NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Tonari no Seki no Yankee Shimizu-san Volume 1 Chapter 3

 Jangan lupa untuk Tonton video diatas ini 


Penerjemah: Ootman 

Proffreader: Ootman


 Chapter 3 - Bento Buatan Shimizu-san


"Seharusnya tidak seperti ini..." 

 Aku mengatakan hal ini tanpa sengaja, dan mencoba untuk tidak mengatakannya pada siapa pun sambil berbaring di atas kasurku. Kemudian aku duduk di tempat tidur dan memikirkan tentang kelas memasak hari ini.

 Tujuanku datang ke kelas memasak hari ini adalah untuk memasak bersama seorang laki-laki... Daiki Hondo. Karena kami satu kelompok, kesempatan untuk memasak bersama lebih besar dari yang kukira. Rencana awalku adalah untuk menunjukkan bahwa aku seorang koki yang hebat dalam kerja sama. Aku juga tidak mengira bahwa Hondo lebih hebat dalam memasak ketimbang diriku, dan aku juga tidak cukup terampil dalam memasak.

 (Aku tidak menyangka bahwa ada jarak yang jauh di antara kami berdua...)

 Memang benar bahwa aku biasanya tidak memasak di rumah dan melewatkan kelas memasak beberapa kali, kemudian aku dipanggil untuk memasak bersama oleh guru ekonomi.

 Tetapi sebelum aku mulai memasak bersama, aku berpikir bahwa memotong dengan pisau akan sangat mudah. Hasilnya, Hondo mengajariku sepanjang waktu, dan aku tidak bisa menunjukkan kepadanya bahwa aku bisa memasak. Namun, walaupun sangat berbeda dari yang aku kira, apa yang terjadi terakhir kali merupakan sesuatu yang sangat bagus untukku.

 (Tangan Daiki lebih kasar dari yang aku kira.)

 Mengingat kejadian terakhir, aku menggelengkan kepala dari satu sisi ke sisi yang lain.

  Apakah karena tangan Hondo lebih kasar dan lebih maskulin daripada yang aku kira? Satu-satunya pengalaman lain yang aku miliki saat disentuh oleh lawan jenis adalah kenangan dimana dengan ayahku saat masih kecil, tapi itu tidak terlalu penting.

 (Dia bilang dia senang memasak denganku...)

 Aku berguling-guling di tempat tidur sambil mengerang.

 Hondō pasti akan mengatakan bahwa dia senang memasak dengan siapa pun. Apa yang membuat aku begitu bersemangat mendengar satu komentar dari Hondo?

 Aku menampar pipiku.

 Yang sudah berlalu biarlah berlalu. Yang penting adalah bagaimana aku kembali ke jalan yang benar. Bagaimanpun, aku harus menunjukkan kepadanya bahwa aku bukanlah koki yang buruk.

 Pertanyaannya adalah bagaimana caranya. Karena tidak akan ada lagi kelas memasak untuk sementara waktu, aku harus mencari kesempatan lain. Ketika aku memikirkan tentang bagaimana cara melakukannya, aku melihat catatan yang telah aku tulis di ponsel, aku teringat dengan percakapan cinta yang dilakukan oleh Hondo dan Matsuoka sebelumnya.

[Kalau begitu, Daiki mungkin akan suka dengan bento yang dibuat oleh gadis yang kamu sukai, bukan? ]

[Itu mungkin benar...]

 Ketika Matsuoka bertanya pada Hondo apakah dia tertarik pada bento buatan sendiri, dia menjawab iya.

 Kalu begitu, aku bisa membunuh dua burung sekaligus dengan membuat bento dan memberikannya kepada Hondo, yang akan membuatnya senang dan juga bisa memamerkan keterampilan memasakku. Ku pikir aku menemukan ide yang bagus, tetapi pada saat yang sama, muncul masalah lainnya.

 (Bukankah akan terasa aneh jika aku tiba-tiba memberinya bento?)

 Aku pernah melihat adegan dalam manga di mana seorang gadis memberikan bento buatannya pada anak laki-laki yang ia sukai, tetapi aku bertanya-tanya apakah itu benar-benar terjadi di kehidupan nyata, setidaknya, aku tidak ingat pernah melihatnya. Mungkin hal itu terjadi dalam kehidupan nyata, tetapi aku tidak tahu.

 Aku pikir sulit untuk membuat penilaian sendiri, jadi aku memutuskan untuk meminta pendapat orang lain. 

"Hei, Ai, apa kamu di sana?" 

 Aku meninggalkan kamarku dan pergi ke kamar sebelah, mengetuk pintu dan berbicara dengan pemilik kamar. Aku mendengar suara langkah kaki dari dalam, dan pintu perlahan-lahan terbuka.

