Penerjemah: Sena
Proffreader: Sena
HARI KE-25
PAGI
Merimeri Memasang Jebakan Cerdik Yang Dirancang Untuk Menjebak Anak-anak SMA Yang Tak Berdosa.
GUILD OMUI
KAU tahu novel-novel fantasi itu, dunia yang penuh dengan petualangan heroik, romansa yang menggebu? Dunia di sini tidak seperti itu. Ini adalah dunia yang kejam, tanpa harapan atau impian.
Sebaliknya, aku hidup di dunia fantasi yang penuh dengan tuduhan palsu dan ceramah kemarahan! Memang ada sihir dan monster, tapi ancaman terbesar bagi umat manusia adalah ceramah panjang dari teman-teman sekelasku.
Setelah kembali dari gua dalam keadaan lelah, penjaga gerbang memarahiku, lalu Ketua Kelas memarahiku sambil menangis, dan kemudian seluruh kelompok gadis memberiku ceramah dunia fantasi sepanjang malam.
Aku sudah menderita luka dari pertarunganku dengan entah-siapa-namanya di awal, tapi sekarang aku harus menghadapi badai teguran baru setiap kali beberapa gadis itu kembali ke penginapan, mengulangi lingkaran ceramah itu lagi. Aku khawatir ceramah itu akan menjadi lingkaran tak berujung.
“Aku lelah! Dan mengantuk!” seruku.
“Dan aku tidak punya uang saku! Pernahkah kau mencoba melakukan sesuatu di kota tanpa uang?! Tidak? Maka percayalah padaku!”
Karena aku tidak punya uang, aku harus mencari cara untuk mendapatkannya. Tapi ketika aku pergi ke guild dan melihat papan pengumuman yang membosankan, aku ingat betapa kejamnya dunia ini.
Aku melarikan diri dari Penginapan Pecundang Putih untuk menghindari semua ceramah, tetapi bahkan di sini keadaan mengejutkan menantiku! Daftar pekerjaan mengerikan di papan pengumuman itu masih belum berubah!
“Kenapa komisinya belum juga berubah?” keluhku.
“Mana papan pengumuman yang sibuk? Yang satu ini lebih malas daripada pengangguran! Bisa lihat tidak sekarang aku miskin? Kantong kosong? Berapa lama lagi aku harus menunggu pekerjaan yang menghasilkan uang? Mana cara cepat kaya?”
Yang kudapat hanyalah tatapan tajam dari petugas resepsionis.
“Dan berapa lama lagi aku harus menunggu sampai kau berhenti muncul di sini?” balasnya.
“Komisi itu untuk petualang terdaftar. Kalau tidak salah ingat, kau bukan salah satunya! Jadi kenapa kau di sini?! Dan ke mana saja kau? Semua orang sangat khawatir padamu!”
Sepertinya dia belum mencapai kuota tatapan galaknya kemarin. Wah, dia terlihat marah. Tapi mengingat apa yang terjadi, seharusnya dia tak punya alasan untuk marah padaku, kan?
Kecuali... dia kesal karena aku kembali hidup-hidup?! Aku sangat berharap bukan itu alasannya. Tidak! Itu karena aku lupa membawa oleh-oleh!
Itulah masalahnya. Aku tidak membawa oleh-oleh. Jika aku tidak bisa membuat orang-orang di sini lebih menyukaiku, aku dalam bahaya besar! Teguran ini jauh lebih berbahaya daripada monster.
“Hmmm. Apa kau yakin tidak ada banyak uang yang tergeletak di suatu tempat?” tanyaku.
“Jangan coba-coba mencuri uang orang lain, bahkan jika hanya tergeletak di sana!” katanya tajam.
“Itu sama saja dengan pencuri. Itu tidak ada hubungannya dengan bisnis guild—mengatakan itu sama saja dengan mengumumkan niat kriminalmu!”
Gelombang tatapan tajam kembali menghampiriku. Tatapan ini serius, jauh berbeda dari tatapan ketua kelas yang berlinang air mata. Aku tak pernah menemui bahaya seperti ini di dalam gua. Aku ingin tidur, tetapi jika aku kembali ke penginapan, mereka akan memarahiku, dan jika aku tetap di kota, aku tidak punya uang untuk melakukan apa pun.
