Penerjemah: Sena
Proffreader: Sena
HARI KE-13
PAGI
DI DALAM GUA
UNTUK KEDUA KALINYA pagi ini, aku makan ikan yang lezat.
Gadis Ikan membangunkanku. Kalau orang tuanya adalah ikan, bukankah aneh memberi ikan padaku? Gadis-gadis itu bersemangat lagi pagi ini, antusias dengan kemungkinan menemukan kota.
Para kutu buku dulu bersikap seperti remaja laki-laki ribut sebelum pergi mencari kota, tapi para gadis ini mengadakan begitu banyak pertemuan khusus perempuan sehingga aku bertanya-tanya apa yang mereka rencanakan.
Mungkin mereka mirip dengan para kutu buku—berencana mengejar pria liar yang pasti ada di dunia fantasi? Apakah ada dari mereka yang tertarik pada tanuki(rakun) yang bisa berubah bentuk seperti para kutu buku? Kalau ada yang bilang mereka suka anak laki-laki imut, aku tak punya pilihan selain melaporkannya ke polisi.
Kami berangkat, dan setelah beberapa saat, kami mencapai bagian dalam hutan yang lebat. Bahkan goblin level tinggi pun tidak bisa melawan kelompok kami. Setiap kali jumlah mereka terlalu banyak, aku memukul mundur mereka dengan badai peluru api. Tidak ada tantangan, tidak ada keseruan.
Aku menyiapkan makan siang sementara yang lain menghabisi beberapa goblin. Aku menggunakan Sihir Tanah untuk membuat panggangan batu dan memasak ikan tangkapan liar dengan jamur menggunakan Sihir Api. Hari yang telah lama kuimpikan akhirnya tiba. Aku membungkus ikan dan jamur dengan rempah-rempah dan membiarkannya matang dalam jusnya sendiri di atas panggangan.
Aroma rempah-rempah berpadu dengan bau ikan, memberikan aroma yang menyegarkan dan sedikit astringen. Dengan rasa ini, rasanya aku bisa bertarung selama setahun penuh! Tidak ada yang salah dengan menyukai ikan! Para gadis juga memuji makanannya—yah, mereka lebih suka jamurnya. Itu konyol—jelas ikannya yang terbaik!
Setelah makan siang, kami memutuskan untuk berburu kobold. Kami perlu lebih banyak latihan melawan monster cepat, dan mereka memberi lebih banyak pengalaman. Aku benar-benar bosan!
Kami selesai makan dan mulai berburu. Menemui sekelompok kobold level tinggi bisa berbahaya. Mari kita fokus pada kobold di bawah level 10. Saat makan siang, para gadis merancang strategi untuk mengalahkan kobold. Aku memperingatkan mereka bahwa, tidak seperti goblin, kobold itu cepat, punya gigitan yang menyakitkan, dan melolong saat dalam bahaya.
Tak lama kemudian, kami bertemu dengan sekumpulan kobold—level 6, 8, dan 9. Tantangan yang sempurna untuk memberi pengalaman praktis bagi para gadis. Oke, waktunya menguji pertarungan kelompok. Mari kita lakukan!
Dalam hitungan detik, jeritan kesakitan terdengar di seluruh hutan. Sebelum kami bisa menguji strategi kami, kobold sudah menggigit beberapa gadis.
Kobold yang cepat dengan mudah memecah formasi kami. Tiga kobold berhasil mengepung kelompok kami yang jauh lebih besar. Sekarang saatnya panik?
Kobold ini bahkan tidak punya kecepatan 40. Jika hanya melihat statistik, gadis-gadis seharusnya lebih cepat, tapi entah kenapa mereka tidak bisa mengejar. Akhirnya, gadis-gadis galak berhasil mengalahkan satu dengan ketenangan yang aneh, tapi mereka masih sulit menjaga formasi. Statistik semua orang baik-baik saja; kurangnya pengalaman bertarung melawan monster liar adalah masalah sebenarnya. Tapi tetap saja, kenapa ini berjalan begitu buruk? Ada apa?
“Waaa, sakit! Mereka…mereka menggigitku!”
“A-apa yang harus kulakukan? Ahh, aku harus apa?!”
