Penerjemah: Sena
Proffreader: Sena
Chapter 2
Pesta Gelap
Tino Shade lahir di ibu kota kekaisaran, Zebrudia. Ia tumbuh besar di kota ini. Sebagai seorang gadis yang pendiam dan sedikit berbakat dalam hal fisik, Tino tidak pernah benar-benar tertarik menjadi seorang Hunter . Pekerjaan itu adalah mimpi bagi banyak orang, namun karena risikonya yang tinggi, orang dewasa yang bijak cenderung menjauhinya.
Di ibu kota Zebrudia, Hunter sangat banyak, dan fasilitas yang berkaitan dengan profesi itu juga banyak. Justru karena itulah, Tino tidak pernah terpikir untuk menjadi Hunter . Setiap orang punya jalan hidup yang sesuai. Tino tidak tertarik pada kekayaan, kehormatan, atau kekuatan. Bahkan, ia merasa takut pada Hunter . Meski ia menikmati cerita petualangan dalam buku, bagi Tino, itu hanya kisah yang jauh dari kenyataannya.
Namun, hidup Tino berubah drastis ketika ia bertemu dengan sebuah party Hunter yang kala itu muncul bak komet di ibu kota. Di antara party-party dengan nama-nama gemerlap, party ini tampak seperti anomali—lebih keras dan penuh ketegangan dibandingkan yang lain. Karena namanya yang tidak membawa keberuntungan, banyak orang menjauh darinya, bahkan kadang dianggap sebagai musuh oleh kekaisaran sendiri. Meski begitu, mereka mengatasi semua rintangan dan dalam beberapa tahun menjadi party yang terkenal di seluruh negeri.
Pertemuan Tino dengan party itu hanyalah kebetulan belaka, namun itu sudah cukup. Sosok mereka memancarkan cahaya yang begitu terang, sulit untuk mengalihkan pandangan. Bahkan bagi Tino, yang tidak tertarik pada dunia Hunter, pancaran mereka begitu kuat sehingga ia merasa terpesona. Mereka seperti kilat, seperti bintang jatuh.
Era itu menyambut kedatangan mereka.
Arc Rodin, pemimpin dari party Bintang Petir Perak dan dikenal sebagai Putra Roh Suci (Arc Brave), adalah seorang pahlawan muda yang dikatakan sebagai reinkarnasi Exceed Zequence—salah satu dari hanya tiga Hunter tingkat 10 di seluruh dunia. Lalu ada Krai Andrey, seorang ahli strategi cerdas yang mendirikan klan terkenal Jejak Awal (First Step) dan membawa party Strange Grief menjadi salah satu yang terbaik di ibu kota.
Masa Keemasan. Era ketika para Hunter berbakat muncul bak bintang-bintang yang bersinar terang di langit kekaisaran. Asosiasi Penjelajah menyebut era ini demikian.
Tino Shade yakin bahwa saat ini akan menjadi legenda di masa depan, dan ia memutuskan untuk menjadi Hunter agar bisa mengukir namanya di era ini bersama dengan sang guru dan Master yang ia percayai.
Namun kini, sang pendatang baru yang menjanjikan, Tino, justru sedang menjalankan perintah dari Masternya untuk melakukan tugas-tugas kecil.
Di cabang ibu kota Asosiasi Penjelajah, Tino dengan cepat menemukan targetnya. Ia mendekati seorang Hunter wanita berambut coklat dan bermata hijau kebiruan yang sedang melihat daftar misi di papan pengumuman. Saat Tino mendekat dari belakang hingga sekitar satu meter, wanita itu berbalik dan terkejut melihat Tino, tubuhnya langsung kaku. Ia adalah Hunter yang Tino lihat bersama sang Master di acara perekrutan anggota party. Nama wanita itu adalah Rhuda Runebeck, seorang Hunter level 3 yang datang untuk bergabung dalam misi mengalahkan Sarang Serigala Putih.
Dengan keahlian meredam suara langkah, Tino mendekatinya tanpa terdeteksi. Rhuda, yang tak menyadari kehadiran Tino hingga jarak dekat, tampak terkejut dan gugup.
"A-apa? Ada apa ini? Ah… kemarin kau yang bersama Krai…" katanya dengan suara gemetar.
Tino menghela napas dalam hati. Ini adalah permintaan dari Krai Andrey, guru dari gurunya yang sangat ia hormati. Tidak ada pilihan lain; perintah dari Master adalah mutlak. Dengan menekan rasa enggannya, Tino menyampaikan pesan dengan singkat, “Aku datang atas permintaan Master… dari Krai Andrey. Dia ingin bicara. Ikutlah bersamaku.”
Rhuda tampak lebih terkejut mendengar kata-kata itu, matanya semakin melebar. Tino segera mengalihkan pandangannya dan mulai mencari anggota lain yang disebutkan oleh Masternya.
Greg-sama berada di Kunci Emas, bar yang sering dikunjungi oleh para Hunter di sebelah Asosiasi Penjelajah. Tino menyampaikan pesannya singkat, langsung masuk di tengah-tengah teman-temannya yang sedang minum bersama. Dalam hatinya, Tino sebenarnya tidak begitu antusias dengan tugas ini. Tugas itu sendiri masih bisa diterima, tapi ia tidak setuju dengan pilihan anggota party yang disarankan oleh Masternya.
Pada dasarnya, Hunter disarankan untuk membentuk party. Masuk ke dalam reruntuhan harta seorang diri terlalu berisiko karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di sana. Dengan adanya beberapa orang, kemampuan untuk bertahan jauh lebih tinggi. Sangat jarang ada orang yang ahli dalam semua bidang.
Namun, membentuk party yang cocok adalah hal yang sulit. Perbedaan dalam keahlian, kepribadian, tujuan, nilai, dan bakat membuat sulit bagi para Hunter untuk membentuk tim yang stabil. Menurut statistik dari Asosiasi Penjelajah, kurang dari sepuluh persen party bertahan lebih dari lima tahun. Ekspedisi ke reruntuhan harta adalah pertaruhan nyawa, dan bekerja sama dengan orang yang tidak cocok bisa sangat membuat stres. Bukan hanya itu, dalam situasi tertentu, ada kemungkinan anggota party justru akan menyerang dari belakang.
Dalam memilih anggota party, perlu kehati-hatian yang ekstra. Membentuk tim yang salah lebih berbahaya daripada masuk seorang diri. Itu adalah pandangan Tino.
Namun, pilihan nama yang diberikan Masternya bagi Tino terasa sangat tidak cocok. Keahlian, kepribadian, tujuan, bahkan segalanya tidak sesuai. Meski Tino percaya pada kata-kata Masternya, ini adalah persoalan yang berbeda.
Tino berpikir dalam hati, M-Master… bukan ini yang kuinginkan. Aku ingin masuk ke reruntuhan harta bersama Master. Aku tidak butuh Hunter yang tidak kukenal.
Greg-sama hanya terdiam sesaat sebelum berkata dengan wajah serius, "Baik, aku akan ikut. Maaf, teman-teman. Aku akan pergi sebentar."
First Step adalah klan yang terkenal di kalangan para Hunter. Di rumah klan ini, terdapat sebuah ruang lounge yang populer di kalangan mereka. Tidak seperti bar pada umumnya, lounge ini memiliki suasana yang bersih dengan bar bergaya elegan. Setiap party memiliki meja putih dan kursinya masing-masing. Meski bukan tempat untuk bersantai dengan minuman keras, banyak party yang mengadakan pesta kecil di sini setelah berhasil menyelesaikan misi di reruntuhan harta.
Di salah satu sudut, Rhuda tampak gelisah, melirik ke sekeliling dengan cemas. Greg juga terlihat tertarik, alisnya berkerut, tetapi dia lebih pendiam dari biasanya. Namun, lebih dari itu, sorot mata Tino terlihat kusam.
“...Jadi, urusan apa ini?” tanya Tino dengan malas.
“Ini adalah lounge terkenal milik Foot Step. Beruntung kita bisa masuk,” jawab Greg.
Di arah pandangan Tino, ada seorang anak laki-laki yang sedikit lebih tinggi darinya dengan ekspresi cemberut dan senjata legendaris berupa pedang besar di punggungnya. Kalau tidak salah, itu disebut pedang Purgatory. Entah bagaimana, semuanya berkumpul di sini… Master, aku sudah tidak kuat lagi.
Tino menjerit dalam hati, sementara anak laki-laki itu, Gilbert Bush, berbicara dengan suara tertahan.
“Apa urusannya? Aku juga tidak punya waktu untuk ini.”
