Penerjemah: Rion
Proffreader: Rion
Chapter 4 - Merasa dekat dengan tetangga
隣人と縮まる気持ち
Tanaka Note: Moga ae kalian tetep bisa baca di web yang nerjemah aslinya, gak web copasan sana yang ngambil terjemahan nya dari sini.
Sudah seminggu sejak aku terlibat dengan Yukimiya, dan ini adalah Sabtu pertama kami.
Hari ini, sejak siang hari, aku datang ke ruang apartemen Yukimiya dan kami membersihkan ruangan serta melakukan sesi belajar bersama.
Meskipun disebut membersihkan, tapi seperti yang Yukimiya katakan kemarin, kamarnya sudah cukup bersih, jadi tidak ada yang terlalu besar untuk dilakukan. Kami hanya menyedot debu, mengepel, dan hal-hal semacam itu.
Namun, karena ini pertama kalinya kami membersihkan dalam seminggu, ternyata ada cukup banyak kotoran dan debu yang menumpuk. Aku akan memastikan agar dia bisa membersihkan ruangannya sendiri dengan baik besok.
Ketika Yukimiya yang sedang mengepel lantai dan koridor berdiri, dia menyeka keringat tipis dengan lengan bajunya.
"Fuu... Aku pikir sudah menjaga kebersihan, tapi ternyata masih cukup kotor."
"Yah, selama ada manusia yang tinggal, pasti akan kotor secara alami. Tapi kalau bersih, tinggal di sini jadi lebih nyaman, bukan?"
"Benar. Setelah menghabiskan seminggu di tempat bersih seperti ini, aku tidak bisa membayangkan kembali ke kondisi sebelumnya. Sungguh, bagaimana aku bisa hidup dalam keadaan seperti itu..."
Yukimiya mengerutkan wajahnya, mungkin mengingat kondisi ketika ia hidup di ruang apartemen yang penuh berantakan. Begitulah, akhirnya Yukimiya juga mulai berpikir demikian.
Merasa terharu dengan perkembangan Yukimiya, aku menyelesaikan membersihkan jendela dan masuk ke ruang tamu... entah kenapa, aku kembali merasakan ketidaknyamanan yang pernah kurasakan sebelumnya. Bagaimana ya... sepertinya barang-barangnya terlalu kosong. Maksudku, perabotannya benar-benar sedikit. Hanya ada meja dan dua kursi. Lalu lemari pakaian dan beberapa barang kecil saja.
Di kamar tidur juga, hanya ada meja belajar, rak buku, dan tempat tidur.
Tidak ada sedikit pun rasa kenyamanan yang bisa kurasakan dalam kehidupan dalam ruang apartemen ini, dan buku-buku yang disimpan di rak buku semuanya juga terlihat rumit. Tidak ada manga atau novel ringan, bahkan novel biasa pun hampir tidak ada.
"Melihat-lihat kamar seorang gadis dengan cara seperti itu, benar-benar menjijikkan. Bagaimana kalau menyerahkan diri ke polisi saja?"
"Kalau ada sentuhan feminin, aku mungkin tidak keberatan dengan ucapanmu, tapi melihat kamar yang kosong seperti ini malah membuatku merinding."
"Selama bisa hidup dengan kebutuhan minimum, tidak ada masalah."
"Tapi, apa kau tak punya sesuatu yang kau sukai? Mengumpulkan barang-barang semacam itu juga menyenangkan. Jika dipajang di kamar, hanya dengan melihatnya bisa membuat hati bahagia."
"Sesuatu yang aku suka..."
Yukimiya memiringkan kepalanya dan terlihat seperti sedang melihat sangat dalam ke kejauhan, seolah dia benar-benar tidak bisa memikirkan apa pun.
"Misalnya Purikuma. Kalau kau perempuan, kau pasti pernah menontonnya saat masih kecil."
"Purikuma...?"
...Hei, dia bohong, kan? Dia bahkan tidak tahu anime anak perempuan yang sangat populer itu? Dulu, meski aku anak laki-laki, aku bahkan ikut menantikannya setiap minggu. Tapi, dia yang merupakan anak perempuan malah tidak tahu? Apakah begitu? Benar-benar... tidak tahu?
"Ehem. Jangan pedulikan itu. Ah, ya... bagaimana dengan kucing? Kau suka kucing, kan, Yukimiya?"
"Nyanko...? Ya. Aku suka nyanko."
Apakah Yukimiya punya kecenderungan menyebut kucing sebagai 'nyanko'?
Yukimiya melihat sekeliling kamarnya dan mulai menghitung dengan jari sambil menggumamkan sesuatu.
"Pajangan bentuk nyanko, jam bergambar nyanko, pot bunga bentuk nyanko juga bagus."
"Alat masak dengan motif kucing juga bagus, kan? Seperti mangkuk atau sumpit."
"Mangkuk nyanko...?! sumpit nyanko...!?"
Matanya berkilau. Awalnya dia tampak tanpa ekspresi sehingga sulit untuk mengerti, tapi sekarang bisa dilihat dari kilauan matanya dan suasana hatinya bahwa dia sedang dalam mood yang baik. Setelah menghabiskan setiap hari bersama selama seminggu, tentu saja kita akan mulai saling mengerti.
Tapi, ini pertama kalinya aku melihat Yukimiya begitu bersemangat.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi belanja sore ini? Aku bisa membantu membawakan barang."
"Benarkah?"
"Tapi kau juga harus menemani belanjaku. Kalau tidak, tidak akan ada apa-apa di kulkas untuk makan malam nanti."
"Baiklah. Aku sudah selesai membersihkan, jadi aku akan ke tempatmu dalam satu jam."
"Eh? Kita langsung pergi saja. Kalau tidak cepat, nanti terlambat makan malam."
Entah kenapa, Yukimiya menatapku dengan tatapan kosong. Apa yang terjadi...?
"Kamu, bagaimana bisa berpikir keluar dengan tubuh yang berkeringat begitu."
"Eh, aku berkeringat?"
"Bau."
"Jangan terlalu blak-blakan!?"
Seburuk itu, huh? Apakah aku benar-benar berkeringat? Ini cukup mengejutkan.
Padahal, sebagai seorang siswa SMA laki-laki, aku cukup memperhatikan bau dan penampilan. Anak-anak lain dari Kuroba, mereka tidak peduli sama sekali dengan semua itu, kondisi dan penampilan mereka hampir sama seperti saat masih berada di sekolah khusus laki-laki. Jadi dengan mengingat hal itu, aku mengambil langkah awal dari kebiasaan mereka sebagai pelajaran untuk memperbaiki penampilanku.
"Baiklah, pergilah mandi."
"Oke..."
Aku segera keluar dari ruang apartemen Yukimiya dan kembali ke ruang apartemenku sendiri.
Setelah berpikir dengan baik, aku sadar bahwa aku akan pergi bersama Yukimiya. Aku tak bisa berpakaian sembarangan. Ini berarti aku juga harus mencukur janggut dan merapikan penampilanku lebih baik lagi... tunggu, bukankah aku tidak punya banyak waktu?
Saat aku melihat jam, sudah menunjukkan pukul 14.00. Itu berarti satu jam dari sekarang... aku benar-benar tidak punya banyak waktu.