“Aku tidak bisa melakukannya! Aku tidak bisa menangkap mereka!”
“Ahh… Hah?” Wakil Ketua B menoleh dengan gerakan tiba-tiba. “Ada apa ini?”
Gerakannya yang tiba-tiba sangat mengganggu. Eh, aku jelas tidak sedang melihat, aku fokus pada kobold! Alasan sempurna!
(Tn: kebanyakan liat susu MC ne biji)
Aku benar-benar harus turun tangan, karena aku khawatir bakal dimarahi kalau terus menonton. Apalagi kalau mataku yang berkhianat terus tertuju pada hal yang salah. Kobold level 9 adalah satu-satunya yang memiliki kemampuan Taktik Kawanan. Kalau bukan karena itu, mungkin pertarungan ini malah terlalu mudah. Oke, Ketua Kelas sudah menatapku tajam, saatnya bertindak!
Entah bagaimana, aku mendapatkan keterampilan yang disebut Pemikiran Paralel, mungkin karena aku sering mengeluarkan banyak peluru api sekaligus. Itu jelas tidak akan berhasil di sini—para gadis akan marah jika aku menembakkan badai peluru ke dalam kekacauan ini.
Aku juga perlu mencoba Sihir Empat Elemen dan Sihir Gerakan karena keterampilan itu telah naik beberapa level sejak terakhir aku menggunakannya. Tidak perlu Sihir Petir, karena aku sudah cukup berlatih menangkap ikan.
Aku belum mencoba Sihir Gerakan dengan kekuatan penuh dalam beberapa waktu, dan aku takut gadis anime kikuk di dalam diriku akan muncul kembali saat mencobanya. Terbang meluncur tanpa kendali sudah cukup memalukan saat aku sendirian—itu akan jauh lebih memalukan dengan gadis-gadis menonton.
Sebagai gantinya, aku menusuk Kobold A dari belakang dengan tongkatku. Alih-alih melawan, kobold itu lari dariku. Aku mengejarnya. Lihat bagaimana rasanya dikejar! Setiap kali aku mendekat dan menusuknya, kobold itu berlari semakin cepat. Seberapa cepat makhluk ini bisa lari? Kami akhirnya berlari memutari kelompok gadis-gadis dalam lingkaran. Kobold B dan C tidak bisa mengejar dan dikalahkan oleh gadis-gadis galak. Aku sekilas melihat mata mereka yang kosong dan menyeramkan. Aku memutuskan pura-pura tidak melihat.
Tanpa peringatan, Kobold A tiba-tiba berhenti, berputar, dan mencakar dengan cakar-cakarnya. Bodoh, sangat bodoh! Aku tidak bisa berhenti mendadak seperti itu!
Aku tidak punya waktu untuk melakukan apa pun. Dengan kata lain, momentumku membawaku meluncur melewati cakarnya dan menabrak monster itu tanpa kendali. Kami berguling-guling di bawah semak-semak dalam kekusutan lengan dan raungan.
Di saat benturan, aku berhasil menusukkan tongkatku ke kepalanya, membunuhnya seketika. Dibandingkan dengan apa yang gadis-gadis galak lakukan pada kobold lainnya, ini adalah kematian yang cukup belas kasihan. Aku kelelahan.
Kami berkumpul kembali dan melanjutkan rapat strategi kami. Entah kenapa, mereka semua marah padaku.
“Tidak kubilang kalau mereka itu cepat?” tanyaku. “Dan bahwa mereka menggigit dan melolong?”
“Kami tidak bisa mengalahkan monster hanya dengan tahu itu saja!”
"‘Cepat’ itu sangat meremehkan!"
"Bagaimana bisa mengatakan ‘mereka menggigit’ dianggap sebagai nasihat yang bagus?!"
"Dan kenapa kamu malah berlarian melingkar dengan kobold itu?"
"Kami harus melakukan apa dengan informasi itu?"
Apa ini badai kritik? Kobold itu cepat dan mereka menggigit. Dan mereka melolong! Kalian mau apa lagi?!