Pedang besar yang ia bawa di punggung memantulkan sinar matahari dan berkilauan. Gilbert adalah orang yang dihajar oleh Tino dalam perekrutan anggota beberapa waktu lalu. Dari tiga Hunter yang ditunjuk oleh Master, Gilbert adalah yang paling tidak ingin dia ajak untuk bergabung. Menurut karakter Gilbert, dia tidak mungkin menerima ajakan bergabung, dan Tino awalnya bahkan tidak berniat mencarinya. Seandainya mereka tidak bertemu di depan bar, dia mungkin akan melapor bahwa satu orang tidak bisa ditemukan.
Tino sebenarnya tidak keberatan jika ketiga orang tersebut tidak ditemukan. Dia hanya ingin berpura-pura sedikit berusaha demi menjaga penampilan, tetapi entah bagaimana, di kota yang luas ini, dia berhasil menemukan ketiga Hunter tersebut. Namun, masih ada kemungkinan untuk ditolak—kemungkinan ketiga orang itu akan menolak untuk bergabung.
Bukan hanya Tino yang sensitif terhadap pembentukan party. Apalagi, misi kali ini adalah misi hukuman dengan bayaran yang tidak sebanding. Ditambah lagi, Tino dan ketiga orang ini bahkan tidak saling mengenal. Kemungkinan besar mereka akan menolak.
Tino menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian, dan bertaruh pada harapan terakhirnya.
“Master, maafkan aku. Aku janji tidak akan protes lagi. Tolong bantu aku.”
Ketiga pasang mata menunggu kata-katanya. Bahunya gemetar sejenak, dan Tino menatap mereka dengan mata yang terlihat seolah-olah sudah mati.
“Kalau tidak mau, kalian bisa menolak. Aku mendapatkan misi hukuman dari Master… dan dia menyebut nama kalian bertiga sebagai anggota party yang harus aku ajak. Jadi, kumohon, bergabunglah denganku. Kalau kalian tidak mau, aku tidak akan memaksa.”
…
Di lantai atas klan, ruang kerja yang dilarang diakses oleh anggota biasa.
Mendengar ceritaku, Eva terdiam sejenak. Lalu, kacamatanya berkilau saat ia berujar, “Ini seperti undian acak, ya?”
“Tidak sopan.”
Walaupun benar, ada hal-hal yang sebaiknya tidak diucapkan.
“...Bukankah terlalu dini bagi Tino, yang hampir selalu beroperasi sendiri, untuk memimpin party?” tanya Eva dengan nada serius.
“Aku melakukan ini demi dirinya juga.”
Aku menjawabnya dengan ekspresi serius, membuat Eva menghela napas dan kembali diam. Tapi, perkataannya memang tepat.
Aku adalah pemimpin klan dan juga ketua party. Namun, sejujurnya, aku membuat banyak keputusan secara sembarangan. Di awal, aku serius memikirkan semua ini dan sering begadang karena kepikiran, tapi lama-lama aku merasa itu merepotkan.
Sejak aku menjadi ketua party, aku yang mengambil keputusan untuk party kami. Setelah klan berdiri, aku semakin sering harus membuat keputusan. Setelah kami terkenal, bahkan party atau klan dari luar sering meminta pendapatku. Kadang-kadang, permintaan bahkan datang dari Asosiasi Penjelajah. Tidak mungkin aku mengurus semuanya dengan serius. Aku tidak bisa bertanggung jawab untuk semuanya, dan lagipula, aku mendirikan klan ini bukan untuk itu.
Sampai sekarang, aku hanya benar-benar memikirkan masalah yang muncul dalam partyku sendiri, Strange Grief.
Tino pasti akan baik-baik saja. Kecepatannya saja sudah diakui oleh gurunya. Kalau ada masalah serius pun, dia seharusnya bisa kabur. Kalau tidak bisa, itu salahnya sendiri.
Bagi seorang Hunter, kematian adalah tanggung jawab pribadi. Kecelakaan selalu bisa terjadi, dan itulah sebabnya seorang Hunter harus selalu siap siaga. Jika pemilihan anggota buruk dan dia mengalami kesulitan, itu karena Tino tidak protes lebih banyak kepadaku. Tidak ada yang akan bertanggung jawab atas kesalahan, dan yang rugi adalah diri sendiri.
Sama seperti aku yang menyerah untuk menaklukkan dungeon, terkadang seseorang harus berani menolak pendapat orang lain. Aku ingin Tino mendapatkan pengalaman pahit agar dia lebih mandiri dan tidak selalu menurut. Strategi campur aduk ini adalah bentuk kasih sayang yang kupunya untuk Tino.
Pembicaraan selesai. Aku bersandar di kursi empuk dan meregangkan tubuhku.
“Ah, rasanya ingin melepaskan semua masalah ini dan pergi ke pemandian air panas…”
“Bagaimana kalau kita ajak seluruh anggota klan untuk liburan?” usul Eva.
“...Ide bagus. Kita bisa mengajak semua staf juga.”
Eva awalnya bekerja di perusahaan besar dan aku merekrutnya sebagai wakil klan. Kadang-kadang, ide-idenya yang fleksibel mungkin berasal dari latar belakangnya sebagai mantan pedagang.
Namun, liburan, ya…
Ibu kota adalah kota besar. Keamanan umumnya bagus, jalanan terhubung dengan baik, tetapi masih ada kemungkinan kemunculan monster atau serangan ilusi liar yang muncul dari dungeon. Ada juga risiko serangan bandit. Perjalanan semacam itu bukan sesuatu yang mudah, tetapi karena kami ini Hunter yang sudah terbiasa memburu monster, kami tidak membutuhkan pengawal. Bisa dibilang, ini adalah salah satu keistimewaan Hunter.
Aku tidak punya hak untuk memaksa, tapi jika alasan yang kubuat adalah “untuk mempererat persatuan,” mungkin mereka akan ikut dengan senang hati. Masalahnya, kalau semua anggota klan meninggalkan ibu kota, Asosiasi atau bangsawan kekaisaran pasti akan mengeluh. Lagipula, anggota kami yang punya otot saja pasti akan menimbulkan masalah di tempat tujuan. Mengajak satu party saja mungkin sudah cukup sulit diurus.
Tidak, tidak bisa. Malah partyku yang akan membuat banyak masalah. Habis sudah, rasanya ingin muntah.
Dengan lesu, aku mulai membolak-balikkan dokumen yang dikumpulkan oleh Eva dan timnya. Dokumen itu berisi informasi rinci tentang Greg dan kawan-kawannya. Di Foot Step, kami menyimpan catatan tentang para Hunter dan dungeon. Untuk Hunter yang punya sedikit prestasi, informasi mereka sudah tercatat.
Rhuda… dia cukup unggul. Meskipun baru enam bulan berpengalaman, dia sudah mencapai level 3. Untuk seorang solo, itu kemajuan pesat. Dia punya bakat dan mungkin beruntung tidak terkena luka serius.
Greg… dia Hunter veteran. Tidak banyak yang bisa bertahan bertahun-tahun dengan stabil seperti dia.
Gilbert… memang bermasalah, tapi dia punya kemampuan yang sepadan dengan mulut besarnya. Dia datang dari desa dan bergabung dengan party, tetapi keluar karena ada perselisihan.
Yah, itu sudah biasa di kalangan Hunter. Klan kami juga bisa berakhir seperti itu kalau tidak berhati-hati. Padahal aku ingin seperti itu.
Secara keseluruhan, mereka biasa saja. Mereka berbakat, tetapi tidak terlalu luar biasa. Siapa pun yang datang ke ibu kota, pusat para Hunter, pasti punya kepercayaan diri dalam kekuatan mereka.
Aku tahu seperti apa monster yang sebenarnya. Orang-orang yang bisa menaklukkan dungeon berisiko tinggi, mereka yang bisa mengandalkan kecerdasan dan kekuatan meskipun nyawa mereka terancam.
Setelah selesai membaca dokumen itu, aku mengangguk dalam hati.
Yah, tidak ada Hunter yang terlalu kuat di antara mereka, tapi untuk misi hukuman kali ini, mereka sudah cukup. Bahkan, dungeon yang menjadi target kali ini adalah tempat yang bisa Tino hadapi sendirian. Dengan tambahan tiga orang, seharusnya lebih mudah ditaklukkan.
Aku tidak terlalu mempercayai penilaianku sendiri, tetapi aku percaya pada kemampuan anggota klanku.
“Namun, apakah Tino dan yang lainnya akan baik-baik saja… Meski level 3, misi ini kan ditugaskan langsung oleh Asosiasi…”
“Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Kalau benar-benar dalam bahaya, dia pasti akan mencari anggota kita untuk meminta bantuan. Tino kan bukan anak kecil lagi,” ujarku.