"Hah, Kei, ada apa? "

 Kakak perempuanku, Ai, pemilik kamar ini, menatapku dengan rasa penasaran.

"Aku ingin bertanya bebrapa hal..."

"Apa? Jarang sekali Kei bertanya padaku!!! Apakah ada sesuatu yang akan jatuh dari langit besok?! Untuk sekarang, ayo masuk ke kamarku, aku punya snack. Ayo, masuk, masuk."

"Kamu terlalu berisik! Singkirkan tanganmu dariku! "

 Aku menepis tangan Ai saat dia mencoba menyeretku ke dalam kamar. Ai berbicara seperti senapan mesin yang sangat menggangguku. Aku menyesal meminta bantuannya. 

"Aku bilang hanya beberapa pertanyaan. Tidak apa-apa untuk berbicara di sini."

"Kamu yakin? Ibu dan Ayah mungkin akan mendengar kita di lorong. Apa tidak apa-apa bagi mereka untuk mendengarnya?”

"Ughh."

 Aku tidak mengatakan bahwa mereka salah jika mendengarnya, tapi semakin sedikit orang yang tahu tentang cerita ini, semakin baik.

"... Aku akan segera pergi setelah kita selesai bicara."

"Tentu saja-tentu saja! Mari aku antar Kei ke kamarku."

  Ai dengan senang hati meraih lenganku dan menarikku ke dalam kamar.

"Lalu, apa yang ingin kau tanyakan pada wakil ketua OSIS yang cantik dan berbakat ini? “

"Tidak perlu menyebut dirimu cantik. Dan juga, kamu tidak terlalu bagus dalam hal akademis..."

 Sekarang, Ai dan aku duduk berseberangan di meja kecil. Aku hampir tidak pernah ke kamar Ai sejak aku menjadi siswa SMA, sepertinya tidak banyak berubah sejak terakhir kali. Kamarnya dipenuhi dengan komik, permainan, dan boneka hewan.

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku ingin bertanya sesuatu.

"Apa itu? Rahasia untuk menjadi secerah, semanis, dan secantik diriku? "

"... Aku akan pergi."

"Aku bercanda! Itu adalah candaan! Aku ingin sekali mendengar cerita darimu, Kei!"

"... Lain kali jika kamu mengolok-olokku, aku akan benar-benar pergi."

"Roger! Aku paham! "

  Ai berhenti sejenak untuk hormat. Aku penasaran apakah aku benar-benar mendapat jawaban yang ku inginkan sebelum aku kembali ke kamar.

"Begini... Apa yang akan Ai pikirkan jika seseorang tiba-tiba memberimu bento?"

"Apakah itu berarti Kei memberikannya kepada seseorang? "

"Tidak, maksudku, aku mendapatkan bento dari seorang pria yang biasa aku ajak bicara."

"Hah, tapi kenapa tiba-tiba?"

 Apakah aneh jika tiba-tiba memberikan bento buatan sendiri kepada lawan jenis? Aku mungkin harus memikirkan kembali strategiku dari awal.

"...Aku paham. Itu sangat membantuku. Aku akan pergi. "

 Saat aku berdiri untuk pergi, Ai mencengkeram lenganku dengan kuat.

"Tunggu sebentar. Aku tidak mengerti keseluruhan ceritanya, dan kalau seperti ini, aku tidak bisa tidur. Kenapa kamu tidak menceritakannya padaku? Jangan khawatir, aku tidak akan mengecewakanmu! "

 Aku tidak tahu apa yang dia coba pahami dari pertanyaanku, dan aku tidak yakin apakah aku bisa menceritakan semuanya. Sejujurnya, aku merasa tidak nyaman, tetapi di sisi lain juga benar bahwa aku terjebak.

"Aku tidak akan menceritakan semuanya."

"Jangan khawatir, aku adalah gadis cantik yang tahu seribu hal saat mendengar satu hal! "

"Kalau begitu, kamu pasti sudah paham semuanya dari pertanyaanku tadi..."

 Aku menghela nafas dalam hati dan mulai menjelaskan pada Ai.




(TL/N: Sepertinya ini adalah Ai)

*

 Aku menghela nafas dan mulai menjelaskan pada Ai.

“Jadi, maksudmu Kei ingin memamerkan kemampuan masaknya dan memberikannya pada pria yang mengajarinya? Dan dengan alasan itu, Kei ingin memberikan bento padanya?”

“Secara ringkas, seperti itu.”

 Setelah penjelasan selama beberapa menit, aku berhasil menyampaikan niatku sambil menyembunyikan nama Hondo dan beberapa kejadian di masa lalu.

“Tidak apa-apa, bukan? Mengapa kamu tidak mencobanya? ”

“Bukankah kamu mengatakan [kenapa tiba-tiba?] sebelumnya?”