Sial, aku juga harus cepat-cepat mandi atau aku takkan punya waktu tersisa untuk memilih pakaian.
Aku segera melepas pakaian yang kukenakan saat ini dan bergerak seolah melompat masuk ke dalam kamar mandi.
◈⟡◈
"Fiuh... Aku tepat waktu."
Aku mandi dan memakai pakaian yang layak digunakan untuk keluar, seraya merapikan penampilanki.
Aku juga merapikan rambutku dengan wax, tapi aku menyadari bahwa melakukan hal yang tidak biasa kulakukan bukanlah ide yang bagus. Ini memakan cukup banyak waktu.
Dan sekarang sudah lima menit sebelum pukul lima belas.
Ketika aku berjalan mondar-mandir di sekitar ruang tamu dengan perasaan sedikit gugup, bel pintu berdering tepat pukul 15:00. Seperti yang diharapkan dari Yukimiya, dia datang tepat waktu.
Tanpa memeriksa layar interkom, aku segera membuka pintu depan.
"Aku sudah menunggumu---"
"...? Ada apa?"
Yang berdiri di depan pintu, tanpa perlu diragukan, adalah Yukimiya.
Tapi dia tidak dalam pakaian sederhana dan kasual seperti biasanya.
Dia memakai gaun putih dengan frill, cardigan biru muda untuk melindungi dari sinar matahari, tas bahu dengan rantai, dan sepatu pump. Sepenuhnya mengenakan pakaian yang modis untuk digunakan pergi keluar.
Dia terlihat begitu berbeda dari gadis 'pemilik ruangan yang kotor' itu. Sungguh sangat stylish, dia benar-benar tampak bak seorang putri dari keluarga bangsawan, sebuah kecantikan yang terkoordinasi dengan baik.
Aku belum pernah melihat Yukimiya seperti ini sebelumnya, tapi bukan hanya itu.
Rambut yang biasanya lurus panjang, kini diikat menjadi kepang tiga yang longgar, dan dibiarkan menjuntai di depan bahunya. Selain itu, dia memakai kacamata berbingkai bening yang biasanya tidak dia kenakan. Bingkai tipis yang cocok dengan Yukimiya, memberikan kesan yang berbeda dari biasanya. Alih-alih tipe ketua kelas, dia lebih terlihat seperti anggota perpustakaan.
Aku secara spontan terpana melihatnya. Hanya dengan mengubah gaya rambut dan kacamata, bagaimana kesannya bisa berubah sebanyak ini?
"Uhh! Ah, maksudku... kau terlihat berbeda dari biasanya..."
"Oh, kacamata ini? Aku menggunakan kacamata tanpa lensa. Ini penyamaran, untuk berjaga-jaga."
"Penyamaran?"
"Kalau kita terlihat bersama, baik kamu maupun aku akan mendapat masalah di sekolah, bukan? Jadi, aku perlu penyamaran. Aku tak begitu suka spekulasi atau rumor aneh."
"Oh, begitu rupanya."
Memang, Yukimiya yang sekarang terlihat sangat berbeda dari biasanya, jadi orang-orang mungkin tidak akan bisa mengetahuinya pada pandangan pertama. Hmm, dia benar-benar memikirkan hal ini dengan baik.
...Eh? Tunggu. Meskipun Yukimiya mengenakan penyamaran, aku yang bersamanya tidak memakai penyamaran apapun. Kalau ada yang melihat, aku bisa dirumorkan berkencan dengan seorang gadis yang tidak dikenal, bukan?
Ketika aku ragu apakah aku juga harus memakai penyamaran atau tidak, Yukimiya berbalik dan mulai berjalan di koridor.
"Apa yang kamu bengongkan? Ayo cepat."
"Oh, iya..."
Waktu sudah mepet, jadi tidak apa-apa... semoga saja kita tidak bertemu siapa-siapa. Untungnya, hanya ads sedikit sekali siswa laki-laki yang tinggal di sekitar sini. Setahuku, yang tinggal sendirian seperti aku bahkan bisa dihitung dengan satu tangan.
Aku mengunci pintu dan dengan cepat berlari mengejar Yukimiya yang sudah berjalan jauh.
Karena ini daerah pemukiman, orang-orang yang lewat juga sedikit pada waktu ini. Satu-satunya orang yang terlihat hanyalah anak-anak yang bersekolah di SD dan SMP terdekat serta ibu-ibu rumah tangga yang sedang dalam perjalanan pulang setelah berbelanja.
Selain suara riang anak-anak, suara mobil dan kebisingan dari lokasi konstruksi juga terdengar jauh. Benar-benar tempat yang tenang dan nyaman untuk ditinggali.
"Tempat ini bagus, ya."
"Iya. Aku juga memilih tempat ini karena suka dengan ketenangannya."
"Apa rumahmu berisik?"
"…Tidak, rumahku juga tenang. ...Terlalu tenang, malah."
Wajah Yukimiya tampak muram. Ah, aku sudah salah bicara. Apakah ini topik yang seharusnya tidak kuangkat?
"Oh, begitu. ...Jadi, kita sama. Rumahku juga sepi karena orang tuaku sering tidak ada di rumah."
"…Apa kamu tidak merasa kesepian?"
"Kau tahu, ketika aku masih anak-anak, aku memang merasakan sesuatu seperti itu. Tapi aku mulai kehilangan perasaan itu ketika masuk kelas 4 SD. Lagipula, selama masa kini masih terasa hidup dan menyenangkan, aku cenderung berpikir bahwa masa lalu tidaklah penting.''
"Apakah itu berlaku saat bersamaku juga?"
"Tentu saja. Bahkan, kau adalah orang yang paling lama bersamaku saat ini."
Meskipun Junya adalah sahabatku, belakangan ini kami tidak terlalu sering bermain bersama. Aku juga baru saja bertemu kembali dengan Kurotsuki, tapi kami tidak cukup dekat untuk bisa berkumpul bersama.
Aku memang tidak bermain dengan Yukimiya, kami hanya menghabiskan waktu bersama karena kebetulan, tapi karena itu berlanjut selama seminggu, mau tidak mau aku jadi terbiasa.
Selain itu, belakangan ini... sesekali, aku sungguh berpikir itu menyenangkan. Meski tentu saja, aku takkan pernah memberitahunya.
"Hmm... begitu ya."
"Hei, berikan reaksi yang lebih. Kalau begini, hanya aku yang merasa malu."
"Semoga kamu tersiksa oleh rasa malumu."
"…Aku benci bagian itu darimu."
"Oh? Sayang sekali. Aku cukup menyukai bagian diriku ini."
Aku tak bisa berkata apa-apa karena suaraku tercekat di tenggorokan ketika melihat senyumnya yang lembut bak malaikat.
Aku tahu betul kalau pernyataannya hanya lelucon, dan aku tahu dia hanya mengolok-olokku.
Tapi... aku bisa merasakan bahwa senyumannya itu nyata.
Apakah dia juga menikmati situasi ini?... Aku harap begitu. Meskipun aku tidak akan mengatakannya.
◈⟡◈
Naik kereta selama dua puluh menit dengan santai, kami akhirnya tiba di department store terbesar di area ini.
