NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Senchi kara Kaette kita Takashi Kun. Futsuu ni Koukou Seikatsu Okuritai V1 Chapter 2

 Jangan lupa untuk Tonton video diatas ini 


Penerjemah: Dhee 

Proffreader: Tanaka Hinagizawa 


 Bab 2 - Takashi telah pulang dari medan perang. Ingin bertemu kembali dengan keluarga secara normal


Bagian 1

Pov Shibusaki Karin

Sudah tiga tahun sejak adikku pergi ke medan perang. Tiba-tiba saja terjadi invasi oleh Alien. Dalam perang itu, adikku Takashi terpilih menjadi seorang tentara.

Saat itu, Jepang menyatakan diri tidak akan terlibat dalam perang. Namun, dalam peperangan untuk bertahan hidup melawan Alien, Jepang tidak bisa lagi hanya berbicara indah. 

Tetapi, jika sembarangan mengirim tentara ke medan perang, Jepang akan dikecam oleh rakyatnya. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan sistem wajib militer selektif, di mana hanya orang-orang terbaik yang dikirim.

Dengan kata lain, lebih baik mengirim satu tentara terbaik daripada mengirim ratusan tentara yang tidak berkemampuan. Meskipun tidak jelas kriterianya, pemerintah memilih tentara berdasarkan standar yang ditetapkan, sehingga hanya sekitar seratus orang yang dikirim, bukan puluhan ribu.

Jepang adalah negara yang jauh dari garis depan perang dan hanya mengirim sedikit pasukan. Dibandingkan dengan negara lain, Jepang cukup beruntung. Bahkan ada negara yang sudah hancur. Jika memikirkan hal itu, kami seharusnya bersyukur.

Sampai adikku dipanggil untuk bertugas.

Saat adikku terpilih menjadi tentara, aku tidak percaya. Aku tidak pernah membayangkan anggota keluargaku akan dipanggil untuk bertugas. Adikku hanyalah seorang anak biasa, dengan nilai rata-rata dan hanya memiliki kebaikan hati sebagai ciri khasnya. Dia adalah adikku yang berharga.

Aku tidak bisa menerima kenyataan ini. Aku menangis histeris, memohon kepada orang tuaku agar tidak membiarkannya pergi. Aku bahkan berniat membunuh petugas yang akan membawanya. Tapi adikku berkata, “Aku akan baik-baik saja,” dan pergi.

Sejak hari itu, aku tidak bisa bangkit lagi. 

Jika adikku tewas di medan perang, keluarga kami akan menerima kabar darinya. Setiap hari, aku berdoa agar tidak ada kabar seperti itu. Setiap pagi, aku langsung memeriksa surat, berharap tidak ada surat dari militer. Siang hari, aku gemetar sambil berdoa tidak ada kiriman cepat. Aku baru bisa tenang saat malam tiba, karena itu berarti adikku masih hidup hari ini.

Setiap hari memastikan kehidupan dan kematian.

Aku merasa hampir gila.

Setelah menjalani kehidupan seperti itu berulang kali, aku perlahan-lahan mulai takut melihat surat.

Aku takut jika ada kabar duka yang datang...

Aku tidak bisa lagi menahan rasa takut itu.

Mungkin hari ini, kabar duka itu akan datang.

Berita bahwa adik kecilku yang baru saja masuk SMP, yang sendirian di negeri asing, telah meninggal.

Aku takut.

Aku tidak ingin membayangkannya.

Aku tidak ingin berpikir bahwa ia telah meninggal.

Berpikir tentang itu saja sudah menyakitkan.

Aku sangat ketakutan kehilangan orang yang kucintai.

Saat aku sedang tenggelam dalam kenangan bersama adikku di kamarnya, tiba-tiba terdengar suara bel pintu yang berbunyi berulang kali.

Biasanya aku akan mengabaikannya, tapi kali ini suaranya begitu keras dan terus-menerus, membuatku merasa cemas.

Aku pun berjalan menuju pintu depan untuk memeriksanya.

“Hei, kenapa tidak ada yang membuka pintunya?”

“Kau terlalu banyak memencet bel, bisa-bisa rusak, tahu!”

“Tapi di negaraku, ini sudah menjadi etika untuk memencet bel seperti ini."

“Hah? Budayamu aneh sekali...”

“Aku hanya bercanda, jangan terlalu serius dong~”

Suara-suara muda yang terdengar dari balik pintu.

Mungkinkah teman lamaku?

Rasa kesal membuatku ingin membuka pintu dan memarahi mereka, tapi...

Pemikiranku terhenti.

“Ah... Kakak, lama tak berjumpa. Aku akhirnya bisa kembali dengan selamat.”

Aku tidak percaya dengan apa yang kulihat.

Apakah ini mimpi?

“Kakak? Kau baik-baik saja?”

Seorang remaja laki-laki yang tersenyum lembut padaku.

Adikku telah tumbuh tinggi dan suaranya telah berubah, tapi aku tahu dengan pasti bahwa itu adalah adikku yang ada di sana.

“Ah... ah...” 

Aku tidak bisa bernapas dengan baik.

Pikiranku tidak berfungsi dengan benar.

“Ah... Ah... Se... See...”

Suaraku serak, tidak bisa mengeluarkan kata-kata.

Air mataku mengalir tanpa bisa kuhentikan.

Hanya ada satu hal yang bisa kulakukan.

“SE... LA... MAT ... DATANG... Gu... Ah... Aaaaaa...”

Aku berlari keluar dari pintu depan dan memeluk adikku dengan erat.

Memeluknya dengan kuat, kuat sekali.

Adikku yang selalu ada di mimpiku.

Adikku yang berkali-kali kuputuskan untuk menyerah, tapi tak bisa.

Akhirnya aku bisa bertemu dengannya.

Aku bersyukur kepada Tuhan dari lubuk hatiku.

“Hei, kakak... aku... Tidak bisa bernafas...” 

“Oh... Taka-chan tersiksa...”

Mengabaikan adikku yang kesakitan, aku terus memeluknya erat-erat.

Merasakan suhu tubuhnya, menyentuh kulitnya, mencium baunya, memastikan bahwa adikku telah kembali hidup.

Tanpa sadar, aku mencium bibirnya. Aku juga menjilat pipinya dan menghisap daun telinganya.

Perasaan hampa di dalam diriku perlahan-lahan pulih.

Aku tak akan melepaskannya lagi.

Aku tak akan menyerahkannya pada siapapun.

Adikku adalah milikku.


Bagian 2

Pov Shibusaki Takashi

Tiga tahun berlalu sejak terakhir kali bertemu dengan kakakku, dan sekarang dia terlihat sangat kurus. Dulu dia memang sudah kurus, tapi sekarang lebih mirip dengan tulang yang berjalan.

Lingkaran hitam di bawah matanya sangat jelas, rambutnya juga kusut... Apa dia baik-baik saja? Dia terlihat sangat sakit.

“Kakak, kamu sudah makan dengan baik? Wajahmu terlihat pucat.”

“A... gu... gua... tidak... tidak bisa... a... a... a...”

Kakakku terisak-isak dan menangis tersedu-sedu. Kamu harus makan dengan baik. Sebelum merayakan pertemuan ini, kita harus makan dulu.

“Gimana kalau kita makan gyudon dulu? Aku juga lapar.”

“Takashi! Bawa wanita cantik seperti aku ke restoran gyudon? Harusnya bawa aku ke tempat yang lebih modelis!”

Mulai lagi dah... Sebelum dia mengeluh lebih jauh, aku mengusap kepala Natalie dengan kasar.

“Kamu ngomong apa, sih? Kalau ini kencan pertama, tentu aku akan pilih restoran yang bagus, tapi kalau dengan istri, gyudon saja sudah cukup.”

“Apa? I-istri?”

“Aku ingin istri yang sudah mengenalku dengan baik menikmati makanan kesukaanku...”

“Aduh, Takashi... Kamu ini memang... Mau bagaimana lagi...”

Natalie, dengan wajah merah padam, tampak malu mendengar omonganku yang asal. Dia terlalu mudah dibuat malu.

“Ta... Takkyun... s-siapa wanita itu...?”

Melihat kami bercanda tanpa semangat, kakakku bertanya sambil mengusap hidungnya.

“Natalie. Sapa dia.”

“Halo! Aku Natalie Taafeit Pinkstar! Aku akan menikah dengan Takashi dengan tujuan membuat anak!”

Seperti biasa, Natalie dengan ucapannya yang aneh membuat kakakku terdiam.

“Kak, tenanglah. Orang bodoh ini adalah teman seperjuanganku. Dia tidak punya tempat tujuan, jadi dia ikut denganku. Aku yang akan mengurusnya, jadi kamu bisa abaikan dia kalau mau.”

“Jangan sarankan untuk mengabaikanku! Aku ingin akrab dengan kakak ipar!”

“Kakak ipar?!”

Kakak mengeluarkan suara terkejut yang aneh. Racun Natalie tampaknya terlalu kuat untuk kakakku yang polos. Kakak buru-buru mencoba berpegang pada akal sehat.

“Tidak! Aku tidak akan pernah mengizinkan kamu menikah dengan Tak-kun!”

“Lihat, Takashi! Rintangan pertama dalam pernikahan kita sudah muncul!”

“Semakin tinggi tembok, semakin besar cinta akan berkobar... Tolong jadilah tembok yang tinggi, kakkkkkkk!”

“Tunggu, Tak-kun! Apa yang terjadi denganmu?! Kamu dulu tidak suka bercanda seperti ini!”

Mendengar komentar kakakku, aku dan Natalie tertawa bersama. Entah kenapa, meski kami yang melakukannya merasa senang, orang lain yang terlibat mungkin merasa tidak nyaman. Akupun menghentikan candaan tidak berguna ini, aku menopang kakak yang terlihat lemah.

“Yang penting sekarang, mari kita pergi cari makan. Nanti aku ceritakan semuanya.”

“Eh... iya... tapi, rasanya masih aneh...”

Sementara kakakku bergumam tidak puas, semangatku semakin meningkat. Akhirnya, bisa makan makanan yang layak selain ransum militer saja. Hanya memikirkan itu saja sudah membuat hatiku melonjak kegirangan.

Kami makan gyudon dengan semangat, sementara kakak memandang kami dengan cemas.

“Kalian yakin tidak akan sakit perut karena makan sebanyak itu?”

“Sebaliknya, apa kakak cukup hanya makan sedikit?”

Di depan kakakku hanya ada semangkuk kecil gyudon. Sudah cukup lama berlalu, tapi dia belum makan setengahnya.