Para kutu buku terlalu sibuk berkutat dengan hal-hal mereka seperti biasa, jadi mereka tidak banyak membantu. Mereka bahkan tidak peduli untuk menanyakan keadaanku. Tidak bisakah mereka membantuku sekali saja saat aku membutuhkan mereka? Dan para otak otot bodoh itu masih tidur. Mereka benar-benar bodoh.
Sangat bodoh, kan? Setelah lengan dan kaki mereka dicabik-cabik, berada di ambang kematian dan entah bagaimana berhasil selamat, lalu tumbuh kembali dan kembali hidup berkat obatku, dan meninggalkan hutan dalam keadaan compang-camping—untuk alasan konyol, mereka berlari kembali ke kota.
Tanpa tidur atau istirahat, mengunyah jamur HP sepanjang jalan, mereka berlari sepanjang jalan kembali ke kota, lalu ambruk di depan gerbang, tempat penjaga gerbang menangkap mereka.
Sungguh bodoh. Bagaimana bisa lebih mencurigakan dari itu?
Tidak ada alasan untuk terburu-buru, dan mungkin mereka juga tahu itu. Siapa yang lari begitu saja setelah nyaris mati?! Mereka bahkan belum pulih sepenuhnya!
Tak ada yang bisa dilakukan, tak ada uang untuk dibelanjakan, terombang-ambing dalam kesedihan, berkeliaran di sekitar kota… tunggu sebentar, apakah itu seorang pelayan cantik yang melambai padaku? Apakah dia mengundangku untuk mendekat?! Apakah—apakah ini akhirnya saat bagiku untuk mengalami momen yang diimpikan oleh semua anak SMA…
Aku tertangkap.
Sebelum aku sadar, aku dikelilingi oleh prajurit tua! Kenapa bukan pelayan semua?! Jebakan yang dirancang dengan sangat cerdik. Menggunakan gadis imut untuk melambaikan tangan, lalu, saat aku mengikutinya, mereka menggunakan naluri seorang anak SMA yang gembira melawan dirinya sendiri! Strategi yang menakutkan! Gembira—tunggu sebentar. Strateginya Merimeri?!
Merimeri muncul dari balik para prajurit.
“Aku berusaha menangkapmu,” katanya, “tapi kenapa kau membuatnya begitu mudah? Aku tak bisa menemukanmu di mana pun, dan kemudian kau mengikuti pelayan begitu saja? Ada apa denganmu?!”
“Dia yang melambaikan tangan padaku!” protesku.
Maksudku, seorang pelayan cantik melambaikan tangan padaku! Siapa yang tidak akan mengikutinya, kan?
“Tapi ketika prajuritku melambaikan tangan, kau malah kabur!”
Eh, jelaslah. Mereka pria-pria tua. Siapa yang tak akan kabur?
“Dan jangan pasang wajah seolah-olah kau tak tahu siapa aku!” bentaknya. “Namaku Merielle. Itu tertulis di izin yang kuberikan padamu. Aku bukan Merimeri! Aku Merielle!”
“Kau yakin? Bahkan ibumu, Murimuri, memanggilmu Merimeri…”
Air mata menggenang di matanya. “Ibuku juga? Aku… Aku rasa aku akan memakai nama Merimeri saja sekarang… Panggil aku Meri…”
Kenapa kepala pelayannya sekarang juga marah padaku? Meskipun, kalau dia bisa ditukar dengan pelayan… Eh, aku tidak memikirkan apa-apa.
“Ibuku dan ayahku mencari-cari dirimu untuk berterima kasih, tapi karena kami tidak bisa menemukanmu di mana pun, kami memasang jebakan. Apa kau bersembunyi selama ini?”
“Uh, tidak, aku kembali tadi malam. Yah, larut malam sih, tapi gerbangnya sudah ditutup dan mereka tak mengizinkanku masuk, lalu akhirnya, saat aku bisa masuk, penjaga gerbang menangkapku. Aneh, kan? Kalau mau menangkapku, harusnya mereka mengizinkanku masuk terlebih dulu!”
Kenapa dia mengepalkan tinju dan gemetar hebat?
Merimeri berdeham keras. “Bagaimanapun juga! Ini ucapan terima kasih. Karena menyelamatkan bukan hanya aku, tapi juga ibu dan ayahku, duke dari wilayah ini—kau mendengarkanku, kan?”
Aku mulai mengantuk, tapi aku mengangguk cepat-cepat.
“Kau yakin? Benar-benar yakin? Memang tidak seberapa, tapi tolong terima ini sebagai hadiahmu.”