"Nah, yang para kutu buku bilang ke padaku hanya bahwa mereka biru, tinggi, ramping, dan punya kepala anjing. Itu saja! Mengatakan mereka cepat dan menggigit jauh lebih membantu daripada apa yang pernah kuketahui! Aku bahkan ingat untuk menyebutkan kalau mereka melolong!"
Mereka semua berteriak serempak memprotes. Mungkin amukan adalah istilah yang lebih tepat. Bahkan, mungkin bisa disebut keributan besar. Keributan gaduh yang riuh, pastinya, pikirku.
"Monster-monster di hulu sungai lebih lemah, tapi kita mungkin akan bertemu para cowok di sana. Ada yang oke dengan itu?"
Semua terdiam. Bahkan para kutu buku pun mencoba menghindari bertemu dengan mereka.
Tentu saja mereka belum siap untuk pertemuan itu. Aku tidak akan memaksa mereka pergi ke arah hulu.
Tentu tidak semua cowok kehilangan akal, tapi tidak ada cara untuk mengetahui mana yang masih bisa dipercaya. Lebih aman menghindari mereka sepenuhnya dan mencari kota. Para cowok tidak akan bisa bertahan di bagian hutan yang lebih dalam dengan level mereka; satu-satunya jalur tersisa mereka adalah lewat guaku.
Kalau mereka menemukan gua ini, aku bisa memblokirnya dan menghentikan mereka mendekati para kutu buku dan para gadis. Itu solusi jangka pendek, tapi aku tidak ingin memikirkan pilihan jangka panjang. Aku tidak yakin mampu membunuh seseorang, tapi jika harus, aku akan melakukannya. Dari semua yang kudengar, mereka sama sekali tidak menunjukkan penyesalan. Aku harus membuat mereka menyesal atas tindakan mereka.
Rapat kami berakhir dengan strategi baru: para gadis harus mulai berburu kobold level rendah. Jika ada tiga atau lebih, atau terlalu kuat, aku harus langsung melompat membantu. Aku dilarang menantang mereka lomba lari, main kejar-kejaran, atau melakukan hal-hal konyol lainnya.
Setelah sepanjang hari berburu kobold, para gadis semakin terbiasa bertarung. Menjelang senja, satu kelompok bisa dengan mudah menghabisi dua kobold sendirian. Level mereka juga naik pesat.
Setiap kali kami bertemu goblin atau kobold di perjalanan pulang, para gadis bisa menanganinya sendiri. Mereka mengamati sekeliling untuk ancaman, menjaga formasi bertahan, dan menetralkan musuh. Tidak lama lagi, mereka akan cukup kuat sehingga aku bisa pensiun, pikirku.
Kembali ke gua, aku membuat tempat tidur dan furnitur sederhana untuk kamar mereka. Mereka tidak berencana tinggal lebih lama, tapi kurasa aku harus menjadi tuan rumah yang baik sampai mereka pergi.
Di dekat sungai, salah satu gadis mengajarkanku Sihir Es. Seperti biasa, aku menguasainya menggunakan Sihir Pengemasan. Aku makan malam, mandi, dan hari sudah berakhir. Lebih baik aku membuat tendanya lebih besar, pikirku. Bukan cukup besar untuk satu orang… atau empat, atau bahkan delapan. Aku akan membuatnya cukup besar untuk dua belas orang. Bentuknya praktis seperti kubah.
Begitu aku memasangnya, para gadis langsung masuk ke dalam.
"Wow! Lihat betapa luasnya!" kata Ratu Lebah.
"Kenapa ukurannya beda setiap kali kami ke sini?"
"Jauh lebih besar dari sebelumnya," kata Gadis Ikan.
"Hey, Haruka-kun," kata Ketua Kelas. "Aku bilang ke semua orang untuk melihat seberapa besar tendanya sekarang."
"Tidak masalah," kataku. "Ada teh jamur."
Eh, kenapa mereka suka teh jamur ini? Apa tehnya mulai terfermentasi secara tidak sengaja atau semacamnya? Apa kita akan mengadakan pesta mabuk yang aneh? Aku memutuskan untuk mengamati dari luar tenda saja. Tapi saat aku mencoba keluar, mereka menghalangi pintu keluar. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa menonton dari jauh? Terlalu banyak kulit yang terlihat dalam tenda ini untuk dihadapi seorang cowok SMA!