“Eh... iya... Sudah lama aku tidak makan nasi, jadi ini sudah cukup banyak buatku...”

“Tidak boleh begitu loh kak. Kamu harus makan dengan baik biar sehat.”

“Aku mau pesan minuman dan kari. Kalian mau apa?”

“Aku mau katsu kari. Kakak mau apa?”

“Aku... air saja sudah cukup.”

Kakak mulai makan dengan perlahan, tapi tiba-tiba berhenti dan berteriak, 

“Tidak, ini bukan waktunya untuk makan gyudon! Bagaimana hubunganmu dengan Natalie?”

“Kita sahabat.”

“Kami pasangan terkuat.”



“Jawablah dengan serius,” 

Mata kakak ku mulai berkaca-kaca. Jadi aku tak punya pilihan selain menjawab dengan serius.

“Seperti yang aku bilang sebelumnya, Natalie adalah teman seperjuanganku. Aku akan mengajaknya jalan-jalan sebentar sebelum mengirimnya kembali ke militer. Jadi, perlakukan dia dengan baik sementara waktu.”

“Tidak, aku tidak akan kembali! Aku akan berada di kuburan yang sama dengan Takashi!”

“Aku menunggu itu!”

“Jangan men Tsukkomi nya Tak-kun.”

Melihat kakak yang cemas, aku masih berpikir betapa imutnya dia. Dia selalu membangkitkan keinginanku untuk melindunginya. Meskipun kami selalu bercanda, dia selalu merespons dengan serius. Siapa pun yang menikahi kakak pasti akan timbul rasa ingin melindunginya.

Saat aku membayangkan masa depan itu, kakak dengan mata berkaca-kaca bertanya lagi.

“Aku benar-benar tidak mengerti hubungan kalian. Apakah kalian berpacaran?”

“Pacaran...?”

Apa itu? Sudah lama sekali sejak aku mendengar kata itu. Sebelum pergi berperang, aku tidak punya hubungan apa pun, dan aku cukup aktif.

“Pacaran... kedengarannya nostalgia.”

“Ya, itu membuatku merasa perang sudah berakhir.”

“Pacaran... pacaran ya... haha, pacaran...”

Kami tertawa bersama sambil menunduk. Melihat itu, kakak mulai bingung.

“Eh? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?”

“Tidak, kamu tidak mengatakan apa pun yang aneh.”

“Lalu, kenapa kalian bereaksi seperti itu...?”

Ah, bagaimana aku harus menjelaskannya...?

“Jadi begini... tempat kami berperang itu sangat berbahaya. Ratio kematiannya sangat tinggi, sering kali seluruh pasukan yang masuk bisa saja dimusnahkan. Bahkan mereka yang selamat pun bisa mati dalam misi berikutnya.”

“Eh... ya...”

“Karena itu, ketakutan akan kematian sangat luar biasa... Meskipun kami mencoba mengalihkan pikiran dengan daun atau obat-obatan, itu malah membuat kami kehilangan kewaspadaan dan akhirnya mati. Banyak orang yang menjadi gila karenanya.”

“...”

“Bahkan orang-orang yang mentalnya kuat pun bisa kehilangan akal mereka di lingkungan seperti itu. Untuk menjaga kewarasan kami, kami selalu berbicara tentang harapan hidup kami. Tentang ingin menikah, punya anak, atau bertemu keluarga lagi.”

Saat pesanan kari tiba, aku melanjutkan pembicaraan sambil menenggak kuah kari bersama dengan gyudon.

“Jika kita bertahan hidup hari ini, besok akan ada masa depan yang bahagia... Kami selalu memaksakan diri untuk bermimpi tentang hal-hal itu, jadi tidak ada yang berbicara tentang mimpi sederhana seperti pacaran—“

“Takashi, lihatlah. Kakakmu kelihatan syok, jadi mungkin kamu harus menghentikan pembicaraan ini,” kata Natalie sambil menunjuk kakakku.

Karena ceritaku, wajah kakakku kembali menunjukkan ekspresi seperti akan menangis.

“...uh...uhh...ya, itu sangat sulit...”

“Maaf. Seharusnya aku tidak membicarakan hal ini.”

Ketika berhadapan dengan kakak, aku cenderung terlalu banyak berbicara. Aku berusaha agar suasana tidak menjadi terlalu suram, tapi ternyata belum berhasil. Aku mencoba mengubah topik untuk menghapus suasana berat ini.

“Ngomong-ngomong, apakah ayah dan ibu sedang bekerja hari ini?”

“Uh... ya... oh tidak! Aku lupa memberitahu mereka bahwa kamu sudah pulang!”

Kakak berkata sambil terburu-buru mengoperasikan ponselnya. Melihat ekspresi emosionalnya yang berubah-ubah, aku merasa dia sangat menggemaskan. Saat itu, Natalie tiba-tiba berseru, “Nee, Nee!”

“Ibunya Takashi mendukung pernikahan internasional, bukan? Jika dia menolak, lindungi aku ya?”

“Itu hanya akan memulai perang antara menantu dan ibu mertua. Semangat!”

“Aku tidak ingin menjalani perang berturut-turut. Bantu aku dong!”

Aku pikir Natalie akan baik-baik saja. Tanpa terlalu memikirkannya, aku menghabiskan sisa gyudon-ku.


Bagian 3

“Ah... ah... ahh...”

“Ta... Taka... uhh... ahh...”

Satu jam setelah kakak menelepon, ibu dan ayah buru-buru pulang. Setelah tiga tahun tidak bertemu, melihat wajahku membuat ekspresi mereka berubah menjadi berkerut. Sepertinya mereka sangat terkejut. Setelah gemetar sebentar, ibu menghampiriku dengan terisak-isak.

“Ahhh... Takashi... ahh... uhh...”

Ibu memelukku erat-erat, wajahnya menempel di leherku. Aku merasakan kaos panjangku basah oleh air matanya.

“Aku pulang, Bu. Aku berhasil pulang dengan selamat. Luar biasa, kan?”

“Se... selamat... Datang kembali... Takashi... ahh...”

Aku juga balik memeluknya, merasakan kehangatan ibu. Tubuh ibu terasa lebih kurus dan kecil dari yang kuingat. Tinggi badan kami sudah terbalik sepenuhnya.

Apakah dia juga kurus seperti kakak? Apakah dia mengalami stress berat? Rambutnya tampak lebih beruban. Hanya dalam tiga tahun, ibu yang dulu ceria dan penuh semangat sekarang tampak lemah.

Aku memeluknya sangat erat, seolah-olah ingin memberinya semangat. Ayah kemudian memeluk kami berdua.

“Syukurlah... uhh... syukurlah... Takashi selamat... sungguh, ayah sangat bersyukur... uhh...”

Dengan suara serak, ayah menangis tersedu-sedu. Ayah juga tampak lebih kecil... apakah dia juga mengalami banyak stres? Rambutnya sedikit menipis.

Aku membuat mereka sangat khawatir. Tiga tahun mungkin terdengar singkat, tetapi ternyata sangat lama. Aku merasa bersalah telah membuat mereka khawatir selama ini.

“Aku pulang, Ayah. Maaf sudah membuat kalian khawatir.”

“Tidak apa-apa... selama Takashi selamat... itu yang terpenting...”

Ayah terus menangis dengan suara yang belum pernah kudengar sebelumnya. Dari nada suaranya, jelas sekali bahwa dia sangat bahagia. 

Mungkin ini bukan waktu yang tepat untuk berpikir seperti ini, tapi mendengar suara lembut ayah membuatku benar-benar merasa bahwa aku telah selamat dan kembali ke kehidupan normal yang aku impikan. 

Saat aku merasakan air mataku mulai mengalir, aku melihat Natalie memberiku isyarat dari kejauhan. 

Isyaratnya seolah berkata, “Ayo, cepat perkenalkan Natalie yang imut ini kepada keluargamu!” Gerakannya yang konyol langsung membuat air mataku terhenti. Kenapa tidak ada yang bisa menghentikan orang bodoh itu? Sikapnya yang terlalu mencolok merusak momen reuni yang mengharukan ini. Tapi, mengabaikannya juga rasanya tidak adil, jadi aku mengisyaratkan Natalie untuk mendekat.

“Ibu, Ayah. Aku punya permintaan. Bisakah kalian menerima dia di rumah ini? Dia adalah teman seperjuanganku, dan karena kampung halamannya hancur, dia tidak punya tempat lain untuk pergi.”

“Selamat siang! Namaku Natalie Taafeit Pinkstar! Kampung halamanku telah hancur dan keluargaku semua sudah tiada, jadi aku hanya bisa bergantung pada Takashi! Aku tidak akan merepotkan kalian, jadi izinkan aku menjadi bagian dari keluarga kalian!”

Dengan penuh semangat, Natalie membungkuk memperkenalkan dirinya. 

Caranya menyelipkan keinginan untuk menjadi bagian dari keluarga sangat mengesankan. Dia terlihat penuh perhatian, tapi sekaligus juga terlihat ingin menjadi bagian dari keluarga Shibusaki. 

Memang hebat Natalie ini, tak banyak orang yang bisa mengatakan hal seperti ini pada pertemuan pertama mereka.

Saat aku terkesan dengan kepandaian Natalie dalam berbicara, ibu bertanya dengan terisak.

“Te... teman seperjuangan? Jadi maksudmu kamu adalah teman Takashi?”

“Teman lebih tepatnya teman seperjuangan. Natalie banyak membantuku di medan perang, jadi aku ingin mengurusnya di masa depan.”

“Membantu...?”

Ibu menatap Natalie dengan ekspresi bingung. Wajar saja, Natalie memang tidak terlihat seperti tipe orang yang bisa diandalkan. Aku merasa perlu menjelaskan lebih lanjut.

“Dia mungkin terlihat seperti ini, tapi sebenarnya dia adalah prajurit yang sangat hebat. Di militer, hampir tidak ada yang tidak mengenalnya karena kemampuannya.”

“Oh, begitu ya...?”

“Dia sangat hebat sampai-sampai aku beberapa kali diselamatkan olehnya. Bisa dibilang, aku bisa bertemu lagi dengan kalian sekarang semua berkat Natalie. Kalau bukan karena dia, aku mungkin tidak bisa pulang dengan selamat.”

Ibu terdiam sejenak, memproses semua informasi itu.

“Karena dia adalah penyelamat hidupku, aku ingin dia bahagia. Jadi aku ingin dia tinggal bersama kita—“

Sebelum aku menyelesaikan kalimatku, ibu meninggalkanku dan berlari ke arah Natalie. Dia memeluk Natalie erat-erat dan mulai menangis lagi.