“Kamu bilang karena kamu tiba-tiba mendapat bento dari seorang anak laki-laki, kan? Itu akan sangat berbeda jika Kei mengatakan sesuatu seperti ini sebelumnya.”

“Apa bedanya?”

“Bento buatan sendiri dari seorang perempuan adalah impian laki-laki! Itu adalah barang yang ingin mereka dapatkan dengan cara apa pun! ”

“Benarkah begitu?”

  Yah, ku pikir Matsuoka mengatakan sesuatu seperti itu, tetapi aku tidak tahu alasannya.

“Ya, itu benar. Akan sia-sia jika Kei tidak mencobanya! Mari kita jalani masa remaja ini sekali seumur hidup dengan penuh semangat!

“Err, oke...”

 Aku tidak bisa menyembunyikan kebingunganku pada semangatnya. Aku tidak tahu mengapa Ai lebih termotivasi daripada diriku, tapi aku senang mendengar sikap positifnya.

“Jika aku berhasil, bukannya sulit untuk memberikan bento padanya tanpa alasan? ”

“Bilang saja, ini adalah ucapan terima kasih karena telah membantumu di kelas memasak sebelumnya.”

 Oh, begitu. Itu ide yang tidak terpikirkan olehku.

“Jadi, apakah kamu sudah tahu apa yang ingin kamu masak?”

“Tidak, aku masih belum tahu.”

 Aku ingin memasak daging babi jahe, yang mana Hondo akan sangat senang jika ada makanan itu di dalam bento, tetapi untuk hidangan lainnya masih belum kuputuskan.

“Kalau begitu, kita harus mulai dari sana. Aku beanr-benar menantikannya.”

“Apa itu?”

“Eh? Tentu saja aku akan membantu Kei membuat bentonya.”

 Ai menatapku seolah-olah ingin mengatakan hal itu sudah jelas.

“Aku bisa membuatnya sendiri.”

“Hei hei, apa kamu lupa tentang bagaimana kamu harus bergantung pada laki-laki itu selama kelas memasak?”

“Ughh...”

 Hal itu membawa kembali kenangan saat Hondo mengajariku cara menggunakan pisau berkali-kali selama kelas memasak.

“Aku satu-satunya yang bisa membantumu di pagi hari karena Ibu mungkin sibuk. Bantuanku tidak gratis, tetapi kali ini, onee-chan akan memberikan layanan spesial!”

“Jangan bicara seperti sales.”

“Salahku, aku tidak bisa menahan diri. Bagaimanapun, kupikir tingkat keberhasilanmu akan sangat berbeda dengan atau tidak ada bantuan dariku, bukan begitu, Kei? Aku membuat manisan ketika waktu senggang, aku yakin bisa membantu. ”

 Ai mungkin bercanda, tetapi dia memiliki lebih banyak pengalaman memasak ketimbang diriku. Jika aku ingin memberikan bento yang enak kepada Hondo, aku tidak punya pilihan selain mengandalkan Ai.

“....Bisakah kamu bangun lebih awal di pagi hari? ”

“Itu bukan masalah besar untuk orang seperti Ai. Jika Kei mengatakan [Tolong, kak. (Onegai onee-chan)], aku akan sering membantumu.”

“Siapa yang akan mengatakan hal seperti itu?!”

 Aku tidak ingat pernah mengatakan hal seperti itu dalam hidupku.

“Ehh~. Satu kata, hanya satu kata! Kumohon!”

 Ai menggosok kedua tangannya. Mungkin dia tidak akan berhenti sampai aku mengatakannya.

“... Tolonglah, kak... Ini dia.”

“Lucu sekali~! Baiklah, Onee-chan ini akan berusaha sekuat tenaga untukmu!”

 Aku ingin menghilang. Aku ingin pergi dari sini secepat mungkin... 

 Kemudian, meskipun motivasiku sudah berkurang di banding seeblumnya, aku mulai mempersiapkan diri untuk membuat bento dengan Ai.

***

“Hei, bukankah suasana hati Shimizu-san hari ini buruk lagi? ”

“Kamu juga berpikir begitu? Aku mendengar rumor bahwa dia berkelahi dengan seseorang dari sekolah lain dan tangannya terluka.”

“Ah, mungkin kamu benar. Shimizu-san mengecat rambutnya dengan warna hitam dan tidak pernah bolos, kupikir dia menjadi lebih serius, tapi dia masih sama seperti sebelumnya.”

 Teman-teman sekelasku berbisik tentang diriku, tapi aku tidak punya energi untuk melihat mereka. Itu semua karena bento buatanku.

(Ini adalah yang terburuk.)