Mendadak dia berubah jadi baik, ya? Apa pun itu, dia memberiku sejumlah uang yang lumayan banyak. Menyelamatkan kereta-kereta yang diserang ternyata bisa jadi pilihan karier yang serius.
“Kira-kira kalian mau diserang lagi dalam waktu dekat, tidak?” tanyaku.
“Kenapa kami harus merencanakan hal itu?! Dalam waktu dekat? Apa kau berharap kami diserang lagi? Kami sudah menangkap dalang di baliknya, menyembuhkan semua orang, dan memperketat penjagaan, jadi kami tidak mengharapkan bahaya lagi.”
Gagal sudah rencana karierku itu.
Musuh yang menyerang waktu itu cukup kuat, dan keluarga Merimeri sama sekali tidak siap menghadapi serangan pisau beracun. Sekarang sih pasar sudah penuh dengan jamur penyembuh, jadi meskipun mereka diserang lagi, mereka pasti punya obat-obatan. Tak ada lagi uang cepat untukku.
Dengan reputasi dan uang yang serendah ini, aku masih jauh dari mampu membeli Cincin Pheromone yang nyaris kudapatkan sebelumnya. Tapi setidaknya sekarang aku punya uang sedikit, jadi aku memutuskan untuk keliling kota.
Aku berjalan di sepanjang jalan utama. Toko senjata yang seharusnya menjual peralatan tempur sekarang malah berubah jadi toko khusus gada goblin. Aku masuk ke dalam.
Penjaganya seorang pandai besi. Apa dia benar-benar baik-baik saja hanya menjual gada kayu?
“Hey, Pak Tua,” sapaku.
“Goblin-goblin bos menjatuhkan banyak gada.”
Begitu aku menunjukkan gada-gada yang aku kumpulkan dari hutan, dia langsung mendekat dan memberiku sekantong penuh koin. Semudah membalikkan telapak tangan.
“Hanya ini yang bisa aku berikan! Tolong ambil! Kenapa mereka bisa menjatuhkan begitu banyak gada sih?!”
Kalau aku mau cerita, itu bisa memakan waktu lama, dan jujur saja itu kisah yang menyakitkan yang terjadi jauh di dalam hutan. Kisah yang bisa membuat siapa pun kaget.
“Ya, aku menusuk mereka, lalu mereka jatuh. Dan gada mereka jatuh, jadi…ya, aku ambil saja. Begitulah?”
Dia mengangkat alis. “Kenapa kau bicara seolah-olah kematian mereka adalah kecelakaan? Maksudmu, kau yang membunuh mereka?”
Ya, mereka seharusnya tidak bermain-main mengayunkan gada ke manusia yang sedang melaju kencang. Itu bukan salahku! Ya, kematian mereka semuanya kecelakaan!
“Uhh, yah, lebih tepatnya mereka jatuh…begitu?”
Sambil menggerutu entah tentang apa, pria tua itu menilai gada-gada itu. Anehnya, gada-gada laku keras di kalangan wanita di kota. Ini terdengar buruk untuk keamanan kota, menurutku.
Para raja dan kaisar goblin juga punya gada, tapi aku merasa aku akan langsung membuat tokonya bangkrut jika memperlihatkan gada itu, jadi aku tidak perlu repot-repot menunjukkannya. Setiap kali toko di kota ini bangkrut, mereka cenderung menyalahkanku. Betapa menakutkannya tradisi ini! Kota ini penuh dengan tuduhan palsu. Semuanya ditujukan padaku.
Setelah menjual gada-gada itu, aku pergi ke toko serba ada. Sayangnya, wanita penjaga toko itu masih belum bisa mengatasi kecanduannya terhadap jamur penyembuh. Kecanduannya sudah sangat serius. Bagaimana cara menyembuhkan pecandu jamur regenerasi?
“Aku tahu kau punya jamur!” jeritnya padaku.
“Aku akan beli semuanya! Tunjukkan jamurnya!”
“Kalau kau ingin sekali jamur, kenapa kau tidak membawakan beras untukku?”
Begitu aku bilang itu, dia langsung menangis histeris dan melemparkan diri ke lantai, memeluk kakiku. Aku langsung setuju menjual jamurnya dengan imbalan uang dan buah kering.