“Natalie-chan... terima kasih... benar-benar terima kasih...”

“Eh? Kenapa, Ibunya Takashi...”

“Terima kasih sudah menyelamatkan anakku... terima kasih banyak...”

“Ah, iya...”

“Kamu bisa tinggal di sini selama yang kamu mau... terima kasih... terima kasih banyak...”

“Ah, iya! Aku juga berterima kasih!”

Wajah Natalie berubah menjadi senyum lembut, merasakan kebaikan dari ibuku. Mendapatkan rasa terima kasih yang tulus dan diterima dengan hangat membuatnya benar-benar tersenyum dari hati. Mungkin dia tidak mengira akan diterima secepat ini, jadi dia terlihat sedikit terkejut.

Melihat ekspresi langka dari Natalie ini, hatiku terasa hangat.

“Kedua orang tuamu baik sekali, ya. Aku benar-benar tidak menyangka mereka akan langsung menerimaku,” kata Natalie dengan riang saat kami kembali ke kamarku. 

Dia tampak sangat senang setelah mendengar bahwa orang tuaku mengijinkan dia tinggal bersama kami. Dengan senyum lebar, dia menatapku dari bawah.

Melihat senyum penuh kemenangan di wajahnya membuatku ingin sedikit menggodanya. 

“Aku sebenarnya berharap mereka akan bilang ‘Kami tidak akan memberikan anak kami padamu!’”

“Sayang sekali~. Kurasa mereka bisa melihat betapa hebatnya kepribadianku~. Hahaha~,”

Meskipun aku mencoba menggodanya, dia malah menggoda balik. Aku yakin sebenarnya mereka menerima dia karena belum melihat sisi dalam dirinya yang sebenarnya. Tapi aku tidak mengatakannya dan hanya memberinya tatapan tajam, yang kemudian dia hindari dengan cepat mengubah topik.

“Tapi, bukankah kamu harus memberitahu mereka sesuatu?” 

Tiba-tiba dia berbicara dengan suara serius.

“Apa maksudmu?”

“Soal kondisi tubuhmu, Takashi.”

Suara Natalie berubah serius. Tatapan matanya yang tajam membuatku merasa harus menjawab dengan serius juga.

“Kurasa tidak perlu. Tubuh kita termasuk rahasia militer.”

“Tak perlu menjaga rahasia militer. Lagipula, militer tidak akan bisa menghentikan kita sekarang, bukan?”

Ya, itu memang benar. Tapi aku tidak ingin masalah ini semakin rumit, terutama untuk Jenderal. Aku mengangkat bahu dan tersenyum kecil.

“Sejujurnya, sebelum bertemu kembali dengan ibu dan ayah, aku berpikir untuk memberitahu mereka. Tapi setelah melihat reaksi ibu tadi, aku tidak bisa mengatakannya.”

“Benar juga, cara ibu merayakan kepulanganmu tadi memang luar biasa.”

“Dengan cara ibu menangis seperti itu, aku tidak bisa mengatakan bahwa tubuh anaknya telah diubah.”

Natalie mengangguk, memahami situasiku.

Tidak ada yang akan bahagia jika aku mengatakannya. Jadi lebih baik tidak mengatakannya sama sekali. Aku tahu cara membaca situasi seperti ini.

“Karena tidak mengganggu kehidupan sehari-hari, aku akan merahasiakannya seumur hidup. Mengatakannya tidak akan membuat siapa pun bahagia,”

“Jangan sampai ketahuan, ya~. Kamu itu mudah ceroboh, Takashi,”

“Ada benarnya juga,” 

Natalie tertawa terbahak-bahak sambil berbaring. Inilah yang aku suka dari dia, dia peduli tapi tidak terlalu mencampuri. Itu membuatku sangat nyaman berada di dekatnya.

Ketika kami saling tersenyum, kakakku masuk sambil memeluk bantal.

“Untuk memastikan kalian tidak melakukan hal aneh, aku akan mengawasi kalian malam ini!”

Aku tidak tahu apa yang dia katakan, tapi niatnya sangat kuat. Dia jelas berencana tidur di kamar ini bersama kami.

"Kakak~. Hal aneh itu apa sih? Ajarin aku yang polos dan tidak berdosa ini~,”

“Uh... uh... uhh...” 

Kakakku terdiam, bingung harus berkata apa.

Aku harus membantu di sini.

“Aku yang akan mengajarinya. Ayo, di tempat tidur sana, berlututlah. Aku akan memanjakanmu!”

“Hah? Hah? Takashi, kamu serius?! Aku senang! Aku akan mandi dulu ya!”

“Jangan menanggapi candaan itu dengan serius,”

Kalau dia berpura-pura tidak tahu, aku akan mengajarinya dengan cara yang lebih langsung.

Kakakku, yang panik mendengar ucapanku, segera menyela.

“Jadi kalian memang punya hubungan tidak sehat... Tidak boleh! Aku tidak akan mengizinkannya!”

“Cinta yang tulus tidak bisa dianggap tidak sehat! Itu penghinaan terhadap seksualitas!”

“Takashi, kamu berpihak ke siapa?” 

Kakakku mulai menangis

“Aku punya pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Mumpung sekarang ada kesempatan, aku tanya ya.”

“Apa itu?” 

“SMA tempat kakak sekolah itu pakai seragam atau pakaian bebas?”

“Eh? S-Seragam.”

“Dengar itu, Natalie! Kita sudah punya sekolah baru! Kita akan masuk SMA yang sama dengan kakak!”

Bagiku, SMA dengan seragam adalah suatu keharusan. Hal itu meningkatkan nilai nostalgia akan masa muda. Selama perang, aku selalu memimpikan kehidupan SMA seperti itu.

“Ehh... Takashi, kamu serius mau sekolah? Aku tidak mau sekolah, tidak tertarik...” kata Natalie sambil berbaring.

Aku sudah menduga dia akan berkata begitu.

“Ini pasti akan menyenangkan! Mari nikmati kehidupan sekolah bersama!”

“Tidak mau... Kenapa harus kembali ke kehidupan kolektif setelah akhirnya bebas dari itu? Aku sudah muak.”

“Jangan samakan militer dengan SMA! Ini pasti akan menyenangkan! Ayo, kita nikmati bersama! Ayolah!”

“Tidak mau... Sekolah itu tidak menyenangkan... Aku hanya ingin bersantai di rumah.”

Natalie menggeleng-gelengkan kepalanya seperti anak kecil yang keras kepala. Aku mendekatinya dan menatapnya langsung.

“Natalie, aku jamin kehidupan sekolahmu akan menyenangkan! Aku berjanji! Jadi, ayo sekolah!”

Natalie terkejut dengan ucapanku. Setelah berpikir sejenak, dia tersenyum seperti biasanya.

“Kamu serius kan? Kalau ternyata tidak menyenangkan, kamu harus bertanggung jawab, ya?”

“Saat kita lulus, kamu akan menangis karena merasa kehidupan SMA itu sangat menyenangkan. Siap-siap saja.”

“Hehehehe. Oke, aku siap.”

Natalie tersenyum lebar sambil menjilat bibirnya.

Aku sudah banyak dibantu olehnya. Karena sekarang kami di Jepang, jadi aku ingin dia menikmati kehidupan sekolah yang normal.

“Takashi, kamu benar-benar mau sekolah di SMA-ku?”

“Iya.”

“Tidak mungkin... Seperti mimpi saja... Uhh...” 

Kakakku mendengarkan percakapan kami dan matanya mulai berair lagi. Melihat dia tersenyum begitu bahagia, aku cepat-cepat mengingatkannya.

“Kakak, kami harus lulus ujian masuk dulu, jadi belum pasti kami bisa sekolah di sana. Kami harus belajar keras mulai sekarang.”

“Eh? Takashi, kamu benar-benar mau belajar? Kenapa tidak meminta bantuan militer saja supaya bisa langsung masuk sekolah?”

Tidak mau. Aku sudah tidak ingin berurusan dengan militer lagi.

“Kalau kita meminta bantuan militer, pasti ketahuan kalau kita sudah pulang dari medan perang dan itu hanya akan menarik perhatian. Aku hanya ingin menjalani kehidupan sekolah biasa!”

“Itu bukan seperti ucapan seorang prajurit yang baru kembali dari perang,”

Apa pun yang dikatakan, aku tidak akan mengalah soal ini. Aku lebih memilih berjuang sendiri daripada menarik perhatian yang tidak perlu.

“Jadi kita harus belajar dan lulus ujian masuk dengan normal! Dengan begitu kita tidak akan menonjol.”

“Males ah...”

“Natalie, dengan kemampuanmu itu pasti mudah! Ayo semangat!”

“Baiklah...”

Natalie mengibaskan tangannya dengan malas. Dia mungkin tidak tampak bersemangat, tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah diriku sendiri. Kemampuan akademisku jauh di bawah standar. 

Aku memutuskan untuk segera mulai belajar demi ujian masuk.


Bagian 4

Pov Shibusaki Karin

Sudah lima hari sejak Tak-kun kembali dari medan perang. Setelah lima hari, otakku yang sebelumnya kacau mulai tenang dan aku bisa menganalisis situasi dengan lebih rasional. Jadi, mari aku katakan dengan jelas.

Apa hubungan antara Tak-kun dan Natalie-chan? Teman? Pacar? Jarak di antara mereka sangat dekat, sampai membuatku sangat bingung. Mereka selalu bersama, tidur di kamar yang sama, dan itu jelas tidak normal untuk laki-laki dan perempuan seumuran mereka. Kemarin, aku bahkan melihat Natalie-chan merangkak masuk ke dalam selimut Tak-kun saat pagi dan tidur nyenyak dalam pelukannya. Tak-kun pun tidak tampak bersemangat atau terganggu, hanya menunjukkan wajah sedikit kesal dan mengabaikannya.

Dari percakapan mereka, tidak tampak seperti pasangan kekasih. Lebih seperti teman dekat atau teman main. Tapi Natalie-chan terus-menerus menunjukkan sikap seperti istri sah. Aku benar-benar tidak mengerti.

Selain itu, tindakan Tak-kun belakangan ini juga sangat membingungkan. Hari ini, mereka sedang belajar untuk ujian masuk ke SMA-ku. Waktu yang tersisa hanya dua minggu, dan waktu belajar mereka sangat sedikit. Namun, tindakan yang diambil Tak-kun dan Natalie-chan untuk mengejar ketertinggalan akademis benar-benar tidak bisa kupahami.

Bagaimana bisa? Apakah masuk akal bagimu? Mereka hanya membaca buku di bagian buku sebuah pusat perbelanjaan, tanpa mengikuti bimbingan belajar atau les khusus, hanya membaca buku referensi yang dijual di sana untuk mempersiapkan ujian masuk ke SMA-ku!