 Bento sudah siap. Ai, yang membantuku, kehilangan senyumannya, tapi sudah selesai. Masalahnya sekarang adalah kualitasnya.

 Telur dadar adalah masakan hitam yang misterius, tidak dapat diketahui oleh siapa pun apakah itu kecap atau gosong, dan daging babi jahe favorit Hondo ternyata juga gosong.

 Kali ini, terlepas adanya dukungan dari Ai, jari-jariku beberapa kali tersayat dengan pisau, dan meskipun lukanya tidak terlalu parah, aku membuat Ai sangat khawatir.

 Bento yang sudah jadi ini bukanlah bento yang pantas di berikan kepada orang lain.

 Pada awalnya, aku ingin memakan bento buatanku sendiri, tetapi Ai, yang merasa bertanggung jawab terhadapku, menyarankan agar kami membaginya menjadi dua. Karena sarannya, aku bisa menghabiskan bentonya, tapi perutku sedikit mual.

[Sejujurnya, kemampuan memasak Kei lebih dari yang aku duga].

 Ai berkata kepadaku dengan mata yang kosong.

“Selamat pagi, Shimizu-san.”

“Pagi.”

 Saat aku mengingat kejadian pagi ini, tanpa kusadari Hondo sudah duduk di sampingku.

 Aku tahu bahwa Hondo tidak bersalah, tapi aku merasa alisku tanpa sadar berkerut karena kegagalan bentoku.

“Um, Shimizu-san. Apakah aku melakukan sesuatu yang salah? ”

 Mungkin karena melihatku, Hondō tersenyum gelisah padaku.

“Kamu tidak melakukan sesuatu yang salah.”

 Pada kenyataannya, Hondō tidak melakukan apa pun yang membuatku marah. Aku marah karena masalahku sendiri.

“Jika begitu, apakah kamu punya masalah? Jika kamu tidak keberatan, aku bisa mendengarkanmu?”

“...Tidak ada masalah.”

 Tentu saja aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku depresi karena aku membuat bento untuknya dan gagal.

“Baiklah... Hm? Shimizu-san, tanganmu terluka, apakah kamu baik-baik saja?”

 Aku segera menyembunyikan tanganku, tapi sudah terlambat. Aku benar-benar ceroboh. Aku harus memikirkan alasan...

“...Aku melakukan beberapa hal. Ini bukan luka yang dalam, jadi jangan khawatir.”

“Aku paham. Tapi tolong jaga dirimu.”

 Itu adalah alasan yang buruk, tetapi Hondo tampaknya menerima itu. Aku lega, tapi kemudian, aku mulai merasa ngantuk, mungkin karena aku bangun lebih awal dari biasanya.

“Aku mau tidur sekarang, jadi jangan bangunkan aku.”

“Ya, aku akan membangunkanmu ketika Sensei datang.”

“Sudah kubilang, kamu tidak perlu membangunkanku...”

 Biasanya, kami akan berdebat tentang apakah akan membangunkanku atau tidak, tapi kupikir karena aku kelelahan secara mental setelah membuat bento tadi pagi, dan aku melepaskan kesadaranku lebih awal hari ini.


 Saat istirahat makan siang, aku menyelesaikan makan siangku lebih awal dan tidak ada yang kulakukan, jadi aku menunduk di mejaku.

 Aku bisa mendengar Hondo dan Matsuoka berbicara satu sama lain di kursi sebelahku.

“Aku benar-benar ingin memakan masakan buatan Seto-san...”

“Toshiya, apakah kamu masih terpaku pada apa yang terjadi saat kelas memasak?”

“Saat itu, kupikir aku sudah bisa menerimanya, tapi bukankah setiap laki-laki ingin memakan masakan dari seorang gadis yang ia sukai?”

“Kupikir topiknya agak berat, tapi kamu mungkin benar. Jarang sekali ada kesempatan untuk memakan masakan yang dibuat oleh gadis yang kamu sukai, dan kupikir itu akan membuat siapa pun senang.”

 Tampaknya Hondo juga tertarik dengan masakan buatan dari lawan jenis. Bagus, itu berarti aku melakukan sesuatu yang tepat ke arah yang benar.

“Benarkan?! Aku penasaran apakah Seto-san akan membuat bento buatannya sendiri dan memberikannya padaku...”

“Saat ini, ini lebih terlihat seperti fantasi daripada imajinasi...”

 Mungkin karena mereka adalah teman dekat, Hondo terkadang bisa berterus terang kepada Matsuoka.

“Aku tidak peduli apakah itu fantasi atau imajinasi, aku pasti akan mewujudkannya nanti!”

“Yah, semoga berhasil.”

“Ya, maksudku, meskipun itu bukan makanan buatan sendiri dari seseorang yang kamu sukai, ada sesuatu yang menyenangkan dari makanan buatan orang lain.”