Kurotsuki mengatakan selama obrolan kami bahwa ada toko-toko dengan barang-barang bagus di sini. Jika itu juga termasuk toko barang, maka perlengkapan dengan motif atau bentuk kucing yang dicari Yukimiya pasti tersedia.
Sebenarnya... aku tak terlalu familiar dengan geografi atau toko-toko di sekitar sini. Kurotsuki sungguh membantu, aku harus berterima kasih padanya nanti.
"Jadi, di lantai berapa toko barang-barang itu?"
"Sepertinya lantai tiga adalah lantai barang-barang. Ada banyak penyewa dan pilihannya beragam."
"Lantai tiga, ya. Ayo kita pergi."
Tidak bisa menahan kegembiraan, Yukimiya berjalan cepat di dalam department store. Dia seperti anak kecil yang akan dibelikan mainan.
Aku juga mengikuti Yukimiya agar tidak tertinggal.
Namun begitu, semua orang benar-benar terpaku padanya. Para pria yang datang baik bersama pasangan maupun istri, terpukau oleh Yukimiya yang berjalan dengan anggunnya. Setiap kali, pasangan atau istri mereka bahkan menarik telinga para pria itu.
Yah, dia memang gadis cantik. Jika aku melihat gadis seperti itu di jalan, aku pasti juga akan terpana melihatnya.
Bagaimanapun, cara berjalannya sangat indah. Dia tinggi dan ramping seperti model, dan apapun yang ia lakukan terlihat seperti adegan dalam sebuah drama. Jika mengambil foto, dia akan terlihat menawan dari sudut mana pun; seolah-olah ada aura suci yang melingkupinya.
Meskipun dadanya bisa dibilang kecil, tapi itu malah membuat paras naturalnya semakin menonjol. ...Berpikir sekali lagi, bagaimana bisa aku berakhir pergi belanja dengan gadis secantik ini? Hidup memang penuh kejutan.
Saat aku berpikir begitu, Yukimiya yang berjalan di depan tiba-tiba berbalik dan menatap tajam ke arahku.
"Yatsuhashi-kun. Aku merasakan tatapan yang sangat tidak sopan barusan."
"Cuma imajinasimu saja."
"…Kamu orang yang gampang ditebak."
"Aku bilang itu cuma perasaanmu."
"Entahlah."
Sial… dia tidak manis. Cantik, tapi tidak manis. Lalu juga menyebalkan.
Aku terus mengikuti Yukimiya.
…Benar-benar, aku tak bosan melihatnya, Yukimiya. Bahkan dari belakang, dia sangat cantik, itu benar-benar luar biasa.
Seperti namanya, dia memiliki kecantikan seperti bunga es.
Orang sering bilang kecantikan akan membosankan setelah tiga hari, tapi itu sama sekali tidak benar. Meskipun itu mungkin hanya berlaku untuk pasangan atau suami istri.
---Kami naik eskalator ke lantai dua, kemudian ke lantai tiga.
"Kita sudah sampai. Lantai tiga."
"Wow… benar-benar banyak toko pernak-pernik di sini."
Ada toko yang khusus menjual barang-barang rumah tangga, dan ada juga toko yang menjual berbagai barang karakter. Di sini, kami bisa membeli cukup banyak barang untuk menghiasi kamar Yukimiya.
Karena penasaran, Yukimiya melihat ke sana sini. Yah, ini cukup bisa dimengerti. Tempat baru memang menyenangkan.
Kami berkeliling lantai tiga, memeriksa setiap toko. Sampai kemudian, Yukimiya berhenti di depan sebuah toko.
"Yukimiya?"
"…Nyanko."
"Ah? …Oh, mereka sedang mengadakan pameran barang-barang bertemakan kucing, ya, di sini."
Beruntungnya, bisa datang pas sedang diadakan pameran seperti ini.
Mata Yukimiya bahkan berbinar saat dia melihat aneka barang bertema kucing yang berjejer di depan toko.
Dari apa yang kulihat, ada jam dinding berbentuk kucing, tempat sabun yang juga berbentuk kucing. Handuk tangan bermotif kucing. Botol minum dengan gambar karakter kucing. Bolpen, buku catatan, penghapus juga, semuanya serba kucing.
Kucing, kucing, kucing. Pokoknya penuh dengan kucing.
Ada berbagai jenis kucing yang digambar secara deformasi atau dengan gaya realistis. Ada juga yang bentuknya sendiri adalah kucing.
Melihatnya memang lucu, tapi… dengan banyaknya seperti ini, aku merasakan sedikit kegilaan. Meski tidak mungkin bagiku bisa mengatakannya di depan Yukimiya.
Namun, saat melihat dia begitu bersemangat, sepertinya semua barang ini adalah jenis yang dia suka. Kalau semua ini dibeli, pasti akan menghabiskan biaya yang tidak sedikit.
"Yukimiya, kau punya cukup uang? Sebelumnya kau selalu khawatir tentang uang makan."
"Aku tidak pelit untuk hal-hal yang aku suka."
Ia mengatakan ucapan aneh, seperti otaku yang sedang berada di depan idolanya.
"Hari ini biaya makan malam juga akan aku tagih, ya."
"Ya, aku tahu. Aku akan berusaha tidak menggunakan uang untuk keperluan hidup... mungkin."
Dia baru saja berbisik 'mungkin'. Kalau sampai menggunakan uang untuk keperluan hidup, itu akan menjadi akhir. Mungkin aku tidak seharusnya membiarkannya dia membeli barang-barang bertema kucing.
Yukimiya menikmati dan memilih barang-barang yang dia suka, memasukkannya ke dalam keranjang satu per satu.
Keranjang itu semakin penuh dengan barang-barang. Bukan hanya aku, tapi pegawai toko juga tertegun melihatnya.
"Oi, siapa yang akan membawa semua itu jika kau beli terlalu banyak?"
"Hari ini ada yang membantu membawa barang, untungnya."
Itu pasti aku, ya.
"Ya sudah, aku akan membantu. Tapi kalau kau membeli terlalu banyak, akan sulit membawanya. Kita juga harus belanja bahan makanan setelah ini, jadi jangan berlebihan."
"Ya, aku mengerti. …Terima kasih."
Sambil mengatakan ini, Yukimiya memasukkan segala macam barang ke dalam keranjang, dan ketika itu sudah penuh, dia mengambil keranjang lain, dan terus memasukkan barang… sampai totalnya menjadi tiga keranjang penuh.
Seperti yang diharapkan, pegawai toko sampai tercengang. Maaf sekali, Yukimiya benar-benar tak bisa menahan diri.
Menurut pegawai toko, pembayaran akan memakan lebih banyak waktu, jadi kami harus menghabiskan waktu sampai prosesnya selesai. Tapi, apa yang harus kami lakukan sekarang…? Kami berdua juga bukan tipe orang yang akan menghabiskan waktu di game center.
Nah, bagaimana cara menghabiskan waktu ketika hanya berdua dengan seorang gadis dan merasa tidak ada yang bisa dilakukan? Masuk ke restoran ramen? ...Tidak, itu bukan ide yang bagus. Bahkan aku yang tidak punya pacar tahu itu adalah langkah yang buruk.