Hei, hei, hei! Apa yang kalian lakukan? SMA-ku tidak semudah itu! Nilai SMA-ku termasuk tinggi di provinsi ini! Aku sempat berharap bisa sekolah bersama Tak-kun, tapi dengan cara mereka sekarang, harapan itu bisa jadi sia-sia!

Meskipun aku mencoba membantu mereka belajar dengan memegang buku referensi di tanganku, Tak-kun dan Natalie-chan selalu dengan halus menolak, “Waktunya tidak akan cukup, jadi tidak usah.” Sepertinya mereka lebih suka membaca buku bersama-sama.

Kenapa sih mereka selalu menciptakan dunia mereka sendiri? Aku duduk di bangku yang tersedia di toko buku, memandangi mereka yang tenggelam dalam bacaan buku selama enam jam terakhir. Selama lima hari ini, mereka terus membaca dari buka hingga tutup toko.

Konsentrasi mereka memang luar biasa, meskipun tindakannya tidak patut dipuji. Ketika aku sedang melamun, melihat mereka, Natalie-chan meletakkan bukunya kembali ke rak, meregangkan tubuhnya, lalu berbicara sedikit pada Tak-kun sebelum berlari ke arahku.

“Kakak! Kami sudah selesai belajar, ayo kita melihat-lihat toko!”

“Eh?” 

Dengan senyum lebar, Natalie-chan menarik tanganku. Tubuhnya yang ramping bisa dengan mudah menarikku.

“Rasanya tidak enak kalau terus mengajakmu belajar bersama kami. Ayo beli baju!”

Kenapa rasanya menyakitkan melihat senyum tak berperasaan itu? Aku awalnya datang untuk mengganggu mereka, tapi setelah dia mengatakan itu, rasa bersalah pada diriku pun muncul.

Aku menggelengkan kepala, mencoba menghilangkan rasa bersalah itu, dan kembali ke topik utama. 

“Tapi, bagaimana dengan belajar kalian?”

“Tidak masalah. Kami sudah menyelesaikannya dengan sempurna,” jawabnya dengan yakin.

“Benarkah?” 

Mereka hanya membaca buku referensi, dari mana datangnya kepercayaan diri itu?

“Uhehe, kakak, kamu baik sekali mengkhawatirkan aku yang cuma numpang di sini. Aku mencintaimu!” 

Natalie-chan tersenyum dengan polos. Aku hampir terpesona karenanya meski kami sesama perempuan.

Senyuman boneka itu benar-benar membuat jantungku berdebar. Ditambah lagi, dia sangat ramah, itu benar-benar tidak adil.

Keberadaan Natalie-chan saja sudah menarik perhatian banyak orang, apalagi melihat dia tertawa ceria seperti malaikat. Lihat, bahkan sekarang, orang-orang di sekitar juga memperhatikan Natalie-chan──

“Ada apa, kak?” 

Natalie-chan bertanya dengan curiga saat melihatku terdiam. 

Aku tidak bisa menjawab. 

Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. 

Bukan seperti itu.

Di ujung pandanganku, ada seorang pria yang selama ini selalu kuhindari, seseorang yang tidak ingin kutemui. Pria yang paling tidak ingin kusangkut pautkan dengan diriku. Dia memperhatikan kami yang menjadi pusat perhatian, dengan senyum penuh kebencian.

Pria itu memanggilku dengan suara keras. 

“Hei, Shibusaki! Kenapa kamu tidak menjawab teleponku?!”

Pria itu adalah Oogami Tenka. 

Bertemu dengannya adalah mimpi buruk. Aku gemetar ketakutan dan refleks menggenggam lengan Natalie-chan erat-erat.

Di sekolahku, tidak ada seorangpun yang tidak mengenal Oogami Tenka. 

Dia memiliki tinggi badan seperti atlet, tubuh berotot yang berkembang dengan baik, dan kekuatan luar biasa yang membuatnya bisa mengalahkan petarung profesional dengan mudah. 

Dikatakan bahwa jika dia belajar seni bela diri, dia akan segera menjadi yang terbaik. Dia memiliki bakat alami yang luar biasa.

Namun, sayangnya, Tuhan tidak memberinya sifat manusiawi yang baik. 

Pria ini memiliki kepribadian yang sangat buruk. Dia sering terlibat dalam masalah dan melukai orang tanpa alasan. Dia menikmati melihat orang lain menderita dan sedih. Banyak siswa yang berhenti sekolah karena ulahnya.

Yang membuatnya semakin buruk, orang tua Oogami Tenka adalah tokoh terkenal di daerah kami dengan kekuasaan yang bisa menyelesaikan masalah kecil dengan mudah. Bahkan guru-guru pun tidak bisa menghentikannya.

Seorang tiran yang bertindak sewenang-wenang.

Kanker bagi generasi kami.

Itulah pria bernama Oogami Tenka.

“Shibusaki!! Kamu dengar tidak apa yang aku bilang!? Hei!!”

Melihat iblis itu mendekat dengan menggoyangkan bahunya secara mengintimidasi, kakiku menjadi seberat timah.

Pada saat yang sama, pandanganku menjadi buram oleh air mata ketakutan. Perutku mulai sakit.

Aku selalu diikuti oleh pria ini.

“Sekarang aku akan menjemputmu dengan mobil! Hari ini kamu harus ikut denganku──”

Saat tangan Oogami-kun hampir menyentuhku, Natalie-chan menarikku erat.

“Don’t touch me.”

Kemudian, suara tegas terdengar.

Saat itu, aku tidak tahu suara siapa itu.

“Apa? Siapa kamu... Setelah aku berurusan dengan Shibusaki, aku akan menghancurkanmu juga!”

“What? Do you want to die?”

“Apa!? Apa maksudmu!? Wajahmu itu... terlihat sombong... Aku sudah memutuskan. Aku juga akan memperkosamu!”

“OK. I’ll kill you!”

Barulah saat itu aku menyadari bahwa Natalie-chan yang sedang melindungiku dan berbicara.

Suara tegas itu milik Natalie-chan.

Saat aku terkejut mendengar nada suaranya yang belum pernah kudengar sebelumnya, sebuah pukulan ringan menghentikannya dari belakang.

“Kamu... kenapa mengeluarkan niat membunuh...”

Itu Tak-kun.

Tampaknya dia juga sudah selesai belajar dan kembali.

Dengan semakin banyak orang yang datang, wajah Oogami-kun semakin tegang.

“Takashi!! Aku tidak salah!! Yang salah adalah dia!! Orang gendut ini yang sombong!! Mari kita hancurkan dia!!”

“Dengar... jangan ganggu orang biasa...”

“Yang mengganggu bukan aku, tapi dia! Sepertinya dia terus mengikuti kami!”

“menguntit kakak?”

Mengatakan itu, Tak-kun mengalihkan pandangannya ke arah Oogami-kun.

Setelah memperhatikan dengan seksama untuk beberapa waktu, tiba-tiba dia mengatakan sesuatu yang mengejutkan.

“Orang ini, pacar kakak?”

“Bukan!!”

Aku langsung berteriak.

Tidak mungkin aku mau dengan orang seperti dia! Aku hanya mencintai Tak-kun!

“Ma-maaf… kukira pacar kakak yang mengganggu Natalie dan membuatnya marah… Natalie kan mudah marah…”

“Dari ucapanmu barusan, aku tahu apa yang kamu pikirkan tentang aku, Takashi…”

Saat Tak-kun dan Natalie-chan berbicara, Oogami-kun memperhatikan mereka dengan seksama.

Tatapan macam apa itu… seperti sedang merencanakan sesuatu yang jahat…

Saat merasa sedikit khawatir, Oogami-kun berbicara kepada Tak-kun.

“Kamu adiknya Shibusaki? Kudengar kamu pergi berperang atau semacamnya…”

“Eh? Iya, benar… kamu tahu banyak ya”

“Hmm…”

Dengan senyum licik, dia pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Ekspresi Tak-kun dan Natalie-chan berubah menjadi penuh kebingungan.

“Siapa orang itu? Kenapa dia pakai baju yang ketat begitu? Putingnya kelihatan kan”

“Tidak tahu… mungkin dia terlalu bodoh untuk tahu ukuran bajunya sendiri?”

“He-hey, kalian berdua! Diam!”

Aku buru-buru menghentikan mereka yang tidak tahu betapa menakutkannya Oogami-kun.

Untungnya, dia tidak mendengar, tapi jika dia mendengar, itu bisa berbahaya.

Kalau si brengsek itu mendengar, dia pasti tidak akan memaafkan kami.

Tapi, kenapa dia pergi begitu saja?

Dengan sifat obsesif Oogami-kun, aku mengira ini akan menjadi masalah besar…

Aku merasa aneh, tapi untuk saat ini, aku lega karena kami berhasil lolos.

Aku merasa lega karena Tak-kun dan Natalie-chan yang baru pulang tidak terluka.

Setelah satu jam, sebuah pesan singkat datang.

【Jika tidak ingin adikmu dibunuh, datanglah ke rumahku】

Sepertinya aku memang memiliki kecenderungan untuk sering dirundung oleh anak laki-laki. 

Saat aku masih di SD, hampir semua anak laki-laki di sekolah merundungku, dan jika aku memakai rok, roknya akan tersingkap setiap menit. 

Setelah adikku pergi, perundungan itu langsung mulai berkurang, mungkin karena rasa simpati, tetapi tetap saja tidak sepenuhnya hilang. 

Teman-temanku bilang, penampilanku tampaknya memancing hasrat untuk menyiksa, sehingga orang-orang merasa terdorong untuk merundung. 

Aku bahkan pernah diserang oleh teman perempuanku yang memiliki kecenderungan homoseksual, jadi mungkin aku tidak salah. 

Ketika Oogami-kun mulai menaruh perhatian padaku, itu sudah setengah tahun setelah aku masuk ke SMA ini. 

Entah mengapa, dia tampaknya tertarik pada kebiasaanku yang sering dibully, dan mulai menggangguku dengan sangat keras. 

Tiba-tiba dia akan berteriak padaku, mendorongku, atau melempar barang-barang milikku. 

Pada awalnya, aku menganggap ini hanya sementara, jadi aku diam dan bersabar meskipun diperlakukan seperti itu. 

Aku sudah mendengar kabar buruk tentang Oogami-kun, dan aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan jika aku melawan atau menolak. 

Jadi, aku terus bertahan sampai dia kehilangan minat padaku. 