Tino adalah salah satu anggota awal klan ini. Bagi Eva, yang sudah melihatnya sejak pendirian klan, meskipun mereka memiliki peran yang berbeda, Tino mungkin masih dianggapnya seperti anak sendiri.
Aku mengangkat bahu ke arah wakil Master yang terlihat khawatir. Tino, di balik penampilannya, sebenarnya cukup handal. Untuk menjadi Hunter solo yang tidak bisa meminta bantuan siapapun dalam keadaan genting, diperlukan kemampuan pengelolaan risiko yang luar biasa. Jadi, tidak perlu terlalu khawatir.
Saat itu, pintu tiba-tiba terbuka tanpa diketuk.
“Masterr! Tolong! Sepertinya aku tidak bisa melakukannya!” teriak Tino.
“… Cepat sekali menyerah, ya, Tino?” gumamku.
Tino yang berlari masuk melihatku dan Eva di sebelahku. Lalu, tanpa ragu, dia langsung memelukku, menggosok-gosokkan kepalanya di perutku.
Pasti hanya berpura-pura saja. Nada suaranya tidak sesuai dengan isi kata-katanya. Benar-benar anak yang licik. Dari waktu yang dibutuhkan setelah aku memberinya instruksi, sepertinya dia bahkan belum sampai di dungeon . Lagipula, area ini adalah zona larangan bagi para Hunter.
Eva hanya bisa memandang Tino dengan ekspresi jengkel. Nah, kan, sudah kubilang tidak perlu khawatir. Rupanya, dia benar-benar terpengaruh oleh gurunya yang menyebalkan itu.
“Apa yang membuatmu kesulitan?”
“Semuanya, Master. Ini terlalu berat untukku...”
Semuanya? Itu cukup merepotkan.
Sambil ditarik oleh Tino, aku menuju ruang lounge.
Di lounge, sudah berkumpul anggota yang kutunjuk namanya. Entah bagaimana Tino berhasil mengumpulkan mereka dalam waktu singkat. Luar biasa.
Ada Rhuda Runbeck, Greg-san, dan si bocah Gilbert.
Alasan pemilihannya sebenarnya cukup sembarangan. Aku memilih Rhuda karena dia ingin pergi ke Sarang Serigala Putih, sementara dua orang lainnya murni dipilih asal-asalan.
Baik Rhuda, Greg-san, maupun bocah Gilbert mungkin punya sifat yang unik, tapi kalau soal kemampuan, mereka cukup bisa diandalkan. Walaupun aku tidak mempertimbangkan peran atau kecocokan mereka, asalkan jumlah orang cukup, seharusnya lebih mudah menyelesaikan misi. Tujuan kami adalah menyelamatkan seseorang, jadi mungkin tidak perlu masuk terlalu jauh. Selama tidak ada konflik di dalam party, seharusnya mereka bisa bertahan hidup, meski aku sendiri enggan bergabung dengan party seperti itu.
Rhuda terlihat sibuk melirik ke sekeliling lounge. Greg-san dan bocah Gilbert tampaknya juga sedikit tegang. Mereka berada di markas klan yang bukan tempat mereka, bagi mereka ini seperti wilayah musuh.
Saat aku mendekat bersama Tino, Rhuda tampak lega saat melihatku dan tersenyum tipis.
“Ah, Krai─”
“… Kau lama sekali. Kami sudah menunggu!” kata si bocah Gilbert, memotong suara Rhuda. Rhuda pun menatap bocah itu dengan marah.
Dia masih saja sombong, tapi mungkin karena tempatnya di sini, suaranya dan isinya sedikit lebih sopan dibandingkan sebelumnya. Meskipun begitu, entah kenapa dia tetap mengikuti meskipun sempat dipukul sampai tumbang oleh Tino.
Aku lalu memandang Greg-san, yang tersenyum sinis padaku. Namun, senyumnya tampak sedikit kaku. Karena merasa malas, aku menurunkan tingkat bahaya mereka ke level E. Lagipula, ini adalah markasku, dan Tino ada di sampingku, jadi aku bisa lebih percaya diri.
“Hahaha… berada di markas Foot Step… jadi, kau benar-benar anggota Strange Grief ya…”
“Kemarin aku benar-benar terkejut. Kupikir kau datang ke perekrutan hanya sebagai lelucon─”
Rhuda menatapku dengan pandangan sedikit menyalahkan.
Sebenarnya aku tidak bermaksud menipunya, tapi ikut dalam antrean itu memang tindakan tanpa pikir panjang. Tidak mungkin aku menyelak antrean panjang itu, dan memang salahku sendiri yang terlambat bangun.
Sambil berbincang ringan dengan Rhuda dan lainnya, bocah Gilbert menatapku dengan pandangan tidak sopan.
“Kau, yang terlihat lemah begitu, anggota Strange Grief? Kudengar itu party terkuat di ibu kota, tapi sepertinya Cuma omong kosong,” sindirnya.
“…Klan kami tidak pernah disebut sebagai yang terkuat di ibu kota. Siapa yang menyebarkan rumor seperti itu?”
Sudah jelas jawabannya. Teman-temanku sejak kecil yang terlalu percaya diri. Memang, sebagai party muda, kami cukup kuat, tapi ada juga kelompok seperti Ark, dan di ibu kota yang penuh sejarah ini, banyak party veteran yang hebat. Bahkan jika menilai dengan standar yang ringan, kami jauh dari sebutan terkuat.
Tino menggenggam lenganku erat-erat, seolah-olah ingin menunjukkan dukungan. Meski cukup halus, aku masih bisa merasakan sesuatu yang lembut bersandar di lenganku. Kemungkinan besar dia melakukannya dengan sengaja. Lagi-lagi, pengaruh buruk dari gurunya.
Dengan wajah berkaca-kaca, Tino mengeluh, “Orang-orang ini tidak sopan. Aku tidak bisa pergi ke dungeon bersama orang yang tidak menghormati Master. Master Masterr!”
“Iya, benar juga. Meskipun aku kurang paham maksudnya,” balasku sambil tersenyum.
Namun, hal ini tidak terlalu penting bagiku. Baik aku seorang Master atau anggota, aku tetaplah aku, tidak lebih dan tidak kurang.
Tapi, kata-kata Tino tampaknya cukup mengejutkan bagi Greg-san. Wajahnya yang sebelumnya tenang kini terlihat ketakutan, dan bibirnya yang tebal bergetar.
“Tu-tunggu… Master? Apa maksudmu Master? Dari klan Foot Step?”
“Yah… bisa dibilang begitu, Greg-san.”
Memang benar-benar terasa seperti sebuah kehormatan yang berlebihan. Sungguh tidak nyaman harus mengatakannya pada Greg-san.
“Tidak mungkin… yang disebut… Sang Seribu Trik itu… benarkah?”
“Kalau kau paham betapa hebatnya Master, sebaiknya kau berlutut,” timpal Tino.
Rhuda terlihat kebingungan, tidak tahu harus berbuat apa. Sementara itu, Tino menatap Greg-san dengan tatapan dingin.
Hmm. Jangan menakut-nakuti orang begitu, Tino. Dia hampir saja muntah.
Sang Ahli Strategi yang tak ada seorang pun bisa memahami metodenya. Sang Seribu Trik.
Itulah julukan yang diberikan sebagai penghormatan kepadaku, pemimpin pura-pura dari Strange Grief.
Dalam dunia para Hunter, mereka yang berhasil mencapai prestasi luar biasa atau menjadi sangat terkenal akan diberi julukan oleh Asosiasi Penjelajah. Melalui julukan ini, Asosiasi Penjelajah menciptakan idola di kalangan para Hunter.
Meskipun tidak memberikan manfaat langsung, bagi Hunter, julukan tersebut adalah kehormatan tertinggi.
Duka Janggal (Strange Grief) adalah party yang menarik perhatian.
Dari nama party yang sudah terdengar menyeramkan, setiap anggotanya memiliki bakat dan kemampuan unik. Mereka tidak pernah berhenti berlatih, dan teman-temanku tidak takut untuk mempertaruhkan nyawa dalam penjelajahan dungeon . Dengan kecepatan yang luar biasa, kami berhasil menaklukkan banyak dungeon , membuat kami layak mendapatkan julukan ini.
Strange Grief adalah party dengan anggota yang masing-masing memiliki spesialisasi tertentu.
Setiap anggota selain aku menunjukkan bakat luar biasa di bidangnya masing-masing dan mendapatkan julukan sesuai dengan bakat mereka. Sungguh prestasi yang luar biasa di mana seluruh anggota party memiliki julukan.
Namun, di sini muncul satu masalah. Aku, pemimpin mereka.