Dalam situasi seperti ini, akan lebih baik jika aku menyerahkan semuanya kepada pihak lain. Aku pada dasarnya adalah orang yang fleksibel, jadi aku tidak masalah dengan apa saja.
"Yukimiya, bagaimana menurutmu, apa yang harus kita lakukan?"
"Begini... Oh iya, tadi aku melihat ada kafe di lantai satu dengan parfait yang kelihatannya enak. Mari kita ke sana."
"Oke, setuju."
Ternyata ada kafe di lantai satu... Yukimiya memang jeli.
Kami berdua turun ke lantai satu, dan Yukimiya tanpa ragu langsung menuju kafe itu. Ternyata dia punya kepekaan arah yang bagus.
Di dalam kafe, aku memesan kopi hitam dan Mont Blanc. Yukimiya memesan teh dan parfait stroberi, serta sepiring stroberi.
Ngomong-ngomong, kemarin dia juga makan stroberi di bekal-nya dengan lahap, aku rasa dia mungkin memang sangat menyukai stroberi.
Seminggu yang lalu, kami benar-benar tidak tahu apa-apa tentang satu sama lain... lalu bagaimana kami bisa jadi seperti ini sekarang?
---Pesanan datang. Yukimiya melihat parfaitnya dengan mata berkilauan seperti saat melihat barang-barang bertemakan kucing tadi.
"Kau suka parfait?"
"Suka!"
"Jawabamu terlalu cepat."
"Sangat suka. Ini seperti kotak perhiasan bagiku."
Rasanya seperti dia sedang kembali ke masa kanak-kanak.
Aku mengerti apa yang dikatakannya. Memang, parfait terlihat berkilau seperti penuh akan permata. Jadi, parfait stroberi yang memadukan dua hal yang dia suka pasti jadi makanan favoritnya.
"Selamat makan. Hmmm...! Enak sekali~!"
Setelah mengambil satu suap parfait, dia menunjukkan senyum lebar. Mengingat pola makannya yang sederhana; seperti bekal dari minimarket dan camilan, saat ini dia pasti merasa sangat bahagia bisa makan makanan yang benar-benar dia suka.
"Ada apa?"
"Tidak, aku hanya berpikir kau sangat menikmatinya."
"Aku tidak akan membaginya untukmu. Ini semua punyaku."
"Bukan masalah. Aku juga tidak berencana mengambilnya."
"Kalau begitu, baiklah~"
Sambil melihat Yukimiya yang mengancam, seperti kucing yang takut makanannya diambil, aku pun mulai memakan Mont Blanc favoritku.
Uwahh, ini enak sekali!? Mont Blanc di sini luar biasa enak. Memang tertulis di menu kalau ini adalah yang paling populer. Sekarang aku mengerti kenapa.
Dengan alami, bibirku mengendur dan aku mengambil satu gigitan lagi sambil menyeruput kopi. Ah!? Kopinya juga enak. Kalau saja lebih dekat dari apartemen, aku pasti sering datang ke sini... tak peduli sebanyak apapun uang yang harus dihabiskan.
"…Kamu bisa membuat ekspresi seperti itu juga, ya."
"Eh? Ekspresi seperti apa yang aku buat?"
"Seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan. Ternyata kamu juga punya sisi imut dalam dirimu."
"Kau juga terlihat seperti aku saat sedang makan parfait stroberi. Haruskah aku membawakan cermin?"
"Aku tak begitu juga, uhh.... mnn..."
Tidak, kau benar-benar terlihat seperti anak kecil yang sedang bahagia.
Menyadari pandanganku, Yukimiya menatapku dengan setengah mata. Sekarang aku tahu. Tatapan ini adalah tatapan malu-malu.
"Melihat seseorang makan dengan sangat serius itu tidak sopan, tahu?"
"Maaf, maaf. Tapi aku suka melihat Yukimiya yang makan dengan bahagia."
"Hmph!"
Ah, dia malu-malu lagi. Kalau dilihat dengan seksama, reaksi Yukimiya itu mudah dimengerti. Hanya saja dia terlihat dingin, jadi sulit dilihat.
Setelah itu, kami berdua diam selama hampir satu jam, beristirahat di kafe, lalu kembali ke toko sebelumnya.
Jumlah totalnya, lebih dari 60.000 yen.
Untuk tiga keranjang, lebih murah dari yang aku kira, tapi tetap saja aku belum pernah melihat belanjaan yang menghabiskan 60.000 yen. Ini adalah cara orang kaya berbelanja... Sungguh, Yukimiya, kau menakutkan.
Dia bahkan membayarnya dengan kartu platinum. Sesuatu yang seharusnya tidak dimiliki oleh seorang siswa SMA.
Selepas menyelesaikan pembayaran, aku membawa empat dari total lima kantong. Sedangkan satu kantong sisanya dibawa Yukimiya.
Ugh... berat. Lebih berat dari yang aku bayangkan. Meskipun isinya cuman barang-barang kecil, tapi ternyata banyak barang berbahan keramiknya. Yukimiya tak mungkin bisa membawa ini sendiri.
Mungkin karena merasa sedikit bersalah, Yukimiya melihatku dengan wajah khawatir.
"Yatsuhashi-kun, kamu baik-baik saja?"
"O, oh. Aku baik-baik saja."
"Kalau kamu menjatuhkannya, aku takkan pernah memaafkanmu. Kamu harus menggantinya."
Jadi dia lebih khawatir tentang itu, ya... Tidak bisakah kau sedikit khawatir tentang lenganku?
Ini memang sangat berat, tapi juga mustahil bagiku untuk mengeluh. Harga diriku sebagai lelaki sedang dipertaruhkan disini.
Karena sudah masuk jam pulang kerja, kereta jadi penuh sesak. Mau tak mau kami hanya bisa berdesak-desakan. Rasanya sulit, apalagi dengan smua barang bawaan ini.
Sebenarnya aku ingin duduk, tapi karena waktunya seperti ini, mau bagaimana lagi.
"Terlalu ramai... Yukimiya, jangan sampai terpisah."
"Eh, oke.”
Aku mengarahkan Yukimiya ke sisi dinding kereta, lalu berdiri di posisi yang membuatku bisa melindungi Yukimiya dari penumpang lain. Meskipun hanya ada sedikit ruang, tubuh kecil Yukimiya pas masuk ke dalamnya.
Dengan begitu banyak penumpang, jika terjadi pengereman mendadak atau semacamnya, Yukimiya bisa terjepit. ...Bukan berarti aku punya maksud lain, jadi jangan menatapku seperti itu, oke?
Ditambah lagi, dengan penampilannya saat ini. Mungkin saja ia menjadi target utama pelecehan seksual. Itu harus dicegah bagaimanapun caranya.
Namun, ...ini lebih dekat dari yang kukira. Mungkin karena keretanya penuh, tubuhku dan tubuh Yukimiya hampir bersentuhan. Wajahnya juga, lebih dekat dari sebelumnya.
"Eh, Yatsuhashi-kun. Jangan mendekat terlalu banyak...!"
"Shhh, tidak ada pilihan lain. Aku tak bisa mengangkat kedua tanganku karena barang bawaannya..!"
Aku hanya bisa menahan diri dengan kakiku, tapi karena goyangan kereta dan kerumunan orang, aku akhirnya bersandar ke arah Yukimiya.