Namun, lama-kelamaan, Oogami-kun mulai mengatakan bahwa aku harus menjadi pacarnya. 

Kenapa seperti ini... 

Aku ingin sekali menghindarinya. 

Seandainya aku menolak lebih keras ejak awal, mungkin situasinya akan berbeda. Meski begitu, tidak ada jaminan apakah itu akan memperbaiki keadaan. 

Setiap hari, aku diancam untuk menjadi pacarnya. 

Jika aku menolak ajakannya, teman sekelas akan dipukul sebagai balasannya. 

Aku tidak dipukul secara langsung. 

Dengan memukul teman sekelas, Oogami-kun secara tidak langsung menekanku. 

Teman-temanku sangat baik, mereka melindungiku dengan sepenuh hati, tetapi itu malah semakin membuatku tertekan. 

Teman-temanku terluka karena diriku. Tidak peduli apakah laki-laki atau perempuan. Begitu mereka melindungiku, mereka akan menjadi sasaran kekerasan Oogami-kun. 

Rasa sakit itu membuatku tidak bisa pergi ke sekolah. 

Sekolah, tempat terakhir yang menjadi pelipur laraku setelah kehilangan adikku, juga direnggut dariku, dan aku merasa hancur. 

Benar... 

Aku lupa karena kegembiraan Tak-kun kembali... 

Aku... sebenarnya adalah seorang Hikikomori...

“Eh? Kamu sudah selesai belajar untuk ujiannya? Bukannya terlalu cepat,ya?”

“Hehehe. Dengan kekuatanku, semuanya jadi sangat mudah. Ujian masuk? Itu cuma perkara sepele!”

“Aku baru selesai sekitar tiga puluh persen...”

Setelah pulang dari pusat perbelanjaan, kami sedang makan camilan. Tak-kun dan Natalie-chan tampaknya sangat antusias dengan hasil belajar hari ini. Sepertinya mereka sudah sepenuhnya melupakan pertemuan dengan Oogami-kun.

“Ngomong-ngomong, Tak-kun juga menyelesaikan belajarnya lebih awal, ya? Kenapa?”

“Setelah Natalie berhenti membaca di toko, langsung saja petugas toko menegurku. ‘Berapa lama lagi mau membaca di sini! Keluar kamu!’ katanya.”

“Ah, iya ya...”

“Ya, kalau setiap hari dari pagi sampai malam hanya membaca di toko, pasti akan dimarahi...”

Melihat bagaimana mereka berusaha keras untuk masuk ke sekolahku membuat hatiku terasa tertekan. Di sekolahku ada orang itu, 

Iblis bernama Oogami.

“Tapi, kenapa ya... Saat Natalie membaca, petugas toko malah tersenyum padanya, tapi kenapa saat aku sendirian, tiba-tiba marah besar? Aku dimarahi dengan sangat keras.”

“Yah, aku mendapat diskon cantik karena aku seorang gadis cantik. Dan juga calon siswi SMA, jadi wajar saja...”

“Kenapa begini... Aku juga punya wajah yang imut kalau dilihat dari jauh...”

Karena kejadian hari ini, identitas mereka sudah terungkap. Bahkan jika aku berhenti sekolah sekarang, Oogami-kun pasti akan menggunakan Tak-kun dan Natalie-chan untuk memanggilku.

Oogami-kun pasti akan memanfaatkan kelemahan-kelemahanku. Tak diragukan lagi, Tak-kun dan Natalie-chan akan terancam. 

Itu saja... tidak bisa kupertahankan. 

Mereka sudah kembali dengan selamat, dan aku tidak ingin mereka merasakan penderitaan. Aku tidak ingin melibatkan Tak-kun dan Natalie-chan lebih jauh lagi. 

Apakah aku harus membuat keputusan untuk mengikuti permintaannya? Mungkin itu satu-satunya jalan...

“Kak, Kakak. Kamu berpikir aku imut, kan?”

“Ahahaha! Kamu terlalu khawatir, Tak-kun~. Ahahaha!”

Ya. 

Jika aku menahan diri, semuanya akan baik-baik saja. 

Jika aku terus-menerus melarikan diri, hal-hal yang berharga bagiku akan hancur. 

Kalau begitu, aku yang harus bertahan. 

Ya. Itu yang harus kulakukan. 

“Kakakk? Kenapa melamun? Kamu mendengarkan ceritaku?”

Wajah Tak-kun mendekat di hadapanku. Aku baru sadar bahwa mereka memanggilku ketika hidung kami hampir bersentuhan.

“Eh? Eh? Hah? A-apa?”

“Kakak, kamu terlihat terlalu terguncang, ya?”

“Sejak pulang, kamu terus seperti itu. Ada apa?”

Aku panik dan mencoba berpura-pura tidak tahu.

“A-apa maksudnya? B-biasa saja, kok?”

“Kamu sangat buruk dalam berpura-pura, kau tahu?”

Di samping Tak-kun yang tersenyum tipis, Natalie-chan menyebutkan sambil terus makan camilan.

“Kalau begitu, kamu pasti khawatir tentang pria siang hari itu, kan? Setelah bertemu dia, jelas sekali kamu jadi aneh...”

“T-tidak... b-bukan seperti itu...”

“Ngomong-ngomong, dia bilang dia mengikuti kakak. Apakah dia seorang penguntit?”

Dengan kata-kata Natalie-chan, wajah Tak-kun semakin serius. Aku tidak ingin melibatkan mereka. Aku harus mengalihkan pembicaraan.

“T-tidak! Tidak ada yang perlu dikhawatirkan!”

“Setelah pulang dari pusat perbelanjaan, kamu berhenti berbicara. Beneran baik-baik saja?”

“Ugh...! Aku hanya sedang memikirkan sesuatu! Hanya berpikir... sedikit...”

“Apa yang membuatmu berpikir dengan wajah hampir menangis?”

“Ugh...!!”

Aku terkejut dengan komentar yang tepat. Aku tidak menyangka Tak-kun akan memperhatikan aku sampai sejauh itu. 

Kata-kata tersebut menggoyahkan tekadku yang sudah setengah bulat. 

Aku ingin dibantu. 

Aku tidak ingin melibatkan mereka. 

Aku ingin diselamatkan.

Jangan sampai melibatkan mereka.

Dua perasaan yang saling bertentangan menyerangku.

Saat aku hanya bisa menunduk tanpa bisa mengatakan apa-apa, Tak-kun berbisik dengan suara lembut.

“Kakak, lebih baik kalau kamu berbagi masalahmu dengan orang-orang di sekitarmu daripada mencoba menyelesaikannya sendirian. Jika kamu menanggung semuanya sendirian, pandanganmu akan menyempit dan kamu tidak akan bisa menangani masalah dengan benar. Selain itu, jika kamu menceritakan masalahmu, mungkin saja masalah itu bisa diselesaikan dengan mudah.”

Penglihatanku mulai kabur.

Jika aku menangis di sini, itu akan menjadi bukti yang jelas bahwa aku sedang menghadapi masalah.

Jadi, aku harus menahan tangisanku, tapi kata-kata lembut Tak-kun membuat emosiku tidak bisa dikendalikan.

“Setidaknya cobalah untuk mengatakan sesuatu. Kita adalah keluarga, kan?”

“……ah... uhh... aaah...”

Dengan kata-kata itu, hatiku runtuh. Air mata mulai mengalir deras.

Dalam keadaan seperti ini, aku tidak bisa lagi menyembunyikannya.

Dengan rasa bersalah karena melibatkan mereka dan rasa terima kasih yang mendalam karena mereka mau mendengarkan, aku menceritakan situasi yang kuhadapi kepada mereka.


Bagian 5

Pov Shibusaki Takashi

“Pria yang sangat keterlaluan,”

“Benar sekali,”

Setelah mendengar situasi dari kakakku, kami benar-benar terkejut dengan pria bernama Oogami. Ternyata, lebih parah dari yang kami kira, kakakku diikuti oleh pria yang sangat merepotkan. Tidak heran jika dia menjadi diam.

“Bagaimana bisa seseorang tumbuh menjadi sekeji itu? Dia benar-benar sampah yang tidak bisa ditertawakan,”

“Tipe pria yang penuh energi seperti dia seharusnya ada di medan perang. Tapi, aku akan memastikan dia segera tewas di sana,” kata Natalie sambil menepuk pelipisnya dengan jari telunjuk, menunjukkan rasa tidak suka yang mendalam.

Ini sungguh berbahaya...

Natalie mulai menunjukkan kebiasaan buruk yang belum pernah terlihat akhir-akhir ini. Jika Natalie dan Oogami bertemu lagi, itu bisa menjadi masalah besar.

“Dan tadi, aku dipanggil melalui pesan singkat...” 

Kakakku menunjukkan ponselnya kepada kami.

Di layar, ada pesan yang mengatakan bahwa jika dia tidak datang, aku akan dibunuh.

Dibunuh, ya...

“Hmm,”

“Reaksi yang sangat tenang... Tak-kun, kamu tidak takut?”

“Takut?”

“Karena Oogami mengancammu, kamu tidak takut?”

“Belum terpikirkan soal itu...”

Jika dipikirkan dengan tenang, diancam oleh pria sebesar itu memang menakutkan. Terutama bagi kakakku yang sangat rapuh.

Mungkin karena sudah terlalu lama berada di medan perang, perasaanku jadi tumpul. Aku belum sepenuhnya bisa beradaptasi dengan kehidupan yang damai.

Saat aku memikirkan hal itu sambil melihat ponsel yang ditunjukkan kakakku, dia berbicara dengan wajah penuh penyesalan.

“Jadi, kupikir lebih baik jika aku mengikuti keinginannya daripada membiarkan Tak-kun dalam bahaya...”

“Apa yang kamu bicarakan, kak?”

Pandangan kakakku benar-benar sudah sempit.

Aku senang kami mendengarkan kekhawatirannya, karena kami perlu menghentikannya agar tidak mengikuti skenario yang diinginkan oleh Oogami.

“Begini, abaikan saja pesan itu. Jangan tanggapi sama sekali.”

“Eh? Tidak mungkin... Jika aku mengabaikannya, siapa tahu apa yang akan dia lakukan...”

“Kalau begitu, laporkan saja ke polisi. Itu kan tugas polisi.”

“Polisi? Tapi... Kalau aku melaporkan ke polisi, bukannya justru akan semakin memperparah situasi? Dia mungkin akan ditahan, tapi pasti segera dibebaskan... Dan dia pasti akan marah besar...”

“Kalau begitu, abaikan saja. Pinjamkan ponselmu sebentar.”