Aku sama sekali tidak punya peran apa pun. Yang kulakukan hanyalah menanggalkan harga diri dan menundukkan kepala kepada semua orang, berusaha agar mereka tidak menimbulkan kerugian di sekitar, menenangkan mereka sebaik mungkin, tapi aku tidak punya pencapaian yang nyata.
“Di antara para monster itu, ada satu orang yang tidak jelas... Sebenarnya, apa yang dia lakukan di sana?” Mungkin itulah yang dipikirkan para petinggi di Asosiasi Penjelajah.
Namun, hasil pencapaian seluruh party tidak perlu diragukan. Memberi julukan kepada semua anggota, tetapi tidak memberi julukan kepada pemimpinnya juga aneh. Kredibilitas penilaian Asosiasi Penjelajah bisa dipertanyakan.
Jadi, dengan alasan bahwa aku adalah pemimpin party yang tidak jelas namun hebat, akhirnya aku juga diberi julukan. Party 《Strange Grief》 adalah party yang hebat, dipimpin oleh Hunter yang dikenal sebagai 《Seribu Trik》. Julukan 《Seribu Trik》 yang diberikan kepadaku dipenuhi dengan banyak nada sarkasme, tetapi seiring 《Strange Grief》 menjadi lebih kuat, julukan itu kini memiliki aura paling kuat meskipun tidak ada yang pernah melihatku bertarung.
Dan aku cukup puas dengan reputasi kosong itu. Kedengarannya lumayan keren, bukan? Tapi meski aku ingin menyangkalnya, kalau diremehkan, bisa-bisa aku diserang saat berjalan di luar.
Bagaimanapun juga, nama yang berlebihan itu memang ada gunanya. Greg-san menatap wajahku dengan ekspresi tercengang, suaranya bergetar.
“M-Mustahil... Aku mendengar kau masih muda, tapi... terlalu muda!”
“Yah, itu tidak penting, kan? Hmm...”
Saat itu, aku menyadari sesuatu. Sebenarnya, apa yang harus kulakukan? Lagipula, sejauh mana Tino sudah bicara? Kalau Cuma diberi tahu ‘ada banyak masalah’, aku juga bingung.
Aku melirik ke arah Tino, yang memandangku seperti anak anjing dengan tatapan memohon. Kontak mata, mungkin?
Dengan tatapan itu, aku bisa memahami semuanya. Aku memang cukup jago membaca suasana. Ah, jadi kalian ingin mendengar beberapa kata dariku agar semuanya bisa bergerak serentak, ya? Meski aku tak becus, setidaknya posisiku tinggi, jadi kata-kataku punya bobot tersendiri.
Aku mengangguk kecil, dan Tino menunjukkan ekspresi penuh harapan seolah dia baru saja menemukan cahaya.
“Oke, oke, serahkan semuanya padaku.”
“Baiklah... Alasan kami memanggil kalian hari ini adalah untuk meminta bantuan dalam tugas yang diberikan kepada Tino.”
Entah kenapa, Tino malah terlihat agak tegang. Jangan khawatir, ini tidak akan sesulit itu.
Meski mendadak, kalian sudah sampai sejauh ini, jadi seharusnya kalian cukup percaya diri. Dengan begitu, kurasa langkah kalian bisa seirama.
Rhuda memang punya tujuan untuk menaklukkan 【Sarang Serigala Putih】 sejak awal, dan Greg-san, meskipun dia banyak omong, sangat paham soal Hunter. Sikapnya yang selalu mematuhi yang kuat sepertinya cocok denganku; kita bisa minum-minum bersama nanti.
Namun, satu orang terakhir, sambil memperlihatkan giginya, menatapku dengan marah.
“Jadi kau... 《Seribu Trik》 yang katanya terkuat di Ibu Kota!? Jangan bercanda! Kau bahkan tidak terlihat terlatih!”
“Eh, aku juga tidak pernah mengklaim sebagai yang terkuat—”
Memangnya siapa yang menyebarkan rumor aneh ini? Aku yang selalu kena imbasnya, lho.
Tino tiba-tiba maju dan berkata, “Kasihan sekali kau tidak bisa melihat kekuatan Master. Hidupmu setengah terbuang sia-sia.”
“Ya, aku tidak paham kamu ngomong apa, tapi mending diam, ya?”
“Master, kurasa aku nggak bisa bekerja sama dengan orang ini. Aku paling tidak suka orang yang omong kosong saja.”
Yang omong kosong saja, ya... Itu sebenarnya pas banget untukku juga.
Wajar saja kalau anak muda bernama Gilbert itu berkata aku tidak terlihat terlatih, karena memang kenyataannya aku tidak terlatih. Kalau kami bertarung dengan syarat dan perlengkapan yang sama, kemungkinan besar aku akan kalah telak.
Greg-san menahan Gilbert, yang terlihat seperti ingin menyerang kapan saja.
“B-bodoh... Lihat siapa yang kau tantang! Dia adalah... pahlawan... Hunter termuda yang pernah diakui sebagai level 8, bahkan melampaui Ark Rodin!”
“Lepaskan, Pak Tua! Sialan, aku tidak bisa menerimanya!”
Wajah Gilbert tampak penuh tekad seperti ingin menggigit jika aku mengulurkan tangan. Jika aku ada di posisinya, pasti aku sudah berlutut saat itu juga. Nyali dan temperamennya memang setara Hunter kelas atas.
Aku menoleh ke arah Rhuda.
“Rhuda, mau bantu, tidak?”
“Ya... aku malah ingin memintamu membantu... tapi, level 8 itu beneran?”
Dengan tatapan penuh keraguan, aku langsung mengungkapkan kebenaran. Level tidak selalu mencerminkan kekuatan. Penetapan level di Asosiasi Penjelajah dilihat dari berbagai sudut.
“Level-ku naik karena nilai poin seluruh party yang terhitung juga ke dalam penilaianku sebagai pemimpin. Karena 《Foot Step》 adalah klan besar, maka poin untuk menaikkan level terkumpul dengan cepat.”
“Master, poinku juga aku sumbangkan untukmu!”
Rhuda tampak setengah mengerti dan setengah ragu.
Ini bukan kecurangan atau semacamnya. Asosiasi Penjelajah memang mendorong pembinaan generasi muda. Kenyataannya, banyak Hunter level tinggi yang menjadi pemimpin party, pemimpin klan, atau mentor. Jika tidak begitu, bagaimana bisa level-ku lebih tinggi daripada Ark yang bertarung di garis depan dungeon?
Gilbert semakin marah mendengar penjelasanku.
“lihat dia, kan! Jadi Cuma karena curang! Aku tidak percaya kau bisa menjadi Hunter peringkat atas!”
Meski kuakui nyalinya besar, tapi dia mulai mengganggu. Dengan kesal, aku menjawab Gilbert yang wajahnya merah padam.
“Yah, level 8 juga bukan peringkat tertinggi... Lagipula, terserah kau mau percaya atau tidak.”
Aku sudah biasa diremehkan, dan aku sadar kalau aku tidak terlihat kuat. Jujur, dibanding monster-monster di 《Foot Step》, aku memang tidak ada apa-apanya. Aku duduk di posisi ini bukan karena keinginanku, melainkan karena tidak ada orang lain yang mau, jadi aku tidak punya pilihan.
Jadi, biarlah kalau Gilbert tidak mau bergabung. Greg-san, bagaimana?”
“Eh?”
Gilbert terlihat kaget, dan Tino terlihat bersemangat sambil mengepalkan tangan dengan senang.
“T-tentu saja... tidak masalah... kalau itu yang kau inginkan.”
Greg-san menjawab dengan bahasa yang agak kaku.
Meskipun kupanggil kemari, aku tidak punya niatan untuk memaksa Gilbert yang tidak berminat. Lagipula, ini adalah ruang istirahat klan. Tidak ada yang ingin melihat pemimpin klannya menunduk demi merekrut satu orang yang tidak penting.
Kalau Gilbert sekuat Ark, itu lain cerita, tapi dia hanya seorang petarung level 4, dan di party ini, kami punya banyak petarung level 4 atau lebih tinggi yang bisa menggantikannya.
“Kau yakin? Aku tidak akan membantu, lho!” kata Gilbert.
“Ah, sangat disayangkan. Tapi tidak apa-apa. Tino, kalau merasa tiga orang tidak cukup, rekrut saja orang dari anggota kita yang lain.”
Masih siang, di bar sebelah asosiasi pasti ada beberapa anggota yang berkeliaran.
Dengan semangat penuh, Tino memandangku, tampak memohon.
“Master, ikutlah bersamaku…”
“Tidak mau.”
Untuk apa aku pergi? Dungeon level 3 memang terdengar gampang, tapi risiko kematiannya tetap ada.