Merentangkan tangan ke pinggang Yukimiya dan menggunakan dinding sebagai penyangga. Aku sama sekali tak bisa mengerahkan kekuatan apapun kedalamnya, dan lagi, aku merasa bisa hilang keseimbangan setiap saat. Jika terjadi guncangan besar sekali saja, aku benar-benar bisa bersentuhan erat dengan Yukimiya.
Yukimiya juga sepertinya menyadari kalau aku berusaha melindunginya. Ia berbisik di telingaku.
"Kamu tidak perlu bersusah payah melindungiku..."
Suara imut dan nafas Yukimiya menyentuh telingaku.
Aku dengar ada banyak saraf di telinga, maka dari itu tindakannya Yukimiya terasa cukup efektif. Itu sangat menggelitik hati lelakiku.
"Apapun kondisinya, itu tak relevan. Sejak awal laki-lakilah yang harus berdiri teguh di saat seperti ini."
"...Benarkah?"
"Setidaknya, aku memang begitu."
Aku bisa saja meninggalkan Yukimiya sekarang dan berpindah ke posisi yang lebih nyaman. Tapi jika itu membuat Yukimiya terancam, aku takkan bisa memaafkan diriku sendiri. Ini bukan hanya untuk melindungi Yukimiya, tapi juga untuk menjaga harga diriku sendiri. Jadi, aku tidak akan bergerak dari sini.
Entah karena perasaanku tersampaikan padanya atau apa, Yukimiya tampak menyesal tapi juga sedikit tersenyum.
"Terima kasih."
"Sama-sama---whoah!?"
Kereta berguncang besar, dan gelombang orang mendorong maju...!
Sialan!
Bukan hanya dengan tangan, aku juga menopang dinding dengan keningku, berusaha keras agar Yukimiya tidak terjepit.
Namun, karena itu juga... rambut Yukimiya menempel erat pada hidungku, dan aku tanpa sadar menghirup aroma itu sepenuhnya.
Aroma yang sangat memikat, campuran antara shampoo, parfum, dan aroma khas Yukimiya, menggelitik rongga hidungku. Jujur saja, rasionalitasku cukup tergoyahkan.
Dikatakan bahwa manusia sering kali merasa aroma seseorang tidak menyenangkan jika gen mereka dekat.
Namun, aku dan Yukimiya adalah orang asing satu sama lain. Artinya, dari segi genetik, tidak ada masalah untuk meninggalkan keturunan---apa yang aku pikirkan!?
"Y-Yatsuhashi-kun...!?"
"Ma-ma-ma-maaf. Sungguh bukan sengaja...!"
"...Ah. Ya, aku tahu. Jika posisinya nyaman untukmu, Yatsuhashi-kun, kamu bisa tetap seperti itu untuk sementara."
"Te-terima kasih."
"Tapi sebagai gantinya, jika orang-orang sudah berkurang, kamu harus segera menjauh, atau aku akan menuduhmu sebagai pelaku pelecehan seksual."
"B-baiklah."
Bagaimanapun juga, Yukimiya tetaplah Yukimiya. Dia benar-benar tidak berubah. Meskipun aku tidak bisa melihat wajahnya, pasti dia sedang membuat wajah kesal. Sepertinya hanya aku yang terlalu sadar akan hal ini, dan itu agak membuatku kesal.
Namun, meskipun aku berakhir dalam posisi ini karena arus kereta, jujur saja sekarang ini lebih nyaman daripada posisi sebelumnya. Bukan hanya mengandalkan kekuatan lengan, tetapi aku bisa menggunakan seluruh tubuh, ini adalah bantuan yang besar.
Masalahnya adalah, aku harus terus menghirup aroma Yukimiya.
Ada juga pilihan untuk bernapas lewat mulut, tapi kalau begitu, akan terdengar seperti aku sedang terengah-engah, tepat di telinga Yukimiya. Itu akan membuatku terlihat seperti pelaku pelecehan seksual sesungguhnya, jadi itu bukan pilihan yang baik.
Aku mencoba menahan napasku sebisa mungkin dan bertahan dalam situasi ini.
Jantungku berdebar seperti lonceng yang berbunyi cepat. Aku khawatir Yukimiya bisa mendengarnya.
Beberapa menit dalam posisi ini, tiba-tiba Yukimiya berbicara.
"Entah kenapa, ini terasa aneh. Aku dan kamu bisa bersama seperti ini."
"Kau juga berpikir begitu, Yukimiya?"
"Ya. Karena bagaimanapun juga, kita hidup dengan nilai yang sangat berbeda."
Itu benar.
"Yukimiya itu jujur dan sangat serius."
"Kamu selalu bersikap acak-acakan dan malas."
"Kau sendiri juga hidup begitu, kan?"
"Kalau tentang kehidupan pribadi, kamu, Yatsuhashi-kun, sebenarnya cukup teratur, kan?"
...Kalau dipikir-pikir, apa aku dan Yukimiya sebenarnya mirip?
Tidak, itu tak mungkin. Sungguh tidak mungkin. Aku dan Yukimiya mirip? Itu terlalu menghina Yukimiya.
"Tapi, memang benar kamu telah membantuku."
"Itu hanya karena kebetulan kita berada di kereta yang penuh, jadi jangan khawatir."
"Tapi bukan hanya itu. Kamu sudah membersihkan ruang apartemen dan mengajarku memasak."
"Itu juga hanya karena keadaan, dan karena tempatmu terlalu kotor sampai-sampai aku takut kecoa bisa muncul di tempatku juga. Kita sama-sama diuntungkan dalam hal ini."
"Mungkin dari sudut pandangmu begitu, tapi bagiku itu sangat berarti."
Hmm... Jadi begitu.
Aku tak berpikir bahwa manusia harus melakukan segala sesuatu sendirian.
Aku mungkin tidak pandai belajar, tapi aku dibantu oleh Yukimiya. Tentu saja, aku tidak lupa untuk berterima kasih. Tapi, terlalu banyak berterima kasih malah membuatku merasa canggung.
Mungkin Yukimiya merasakan hal yang sama, karena dari situ kami tidak mengucapkan sepatah kata pun sampai tiba di stasiun tempat kami turun.
Ini adalah stasiun di kota besar yang menjadi kawasan perumahan, jadi banyak orang yang turun.
Kami mengikuti arus dan turun dari kereta yang penuh sesak bersama-sama.
"Haa... Akhirnya sampai juga."
"Apa yang kita lakukan selanjutnya? Pulang menaruh barang-barang sebelum pergi belanja bahan makanan?"
"Sepertinya begitu. Aku membawa lebih banyak barang dari yang kupikirkan... Mari kita pulang dulu."
"Maafkan aku ya. Ayo kita lakukan itu,"
Yukimiya tampak sedikit merasa bersalah.
Dia pasti sadar kalau dia sudah belanja terlalu banyak... Semoga lain kali dia bisa lebih memikirkannya lebih lanjut, serius. Demi lenganku juga.
...Eh? Tunggu, tunggu, tunggu. Apa sekarang... aku ini berpikir ikut lagi untuk kali berikutnya? ...Aku harus lebih hati-hati. Sejak awal kita memang tidak sedekat itu, bukan?