Aku mengambil ponselnya dan mulai mengetik dengan cepat. Dalam dua menit, selesai sudah. Aku mengembalikan ponselnya kepada kakakku yang terkejut.

“Sudah selesai.”

“Apa?! Tak-kun, apa yang kamu lakukan?”

“Aku memblokir nomornya dan mengatur agar pesan darinya tidak diterima. Dan juga, aku kirim pesan bahwa kita akan melaporkannya ke polisi, jadi dia harus bersiap.”

“Tak-kun, tidakkkk!?”

“Hahahaha! Bagus sekali, Takashi! Bagus! Hahahaha!”

Natalie tertawa terbahak-bahak, tampak puas dengan tindakanku. Aku merasa sedikit lega.

“Apa yang kau lakukan... Ini tidak baik... Ini benar-benar tidak baik...”

“Tenang saja. Kakak terlalu khawatir.”

“Tak-kun bisa berkata begitu karena tidak tahu betapa menakutkannya Oogami...”

“Tidak apa-apa. Percayalah padaku. Aku dan Natalie selalu bersamamu, jadi tidak mungkin Oogami bisa berbuat apa-apa padamu.”

“Kalau begitu, justru Tak-kun dan Natalie yang akan dalam bahaya...”

Dengan mata berkaca-kaca, kakakku menatapku tajam. Ah, kakakku ini... Dia selalu lebih memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri...

Aku tersenyum untuk menenangkannya.

“Kita akan baik-baik saja, percayalah padaku kak!”

“Ini tidak akan baik-baik saja!”

Teriakan kakakku menggema di ruang makan.

◆ ✧ ₊ ✦ ₊ ✧ ◆

Pov Oogami Tenka

“Ah!? Sialan kau, annjengggggggggg!!”

Begitu melihat isi pesan tersebut, Oogami Tenka melemparkan ponselnya dengan kasar.

Saat menabrak dinding, layar ponsel itu langsung retak.

“Sialan kau! Berani-beraninya kau mempermainkanku... Bangsattttttt, kau bajingan!!”

Tidak bisa menahan amarahnya, dia mulai memukul dinding dengan keras. Ada alasan kenapa dia begitu marah. Pesan singkat yang baru saja diterimanya berisi ancaman bahwa dia akan dilaporkan ke polisi. 

Kenyataan bahwa pesan itu dikirim tanpa ragu membuatnya semakin marah. Terlebih lagi, pesan itu dikirim oleh Shibusaki Karin, gadis yang tampaknya tidak berani mengungkapkan pendapat.

Tindakan meremehkan dirinya

Membuat Oogami kehilangan akal sehatnya. Dia telah menghancurkan banyak teman sekelasnya. Mengancam mereka dengan menyerang keluarga jika mereka tidak menurutinya, ini adalah metode yang selalu berhasil bagi Oogami. Namun kali ini, metode itu tidak berhasil dan dia tidak bisa menerimanya.

Bahkan, dia malah diberi tahu bahwa polisi akan dihubungi. Isi pesan yang terdengar mengejek semakin memperparah kemarahannya. Dalam situasi yang tidak berjalan sesuai keinginannya, Oogami mulai merasakan niat untuk membunuh. Pikirannya perlahan berubah menjadi sesuatu yang berbahaya.

Aku akan menghancurkan semuanya. Aku akan menghancurkan segalanya.

Dia membayangkan menghancurkan adik Karin di depan matanya, dan memperkosanya sampai dia kehilangan akal. Begitu juga dengan gadis asing itu. Aku akan memperkosa mereka sampai mereka menyesal masih hidup. Mungkin menarik juga jika membuat adiknya menyaksikan tubuh kakaknya dipermainkan. Reaksi Karin pasti akan sangat menarik.

Aku akan membuat mereka menyesal karena telah meremehkanku. Aku akan membuat mereka menyesal sampai detik terakhir mereka hidup. Sampai mati.

Dengan senyum jahat, dia mengambil ponselnya yang telah retak. Sambil mengoperasikan layar yang retak, dia segera memanggil teman-temannya.

◆ ✧ ₊ ✦ ₊ ✧ ◆

Bagian 6

Pov Shibusaki Takashi

Keesokan harinya. Aku, kakak, dan Natalie sedang berjalan menuju toko buku yang berbeda dari kemarin. 

Setelah kejadian kemarin, kakak merasa berbahaya untuk keluar, tetapi dengan ujian masuk yang semakin dekat, kami tidak bisa terus-menerus berdiam diri di rumah. 

Aku meyakinkan kakakku dengan kuat bahwa kami tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menikmati kehidupan sekolah yang diimpikan, sehingga akhirnya kami memutuskan untuk keluar bertiga.

Sebenarnya, aku ingin Natalie dan kakak tinggal di rumah, tapi jika Oogami datang saat mereka sendirian, hasilnya bisa sangat buruk. Natalie pasti tidak akan tinggal diam jika terjadi sesuatu. Aku tidak ingin pulang dan melihat banyak mobil polisi di depan rumah. Jadi, aku pikir lebih baik kami bertiga bergerak bersama hari ini... namun kenyataannya berbeda.

“Takashi, kita sedang diikuti,” bisik Natalie.

“Aku tahu,”

Di belakang kami, tiga pria mengikuti kami. Dari cara mereka berjalan dan pergerakan tubuh mereka, kelihatannya mereka membawa pisau kecil atau sejenisnya. Mereka tidak terbiasa dengan pekerjaan ini, membuat langkah mereka mudah diketahui. Bahkan Natalie bisa mengetahuinya, apalagi aku.

Aku tidak menyangka mereka akan bertindak secepat ini setelah kejadian kemarin. Kecepatan tindakan mereka cukup mengesankan. 

“Menyebalkan sekali. Bolehkah aku menghajar mereka, Takashi?”

“Kalau kau yang menghajar mereka, itu akan terlalu berlebihan. Aku ingin menyelesaikan ini dengan damai, jadi tunggu sebentar,”

Aku mengubah arah ke jalan yang lebih sepi. Kakak terlihat bingung dan bertanya,

“Eh? Tak-kun, kita mau kemana? Toko bukunya bukan ke arah sini.”

“Aku mau menyelesaikan masalah yang membuatmu khawatir dulu,”

“Eh? Eh? Maksudmu apa?”

“Sudah, ikuti saja,” kataku sambil mendorong punggung kakak.

Ketiga pria yang mengikuti kami juga terus mengikuti ke arah yang sama.

Beberapa menit setelah masuk ke jalan yang sepi, tiba-tiba sebuah mobil van berhenti di sebelah kami.

“Apa!? Eh? Apa ini?” 

Kakak menjerit dengan suara gemetar yang imut karena kaget dengan situasi yang tiba-tiba ini. Di sampingnya, Natalie sedikit menahan tawanya. Kontras yang mencolok.

Aku sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini karena sering berlatih dengan Natalie dan Shely, jadi reaksi kakak terasa sangat segar. Saat aku sedang terkesan dengan reaksi kakak yang imut, seorang pria besar keluar dari mobil. Itu adalah Oogami.

“Shibusaki!! Lonte brengsek!” 

Meski mengenakan topeng ski, dari kaus ketat yang dikenakan dan cara dia berbicara yang kasar, aku tahu itu pasti Oogami. Bentuk tubuhnya juga sama. Sia-sia saja menyembunyikan wajahnya.

Kakak tercengang melihat kemunculannya, sementara Natalie dengan tenang bersiap dalam posisi siaga. Aku segera berdiri di depan mereka. Aku harus mengawasi gerakan Natalie. Dalam sekejap, bisa saja terjadi pertumpahan darah.

“Apa!? Kau ingin mati, hah!?” 

Salah satu anak buah Oogami berteriak, mereka salah paham dengan tindakanku yang maju ke depan. Apa mereka ini bodoh?

“Tenanglah… Kalau kau berteriak seperti itu, kalian akan dilaporkan,”

“T-Tak-kun!! Memang seharusnya kita melaporkan mereka!! Apa yang kau bicarakan!” Kakak berteriak, memberikan komentar yang masuk akal. 

Aku mengerti perasaan kakak, tapi dalam situasi ini, memanggil polisi tidak akan menyelesaikan masalah secara mendasar. Hanya dengan mengirim pesan yang sedikit memprovokasi, ini yang terjadi.

Lebih baik kita menyelesaikan masalah ini dengan tuntas di sini.

“Kau, kenapa kau mengincar Kakakku? Jika ingin menyatakan perasaan, ada cara yang lebih baik, bukan? ”

“Diam kau!! Jangan bicara seperti itu pada Oogami-san!! Jangan merasa sombong!!”

“Kalau kau terus berteriak, Oogami-kun tidak bisa berbicara. Minta maaflah! Sekarang juga, minta maaf pada Oogami-kun!!”

“Eh? Uh, O-Oogami-san!! Maafkan aku!!”

Anak buah Oogami yang bodoh menanggapi candaanku dengan serius. Memang mereka ini benar-benar bodoh.

“Kau... Meremehkanku? Hah?” Oogami berkata dengan mulut yang bergetar. 

Matanya merah karena marah.

“Hah? Aku tidak ingin meremehkanmu. Mulutmu bau sekali,”

“Aaaaaah!?”

“Eh... Apa itu reaksimu... Kau ingin aku menjilatmu?”

“Aku tidak bilang begitu!!”

“Lalu, kenapa kau marah...”

Apakah dia hanya mencari perhatian? Wajah Oogami yang memerah terlihat jelas meski dari balik topeng, dan dia berbicara dengan suara gemetar.

“Belum pernah ada yang mempermainkanku seperti ini... Aku tidak akan memaafkanmu... Tidak akan pernah... Tidak akan pernah memaafkanmu...”

Dengan napas yang berat, dia mulai berbicara hal-hal yang tidak ingin didengar siapa pun.

“Aku akan menghancurkanmu sambil memperkosa Shibusaki... Meski dia menangis dan berteriak, aku tidak akan memaafkanmu... Aku akan menyiksamu sambil memperkosanya habis-habisan... Kamu meremehkanku... Akan kutunjukkan neraka dunia padamu...”

“Kamu benar-benar menjijikkan,”

Apa-apaan orang aneh ini. Kenapa tiba-tiba mengungkapkan hasratnya? Sepertinya aku baru saja mendengar ketidaktahuan paling menjijikkan di dunia.

“Takashi,” 

Suara Natalie yang terdengar sangat tidak nyaman terdengar.

“Apa?”

“Kamu pernah bilang kan? Kamu ingin membuat masa sekolah kita menyenangkan dan membuatku terharu saat kita lulus.”

“Benar.”