Aku tahu kemampuan Tino, tapi kalau soal melindungi keselamatanku sepenuhnya, rasanya aku ragu.
Meskipun aku sudah memberikan jawaban dengan tegas, Tino malah menatapku dengan mata berkaca-kaca. Dari dulu, dia memang sering manja padaku. Sebagai “kakak keren” baginya, aku menerima hal itu. Tapi, kali ini rasanya dia kelewatan. Saat aku memegang kepalanya dan mencoba menjauhkan diri, Gilbert, bocah yang terabaikan, berteriak lantang.
“Duel!”
“Hah?”
Apa yang dikatakannya? Aku menatapnya dengan bingung, begitu pula Tino yang terdiam dan menatap Gilbert dengan mata berkedip-kedip. Bocah itu, merasa terpojok, kembali berteriak sambil menunjuk daguku.
“Duel, kita duel, ‘Seribu Trik’! Kalau aku kalah... aku akan bergabung dengan partymu!”
“Hah...?”
Apa sih yang dikatakan bocah ini? Hampir saja aku mengucapkan hal itu. Aku tidak bisa menahan rasa terkejut atas keberaniannya yang berlebihan. Seperti kata Tino, dia benar-benar tidak tahu diri. Aku ini, meski sering diremehkan, adalah seorang Hunter dengan level 8.
Dalam situasi ini, memang aku sedang dalam kondisi yang lemah. Namun, dalam kondisi normal, perbedaan kekuatan antara Hunter level 8 dan level 4 sangatlah besar. Bahkan dari perspektif Ark yang hanya satu level di bawahku, Gilbert hanyalah remah belaka. Dan terakhir, kenapa aku, ‘Seribu Trik’ yang selalu menghindari duel, harus repot-repot menerima tantangan dari bocah ini hanya demi mengajaknya bergabung ke party?
Kalau dia ingin melawanku, suruh saja dia mengalahkan semua anggota party ‘Langkah Pertama’ terlebih dahulu. Bahkan Greg-sang tampaknya terkejut dengan keberanian bocah ini hingga tidak bisa mengejek.
Gilbert melanjutkan ucapannya sambil meraih gagang pedang besar di sebelahnya. Gerakannya penuh percaya diri. Seolah ingin mengumumkan perang, dia mengangkat pedang besar itu dengan satu tangan.
“Aku tidak berniat tunduk pada orang yang lebih lemah dariku!”
“...Kalau begitu, lawanmu bukan aku, tapi Tino, kan?”
“...Hah?”
Kan Tino yang akan menjadi pemimpin party.
Tino melepaskan pegangannya padaku, menatap tajam ke arah Gilbert yang terkejut dengan ekspresi serius.
“Kau memang ahli dalam menghindar ya, Master. Tapi baiklah. Sikap yang kurang ajar pada Master, biar aku, Tino Shade, yang menghukumnya atas nama Kakakku.”
“Lihatlah, Master. Fleksibilitas ini adalah ajaran langsung dari Kakakku. Aku bisa melakukan posisi apa saja.”
“Ya, ya. Aku tidak paham maksudmu, tapi kelihatannya hebat.”
Dengan membuka kaki hingga 180 derajat, Tino menempelkan tubuhnya ke lantai. Rambut hitamnya yang terurai rapi menyentuh lantai. Tubuh yang fleksibel adalah syarat utama bagi seorang Hunter, terutama bagi seorang thief. Liz, misalnya, mampu melipat tubuhnya hingga masuk ke dalam koper kecil seperti makhluk tanpa tulang.
Meskipun hendak bertarung, Tino tampak santai tanpa sedikit pun rasa tegang. Mungkin ini hasil dari latihan keras sehari-hari.
Tino Shade, salah satu teman masa kecilku, adalah satu-satunya murid Liz Smart, yang menjalani peran sebagai thief di ‘Strange Grief’. Walaupun disebut murid, ia telah bekerja sebagai Hunter solo selama beberapa tahun dan menunjukkan kemampuan yang cukup baik sebagai Hunter.
Sebagian besar latihan Liz bersifat otodidak. Ada yang bilang, ada tipe jenius teoritis dan tipe jenius intuitif. Liz, yang merupakan jenius intuitif, merancang latihan yang pernah dialaminya dan memperparahnya untuk Tino.
Setelah melewati latihan penuh kekejaman, Tino selalu dalam kondisi santai. Berbeda jauh denganku yang hampir muntah-muntah tiap kali berlatih. Rekan magang ini, meski terlihat imut, sebenarnya adalah sejenis monster juga.
Di bawah klan besar ‘Fist Step’ terdapat fasilitas latihan yang terdiri dari beberapa lantai. Untuk menguji kekuatan Gilbert, kami memilih fasilitas di lantai bawah pertama. Ruangan itu hanyalah ruang terbuka seluas seratus meter persegi. ‘Fisrt Step’ memang menyediakan fasilitas khusus untuk melatih kemampuan tertentu, namun lantai bawah pertama adalah ruangan khusus untuk duel simulasi.
Langit-langitnya setinggi lima meter, memungkinkan ruang gerak bagi mereka yang mahir bertarung dalam dimensi tiga. Lantainya sekeras lantai pertempuran sesungguhnya, jadi jika seseorang terhempas tanpa perisai, meskipun seorang Hunter tangguh, ia tetap akan terluka.
Gilbert menatap kami dengan mata penuh semangat. Tubuh Tino yang menempel di lantai, dengan paha yang terbuka lebar dan tengkuk yang terlihat samar di balik rambutnya, memiliki daya tarik tersendiri, namun tatapannya benar-benar tajam. Dia terlihat yakin akan menang. Memang, masa muda sangatlah berharga. Dia mengingatkanku pada Luke dulu.
“...Kurang ajar sekali...”
“Sebenarnya, dia itu level 4 juga.”
“Apa!?”
“Master, tolong jangan bocorkan informasi tentangku ke lawan.”
Mata Gilbert terbelalak sejenak. Mungkin dia tidak menyangka level mereka sama. Kalau Tino diam saja, dia terlihat seperti gadis cantik yang agak dingin, bertubuh ramping, dan sedikit lebih kecil dibandingkan Gilbert yang juga berpostur kecil untuk ukuran laki-laki.
Namun, dia tidak boleh meremehkannya.
Gilbert adalah seorang pendekar. Bagi seorang pendekar, kekuatan dan ukuran tubuh yang kecil bisa menjadi kekurangan. Tapi tidak bagi seorang pencuri. Tubuh yang ringan adalah senjata bagi mereka yang bertugas sebagai pengintai di barisan depan.
Setelah selesai meregangkan tubuh, Tino berdiri dan menatap Gilbert.
“Dibandingkan Master, aku ini hanyalah remah belaka...”
“Di matamu, aku ini apa, Tino?”
Caranya mengangkatku sungguh keterlaluan.
Tino melepas sabuknya, dan menjatuhkan sarung belati beserta kantung item ke lantai. Sepertinya dia tidak berniat menggunakan senjata.
Gilbert membelalak. Tino hanya mengangkat bahu.
“Aku akan mengalahkanmu dengan santai, tanpa membunuhmu.”
“A-apa...!?”
Tampak gurat amarah di dahi Gilbert. Tino memang ahli dalam memprovokasi orang.
Rhuda mendekat padaku dengan ekspresi khawatir dan berbisik.
“Bocah itu, yakin bisa menang?”
“Hmm...? Sepertinya sih, iya.”
Meskipun level resmi mereka sama, Tino Shade sebenarnya adalah seorang talenta luar biasa. Kalau saja dia bergabung dengan party dan meningkatkan levelnya, mungkin dia sudah mencapai level 5 sekarang. Lagipula, dia dibimbing oleh teman masa kecilku, yang sudah dianggap sebagai monster di pusat dunia para Hunter.
Namun, pendekar memang sangat kuat dalam pertarungan frontal. Peringkat di Asosiasi Penjelajah bukan tanpa alasan. Gilbert mungkin tampak seperti ini, tapi dia memiliki kemampuan yang setara dengan level 4, jadi tidak boleh diremehkan.
Terlebih lagi, senjata Gilbert—pedang besar itu adalah senjata pusaka (artefak). Kemampuan senjata pusaka beragam. Beberapa di antaranya bahkan dapat membalikkan perbedaan level dengan mudah. Dari penampilannya, pedang itu tampaknya tidak memiliki kemampuan khusus, tapi perbedaan kekuatan itu cukup signifikan.
Tino memang tidak memiliki senjata pusaka (meskipun dia punya Cincin Tembak yang kuberikan, tapi itu tidak cukup berguna), jadi itu adalah kelemahan besar baginya.
Namun, dia sudah terbiasa bertarung dengan orang lain, jadi pasti dia sudah memperhitungkan semua ini.