“Setuju. Memasak sendiri memang enak, tapi ada sesuatu yang istimewa jika ada orang lain yang memasak untukku.”

 Ini adalah informasi yang sangat bagus. Itu berarti mereka akan merasa senang jika ada orang lain yang memasak untuk mereka, meskipun bukan dari orang yang mereka sukai.

“Ngomong-ngomong, aku ingin tahu, ketika kita berbicara tentang cinta sebelumnya, apakah Daiki pernah berpikir untuk membuat bento sendiri?”

  Matsuoka tiba-tiba bertanya pada Hondo.

“Aku sempat memikirkannya, tapi pada akhirnya, aku menyerah karena aku tidak bisa bangun lebih awal di pagi hari.”

“Oh, begitu. Jadi kamu harus mengandalkan toko makanan sekolah untuk sementara waktu.”

“Aku rasa begitu. Tapi saat kita berbicara tentang bento sebelumnya, lain kali aku ingin mencoba membuatnya jika aku bangun lebih awal.”

 Aku mendengarkannya dengan santai, dan sekarang aku dalam masalah besar. Ada perbedaan yang sangat besar dalam hal memasak antara Hondo dan diriku. Jika Hondo membuat bento sendiri, akan sulit bagiku untuk memberikannya nanti.

 Aku berpikir bahwa aku bisa memberikan bento padanya nanti ketika aku sudah latihan beberapa kali, tetapi sekarang aku menyadari bahwa aku harus segera memberikan bento tersebut.

“Hei, sepertinya Shimizu-san sedang dalam mood yang buruk selama satu minggu ini, kamu tahu mengapa? ”

“Aku pernah mendengar rumor bahwa bekas luka di tangannya bertambah dari hari ke hari karena dia berkelahi dengan siswa dari sekolah lain setiap hari, ada teori yang mengatakan bahwa ada seseorang yang membuat Shimizu-san kesal dan ada teori lainnya, tapi aku tidak tahu yang mana yang benar. Satu-satunya hal yang aku tahu adalah bahwa kita tidak boleh terlibat dengan Shimizu-san dalam keadaan seperti itu.”

“Aku setuju. Aku juga akan berhati-hati.”

 Aku bisa merasakan teman-teman sekelasku menggosipkanku di sudut kelas, tapi aku tidak punya energi untuk menanggapinya.

 Sudah seminggu sejak aku mulai membuat bento, dan sejujurnya, aku masih belum puas dengan bento-ku.

 Tidak peduli seberapa hati-hati Ai mengajariku setiap pagi, kemampuan memasakku tidak meningkat, dan meskipun ibuku mulai mengajariku beberapa hari yang lalu, hasilnya tetap sama. Aku terus memakan hidangan bento yang gagal hari demi hari, aku dan Ai perlahan-lahan menjadi putus asa.

(Aku tidak menyangka kemampuan memasakku seburuk ini...)

 Tidak ada yang memiliki energi untuk memakan hidangan yang gagal pagi ini, jadi aku mengemasnya ke dalam kotak bento dan membawanya untuk makan siang hari ini.

 Akan sulit bagiku dan tidak baik bagi Ai untuk membuat bento lagi. Aku memutuskan untuk berhenti membuat bento mulai hari ini.

 Saat makan siang, aku mengeluarkan bento yang dibuat oleh ibuku dan bento yang aku buat sendiri dari dalam tas. Aku harus makan keduanya saat istirahat makan siang. Aku merasa ingin menghela napas.

“...duhh...”

 Suara itu bukan suara milikku. Aku menoleh ke arah suara itu, dan aku melihat Hondo sedang meletakkan dagunya di tangannya, tampak bingung.

“Ada apa? Wajahmu terlihat muram.”

 Aku penasaran dan mau tidak mau aku bertanya, karena Hondō jarang sekali mengeluh seperti itu.

“Ah, maaf, Shimizu-san.”

“Tidak perlu minta maaf, apa yang terjadi? ”

 Karena aku berinisiatif untuk berbicara dengannya, setidaknya aku ingin tahu alasan keluhannya barusan.

*

 Karena aku berinisiatif untuk berbicara dengannya, setidaknya aku ingin tahu alasan dia mengeluh.

“Yah, aku lupa akan sesuatu hari ini.”

“Apa yang kamu lupakan? ”

“Dompetku. Gara-gara itu, aku tidak bisa membeli makan siang. Aku bingung apa yang harus kulakukan.”

 Benar, melihat meja Hondo, tidak ada roti, yang biasanya dia makan saat istirahat makan siang. Tapi jika itu masalahnya, solusinya sederhana.