“Bisakah kamu membuatku senang jika orang ini berada di sekolah yang sama? Bisakah kamu membuatku menangis bahagia saat kita lulus?”

“.........”

“Takashi. Aku tidak mau bersekolah di tempat yang ada orang seperti dia,”

“Aku setuju...,”

Setelah melihatnya secara langsung, aku menyadari bahwa dia lebih melenceng dari yang aku bayangkan. 

Dia tidak akan berhenti mengganggu kakak hanya dengan kata-kata.

Ugh, bagaimana ini...

“Hei, sampah!”

Saat aku sedang bingung, Natalie mendekati Oogami sambil menunjuk kepadanya.

“Hah!? Apa maumu!?”

“Apakah kau tidak merasa malu? Demi memuaskan nafsumu sendiri, kau mengumpulkan teman-teman dan menyerang wanita. Jika aku di posisimu, aku akan bunuh diri karena merasa sangat hina.”

“Hah!?”

“Berisik sekali... Jangan berteriak-teriak dengan suara besar begitu... Aku bukan ibumu, tahu.”

Lalu Natalie berdiri di depan Oogami, dan mengatakan sesuatu dengan nada meremehkan,

“Kalau mau manja, bilang saja ke ibumu. Dasar anak mama.”

Meskipun tertutup masker, perubahan raut wajah Oogami terlihat jelas.

Dia menggertakkan gigi dan mengangkat kepalan tangannya.

Aku ingin menyelesaikannya dengan cara yang tenang, tapi sepertinya sudah tidak mungkin lagi.

Aku menghela napas, lalu menghantam tanah dengan kakiku.


Bagian 7

Pov Shibusaki Karin

Oogami-kun akhirnya menyerang Natalie-chan yang memprovokasinya. 

Tinju yang dilepaskan tampak jelas mengenai wajah Natalie-chan. 

Karena Natalie-chan dan Oogami-kun berjarak cukup jauh, dan hanya beberapa detik sejak Natalie-chan memancing Oogami-kun, seharusnya tidak ada yang bisa menghentikan Oogami-kun. Tapi tiba-tiba Tak-kun menangkap tinju Oogami-kun dengan satu tangan.

“Apa yang terjadi? Sejak kapan dia berpindah ke sana?” 

Aku bingung melihatnya.

Suara Tak-kun terdengar seperti biasa, 

“Apa yang dikatakan Natalie itu benar. Orang seperti dia akan menghancurkan mimpi sekolah yang kita inginkan.”

“Iya ‘kan? Bahkan Shely tidak bisa tersenyum lagi.”

“Dia belum mati, woy.”

Suasananya terasa aneh. Di tengah mereka berdua yang tertawa, Oogami terlihat kesakitan, menahan tinjunya yang ditahan Tak-kun hanya dengan satu tangan.


“Hei, Oogami,” 

Tak-kun memanggil Oogami-kun yang tampak menderita. Oogami-kun menggigit giginya terlalu kuat hingga meneteskan tetesan darah, sepertinya dia tidak bisa fokus pada apapun saat ini.

“Ini semua karena kau yang memulainya. Bersiaplah,” kata Tak-kun sambil mengepalkan tangannya erat-erat. 

Terdengar suara tulang yang remuk, lalu Tak-kun menjatuhkan Oogami-kun dengan tendangan.

Suara benturan yang keras terdengar saat Oogami-kun terjatuh dengan keras. 

Tak-kun kemudian mengepalkan tangan, bersiap untuk memukul Oogami-kun yang terbaring. Suara benturan yang sangat keras terdengar, disertai debu dan aspal yang beterbangan. 

Pemandangan yang mengerikan ini membuat semua orang di sana terkejut dan tak bisa bergerak, kecuali Natalie-chan yang tetap tenang menyaksikannya. 

Setelah debu mereda, terlihat Oogami-kun yang meringkuk ketakutan, mungkin karena rasa sakit di tangannya dan juga karena pukulan Tak-kun.

Tak-kun kemudian mengangkat kepala Oogami-kun dengan satu tangan, lalu menatapnya dengan tatapan bosan. Ia kemudian bertanya kepada sekitarnya, 

“Bisakah kalian antarkan dia ke rumahnya?”

Semua orang di sana tampak ketakutan dan tidak berani menjawab.

Yah, setelah melihat kekuatan yang tak terduga itu, wajar saja jika mereka bereaksi seperti itu. Aku juga sempat sedikit ketakutan.

“Apakah Takashi akan bergerak? Lebih baik kita mengepungnya di sini saja.”

“Tidak... kurasa gendang telinga orang itu pecah akibat benturan tadi. Bahkan untuk berbicara pun sepertinya tidak akan bisa.”

“Kok bisa sih? Kenapa harus memukul tanah segala?”

“Aku ingin menakutinya setengah mati... tapi ternyata kebablasan dan gagal.”

“Ceroboh sekali~”

“Kalau ada orang yang datang karena suara tadi, itu akan jadi masalah. Jadi sebaiknya kita pindah. Lagipula dia masih anak SMA, jadi biar orang tuanya yang tanggung jawab selanjutnya.”

“Aku ikut ya~?”

“Tidak usah, aku bisa urus sendiri. Natalie, kau pergi main saja dengan kakak. Besok pagi juga sudah pulang.”

“Oke~”

Meskipun Tak-kun baru saja menghancurkan jalan raya dengan tangan kosong, nada bicaranya tetap biasa-biasa saja. Melihat itu, barulah aku menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan mereka.

Sebenarnya, apa yang terjadi pada Tak-kun di medan perang...?

“Nah, ayo pergi kalian semua. Kalau tidak mau jadi seperti Oogami, turuti saja perintahku. Percuma kalo kalian mau kabur, itu tidak akan berhasil.”

“Hiiiiiiiii”

“Jangan takut gitu. Asal kalian nurut, aku akan biarkan kalian pulang secara utuh.”

“Benarkah?”

“Urusanku hanya dengan Oogami. Kalau mau bantu, aku biarkan kalian pulang dengan selamat.”

“Baik, aku mengerti!!”

Oogami-kun yang gemetar itu dikelilingi oleh teman-temannya, lalu mereka didorong masuk ke dalam mobil yang tadi datang.

“Nah, aku pergi dulu ya.”

Tak-kun juga masuk ke dalam mobil itu, lalu pergi meninggalkan kami.

Yang tersisa hanya aku dan Natalie-chan.

“Kakak, ayo kita pergi makan kue saja~”

Melihat Natalie-chan yang tertawa seolah-olah tak terjadi apa-apa, aku hanya bisa terpaku.

Keesokan harinya, Tak-kun pulang seperti biasa. Dia terus-menerus menyuruhku untuk keluar. Meskipun aku ingin menanyakan banyak hal, Tak-kun bersikeras agar aku keluar, jadi terpaksa aku pergi ke pintu depan. 

Di sana, Oogami-kun dan orang tuanya menunggu dengan berlutut memohon maaf. Begitu melihatku, mereka menangis histeris sambil meminta maaf. Keluarga Oogami yang terpandang di daerah kami, menangis dengan sangat menyedihkan.

“Setelah orang tua Oogami-kun mendengar ceritanya, mereka langsung ingin meminta maaf padamu,”

Apa? Aku tak percaya orang tua Oogami-kun yang selama ini menyembunyikan perbuatan anaknya, bisa tiba-tiba datang meminta maaf hanya dengan mendengar ceritanya.

Selain itu, gelagat ketiga orang itu sangat aneh. Mereka melirik Tak-kun dengan tatapan seperti melihat monster.

Apa sebenarnya yang telah mereka bicarakan?

“Shibusaki-san! Kami benar-benar minta maaf!” teriak ayah Oogami-kun.

“Anak kami memang bodoh, tapi kami akan melakukan apa saja, asalkan jangan bunuh kami!” tambah ibunya.

Apa-apaan ini? Kenapa mereka memohon ampun seolah-olah nyawa mereka terancam?

“Kakak, mereka bilang akan melakukan apa saja. Bagaimana kalau kita minta memotong jarinya?” ujar Natalie-chan dengan tawa.

“Jangan potong!” pekik mereka.

Lalu, Tak-kun memberikan beberapa buku tabungan yang sudah lusuh kepadaku.

“Ini tabungan mereka. Kau boleh ambil uang dari sana sesukamu.”

Apa-apaan ini? Buku tabungan, deposito, asuransi, semuanya dikumpulkan dan diberikan kepadaku.

“Kakak, lebih baik kamu ambil uangnya. Mereka sudah merepotkanmu, jadi wajar kan?” bujuk Natalie-chan.

“Benar tuh kak. Kau berhak mendapatkannya,” tambah Tak-kun.

Aku mengarahkan pembicaraan kepada keluarga Oogami-kun.

Kecuali Oogami-kun yang tuli, terlihat jelas kalau yang lain kaget.

“Te-te-tentu saja! Ka-kami akan memberikan semuanya...”

“Nah, gimana?”

“Eh...”

Melihat keluarga Oogami-kun yang menangis, terlihat jelas bahwa Tak-kun sedang mengancam mereka.

Sungguh... sebenarnya mereka bicara apa sih...

“U-uang itu tidak perlu! Toh mereka sudah minta maaf dengan benar!”

“Eh? Mau memaafkannya begitu saja?”

“Iya!”

Kalau kita ambil uang ini, nanti malah bisa menimbulkan dendam lagi.

Aku tidak mau. Aku ingin hidup dengan tenang.

“Natalie, dengar tidak? Mereka tidak bakal ngapa-ngapain. Ada wanita Jepang yang baik hati di sini.”

“Wah... Aku pikir dia baik, tapi ternyata kebaikan kakak ini tak terhingga, ya...”

“Padahal kupikir dia bakal bilang untuk setidaknya mengebiri anak itu... Penjepit ini jadi tidak berguna, deh.”

Tak-kun mengeluarkan alat besar dari kantongnya dan meletakkannya di lantai. Untuk apa itu sebenarnya...

“Te-terima kasih banyak! Kami akan merubah diri mulai sekarang!”

Ayah Oogami-kun yang merasa lega setelah mendengar percakapan kami, tiba-tiba dipotong oleh suara dingin Tak-kun.

“Meskipun kakak bilang begitu, kalian pasti tidak mengira bisa pulang begitu saja, kan.”

“Eh?”

“Anakmu sudah melakukan hal sebanyak itu, tidak mungkin tidak ada hukuman. Dari cerita yang kudengar, sudah banyak hidup orang yang hancur karena dia, kan.”

“Ah... ugh...”

Ketika Tak-kun berjongkok untuk menatap mereka, dia berbisik dengan suara yang sangat dingin.