Setelah berjuang kembali ke apartemen, kami meninggalkan barang-barang di ruangan Yukimiya, kemudian berangkat kembali ke supermarket.
Ini adalah supermarket terbesar di sekitar sini, dengan harga murah dan jumlah yang banyak. Selain itu, tergantung waktu, mereka bahkan melakukan penjualan kilat. Aku sangat terbantu oleh tempat ini. Tapi begitu, karena ibu-ibu sekitar yang berkumpul di sini, maka tempat ini adalah medan perang yang cukup sengit.
Sekarang ini adalah waktu penjualan kilat sedang berlangsung. Seperti yang diduga, ada banyak pembeli.
"Dengar, Yukimiya. Anggap saja dari sini ke depan adalah medan perang,"
"Eh, ketegangan apa itu. Ada apa?"
"Tempat di mana para veteran yang menargetkan penjualan kilat berkumpul, dan tempat di mana darah dicuci dengan darah. Itu adalah supermarket."
"Kamu terlalu melebih-lebihkan..."
"Bukan melebih-lebihkan. Itu fakta."
Aku juga beberapa kali menghadapi penjualan kilat.
Dengan kekuatan dan kegagahan seorang siswa SMA laki-laki, aku pikir penjualan kilat itu mudah... tapi itu adalah pemikiran yang naif.
Mereka adalah kumpulan ahli yang tidak peduli dengan fisik pemuda yang hijau. Mereka adalah spesialis penjualan kilat.
Bertabrakan dan terpental, bertabrakan dan terpental... mendapatkan bahan makanan di tengah-tengah itu semua adalah pekerjaan yang sangat sulit.
Namun, hari ini adalah hari di mana ada penjualan kilat kentang dan wortel yang menjadi sangat murah.
Kentang seharga sepuluh buah sepuluh yen, dan wortel delapan buah lima belas yen.
Aku harus mendapatkannya, apapun yang terjadi.
"Ayo kita berangkat. Musuh sudah siap di Honnōji!"
"Yatsuhashi-kun, kamu terlalu bersemangat,"
Itu tidak sopan.
Mengambil keranjang, kami melewati sudut sayuran menuju sudut daging.
Harganya memang murah. Dua kilogram daging sapi seharga 700 yen. Harus dibeli.
Selain itu, kami juga membeli daging babi dan ayam untuk disimpan beku.
"Wow... daging dijual seperti ini ya,"
"Eh, belum pernah lihat?"
"Ya. Aku juga datang ke supermarket ini, tapi aku selalu hanya pergi ke sudut makanan siap saji atau makanan kalengan."
Ah, memang benar. Makanan siap saji disini juga murah. Dan lagi, kadang makanan yang harganya 300 yen bisa jadi setengah harga setelah beberapa saat.
Aku juga pernah makan sekali, tapi rasanya... cukup hambar atau bagaimana ya... rasanya terlalu asin dan sepertinya tidak menyehatkan juga.
Tapi, gadis ini, makan itu setiap hari? Hebat juga dia tidak pernah jatuh sakit.
"Kalau begitu, bagaimana kalau kita lihat bagian ikannya? Di sana dijual ikan yang belum dipotong."
"Benarkah? Aku belum pernah melihat ikan utuh sebelum dimasak."
"…Kamu tidak pernah pergi ke akuarium?"
"Aku selalu disuruh menghabiskan waktu untuk belajar daripada untuk hiburan."
Begitu ya... keluarga Yukimiya memang ketat.
...Mungkin aku harus mengajaknya ke akuarium lain kali. Meskipun Yukimiya sendiri mungkin tidak akan mau pergi denganku.
Saat kami menuju ke bagian ikan segar, Yukimiya menatap ikan-ikan itu dengan mata terbelalak.
"Eh, ini, Bream Fish?"
"Ya. Itu Bream Fish."
"…Besar juga ya. Kalau cuman dari buku atau internet, aku tidak akan bisa tahu berapa ukurannya."
Sepertinya inu benar-benar kali pertama dia melihat secara langsung.
Dia sedikit takut, tapi dia tampak tertarik, matanya berbinar.
Makanan siap saji atau bekal, semuanya sudah dalam keadaan dimasak dan matang.
Makanya, kalau tidak pernah pergi ke akuarium atau baru pertama kali ke bagian ikan segar, mungkin memang merasa aneh.
"Lihat, di sana sedang memotong ikan."
"Apa?"
Saat dia mendongak, di balik kaca pembatas, ada orang yang sedang memotong ikan.
Mengambil sisiknya, memotong kepalanya, dan mengeluarkan isi perutnya.
Dalam sekejap, ikan itu sudah dipotong menjadi tiga bagian.
Aku juga bisa memotong ikan, tapi saat melihatnya begini, keahlian seorang profesional memang luar biasa. Ya, mereka melakukannya setiap hari, jadi wajar saja.
"Sedikit menjijikkan juga ya..."
"Ya. Tapi dengan cara itulah, ikan-ikan itu sampai ke meja makan kita."
"Selama ini aku makan tanpa berpikir... benar juga. Harusnya kita berterima kasih pada mereka."
Yukimiya tampak merenung, menatap proses pemotongan ikan itu dengan serius.
Membawanya kemari... ternyata merupakan keputusan yang baik. Entah kenapa, aku merasa begitu.
"Aku jadi ingin makan ikan..."
"Tapi hari ini kita mau buat nikujaga (semur daging dan kentang)."
"Nikujaga...!? Tapi, ikan..."
"....Mau beli sashimi?"
"Ayo, ayo beli!"
Jawaban spontan. Yah, itu memang sangat khas dari Yukimiya.
Kami memasukkan paket sashimi ke dalam keranjang. Yukimiya sepertinya sangat menantikan makan malam hari ini, dia terlihat senang melihat ikan-ikan.
"Eh, lihat, Yatsuhashi-kun. Itu kepiting, besar sekali."
"Iya, iya."
"Aku juga ingin makan kepiting."
"Itu tidak bisa."
Nikujaga, sashimi, dan kepiting. Kami tidak punya kemewahan untuk itu semua.
Lagipula, kepiting di sini memang besar, tapi dagingnya tidak padat. Aku sudah pernah mencoba karena penasaran, tapi aku memutuskan untuk tidak akan membelinya lagi.
"Eh... yah, begitulah. Tapi, aku ingin makan kepiting suatu hari nanti."
"Baiklah, suatu hari nanti."
Kami tidak punya uang untuk itu... tapi, mungkin suatu saat kita bisa pergi ke restoran khusus kepiting. Aku juga suka kepiting.
Setelah melihat-lihat di bagian daging dan ikan, kami juga memasukkan shirataki dan bawang bombay ke dalam keranjang.
Lalu, tiba-tiba suasana di dalam toko menjadi ramai.
Sudah waktunya.
"Yukimiya, ayo pergi."
"Eh, ke mana?"
"Ke medan perang."
"Kamu terlalu berlebihan..."
Huh... apa dia masih berpikiran begitu setelah melihat kerumunan itu? Dan lagi, aku bertanya-tanya apakah kami masih bisa tepat waktu.
Kami berdua menuju ke bagian sayuran.