“Kalau hanya masalah uang, kenapa tidak meminjam dari Matsuoka? Setidaknya dia bisa meminjamkan uang padamu untuk makan siang.”

 Matsuoka seharusnya menjadi orang pertama yang Hondo datangi di situasi seperti ini.

“Itu benar. Toshiya akan meminjamkanku uang jika ia ada, tetapi dia sedang pergi saat ini karena ada pertemuan klub sepak bola hari ini. Yah, andaikan aku sadar bahwa aku lupa membawa dompet sebelum Toshiya pergi.”

 Aku melihat ke sekeliling kelas, dan Matsuoka tidak terlihat.

“Yah, tidak ada yang bisa kulakukan, kurasa aku tidak akan makan siang hari ini. Maafkan aku karena telah membuatmu khawatir, Shimizu-san.”

“Aku tidak mengkhawatirkanmu.”

“Baguslah kalau begitu.”

 Percakapan pun selesai. Sebagai anak SMA, Hondo mungkin memiliki nafsu makan yang besar, dan pasti sulit baginya untuk melewatkan makan siang. Aku memikirkan hal itu sambil melihat ke mejaku sendiri, dan ada dua kotak bento di sana. Ya, itu benar, aku punya dua bento hari ini. Ini adalah kesempatan yang tidak terduga.

“Hei, Hondo.”

“Ada apa? ”

 Hondo mengalihkan pandangannya lagi ke arahku. Aku meletakkan bento di atas meja Hondo tanpa melakukan kontak mata.


“Shimizu-san, untuk apa bento ini?”

“...Ambillah.”

“Hah?”

“Maksudku, aku memberimu bento ini.”

 Hondo terlihat ingin bertanya mengapa.

“Aku menghargainya, tapi kalau begitu kamu tidak akan punya bento.”

“Aku punya satu lagi untukku.”

 Aku menunjuk ke arah bento yang lain di atas mejaku.

“Ah, itu benar. Lalu, bento milik siapa ini?”

“Tidak masalah milik siapa pun itu... Dengar, aku memberikan ini karena aku ingin membalas kebaikanmu karena telah mengajariku selama kelas memasak. Lagipula, aku tidak bisa menghabiskan dua bento sendirian, jadi kamu tidak perlu khawatir.”

 Sebuah tanda tanya melayang di atas kepala Hondo. Aku rasa dia tidak mengerti mengapa aku memiliki dua bento. Aku tidak bisa mengatakan padanya bahwa aku membawa bento yang gagal yang ingin kuberikan padanya.

“Jika ada satu untuk Shimizu-san, maka tidak apa-apa. Terima kasih banyak, aku akan menerimanya dengan senang hati.”

“Iya.”

 Hondo tampaknya tidak sepenuhnya yakin, tetapi ketika dia melihat bahwa aku masih memiliki satu lagi, dia memutuskan untuk mengambil bento itu.

 Lalu aku sadar. Siapa yang membuat bento yang aku berikan pada Hondo? 

 Bento yang kubuat sendiri dan bento yang dibuat oleh ibuku memiliki bentuk dan warna yang sama, dan tanpa melihat isinya, aku tidak dapat membedakan bento itu. Oleh karena itu, aku tidak bisa menentukan bento mana yang kuberikan kepada Hondo.

 Aku sangat panik, aku melihat Hondo ingin membuka bentonya.

“Aku jarang sekali melihat bento milik orang lain, jadi ini akan sangat menarik.”

 Dengan santai dia memeriksa isi bento dari samping. Bento yang kuberikan pada Hondo adalah bento yang aku buat sendiri.

(... semuanya berakhir sekarang.)

 Kupikir saat ini aku mendengar jantungku berdegup kencang. masakanku yang gosong sekarang berada di depan mata Hondo.

 Aku ingin sekali untuk mengambil bento itu dari Hondo, tetapi sedikit rasa rasionalitas menahanku. Tidak pantas untuk memberikannya dan kemudian mengambilnya kembali.

“Bolehkah aku mencobanya, Shimizu-san? ”

 Hondo memanggilku, tanpa menyadari pergulatan batin dalam diriku. Bahkan sekarang, aku ingin memintanya untuk menukar bento, tapi di saat yang sama, aku juga ingin dia memakan masakanku. Dua sisi yang berbeda sedang bertarung dalam otakku.

“ ...Iya. ”

 Pada akhirnya, aku memutuskan untuk membiarkan dia memakan bento yang kubuat.

“Terima kasih. Kalau begitu, Itadakimasu.”

 Hondo mengambil sumpitnya, tidak gentar dengan gosong yang mengerikan dari masakanku. Setelah beberapa saat berpikir, dia mengambil tamagoyaki gosong yang telah kubuat setiap hari selama seminggu terakhir dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

 Aku melihat wajah Hondo, tetapi aku tidak melihat perubahan yang signifikan. Aneh, karena ini adalah salah satu hidangan paling mengerikan yang bisa menarik senyum anggota keluargaku.