Dia langsung menyambar jamur-jamur itu dari tanganku dan menggosokkannya ke pipinya. Ini sudah tahap kecanduan yang benar-benar parah. Mulai agak menakutkan. Aku berharap dia segera berhenti.
Pemilik toko mencurigakan tampaknya masih berada di luar kota, artinya aku tidak bisa mendapatkan barang-barang pesona lainnya untuk sementara waktu. Tak ada lagi feromon untukku…
Ketua Kelas dan para gadis lainnya sedang menjelajahi dungeon. Kau harus jadi anggota guild untuk bisa masuk. Aku punya sedikit waktu bebas sampai malam nanti, tapi setelah itu mereka akan kembali! Ceramah-ceramah penuh kemarahan, omelan-omelan sengit… Malam itu akan menjadi malam yang mengerikan.
Aku butuh sogokan untuk mereka. Aku membuat beberapa kue kering di waktu luang di dalam gua, tapi karena tidak ada mentega, rasanya agak aneh. Tapi, saat aku memberi beberapa kue itu kepada gadis yang jaga penginapan sebagai percobaan, dia tampak menikmatinya. Bukan hanya menikmati, sebenarnya. Dia malah melompat-lompat dalam tarian misterius. Apakah ini berarti kuenya enak?
Di kota ini memang jarang ada makanan manis, karena gula sangat mahal. Ada buah kering dan fruitcake, jadi mungkin aku harus membuat itu untuk menenangkan mereka saat mereka marah padaku. Kalau dipikir-pikir, risiko mendapat ceramah saat aku pulang sangat, sangat tinggi, terutama jika aku meninggalkan kota.
Mereka marah sekali padaku kemarin karena aku tidak membawa oleh-oleh, pikirku.
Musuh yang tak kukenal itu bahkan tidak punya item atau senjata untuk diambil. Mungkin karena itu mereka semua marah padaku. Mereka benar-benar kesal karena musuh itu tidak memberi mereka makanan manis, dan aku yang menjadi korban karena ketidakpeduliannya! Mereka marah besar padaku kemarin. Jadi…senjata atau peralatan tidak bakal cukup. Gadis-gadis SMA lebih suka makanan manis, ternyata.
Aku bakal menghadapi interogasi serius dari para gadis dan komandannya. Aku harus membuat kue lagi, kurasa.
Aku harus puas dengan fruitcake, terutama karena tidak ada mentega. Sejenis roti manis yang kuperlukan, dan fruitcake…yah, ada “cake”-nya di namanya.
Aku meminjam dapur untuk membuat kueku. Karena gadis penjaga penginapan ingin, dia mengizinkanku memakai dapur secara gratis dengan imbalan sedikit kue.
Aku pakai tepung, buah kering, dan susu. Aku tidak tahu itu susu dari mana, tapi ya, itu susu. Kalau gagal dan hanya jadi roti, aku bisa saja mengukusnya, menaburkan gula, dan menipu mereka dengan berpikir itu kue! Ya, aku cuma butuh sesuatu yang manis!
Selain para otak otot yang masih tidur, semua orang sedang berada di dungeon. Mereka baru akan kembali malam nanti, jadi saat itulah ceramah akan dimulai lagi. Aku harus menyelesaikan fruitcake-ku sebelum itu!
Ini balapan melawan waktu. Fruitcake adalah satu-satunya senjataku untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah. Karena aku tidak melakukan kesalahan apa pun!
Pakaian dan peralatanku sudah dalam kondisi sempurna seperti biasa, dan semua lukaku sudah kusembuhkan dengan ramuan jamur. Jujur saja, tubuhku masih dalam kondisi buruk.
Yang hampir mebuatku celaka adalah terbang balik ke kota. Pendaratan darurat itu benar-benar membuatku kacau. Aku hampir mati! Aku meluncur dengan sekuat tenaga, baru sadar setelahnya kalau aku tidak punya metode pendaratan. Terbawa kenangan dan emosi, aku menabrak tanah dengan kecepatan penuh.
Tubuhku berantakan dan aku belum tidur semalaman, tapi demi menghindari ceramah aku ada di sini, membuat fruitcake. Betapa absurdnya ini.
Demi menepis semua tuduhan palsu, aku menguleni tepung itu. Aku menguleni hingga sekental pikiranku, menguleni dan meremas sambil menggerutu dan mengantuk… Ngomong-ngomong, para otak otot itu masih tidur!