Tepat saat itu, seorang staf toko keluar dari belakang dan menaruh tanda sale di gerobak kentang dan wortel.
"Dari sekarang, kami akan memulai sale waktu terbatas! Masing-masing pelanggan hanya boleh mengambil satu paket, jadi saya mohon ikuti aturannya!"
Ini dia...!
Aku melangkah ke medan perang... tapi, karena sedikit terlambat, aku langsung terdorong oleh ibu-ibu lainnya.
Ugh! Seperti yang diharapkan dari pejuang berpengalaman, tekanannya berbeda...!
Aku mencoba meraih kentang dan wortel, tapi berakhir didorong oleh seorang ibu yang ada di depanku dan terpental keluar dari kerumunan.
"Y-Yatsuhashi-kun, kamu baik-baik saja?"
"Ah, ya. Aku baik-baik saja, ini tidak apa-apa."
Namun, setiap detik berlalu, kentang dan wortel mulai menghilang dari gerobak. Jika aku sampai terlempar keluar lagi, maka semuanya berakhir, dan aku tak bisa berbuat apa-apa. Tidak ada cukup waktu untuk masuk dan mengambil bahan-bahan di sana.
Sial, kalau begini terus, aku terpaksa membuat nikujaga tanpa kentang dan wortel...!
Saat aku merasakan ketidakberdayaan diriku sendiri sementara kentang dan wortel terus menghilang di depan mataku, Yukimiya melangkah mendekati kerumunan.
"Tunggu, Yukimiya. Apa yang kau lakukan?"
"Aku akan mengambilnya. Jika kita masing-masing membawa dua kantong, itu cukup, kan?"
"Y-ya, tapi itu mustahil. Kau lebih kecil dariku dan kekuatanmu juga..."
"Kita tidak akan tahu sampai kita mencobanya, kan? Selain itu, ini juga pelajaran sosial. Aku akan pergi sekarang."
Tanpa ragu, Yukimiya menerobos masuk ke kerumunan ibu rumah tangga.
Dan... dia menghilang dari pandanganku.
Eh. Ke mana dia pergi?
Dia tak terlempar keluar. Dia benar-benar menghilang.
Apakah benar-benar mungkin bagi dia masuk ke dalam sana? Dengan fisik seukuran itu?
Sungguh... dia berani sekali menerobos masuk ke dalam kerumunan ibu rumah tangga itu. Padahal, aku sendiri kesulitan hanya untuk menyelip masuk.
Setelah menunggu beberapa detik, kerumunan mulai menyebar karena kentang dan wortel sudah habis terjual.
Tapi... tunggu? Yukimiya mana?
Aku tidak melihat Yukimiya di sana.
Tidak mungkin, ke mana dia pergi?
"Kamu sedang melihat ke mana?"
"Whoa!?"
Oh, itu dia, di belakangku.
Tunggu, kenapa dia ada di belakangku? Bukannya tadi dia ada di sana?
Namun Yukimiya terlihat biasa saja, rambutnya tidak berantakan dan pakaiannya juga tidak kusut.
Dia tetap terlihat imut seperti biasanya, dan dia memegang empat kantong di tangannya.
"Ini... kau berhasil mengambilnya? Dari situasi kacau tadi?"
"Ya. Ternyata cukup mudah."
"Mudah, katamu..."
"Aku ini kan pendek, jadi aku bisa menyelip di sela-sela kerumunan. Akhirnya aku berhasil mengambilnya tepat waktu."
"Begitu..."
Mungkin karena tubuhnya tidak punya banyak 'lekukan' seperti perempuan pada umumnya, menyelip di sela-sela kerumunan jadi lebih mudah. Aku mengerti sekarang...
"Kamu barusan berpikir sesuatu yang tidak sopan ya?"
"Hanya perasaanmu... Terima kasih, kau sudah membantuku."
"Tak masalah. Sepertinya aku yang harus pergi jika ada penjualan kilat berikutnya."
Ini benar-benar membuatku tidak bisa berkata-kata.
Tapi, aku sedikit terkejut bahwa Yukimiya, pemula dalam penjualan kilat, bisa mengalahkanku.
Setelah menerima kentang dan wortel dari Yukimiya, aku kemudian memasukkan bumbu-bumbu lain yang kurang ke dalam keranjang.
Barang-barang seperti ini, ketika mereka habis, mereka benar-benar habis sekaligus.
Tergantung bagaimana memikirkannya, aku tidak perlu berbelanja bahan-bahan pengisi yang merepotkan beberapa kali, meski sebagai gantinya aku kadang sedikit kesal karena harus membeli banyak sekaligus.
Dan kemudian, apa lagi ya?
"Yukimiya, mau beli camilan?"
"Aku mau, tapi aku bisa beli sendiri nanti."
"Ini sebagai terima kasih untuk kentang dan wortelnya. Ambil satu yang kau suka."
"Kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu."
Kemudian kami menuju ke bagian camilan, dan Yukimiya mulai memilih dengan serius.
"Paket keluarga disini bagus... kita mungkin butuh gula saat belajar, jadi mungkin Ramune... tidak, mungkin lebih baik cokelat. Tapi kalau mempertimbangkan harga... mungkin gummy candy lebih baik dari pada cokelat... hmm..."
Dia benar-benar serius.
Saat aku membersihkan ruang apartemen Yukimiya, aku sadar dia cukup suka camilan. Tapi aku tak menyangka dia akan barapa dalam tahapan ini.
Sambil melihat Yukimiya yang sedang bingung, aku memasukkan beef jerky (dendeng sapi) ke dalam keranjang.
Setelah beberapa menit menunggu.
Akhirnya dia dengan aman memilih paket keluarga yang berisi berbagai jenis cokelat.
"Kau sudah yakin memilih yang itu?"
"Ya, terima kasih banyak."
"Tak masalah. Ayo, kita bayar dan pulang. Aku sudah lapar."
"Nikujaga dan sashimi ya... Apakah aku yang membuat sup miso-nya?"
"Oh, itu bagus. Coba buat sebagai latihan."
"Aku akan berusaha."
Yukimiya, dengan semangat, berjalan menuju kasir.
Kau benar-benar terlihat seperti anak kecil, Yukimiya. Apakah orang tua yang memiliki anak merasakan hal seperti ini? ...Aku tidak tahu, apalagi tentang apa yang dipikirkan orang tuaku.
Menghela nafas pelan, aku mengikuti Yukimiya.
Setelah berhasil menyelesaikan sesi belanja, kami akhirnya keluar dari supermarket.
Di luar sudah mulai gelap, dan lampu-lampu rumah juga sudah menyala. Meskipun bukan musim untuk iluminasi, entah kenapa ada semacam kesan iluminasi yang membuat suasana hati menjadi lebih ceria.
Juga, walaupun April sudah cukup lama berlalu, masih terasa sedikit dingin.
"Yukimiya, ayo cepat pulang."
"Ya. Aku ingin cepat-cepat makan nikujaga, jadi mari kita cepat pulang."
Antusiasme Yukimiya bisa dirasakan dari kata-kata dan ekspresinya, mungkin dia sangat senang bisa makan nikujaga. Yukimiya memang memiliki sisi yang agak kekanak-kanakan.