"Eh, ada apa ini?" tanyaku.
"Kami sedang rapat evaluasi setelah misi!"
Entah kenapa, mereka semua duduk membentuk lingkaran. Ketua Kelas memimpin diskusi, dimulai dengan analisis statistik kobold. Dia duduk begitu dekat denganku hingga aku bisa merasakan kehangatan tubuhnya. Di sebelahnya ada Wakil Ketua A, duduk dengan kaki bersilang mengenakan celana pendek. Kaki itu! Harus melihat ke arah lain! Pandanganku beralih ke Wakil Ketua B, mengangguk setuju dengan Ketua Kelas, dan “asetnya” ikut mengangguk bersama... Ini jebakan! Ke mana aku harus melihat?!
Di seberangku, Wakil Ketua C dan Gadis nakal bermain-main, saling mendorong dan berguling-guling. Rok mereka terus terangkat saat mereka berguling. Apa yang sedang terjadi?! Aku jadi mesum tidak peduli ke mana pun aku melihat! Ini jebakan!
Gadis Ikan dan dua orang lainnya duduk di sebelah kiriku. Segera aku mengenali mereka; mereka adalah dua cewek berotot dari tim voli. Gadis-gadis galak berkerumun di belakang mereka. Kenapa mereka selalu berakhir di belakangku? Aku benar-benar terkepung. Gadis-gadis dari klub sastra ikut menyelip di samping mereka. Begitu sempit! Seorang penyendiri seharusnya tidak berada dalam situasi ini!
Ketua Kelas melanjutkan, "—dan itulah mengapa kita perlu setidaknya satu orang untuk memperlambat musuh." Ketua Kelas, apa kau benar-benar perlu mengundang sebanyak ini untuk rapat evaluasi?
Gadis-gadis yang berguling-guling itu bahkan tidak mendengarkan! "Baiklah semua, selanjutnya..."
Aku ini penyendiri...
DI GUA
INTERLUDE:
PERTEMUAN PARA GADIS
KAMI BERKUMPUL untuk mengevaluasi misi pengintaian terakhir kami. Kami mengadakan pertemuan ini untuk merancang rencana agar Haruka-kun tetap bersama kami.
“Dia, Seperti, benar-benar memperhatikan kami,” kata Shimazaki-san. “Jelas dia tertarik pada perempuan. Dia sepertinya bukan tipe yang suka BL.”
(TLN:BL/yaoi/boys love cowok suka cowok singkat e gay)
“Yah, dia terus menatap dada dan kaki kita, itu sudah jelas.”
“Ugh, aku benci kalau dia melihat begitu. Kalian juga, kan?”
Melihat senyuman jarang terjadi sejak kami datang ke dunia ini. Selama berhari-hari, tidak ada hal yang bisa membuat kami tersenyum.
Begitu tiba di sini, akhirnya kami merasa bisa tersenyum lagi. Hari ini cukup kacau, tapi pada akhirnya, semua penuh tawa. Haruka-kun membuat kami merasa nyaman, meskipun dia tidak kuat.
Aku tidak peduli kalau dia lemah; aku hanya ingin dia tetap bersama kami. Kehadirannya membuat kami mudah tersenyum. Itu sebabnya kami menyusun rencana untuk membujuknya agar tetap bersama kami.
“Jadi dia tidak gay, tapi dia hampir tidak bereaksi pada kita!” sela Fukunuki.
“Dia hanya khawatir dengan perasaan kita setelah diserang oleh para cowok lainnya,” kata Chika. “Dia memang agak aneh, tapi…”
“Apakah dia tipe yang suka dada atau kaki? Aku tidak bisa menentukannya, dia memperhatikan semuanya sama rata. Tunggu, apa dia suka dua-duanya?!”
“Dia tidak terlibat dengan siapa pun, bukan Cuma dengan cewek. Dia mungkin juga tidak peduli kalau kita meninggalkannya.”
Semua menghela napas.
Kami melanjutkan pertemuan hingga larut malam. Selain memastikan bahwa dia mungkin menyukai cewek, kami tidak membuat kemajuan apa pun.
Post a Comment