 Ketika aku menatapnya, Hondo menoleh ke arahku, mungkin ia merasakan tatapanku.

“Ada apa? Apakah kamu ingin mencoba bento ini juga? ”

 Aku penasaran apakah Hondo mengira aku adalah orang yang suka makan.

“Tidak, aku hanya ingin tahu makanan apa yang kamu mulai.”

“Memang, banyak orang yang mengatakan bahwa cara seseorang memulai makan bento dapat menunjukkan kepribadian mereka. Aku memulai dengan tamagoyaki terlebih dahulu.”

 Yang membuat aku heran, Hondo tampaknya mengenali hidangan yang gosong itu sebagai tamagoyaki sebelum memakannya.

“Aku belum pernah makan tamagoyaki yang dibuat oleh orang lain selain keluarga saya, tetapi tamagoyaki ini memiliki rasa yang menarik.”

“Kamu mengatakan itu menarik, apakah itu yang kamu pikirkan tentang makanan itu? ”

 Yah, kukira itu lebih baik daripada dia bilang bahwa itu buruk, atau mungkin dia memaksakan diri untuk mengatakan bahwa itu bagus.

“Maafkan aku, mungkin aku tidak seharusnya mengatakannya? Itu adalah tamagoyaki dengan rasa yang belum pernah kurasakan sebelumnya, jadi aku tidak tahu bagaimana memberitahunya?”

“Tidak apa-apa.”

“Aku akan memberitahumu jika aku bisa memikirkan cara lain untuk mengatakannya.”

 Setelah itu, Hondo melanjutkan makannya. Sambil memakan bento yang disiapkan ibuku, aku melirik ke samping untuk melihat Hondo.

 Makanan berikutnya yang dipilih Hondo adalah daging babi jahe, hidangan lain yang telah aku coba setiap pagi selama seminggu terakhir. Meskipun ada hidangan lain di bentonya yang menurutku lebih enak, mengapa dia memprioritaskan untuk memakan hidangan yang menurutku tidak terlalu enak?

(Setidaknya makanlah hidangan lainnya sampai aku siap secara mental...)

*

“Err, Shimizu-san? Sulit bagiku untuk makan jika kamu menatapku seperti itu.”

“Hondo, apakah kamu baik-baik saja? Apakah kamu memaksakan diri untuk memakan itu? ”

 Aku mengatakan apa yang kupikirkan.

“Aku sedikit takut dengan pertanyaan itu. Apakah daging babi jahe ini memiliki bumbu yang biasanya tidak kamu masukkan? ”

“Aku tidak memasukkan sesuatu seperti itu tapi... Maksudku, Hondo, apakah kamu benar-benar tidak merasakan apa-apa setelah memakan daging babi jahe itu? ”

 Ketika Ai mencicipinya untuk pertama kali, dia mengatakan kepadaku bahwa daging babi jahe itu mengekspresikan keputusasaan.

“Aku tidak tahu. Aku suka daging babi jahe, jadi aku memakannya dengan penuh harapan...”

 Seperti yang pernah kudengar sebelumnya, Hondo tampaknya adalah seorang pencinta daging babi jahe. Tapi bukan itu jawaban yang ingin aku dengar sekarang.

“Jika kamu tidak menyukainya, kamu bisa mengatakan rasanya tidak enak.”

“Kenapa? Aku tidak akan mengatakan itu. Terutama setelah kamu memberiku bento yang kamu buat, Shimizu-san.”

“Kamu, kenapa kamu berpikir aku yang membuatnya...? ”

 Karena aku tidak mengatakan bahwa aku yang membuat bento sebelumnya, siapa pun akan berpikir bahwa orang tuaku yang membuatnya. Aku penasaran dari mana Hondo tahu hal itu.

“Karena Shimizu-san, ketika aku bertanya apakah ada sesuatu di dalam daging babi jahe, kamu meyakinkanku bahwa tidak ada, bukan? Kupikir ini adalah sesuatu yang tidak akan dikatakan Shimizu-san jika kamu tidak membuat daging babi jahe ini.”

“Tapi itu tidak cukup bukti, kan?”

“Juga, kamu bilang tadi bahwa tidak apa-apa untuk mengatakan itu buruk jika menurutku itu buruk. Aku berpikir Shimizu-san tidak akan mengatakan itu jika membuatnya sendiri.”

“Ughh...”

 Aku ingin membuat alasan, tapi aku merasa kebohonganku akan terungkap.

