Uuuuu—eiii!”

 

    “Uuuuu—eiii!”

 

—melakukan tos.

 

    “Oh! Onii-san, Touka-nee sudah kembali!”

 

Aku segera menyembunyikan boneka kodok yang aku dapatkan di belakang punggungku. Ketika dia mendekat, aku akan mengejutkannya dengan menunjukkan boneka yang kudapat. Tatkala, Himegi-san berdiri di sampingku, ada cangkir medali yang penuh dengan koin 100 yen di tangannya. Sebenarnya, mau berapa kali orang ini akan bermain?

 

    “Himegi-san, Himegi-san ......”

 

Aku mengetuk-ngetuk ringan pundaknya dengan jariku.

 

    “Apa?”

 

    “—Jengjengjeng! Aku mendapatkan boneka binatangnya! (Bangga!)”

 

Kemudian, aku mengangkat boneka yang aku sembunyikan di belakang punggungku.

 

    “Ini! (Doyaaa!) (Doyaaa!) (Doyaaaah!)”

 

Aku menyerahkan boneka binatang itu kepada Himegi-san. Kemudian, dia secara bergantian melihat kodok di tanganku dan permainan derek yang kosong, menunjuk ke arah kodoknya dengan tangan yang gemetar.

 

    “Eh? Eeeeh? Mungkinkah kamu mendapatkan boneka binatangnya?”

 

Aku pun berlutut di hadapannya dan berkata, “Wahai Honey! Maafkan aku karena tidak bisa memberimu seratus miliar mawar.”

 

Setelah mengatakan itu, aku mengeluarkan sekuntum mawar merah cerah dari tangan kananku. Adapun Himegi-san, dia gemetar mendengar kata-kata kerenku dan wajahnya berubah menjadi merah padam. Fiuhh! Rupanya, dia sangat terharu sampai-sampai tidak bisa berkata apa-apa. Lalu, aku menawarkan mawar merah itu kepadanya—

 

    “────Dasar perampok!” teriaknya.

 

    “Apa?”

 

Aku tidak salah dengar, kan? Apakah orang ini baru saja memanggilku perampok? Sejujurnya, aku sudah hidup selama 16 tahun, tetapi hari ini adalah pertama kalinya seseorang memanggilku perampok, langsung di hadapanku. Namun, lebih dari itu, fakta bahwa dia gemetar dan wajahnya memerah, bukan karena terharu, melainkan marah padaku karena melakukan sesuatu yang tidak perlu?

 

    “Boneka binatang itu seharusnya milikku!” Himegi-san langsung menginjak-injak tanah seperti anak kecil.

 

Dia sangat murka, penuh amarah, sangat kesal sampai hampir meledak.

 

    “Maafkan aku ….”

 

    “Aku memintamu untuk mengawasinya, tapi aku tidak pernah menyuruhmu untuk mendapatkan boneka itu!”

 

    “Ehh, ah, aah, aaah … Harune-chan, tolong ....”

 

Aku sadar bahwa tidak bisa mengendalikan kemarahan Himegi-san sendirian, jadi aku memutuskan untuk meminta bantuan adik perempuannya, yaitu Harune-chan. Aku pun berbalik ke tempat Harune-chan berada.

 

    “Eh? Hah? Harune-chan!” Namun, Harune-chan tidak ada di tempat aku menoleh.

 

Ah, tanpa kusadari, dia sedang asyik bermain air hockey dengan seorang gadis yang tidak kukenal! Dia sungguh gadis yang cerdas dan langsung melarikan diri ketika merasakan bahaya yang mengancam.

 

    “Letakkan kembali! Kembalikan boneka binatang itu ke tempatnya!”

 

    “K-Karyawan! SOS! Da-ru-raaaaaaaaaat”

 

***

 

    “Selamat datang di rumah, Ha-kun.”

 

Ketika aku membuka pintu depan rumah kami, ada Touka-san yang mengenakan apron menyambutku.

 

    “Kamu kelihatannya lelah,” sambungnya.

 

Melihat ekspresiku yang kelelahan, Touka-san tersenyum pahit padaku.

 

    “Hehehehe …. Aku memang lelah, tapi melihatmu memakai apron, entah kenapa aku jadi bersemangat kembali.”

 

    “Fufu. Kamu enam tahun terlalu cepat untuk mengatakan kalimat itu,” balasnya.

 

Kalau begitu, enam tahun dari sekarang, aku akan mengatakannya sebanyak yang aku mau.

 

    “Ngomong-ngomong, Ha-kun?”

 

    “Iya?”

 

    “Kenapa ada tulisan ‘perampok’ di dahimu?”

 

    “No comment.”

 

Aku malu mengatakan bahwa dirinya dari masa SMA-lah yang menulis itu sebagai hukuman untukku.

 

    “Apa kamu bersenang-senang di kolam renang?”

 

Sebagai balasan untuk itu, aku menunjukkan layar smartphone-ku pada Touka-san.

 

    “Oh! Harune dan aku memeluk Hakugaeru-kun, kan?”

 

Pada layar smartphone-ku, ada dua orang yang tersenyum sambil memegang kodok dengan warna yang berbeda di dada mereka. Pada akhirnya, Himegi-san harus kehilangan 20.000 yen untuk mendapatkan boneka binatang yang dipegangnya itu. Di sisi lain, aku sedikit khawatir kalau-kalau orang tuaku akan memarahiku nanti karena membuang-buang uang.

 

    “Aku nanti akan mengirimkan foto ini ke Natsumi-san juga.”

 

    “Terima kasih. Tolong kirimkan, ya.”

 

Aku yakin dia akan senang.

 

    “Untuk sekarang, ayo kita makan malam saja. Ha-kun, pergilah cuci tangan, dulu.”

 

    “Baiklah.”

 

Lalu, Touka-san berbalik dan berjalan ke ruang tamu. Anehnya, pakaian Touka-san mirip dengan pakaian yang dikenakan Himegi-san hari ini. Ya, jumper rajut berwarna biru tua dan celana jins biru. Aku menatap punggungnya dan berpikir.

 

    “Jadi begitu … ah itu pantat putri kedua yang akan bertanggung jawab atas nama keluarga Himegi di masa depan.”

 

Seperti yang dikatakan Natsumi-san, dia memang memiliki pantat yang indah.

 

    “Tidak ada pilihan lain, aku akan mengirimkan foto pantatnya juga.” Sambil memikirkan hal itu, aku mengarahkan kamera smartphone-ku ke Touka-san dan memotretnya.

 

TL: Zho (YouthTL)


Prev Chapter || ToC || Next Chapter  
0

Post a Comment



close