Menggoreng dan mengukus… Apa sudah waktunya untuk menggoreng otak para kutu buku? Kenapa mereka tidak membantuku? Bukannya mereka bilang ingin membalas budi atas bantuanku di kota? Pertama aku datang mereka tidak ada di sini, sekarang kita ada di sini dan mereka tidak mau membantu. Mereka bahkan tidak membaca situasi!
Aroma fruitcake memenuhi ruangan. Kenapa aku satu-satunya yang melakukan sesuatu? Aku ini pengangguran!
Kue itu keluar dari oven tepat saat para gadis kembali.
“Kami pulang! Hey, aroma enak apa ini?”
Para gadis langsung masuk ke penginapan sambil berteriak senang.
“Kue!”
“Kelihatannya enak sekali! Kau dewa fruitcake!”
Aku menang. Para gadis langsung lupa dengan ceramah mereka dan menyantap habis fruitcake serta roti kukus yang kubuat. Mereka melahap fruitcake itu seutuhnya, seperti kobold yang menggigit kepala seseorang. Dengan kekuatan yang menakutkan pula!
Kemenangan mutlak ada di tanganku! Ini kemenangan telak. Aku telah membuktikan diriku tak bersalah. Aku tahu dari awal bahwa tuduhan itu tidak benar! Sekarang saatnya memulai misi balas dendam ala Count of Monte Cristo atas tuduhan palsu ini! Toh, aku adalah seorang count—count dari guaku! Tapi siapa yang harus kubalas dendam? Untuk saat ini, para kutu buku.
Ruangan penuh dengan suara mengunyah, menelan, dan tangisan. Para gadis makan dalam keheningan, membasahi kue-kue itu dengan air mata dan melahapnya habis. Untungnya, aku sudah memotong kue itu sebelumnya. Kalau kue utuh kutaruh di tengah meja, pasti adegan ini akan berubah menjadi pertarungan brutal.
Entah kenapa, mereka terus menangis sambil tertawa. Kali ini bahkan tidak ada jamur yang terlibat. Mungkin salah satu bahan yang kupakai sudah rusak? Aku rasa tidak aman menangis dan tertawa bersamaan seperti ini…
Kami langsung lanjut ke makan malam setelah itu, dengan semua orang ribut seperti biasa. Akhirnya para otak otot turun juga untuk makan malam, mengubah percakapan menjadi kekacauan total. Tidak ada yang tahu apa yang dibicarakan orang lain. Aku juga tidak tahu nama siapa pun, jadi itu tidak membantu.
Akhirnya, semua bergantian mandi dan tetap terjaga sambil berteriak dan tertawa sampai larut malam. Mereka benar-benar tahu cara membuat keributan.
Seperti biasa, Ketua Kelas duduk terlalu dekat denganku, para gadis galak mendekat di sisi lain, dan para atlet bergulat sambil tertawa keras-keras. Gadis penjaga penginapan sibuk berlarian, para otak otot membicarakan hal-hal bodoh, para kutu buku mengabaikan yang lain dan tenggelam di pojokan, Wakil Ketua A sesekali melirik tajam padaku, para gadis terus mencoba menyuapi Wakil Ketua C lebih banyak supaya dia bisa tumbuh, Wakil Ketua B t-t—tergoyang?! Tidak! Aku tidak melihat apa-apa! Sumpah!
Tiba-tiba, semua orang menatap tajam padaku. Ruangan mendadak sunyi. Jumlah Tatapan Nona di ruangan itu bertambah cepat, menyebar seperti infeksi!
Kalau hanya ada dua belas orang yang menatapku seperti itu, aku mungkin bisa menyebut mereka “Dua Belas Rasul Tatapan,” tapi sayangnya, ada dua puluh pasang mata yang menatap dengan sangat tajam. Kekuatan tatapan itu sangat luar biasa!
Bahkan si penjaga penginapan pun terkena wabah tatapan itu. Ada empat puluh dua mata yang menatap tajam ke arahku. Padahal mereka begitu berisik dan ramai beberapa detik lalu, dan sekarang begini? Kenapa seorang anak SMA kelas dua harus menghadapi ini? Kapan mereka belajar keterampilan sosial dasar, sih?
Kami menghabiskan waktu seperti ini hingga larut malam, dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Tidur, akhirnya tidur. Aku terjatuh ke tempat tidur dan langsung terlelap. Ya, aku benar-benar kelelahan.
Previous Chapter | ToC |
Post a Comment