“Kurasa aku benar. Lagipula, bento ini kamu buat dengan susah payah, apa kamu yakin tidak masalah jika aku memakannya, Shimizu-san?

 Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku mengatakan yang sebenarnya? Aku membuat bento itu karena aku ingin Hondo memakannya, dan aku senang kamu memakannya...Tidak. Membayangkannya saja membuatku ingin menghilang. Keheningan terjadi di antara Hondo dan diriku.

“Shimizu-san? ”

 Hondo memecah keheningan, mungkin merasa bingung dengan responku.

“...Khawatir.”

“Apa?”

“Aku bilang jangan khawatir. bento itu hanya sesuatu yang ingin aku buat dengan iseng. Dan aku memberikannya padamu karena aku tidak bisa memakannya sendirian hari ini.”

“Apakah memang iseng untuk terus memasak selama seminggu? ”

 Hondo menyinggung bagian yang menyakitkan. Kupikir dia hanya mengatakan keraguannya, tetapi itu membuat aku penasaran apakah aku tidak sengaja mengatakan sesuatu yang penting.

“Bagaimana kamu tahu kalau aku sudah membuat bento selama seminggu...? ”

 Aku buru-buru ingin memotong kata-kataku di tengah kalimat. Tapi Hondo sepertinya sudah tahu jawabannya. Hondo menunjuk ke tanganku yang penuh dengan plester.

“Kamu memakai plester di tanganmu karena jarimu terluka saat memasak, kan? Awalnya, aku tidak mengerti mengapa kamu terluka, tapi setelah melihat bento hari ini, aku akhirnya paham.”

 Hondo, dia tidak seperti teman sekelasku yang lain, dia tidak mengira aku terluka karena pertarungan.

--Perasaan gatal yang tidak tergambar kan tumbuh di dalam diriku.

“Shimizu-san? Hei?”

 Aku terguncang oleh kata-kata Hondo sehingga aku tidak lagi berpikir untuk menjelaskan alasan mengapa aku membuat bento selama seminggu. Aku buru-buru mencoba berpikir, tetapi tidak ada yang terlintas di benakku. Aku memutuskan untuk mendorong jalanku dengan benar.

“...Tidak masalah kapan aku mulai membuat bento. Ng-ngomong-ngomong, tidak ada alasan khusus mengapa aku memberimu bento itu! Mengerti?! ”

“Um, oke. Kalau begitu, tidak masalah jika Shimizu-san berkata seperti itu.”

 Hondo sepertinya memutuskan untuk tidak melanjutkan masalah ini.

“Jika kamu paham, cepatlah makan.”

“Baik, terima kasih banyak.”

 Setelah itu, Hondo terus memakan bento dan akhirnya menghabiskannya.

“Terima kasih banyak atas makanannya.”

“ ... Berikan kotak bento itu padaku kalau sudah selesai.”

 Aku menghampiri Hondo dan mendesaknya untuk menyerahkan kotak bento.

“Aku ingin mencuci dan mengembalikannya nanti. ”

“Aku sudah bilang karena Aku tidak bisa memakan dua bento sendirian, dan bento ini adalah ucapan terima kasih dariku untuk kelas memasak. Tentu saja aku akan membantumu sampai akhir.”

“...Baiklah, Shimizu-san, sekali lagi terima kasih untuk makanannya.”

 Dengan begitu, Hondo menyerahkan bungkusan yang berisi kotak bento padaku.

“Iya.”

“Dan-bolehkah aku mengatakan satu hal lagi?”

“A-apa itu?”

 Aku sedikit tegang ketika dia menanyakan hal seperti ini.

“Aku sangat berterima kasih atas bento hari ini. Aku lupa membawa dompet dan benar-benar dalam masalah, jadi bento itu sangat membantuku. Aku senang memakan bento yang dibuat oleh Shimizu-san. Lain kali, aku akan melakukan sesuatu padamu sebagai ucapan terima kasih.”

-Aku senang... Aku senang... Aku senang... Aku senang...

 Kata-kata itu terngiang-ngiang di kepalaku. Aku merasa bahwa Hondo seperti menegaskan padaku bahwa minggu yang sulit, melelahkan, dan seperti neraka sampai hari ini tidaklah sia-sia.

“Apakah kamu baik-baik saja, Shimizu-san? ”

 Kata-kata Hondo menyadarkanku. Aku benar-benar terharu, sehingga kesadaranku menghilang sekejap.

“Tidak perlu berterima kasih padaku... hanya...”

“Apa?”

“Jika aku iseng membuat bento lagi, makanlah.”

 Hondo terlihat terkejut sebentar, lalu dengan cepat kembali tersenyum.

“Ya, kalau begitu, aku akan menantikannya.”

 Di dalam hati, aku melakukan fist pump (gestur kemenangan).



Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment



close