Ketika kami meninggalkan supermarket bersama, Yukimiya tampak sedikit cemas dan menatapku.
"Yatsuhashi-kun, aku akan membantu membawa satu. Pasti berat jika kamu membawa semuanya sendirian."
"Tidak, aku baik-baik saja. Ini bukannya berat sama sekali."
Sebenarnya cukup berat, tapi demi menjaga wajah di depan perempuan, aku harus bertahan. Lagipula, barang yang aku bawa waktu siang lebih berat daripada ini.
Ketika aku berusaha untuk tetap tenang, Yukimiya mengambil salah satu barang yang aku bawa.
"Hei, Yukimiya."
"Apa? Aku juga bisa membawanya dengan kedua tangan."
"…Jujur, ini sangat membantu. Terima kasih."
"Sama-sama."
Dengan beban yang sudah jauh lebih ringan, kami berjalan berdampingan menuju gedung apartemen.
Berjalan bersama Yukimiya, huh...? Jika teman-teman sekolah melihatnya, mereka mungkin akan salah paham.
Terutama para laki-laki dari Kuroba. Belakangan ini, mereka benar-benar melihatku sebagai musuh. Mereka seharusnya juga berusaha berteman dengan para perempuan. Karena sejauh ini, aku belum pernah melihat mereka saling berinteraksi.
Saat aku memikirkan hal itu, Yukimiya mulai berbicara.
"Ngomong-ngomong, penguntit itu sepertinya sudah hilang."
"Eh? Ah, ya, sekarang saat kau mengatakannya, aku belum melihatnya lagi sejak terakhir kali."
"Mungkin dia sudah menyerah?"
"Siapa tahu... Aku tak begitu mengerti jalan pikiran penguntit."
Mungkin karena aku selalu berada dalam jarak tertentu darinya saat pergi dan pulang sekolah, penguntit itu jadi tidak bisa melakukan tindakan aneh.
...Meskipun rasanya, malah aku yang melakukan tindakan seperti penguntit.
Tidak, tidak, tidak. Aku sama sekali tak bermaksud begitu. Apalagi kalau terjadi sesuatu pada Yukimiya, aku tidak akan bisa tidur nyenyak.
"Benar-benar, sejak Yatsuhashi-kun pindah ke sebelah, aku selalu bergantung padamu dalam banyak hal."
"Tidak juga. Kebetulan saja hal-hal yang bisa kulakukan dan yang tidak bisa kau lakukan bertepatan."
"Memang benar kamu tidak bisa belajar, ya~"
"Bukannya aku tidak bisa belajar. Hanya saja, kecepatan ajaran Shiramine tidak normal."
"Benarkah? Karena aku hanya tahu kecepatan itu, aku tak merasa ada yang aneh."
Tentu saja. Manusia menilai berdasarkan lingkungan tempat mereka hidup.
Tapi sekolah itu benar-benar tidak biasa. Memang, seperti yang bisa diharapkan dari sekolah unggulan di prefektur ini.
"Yah, hubungan ini mungkin akan berakhir saat Yukimiya sudah bisa melakukan pekerjaan rumah sendiri."
"…Benarkah?"
"Benar. Jika aku tak punya lagi yang bisa diajarkan, itu berarti Yukimiya sudah memiliki keterampilan yang cukup untuk hidup sendiri."
Ah, tapi kadang-kadang aku harus tetap memeriksa ruang apartemennya. Kalau kembali berantakan seperti dulu, semua akan sia-sia.
"Begitu... Jadi, sampai saat itu, aku akan bergantung padamu."
"Ya. ...Yah, tidak tahu kapan itu akan terjadi."
"Aku ini tipe orang yang bisa cepat belajar, lho."
"Meski cepat belajar, kalau tidak bisa menerapkannya, percuma."
"Orang yang tidak bisa menerapkan pelajaran seperti Yatsuhashi-kun tidak berhak mengatakannya."
"Ternyata itu bumerang."
Kata-kata barusan menusuk hati. Yukimiya, kau selalu tahu kata-kata yang menyakitkan, kan?
Yukimiya menghela napas pelan, sedikit tersenyum seolah tidak ada pilihan lain.
"Hubungan ini sepertinya masih akan berlanjut untuk sementara waktu."
"Ah... Kau benar."
Seminggu yang lalu, aku tidak bisa membayangkan ini, tetapi hubungan ini entah bagaimana menjadi nyaman. Yukimiya juga sepertinya tidak menunjukkan tanda-tanda ketidak sukaan.
Benar-benar… hidup ini tidak bisa diprediksi.
Sepertinya halnya dengan jarak antara aku dan Yukimiya yang mulai lebih dekat sedikit lagi.
Saat aku sedang merasakan hal itu, tiba-tiba sebuah nada dering berbunyi. Nada dering ini... apakah itu panggilan telepon? Tapi itu bukan aku, dan hanya Yukimiya-lah satu-satunya yang ada di sini.
Jadi ini... dari ponsel Yukimiya... Eh!?
"Y-Y-Y-Yukimiya!? Wajahmu pucat sekali!?"
"……Eh. Ah, eh, eh……!"
Apa yang terjadi? Bahkan dalam cahaya redup sekitar, aku bisa tahu dia sedang merasa tidak baik-baik saja.
Sambil merebut kembali barang-barang bawaan dari tangan Yukimiya, aku memberinya sapu tangan yang kupegang.
"Kau baik-baik saja? Mau istirahat sebentar?"
"Tidak, aku baik-baik saja. Jangan khawatirkan aku."
"Bagaimana bisa aku tidak khawatir......!"
Sial. Kenapa, apa penyebabnya? Sampai sekarang dia bertingkah normal, tapi tiba-tiba seperti ini...... Tidak mungkin hanya karena kelelahan.
Kalau begitu...... oh, apa karena panggilan masuk......?
Sambil merasa bersalah, aku mengutak-atik tas Yukimiya dan mengambil ponselnya, lalu mematikan panggilan dan mengaktifkan mode pesawat.
Dengan ini, tidak akan ada panggilan yang masuk lagi.
Tapi...... saat mematikan panggilan, aku melihat nama penelepon.
Memang hanya sekilas, namun itu bertuliskan, 'Ibu Tiri'.
Ibu tiri...... seperti yang tertulis, itu berarti ibu dari pernikahan baru ayahnya.
Itu bukan sesuatu yang jarang terjadi pada zaman ini.
Yukimiya selalu bercerita tentang kenangan bersama ibunya, dan itu pasti cerita tentang ibu kandungnya.
Sedangkan mengulik reaksinya yang seperti ini, akan sangat wajar jika berasumsi bahwa hubungan antara dia dan ibu tirinya tidak baik.
"Maaf, Yukimiya. Aku lancang mematikan panggilanmu."
"Tidak, tidak apa-apa. ......Terima kasih."
Mengutak-atik tas orang lain dan mematikan panggilan yang ditujukan untuk mereka. Seharusnya itu tindakan yang bisa membuatnya sangat marah, tapi Yukimiya malah mengucapkan terima kasih.
Pada akhirnya, aku tak bisa melakukan apa-apa, dan hanya bisa berada di sampingnya sampai perasaan Yukimiya kembali tenang.
Post a Comment