NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Hitotsu Yane no Shita, Boukei no Konyakusha to Koi wo Shita V1 Epilog

 


Penerjemah: Rion

Proffreader: Rion


Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.


Epilog

エピローグ


Bisa dikatakan bahwa pengunduran diri Shiho-san dibatalkan. 

Alasannya adalah karena, Shiho-san dengan jujur memberi tahu atasannya bahwa dia harus mengundurkan diri karena tidak bisa merawat adik dari tunangannya yang telah meninggal jika mendapat mutasi. Setelah itu perintah mutasi tersebut dicabut. 

Perusahaan memutuskan bahwa lebih baik tidak memindahkan Shiho-san daripada kehilangan dia. 

Keputusan perusahaan memang mengejutkan, tetapi Shiho-san mengatakan bahwa atasannya yang bisa memahami situasinya berbicara kepada pihak atas. 

Tentu saja, alasan lainnya adalah karena Shiho-san adalah karyawan yang berharga bagi perusahaan. 

Entah apakah dia akan mengundurkan diri di kemudian hari atau tidak, yang jelas masalah satu-satunya sekarang sudah selesai dengan baik dan itu melegakan.


Dan kemudian tibalah akhir Juli, Sabtu pertama setelah liburan musim panas dimulai.

"Semua sudah berkumpul, ya."

Hari ini, kami berkumpul di Orion sebelum toko buka.

"Jadi, boleh kami tahu alasan Minoru-kun mengumpulkan semua orang?"

"Manajer mengajariku cara membuat puding kopi selama waktu luang, dan akhirnya aku bisa membuatnya dengan rasa yang sama. Aku ingin kalian semua mencicipinya."

"Ah. Kalau begitu, kami dengan senang hati mencicipinya, tapi sebelum itu---"

Shiho-san menoleh ke samping dengan kepala sedikit miring.

"Kenapa Yuuka ada di sini?"

Benar, aku juga mengundang Yuuka-san.

"Kenapa? Apa ada yang salah kalau aku di sini?"

"Tidak. Justru aku senang kamu datang."

"Aku yang memintanya untuk datang."

"Begitu ya. Tapi, apa Minoru-kun dan Yuuka sudah saling kenal sebelumnya?"

" "Ah..." "

Secara refleks, aku dan Yuuka-san terdiam canggung.

"Itu, kita pernah bertemu di pemakaman Takeru-san."

"Iya, waktu itu kami sempat berkenalan---"

"Tapi seingatku kalian tidak sempat bicara waktu itu."

" "........" "

Di saat seperti ini, intuisi Shiho-san anehnya sangat tajam.

"Yah, yah, onee-sama. Semakin banyak orang yang mencicipi semakin baik, bukan?"

Honoka-san yang sepertinya merasakan suasana tersebut mencoba mencairkan suasana dan mengubah topik.

Perhatian Honoka-san di saat-saat seperti ini benar-benar sangat membantu.

"Benar juga. Kalau begitu, mari kita cicipi."

"Baik."

Aku menyusun gelas-gelas yang berisi puding kopi di depan semua orang.

Setelah masing-masing mengambil sendok dan serempak mengucapkan 'selamat makan', mereka mulai mencicipi.

"Eh?"

Orang pertama yang mengeluarkan suara bertanya-tanya adalah Honoka-san.

"Maaf, Minoru-kun, tapi ini bukan seperti puding kopi buatan Takeru-san. Namun..."

"Aku juga merasa ini berbeda. Tapi, bukankah ini... lebih enak daripada puding kopi buatan Takeru?"

Mendengar kata-kata Shiho-san, Yuuka-san dan Honoka-san mengangguk setuju.

Melihat reaksi mereka bertiga, aku tak bisa menahan senyum.

"Saat pertama kali aku makan puding kopi buatan kakak, memang rasanya enak. Itu adalah puding kopi terenak yang pernah kumakan... tapi aku merasa rasanya tidak sesuai dengan selera kakakku."

Itu adalah perasaan tidak nyaman yang sangat kecil.

Memang rasanya mendekati selera kakakku, tapi hanya mendekati saja.

"Puding kopi itu diekstrak dengan air dalam waktu lama untuk memperkuat rasa kopi, sambil mengurangi kadar minyak sehingga mengurangi rasa pahit dan asam. Dengan menambahkan susu atau krim, rasanya menjadi lebih lembut, tapi seharusnya selera kakakku adalah kopi yang lebih manis."

"Benar juga... Takeru sangat menyukai cokelat."

Seperti yang dikatakan Yuuka-san, orang yang dekat dengan kakakku tahu bahwa dia sangat suka cokelat.

"Karena itu, aku bertanya kepada manajer tentang cerita masa lalu. Ternyata, saat masih SMA, kakakku membuat puding kopi dengan konsep 'dessert yang bisa dinikmati orang dewasa' sesuai dengan selera pelanggan Orion. Jadi, dia lebih mengutamakan rasa yang disukai pelanggan daripada seleranya sendiri."

Hasilnya, terciptalah puding kopi dengan rasa kopi yang kuat dan tidak terlalu manis.

Kakakku juga tidak menggunakan biji kopi favoritnya, melainkan biji kopi yang populer di Orion.

"Tapi aku ingin, jika puding kopi buatan kakak akan menjadi menu andalan di 'Koneko Biyori,' aku ingin mengubah rasanya sesuai dengan selera kakakku. Artinya, membuatnya lebih manis sehingga anak-anak juga merasa enak."

Dengan bantuan manajer, terciptalah puding kopi ini.

"Tapi, apa yang berbeda dari puding buatan Takeru?"

Shiho-san tampak sangat penasaran dan ingin segera tahu jawabannya.

"Jawabannya sebenarnya sudah diucapkan oleh Yuuka-san."

"Diucapkan olehku...?"

Yuuka-san menundukkan kepalanya sejenak, kemudian segera menunjukkan ekspresi terkejut.

"Apa ini menggunakan cokelat sebagai pengganti gula?"

Aku mengangguk sambil tersenyum.

"Menggunakan cokelat sebagai pengganti gula maksudnya bagaimana?"

Shiho-san bertanya dengan kepala miring penuh kebingungan, dan aku menjelaskan bahwa Yuuka-san pernah memberitahuku kalau kakak sering menambahkan cokelat ke dalam kopi sebagai pengganti gula saat dia bekerja.

Kakak pernah kutegur karena memasukkan cokelat ke dalam segala hal, jadi mungkin dia hanya melakukannya di tempat kerja sebagai kesenangannya sendiri agar tidak dimarahi di rumah.

Melihat reaksi Shiho-san, sepertinya dia tidak tahu tentang hal ini.

"Oh, begitu... itu memang terasa sangat seperti Takeru."

Shiho-san tersenyum lembut, lalu kembali mencicipi puding kopi itu.

"Ya... sangat enak. Aku yakin Takeru juga akan bilang begitu."

Musim hujan telah berakhir dan musim panas telah tiba, menu andalan yang sempurna untuk musim ini pun selesai dibuat.


Pada malam hari itu, begitu aku pulang, aku langsung mulai membuat puding kopi.

Aku membuat tiga porsi dan memasukkannya ke dalam gelas warna gradasi yang pernah kami beli di pusat perbelanjaan sehari setelah kami mulai tinggal bersama. 

Satu untukku, satu untuk Shiho-san, dan satu lagi untuk dipersembahkan di altar kakakku. Kami menikmati bersama-sama.

Di samping itu, Chikuwa kucing kami, tampak iri sambil terus mengeong pelan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close