“Yah, dari sudut pandangku, keduanya monster, sih.”
Saat aku memikirkan hal itu, Gilbert, yang tampaknya sangat marah, melemparkan pedang besarnya jauh-jauh. Ia mengepalkan tinjunya, membuat tulang-tulang tangannya berderak sebagai bentuk ancaman.
“...Menghadapi wanita yang bertarung dengan tangan kosong, aku tidak butuh senjata!”
...Tapi, apa-apaan tuh? Bukankah dia seorang pendekar pedang? Kenapa malah buang pedangnya… bodoh, ya?
Sementara itu, Tino, seolah memberi kesan yang sama dengan membuang pisaunya, sebenarnya adalah tipe yang bertarung dengan tangan kosong. Terlebih lagi, katanya dia ahli dalam teknik tendangan.
Pertarungan sudah dimulai bahkan sebelum aba-aba dikeluarkan. Di medan perang, kata “curang” tidak ada. Tino tampaknya sangat berniat untuk tidak menyisakan belas kasihan pada lawan, meski lawannya lebih lemah darinya.
Jarak antara Gilbert dan Tino sekitar lima meter.
“Kalau menang kita akan pergi makan es krim bersama-sama, ya, Mster?”
“Kita tidak pernah janji begitu...”
Tino berkata dengan nada riang, seolah menyanyi sambil melangkah seperti sedang menari. Gilbert menggertakkan giginya. Siapa pun pasti akan merasa jengkel dengan sikap Tino sekarang.
Meski memang tidak ada janji seperti itu... tapi, memang aku hanya terus-menerus meminta bantuan darinya. Mungkin sesekali aku bisa mengajaknya, juga sekalian sebagai bentuk penjagaan.
“Yah, boleh saja, tapi kalau tugas ini selesai dengan baik.”
“Horeee!”
Begitu aku mengiyakan, gerakan Tino yang awalnya seperti melangkah riang itu berubah dalam sekejap. Gerakannya yang lembut seperti tarian berubah menjadi tajam. Dari posisi tak stabil saat berputar, tubuhnya tiba-tiba melaju dalam kecepatan maksimal.
Tatapan matanya yang semula ceria berubah tajam, seperti mata seorang Hunter yang mengincar mangsanya.
Bahkan dari jauh, perubahan tempo itu terlihat sangat mengesankan.
Pendekar pedang mengandalkan kekuatan, sedangkan pencuri (thief) mengutamakan kecepatan. Di tempat seperti dungeon , mereka biasanya bertugas untuk membuka kunci dan melakukan pengintaian, tapi bukan berarti mereka tidak bisa bertarung. Mereka adalah pejuang yang gesit, mampu mendekati dan menumbangkan lawan tanpa suara dalam sekejap.
Jarak lima meter itu menyusut dalam satu langkah, dan saat Gilbert menyadarinya, tangan Tino sudah meluncur menuju lehernya. Meski belum ada aba-aba mulai, ini terasa curang.
“!?”
Namun, sebagai Level 4, Gilbert tampaknya tidak sepenuhnya lengah, dan ia mundur selangkah ke belakang tepat waktu untuk menghindarinya. Tino melanjutkan serangannya dengan lututnya, menyerang perut Gilbert dalam satu gerakan yang mulus.
Gerakan yang tampak ringan seperti bulu itu ternyata menyimpan kekuatan dahsyat, sehingga tubuh Gilbert terhempas tanpa perlawanan.
Itu benar-benar penghancuran total.
Serangan Tino memang tidak seberat pendekar pedang, tetapi dalam keadaan tanpa perlindungan seperti sekarang, lengan dan kakinya sudah menjadi ancaman besar.
Melihat semua itu, Rhuda dan Greg-sang kehilangan kata-kata.
Tanpa memperhatikan Gilbert yang terlempar, Tino memberi senyum tipis ke arahku.
“Master, lihat itu? Itu adalah hukuman dari langit.”
“Ugh… belum selesai...!”
Gilbert, yang terseret beberapa meter di tanah, mencoba bangkit. Ia terbatuk sekali dan terlihat goyah, tapi ia masih bisa berdiri.
Ia sangat tangguh. Manusia yang diperkuat dengan Mana Material memiliki daya tahan yang luar biasa, bahkan tanpa baju besi, mampu melampaui binatang buas liar. Tulang, daging, bahkan darah yang mengalir di tubuh mereka sudah bukan manusia biasa.
Itu bukti bahwa bocah ini adalah pejuang yang hebat.
Namun, Tino hanya tertawa mengejek sambil menyisir rambutnya dengan angkuh, saat Gilbert yang penuh amarah menatapnya dengan tatapan tajam.
“Kau sudah paham, kan? Aku sudah menahan diri. Aku bisa saja mematahkan lehermu. Jadi, mulai sekarang, jangan berani-berani bicara kasar pada Mas. Puja dia sebagai dewa, dan menghadap ke markas klan tiga kali sehari untuk berdoa. Lalu bawa persembahan secara berkala padaku. Aku akan menyampaikannya ke Master.”
“Grr!”
Tanpa berkata apa-apa, Gilbert berlari menerjang dengan penuh amarah. Tubuhnya yang kecil untuk seorang pria melesat ke arah Tino dengan kecepatan yang sesuai untuk Level 4. Dengan sedikit panik, aku mundur satu langkah ke belakang.
Namun, itu tindakan sia-sia.
Kelihatannya, bocah ini tidak punya banyak pengalaman bertarung melawan manusia. Mungkin ini pertama kalinya ia melawan seorang thief.
Tino menghindar dengan berputar, lalu dengan mudah menangkis tangan Gilbert yang mencoba menangkapnya, kemudian menempelkan telapak tangannya ke pelipis Gilbert.
Suara tumpul yang bodoh terdengar bergema. Gilbert yang seharusnya tangguh mulai sempoyongan dan terjatuh.
Ia mencoba bangkit, tapi pandangannya masih belum fokus.
Kepalanya tampaknya terguncang. Fakta bahwa ia masih bisa bergerak dalam kondisi seperti itu menunjukkan ketangguhannya. Kalau aku di posisinya, aku pasti sudah muntah.
Tino menepuk tangannya dengan bangga dan berkata,
“Lihat itu, Master. Lihat perkembanganku! Aku bisa berkembang sejauh ini berkat Master!”
Bukankah itu seharusnya kau ucapkan kepada Lise, bukan ke aku yang tak melakukan apa pun?
Pertarungan yang hampir selesai ini membuat Greg-san gemetar ketakutan.
Mungkin sedang membandingkan diri, Rhuda juga bergumam pelan.
“Kuat sekali... Gilbert pun bisa dikalahkan dengan tangan kosong, dalam pertarungan langsung melawan seorang pendekar pedang... Dan yang lebih mengerikan, ia terlihat sangat terbiasa bertarung. Masih remaja, tapi sudah seperti ini... apa ini kekuatan dari ‘Foot Step?”
“...Pertarungan tangan kosong... aku belum punya pengalaman... bisa diajarkan, kah?”
Kalau seorang pendekar pedang tanpa pedang, dia bukan pendekar pedang.
“Belum... belum selesai... aku... aku masih bisa bertarung!”
Gilbert, yang masih sempoyongan, berdiri kembali. Meskipun tubuhnya tak terluka, keseimbangannya belum pulih, dan fokus matanya masih kabur.
Sejak ia memprovokasi Tino, yang ahli dalam pertarungan tangan kosong, dan membuang pedangnya, kemenangannya memang sudah tidak ada harapan lagi.
Tidak ada keajaiban di sini. Meskipun begitu, dia tetap bangkit mungkin karena harga dirinya sebagai seorang Hunter.
Apakah saat aku baru pertama kali menjadi Hunter, aku memiliki tekad sebesar ini?
Dijatuhkan oleh kekuatan yang luar biasa dan masih bisa bangkit kembali adalah sebuah bakat tersendiri.
Awalnya, ide untuk merekomendasikannya ke Ark adalah ide asal-asalan, tapi sepertinya dia benar-benar memiliki potensi untuk menjadi seorang Hunter.
Keberanian tanpa perhitungan kadang merupakan aset berharga. Seorang Hunter memang harus berhati-hati, tapi ada hal-hal yang tidak bisa dicapai jika selalu menahan diri.
Tino tampak sangat kesal. Aku bertepuk tangan dan menyemangatinya.
“Tino, layani dia. Kita belum menetapkan syarat kemenangan. Hajar dia sampai tidak ada dendam yang tersisa. Ini akan menjadi pelajaran bagus baginya.”
Kalian kan, kalau sudah saling pukul, biasanya jadi teman, kan?