“Bagikan semua uang yang ada di sini kepada para korban. Lalu segera pindah dan jangan pernah kembali lagi.”

“Ba-baik...”

“Jangan pernah menginjakkan kaki di Kanto, Chiba, atau Kansai lagi. Aku tidak mau melihat wajah kalian lagi.”

“Ya, kami mengerti...”

Keluarga Oogami-kun menundukkan kepala. Meski Tak-kun berbicara dengan keras, mereka tampak terlalu patuh, itu menakutkan...

“Pindahlah hari ini. Kalau kulihat lagi besok, aku akan marah. Oke, bubar!”

Ketika Tak-kun bertepuk tangan, mereka segera bangkit dan berlari menjauh. Tidak ada lagi bayangan Oogami-kun yang dulu disebut tiran dan tidak bisa dihentikan oleh siapa pun.

“Urusan kita sudah selesai, saatnya kembali belajar untuk ujian.”

Dengan itu, semuanya tampak berubah besar berkat tindakan Tak-kun yang sedang meregangkan badannya di sebelahku.


Bagian 8

Pov Shibusaki Takashi

Seminggu setelah kejadian dengan Oogami, aku dan Natalie telah selesai menjalani ujian pindahan kami dengan sukses. 

Meskipun aku sedikit khawatir karena nilai akademisku pas-pasan, ternyata ujiannya cukup mudah dan aku bisa menyelesaikannya tanpa masalah. Aku merasa berhasil menjawab sekitar sembilan puluh persen soal, jadi seharusnya aman. Natalie, seperti biasa, tidak kesulitan sama sekali. Memang hebat sih dia ini.

Setelah pulang ke rumah, sambil mengobrol tentang kehidupan SMA yang akan datang, kakakku tiba-tiba masuk dengan wajah serius. Bibirnya mengerucut dan alisnya berkerut cemas. Ada apa dengan wajah ini? Marahkah dia?

Saat aku kebingungan melihat kakakku yang berbeda dari biasanya, dia menudingku dengan tegas.

“Tak-kun! Ujian pindahan sudah selesai, sekarang kau harus menjelaskan!”

“Menjelaskan apa?"

“Tentang tubuhmu, Tak-kun!”

Kakakku menatapku dengan tajam. Sepertinya dia curiga aku telah dimodifikasi.

“Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan.”

“Jangan berpura-pura! Sesuatu pasti terjadi padamu di medan perang! Kalau tidak, tidak mungkin seseorang bisa menghancurkan aspal dengan kekuatan manusia biasa!”

“Itu normal, kok. Maksudku, kakak yang kucintai sedang dalam masalah besar, jadi aku bisa mengeluarkan kekuatan luar biasa karena panik.”

“C-cinta... tidak, jangan mengalihkan perhatian! Aku juga mencintaimu, Tak-kun, tapi sekarang kamu harus menjawab pertanyaanku!”

Wajah kakakku memerah dan dia menggelengkan kepala dengan cepat. Dia selalu memberikan reaksi yang menggemaskan saat digoda. Setiap gerakannya benar-benar imut.

“Takashi, katakan saja. Dengan kecurigaan sebesar ini, kamu tidak bisa menghindarinya lagi,” kata Natalie sambil mengunyah kerupuk dan tersenyum lebar.

Yah, memang benar. Sejak aku menghancurkan aspal, aku sudah menyesalinya dan tahu kakakku akan menanyai ini. Sebenarnya, aku sa

ngat menghargai bahwa dia menunggu sampai ujian selesai dan semuanya tenang sebelum menanyakannya. Benar-benar kakak yang perhatian.

“Bisakah kakak merahasiakannya dari ayah dan ibu? Aku tidak ingin menambah beban pikiran mereka lagi.”

“Eh... ya, baiklah.”

Mulai dari mana, ya...

Karena ini adalah rahasia militer, jelas bahwa tidak bisa menceritakan semuanya dari awal hingga akhir. Namun, jika hanya menjelaskan sebagian, bisa jadi akan membingungkan. 

“Kakak tahu seberapa banyak tentang perang yang aku ikuti?”

“Yang aku tahu hanya bahwa invasi alien terjadi... Aku sangat khawatir tentang keselamatanmu dan sudah mencari informasi di internet, tapi tidak ada informasi sama sekali.”

“Eh, ternyata informasi itu dibatasi, ya.”

Sepertinya kakakku tidak tahu banyak tentang perang tersebut. Jika aku menjelaskan dengan sembarangan, dia bisa saja terjebak dalam pengawasan militer, jadi aku akan menjelaskan dalam batas yang bisa diterima.

“Singkatnya, aku dan Natalie dimodifikasi oleh militer. Kami diubah secara fisik untuk menghadapi alien.”

“......Eh? Dimodifikasi?”

“Memikirkan seorang pelajar SMP yang tidak pernah mengikuti pelatihan tiba-tiba dikirim ke medan perang memanglah aneh. Jadi, mereka memilih orang yang memiliki potensi untuk dimodifikasi menjadi manusia yang lebih kuat.”

Kakakku membuka matanya lebar-lebar dan mulutnya terbuka tanpa suara. Dia perlahan-lahan memegang tanganku dengan ekspresi tidak percaya dan mulai menggosok-gosok telapak tanganku.

“Dimodifikasi, maksudnya menjadi seperti mesin?”

“Ada yang menjadi mesin, tapi aku sedikit berbeda... Aku mengintegrasikan berbagai hal untuk meningkatkan kemampuan fisikku.”

“Y-ya, memang tanganmu lembut dan hangat... Apa yang dimaksud dengan ‘berbagai hal’?”

“Eh, agak sulit untuk dijelaskan...”

“Ah... Jadi tidak bisa ya...”

Aku tidak bisa membayangkan jika dia tahu bahwa aku telah menyerap sel-sel alien dalam jumlah besar. Setelah berpikir dengan tenang, sepertinya militer benar-benar melakukan hal-hal gila. Rasanya mereka telah mengabaikan akal sehat sebagai manusia. 

Tapi mungkin itu satu-satunya cara untuk bertahan hidup.

“Jadi, dengan modifikasi tersebut, kamu menjadi cukup kuat untuk menghancurkan aspal, begitu?”

“Ya, semacam itu.”

“Dan itu tidak hanya itu saja, Takashi sangat luar biasa!”

Natalie menambahkan sambil tersenyum ceria.

Natalie yang tersenyum ceria mulai membocorkan informasi yang tidak perlu.

“Kemampuan adaptasi Takashi itu sangat luar biasa dibandingkan dengan tentara lainnya, jadi dia bisa menerima semua obat percobaan tanpa efek samping.”

“Natalie.”

“Karena itu, dia mendapatkan kekuatan yang tidak biasa dan daya tahan yang ekstrem, menjadikannya senjata utama melawan alien. Dia terkenal sebagai titik akhir pencapaian manusia.”

“Natalie.”

“Nyatanya, keberhasilan Takashi sangat menakjubkan. Setelah Takashi bergabung, situasi perang berubah drastis. Pertempuran mundur di Deneb dan pertahanan di Selat Teluk, jika Takashi tidak ada, aku dan Shely—“

“Kau terus-menerus membocorkan rahasia militer meskipun aku sudah memilih kata-kataku dengan hati-hati.”

Aku memberi Natalie beberapa ketukan di kepalanya. Natalie hanya tertawa ceria sambil melanjutkan makan kerupuknya, seolah-olah tidak merasa bersalah sama sekali. 

Kau benar-benar menganggap enteng masalah militer, ya...

Saat aku mengubah cara memijat kepalanya menjadi cengkraman, kakak bertanya dengan kebingungan.

“Anu, bolehkah aku bertanya sesuatu?”

“Apa itu, kak?”

“Takashi... dia manusia, kan?”

Aku tidak yakin apa maksud dari pertanyaannya, meskipun aku mengerti perasaan ingin tahu tersebut.

“… Bagaimana jika aku bilang aku adalah monster?”

Aku tersenyum sinis. Aku berniat bercanda, tetapi kakak tidak terpengaruh oleh senyumku. Dia tetap memandangiku dengan serius.

“Aku tidak peduli... apa pun yang terjadi.”

Dia melanjutkan dengan suara bergetar, “Aku... hidup biasa di balik layar... sementara hal-hal mengerikan telah terjadi…”

Air mata besar mulai menetes dari wajahnya yang serius.

“Takashi... apa pun bentuk tubuhmu, kamu tetap keluargaku... dan Natalie juga...”

Air mata terus mengalir dari wajah kakak saat dia memeluk leherku.

“Apapun bentuk tubuhmu! Kita adalah keluarga! Kamu sudah berjuang untuk kita hingga kini! Sekarang giliran aku yang melindungimu! Aku pasti akan melindungimu! Itu pasti!”

Suaranya berubah menjadi isak tangis.

“Terima kasih... sudah berjuang untuk kami... ugh... uuhhhh...”

Kakak menangis dengan keras, membuatku dan Natalie saling berpandangan karena canggung. 

Meskipun aku tahu akan ada yang membenci perubahan yang kujalani, tidak pernah terpikirkan bahwa aku akan mendapatkan ucapan terima kasih untuk itu. Kata-kata yang tidak pernah kudapatkan dari militer, malah datang dari kakakku sendiri.

Itulah kata-kata yang paling ingin kudengar...

“Kakak memang orang yang sangat baik. Hehe... aku sangat senang...”

Natalie menunjukkan ekspresi lembut yang jarang dia tunjukkan. Matanya tampak sedikit berair, menandakan betapa bahagianya dia.

“Kita bisa mulai bersekolah di sekolahnya kakak mulai sekarang. Pasti akan sangat menyenangkan.”

“…Ya, benar.”

“Mulai kehidupan sekolah yang biasa dan menyenangkan!”

“Ya!”

Sambil membelai kepala kakak yang terus memeluk leherku, aku dan Natalie tertawa bersama. Meskipun ada masalah kecil dengan Oogami, pada akhirnya semua sudah terselesaikan. Kini, satu-satunya yang tersisa adalah menikmati hidup.

Aku pikir tidak akan ada masalah lebih lanjut. 

Tetapi itu adalah pemikiran yang terlalu optimis. 

Sangat terlalu optimis.

Ketika pertemuan yang emosional dengan teman masa kecil diubah menjadi situasi kacau karena Natalie, atau teman-teman dari militer yang datang tiba-tiba bergabung di sekolahku, atau seorang diva internasional yang kukenal dari pertunjukan hiburan di medan perang datang berkunjung, aku tidak pernah membayangkan hari-hari yang penuh keributan ini akan dimulai.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close