Gilbert Bush adalah seorang jenius. Sejak kecil, ia diberi pedang dengan alasan bahwa kekuatan dibutuhkan di zaman sekarang, dan sejak itu ia terus dielu-elukan.
“Usaha tidak akan mengkhianati.”
Pada masa kanak-kanaknya, ia belajar pada gurunya, kadang juga berlatih mandiri, melatih ayunan pedangnya. Tahun-tahun yang ia lalui dengan kerja keras memberikan kekuatan yang tak tertandingi untuk anak lelaki itu, dan saat usianya melampaui sepuluh tahun, ia telah memiliki kekuatan yang membuatnya tak tertandingi, bahkan di antara para orang dewasa di desa tempatnya lahir dan dibesarkan.
Bakat manusia ada dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah kecepatan menyerap dan kapasitas menampung Mana Material. Semakin cepat proses penyerapannya, semakin cepat pula ia bisa menjadi kuat; semakin tinggi batas kapasitasnya, semakin jauh ia bisa mengejar kekuatan. Gilbert memiliki kedua hal itu—baik kecepatan penyerapannya maupun kapasitasnya jauh melampaui orang biasa. Hidup di desa yang kandungan Mana Material di udaranya sangat rendah pun, ia tetap dapat memiliki kekuatan yang jauh di atas rata-rata.
Oleh karena itu, tidak mengherankan bahwa Gilbert Bush memilih menjadi seorang Hunter . Saat ini, ia semakin terkenal karena berhasil menaklukkan Treasure Hall yang dipenuhi dengan harta, dan berhasil mengalahkan berbagai Phantom dan monster. Menjadi Hunter adalah jalan tercepat untuk menguasai segala yang ia inginkan di dunia ini, selain itu, di dalam Treasure Hall yang dipenuhi Mana Material, ia bisa memperoleh kekuatan yang tidak bisa ia raih hanya dengan tinggal di desa.
Ketika Gilbert menginjak usia lima belas tahun dan diakui sebagai orang dewasa, ia menentang keinginan orang-orang di sekitarnya dan pergi ke ibukota kekaisaran, yang dikenal sebagai tanah suci bagi para Hunter, seorang diri. Kota yang pertama kali ia kunjungi itu begitu luas dan makmur, jauh berbeda dari desanya, dan hal itu memuaskan dirinya. Di desanya yang hidup mandiri, ia tidak pernah menemukan makanan yang begitu berlimpah atau bangunan-bangunan besar yang berdiri berjajar.
Di jalanan yang luasnya bisa dilalui beberapa kereta sekaligus, orang-orang berlalu lalang setiap hari seperti sedang merayakan festival. Yang lebih mengejutkan lagi, di antara mereka banyak yang berpakaian layaknya Hunter, sesuatu yang hampir tak pernah ia lihat di desanya. Setelah mendaftarkan dirinya di Asosiasi Penjelajah dan memulai petualangan menaklukkan Treasure Hall, perjalanan Gilbert sebagai Hunter pun tidak terhentikan. Berbeda dari kebanyakan Hunter pemula, Gilbert sudah memiliki bekal pelatihan yang cukup dan berbakat, dan yang lebih penting lagi, ia juga memiliki keberanian yang sampai membuat asosiasi memperingatkannya bahwa ia terlalu gegabah—dan juga keberuntungan.
Ketika ia bertemu beberapa rekan pemula lainnya, mereka membentuk party beranggotakan lima orang. Dengan cepat, Gilbert menunjukkan bakatnya, dan mereka meningkatkan level Treasure Hall yang mereka jelajahi. Pedang besar yang secara kebetulan ia dapatkan dalam Treasure Hall pertama mereka dengan mudahnya menebas Phantom, yang biasanya menyulitkan para pemula, dan berhasil menangkis serangan monster lainnya.
Generasi Emas—sebutan yang muncul beberapa tahun lalu, untuk menyebut generasi baru Hunter jenius yang bermunculan. Gilbert dianggap bagian dari generasi kedua. Meski agak kecewa karena dirinya dianggap generasi kedua, ia tahu bahwa di dunia Hunter, ada banyak makhluk yang melampaui pemahaman manusia. Terutama mereka yang sudah lama menghabiskan waktu menaklukkan Treasure Hall dan menyerap Mana Material dalam jumlah besar; semakin lama masa aktif mereka, semakin kuat pula mereka. Di mata Gilbert saat ini, ada beberapa orang yang jelas-jelas tidak bisa ia tandingi. Namun, ia tak merasa khawatir. Selama masih ada waktu, ia yakin akan bisa mengejar mereka.
Masa depannya bersinar terang. Saat itu, Gilbert merasa ia bisa melihat tangga menuju kejayaan. Namun, semuanya mulai surut—sekitar beberapa minggu yang lalu.
“Sepertinya sekarang aku sudah cukup panas. Misinya pasti akan berjalan lancar. Seperti yang diharapkan dari Master kita, keputusan yang membuat kagum….” Suara yang terdengar santai bergema di atas kepalanya.
Gilbert menggerakkan tubuhnya yang seluruhnya lebam, merasakan nyeri yang mendalam, lalu menatap Tino yang memandangnya dari atas. Tatapannya dingin, seakan sedang melihat serangga yang tak berharga.
Tino itu kuat. Meski tampak sebaya, kekuatannya sangat menakutkan. Setiap pukulan yang dilancarkannya begitu cepat dan berat. Pukulan Gilbert—yang biasanya mampu melukai Phantom—tidak pernah mengenai Tino, dan sebaliknya serangan Tino terus menghantamnya tanpa ampun.
Tino ini jelas berada di kelas yang berbeda dari para preman yang biasa Gilbert hadapi, maupun Phantom yang ia lawan selama ini. Terlihat jelas pula, bahwa gerakan Tino didasarkan pada teknik bertarung melawan manusia. Saat melawan Phantom yang memiliki fisik lebih kuat dari manusia, tidak ada gunanya menggunakan teknik seperti memukul bagian tertentu untuk mengguncang otak atau menahan serangan dengan telapak tangan.
Yang paling menakutkan adalah, meskipun Tino melakukan itu semua, ia masih terlihat penuh percaya diri. Gilbert pernah mendengar bahwa klan “Foot Step” dihuni oleh para Hunter muda yang berbakat, namun ini benar-benar di luar perkiraannya. Ia tidak berniat meremehkan, namun kemampuan lawannya ternyata jauh melampaui yang ia bayangkan.
Sesuatu yang sangat mengejutkan bagi Gilbert, yang belum pernah kalah dari sesama manusia seusianya. Tidak ada alasan untuk menyalahkan ketidakadaan pedangnya—pedang itu ia lempar sendiri sebelum duel dimulai, dan Tino pun tidak membawa senjata. Bahkan ia tak berniat mencari alasan, karena tujuan Gilbert berada jauh di atasnya.
“Masih sadar rupanya?”
Ia mencoba bangkit, namun tubuhnya terasa lemas. Jari-jarinya tak bisa merasakan apa pun, tangan dan kakinya terasa berat. Meski berhasil berdiri, apakah ia akan bisa bergerak dengan baik?
Tubuh Gilbert yang diperkuat Mana Material cukup kuat untuk tetap bergerak meski terkena peluru beberapa kali. Selama ini, ia sudah sering terluka dalam perburuan dan terjebak dalam situasi berbahaya. Namun, ini pertama kalinya ia dipukuli hingga separah ini tanpa lawannya menggunakan senjata.
“Sialan…!”
“Kau boleh gunakan pedang itu, kalau mau,” ujar Tino dengan nada malas. Senjata utama Gilbert—pedang Purgatory (Pedang Api Penyucian)—tergeletak di ujung pandangannya setelah ia lempar di awal duel.
Pedang Purgatory adalah harta yang ia peroleh dari Treasure Hall level 1, Arena Latihan Pemula. Senjata ini merupakan senjata yang kuat yang telah mendukung aktivitas Gilbert sebagai Hunter harta sejak awal. Sebagai salah satu senjata berjenis harta, kemampuan pedang ini untuk menyelimuti bilahnya dengan api memberikan kekuatan besar untuk membunuh berbagai macam monster dan Phantom. Dengan wujudnya sebagai pedang besar, senjata ini juga sangat sesuai untuk Gilbert, yang bukan tipe pengguna teknik.
Bagi Gilbert yang pergi ke ibukota dengan nyaris tidak membawa uang, memperoleh senjata ini bisa dibilang adalah keberuntungan luar biasa. Ia sudah melewati suka duka bersama pedang ini. Akan sangat menyenangkan jika ia bisa menggunakan senjata ini sekarang. Namun, ia menelan kembali pikiran itu dan menatap bilahnya yang berwarna kemerahan.
“Siapa… yang mau pakai… pedang itu?!”
Betapa menyedihkan. Memang benar bahwa pedang Purgatory adalah senjata yang kuat. Saat pertama kali diperiksa oleh Asosiasi, petugasnya sendiri kaget melihatnya—sebuah senjata yang jauh melampaui level yang seharusnya dimiliki oleh Treasure Hall level 1. Namun, karena itulah, Gilbert tidak bisa mengambil pedang itu sekarang. Lawannya seumuran dengannya, sama-sama tidak bersenjata, dan jika ia mengambil pedangnya, seakan semua pencapaiannya selama ini hanyalah hasil dari harta karunnya.
Tino tidak melanjutkan serangan. Setelah menunggu beberapa saat, Gilbert mulai pulih sedikit dan bangkit kembali. Tino mengerutkan alisnya dan mencibir, “Sungguh kebanggaan yang tak berguna.”
Di mata Gilbert, Tino berdiri tanpa celah. Tidak ada tanda kelelahan atau keringat yang menetes. Meskipun menghadapi lawan yang jauh di bawahnya, Tino sama sekali tidak terlihat lengah. Gilbert tahu, jika Tino bertarung dengan sungguh-sungguh, ia pasti sudah mati.
Sambil bernapas terengah-engah, menahan rasa sakit di seluruh tubuh, ia bersiap dalam posisi rendah. Tidak ada lagi tenaga tersisa untuk berteriak. Ia hanya menatap Tino dengan mata tajam seperti binatang buas.
Di mana celahnya? Bagaimana aku bisa menang? Tubuh Tino tampak rapuh, jadi daya tahannya mungkin lebih rendah daripada milikku. Satu serangan saja, jika aku bisa mengenainya dengan serangan yang berat──.
Namun, seranganku sama sekali tidak mengenainya. Jarak dan arah seranganku telah sepenuhnya terbaca olehnya. Saat aku berusaha keras mencari peluang kemenangan, tiba-tiba aku mendengar suara 《Seribu Trik》. Suaranya tetap santai, seperti saat kami memulai pertarungan. Baru kali ini aku sadar akan keberadaan tiga orang yang sejak tadi mengamati dari jauh.
“Apa tidak sebaiknya kita hentikan saja sampai di sini? Tujuan kali ini adalah untuk mengukur kemampuan, dan aku rasa kita sudah mendapatkan hasilnya.”
“…….”
“Kamu, partymu tidak bisa mengimbangi kekuatanmu jadi kamu meninggalkan partymu sendiri, benar bukan?”
“!?”
Dadaku terasa sesak, tanpa sadar aku menatap ke arah 《Seribu Trik》. Ada senyuman tipis di wajahnya, tanpa sedikit pun aura menekan. Rambut hitam, mata hitam, wajah yang biasa saja. Tidak ada sedikit pun aura kuat yang biasanya dimiliki para Hunter yang sudah mengumpulkan banyak Mana Material. Meski dia seharusnya memakai lambang klan 《Foot Step》 di bajunya, aku tak melihat lambang itu. Begitu juga simbol partynya 《Strange Grief》. Meski memiliki tingkat pengakuan yang tinggi, sosoknya sama sekali tidak terlihat seperti seorang Hunter. Ini justru membuatnya semakin terasa aneh dan misterius.
Memang benar, aku meninggalkan party lamaku. Party pertama yang aku bentuk ketika datang ke ibu kota──party yang bersamaku hampir selama setengah tahun. Karena teman-temanku di party tersebut tidak bisa mengikuti kecepatan bakat yang kumiliki.
Bulu kudukku berdiri. Dengan senyum yang sulit dipahami, 《Seribu Trik》 berkata.
Dia adalah salah satu Hunter harta karun terbaik di ibu kota──aku sering mendengar namanya. Pemimpin 《Strange Grief》, sebuah party yang hanya terdiri dari orang-orang yang memiliki gelar khusus sebagai bukti kehebatan mereka sebagai Hunter harta karun kelas atas.
“Mengapa kamu tahu──”
“Aku juga pernah merasakannya sendiri. Ada jarak yang terlalu besar dalam kemampuan, dan aku bisa memahaminya. Namun, dalam 《Strange Grief》, kami tidak pernah meninggalkan satu sama lain.”
Aku sempat tak memahami maksud dari kata-katanya, namun segera menyadari artinya, wajahku menjadi tegang. Hanya sedikit Hunter yang memiliki gelar khusus ini. Mereka adalah orang-orang yang sangat berbakat, dan berhasil menaklukkan banyak dungeon. Itu adalah wilayah yang belum bisa kucapai dengan kemampuanku saat ini. Dan pria di depanku ini──dengan mudahnya mengumpulkan orang-orang berbakat yang semua orang sanjung.
“Kali ini, party ini mungkin akan menjadi pengalaman baik bagimu. Mungkin kamu masih memiliki banyak hal yang ingin kamu katakan, tapi mari kita bekerja sama dengan baik sebagai rekan muda.”
Sikapnya terlihat penuh celah, dan kekuatan fisiknya pun tampak lebih rendah daripada Tino. Ketika pertama kali bertemu, aku melihatnya sebagai sosok yang sangat lemah. Namun kini, kenyataan itu justru terasa menakutkan. Meskipun aku tahu siapa dirinya dan keanehannya, dia masih tampak seperti orang lemah di mataku.
Tanpa kusadari, tanganku dan kakiku mulai gemetar. Wajahku terasa kaku, napasku tersendat. Mulutku kering, tetapi aku tak bisa mengalihkan pandangan dari pemuda itu.
Banyak makhluk aneh di dalam dungeon. Ada yang memakan manusia, ada yang meniru manusia. Beberapa memiliki kecerdasan tinggi, kekuatan luar biasa, atau kemampuan khusus, bahkan ada yang bisa mengacaukan pikiran dengan kata-kata. Tapi pria ini──dia lebih sulit dipahami dibandingkan semua makhluk itu.
《Seribu Trik》. Aku sering mendengar namanya, tetapi tak pernah ada yang bisa menjelaskan secara rinci seperti apa Hunter ini.
Dengan langkah santai, pria itu mendekati pedang Purgatory yang ada di dekatnya. Lalu, ia menyentuh ujung pedang itu dengan kakinya.──
Di saat itu juga, dari bilah pedang yang lebar itu, muncul pusaran api berwarna merah menyala. Suara desingan angin berputar keras mengiringi lidah api yang melingkar. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Pemandangan ini terlihat jelas di mataku, namun otakku menolak untuk memahaminya. Greg dan Rhuda menatap adegan itu dengan ekspresi terkejut.
Di tengah pusaran api, tanpa sedikit pun terbakar, 《Seribu Trik》 berkata, “Penambahan elemen dan perluasan jangkauan serangan, ya? Pedang yang sederhana tapi bagus. Rawatlah baik-baik.”
Lengannya diselimuti api, seolah menjadi lapisan baju besi. Matanya yang terpesona memantulkan warna merah menyala.
“Ti-tidak mungkin… Tidak mungkin bisa digunakan! Pedang Purgatory… itu adalah harta suci! Harta suci, tahu!”
Harta suci adalah item yang sangat kuat, tetapi juga memerlukan penguasaan yang halus. Semakin kuat hartanya, semakin banyak latihan yang diperlukan bahkan hanya untuk memunculkan sebagian kecil kekuatannya.
Api berputar, dan sayap yang menyala-nyala muncul di punggung 《Seribu Trik》. Siksaan yang diterimanya dari Tino, penderitaan, penyesalan, harga diri─semuanya terlupakan saat ia berteriak.
“Dia bahkan tidak memegang gagangnya…!? Tidak mungkin! Tidak mungkin bisa begitu…!”
Bahkan Gilbert, pemilik asli Pedang Purgatory, baru-baru ini mampu menggunakannya sebagai lebih dari sekadar pedang yang tajam dan kuat. Itu pun, hanya sebatas mengelilingi bilahnya dengan api.
Bukan karena sulit digunakan─lebih dari itu, dia tidak tahu cara menggunakannya. Tidak ada saklar, juga tidak ada manual untuk harta suci. Ini bukan sesuatu yang bisa dipelajari hanya dengan bakat.
Bahwa apa yang dilakukan 《Seribu Trik》 adalah hal yang mustahil, Gilbert menyadarinya dengan sangat jelas─karena itulah hartanya sendiri.
Pemuda itu tersenyum, dikelilingi oleh api. Rambut hitamnya bersinar terang memantulkan nyala api. Tidak mungkin. Bukan seperti Tino, yang mencapai puncak dengan kemahiran murni.
Jalan yang diincar oleh Gilbert─di jalur itu, sosoknya tidak akan pernah ada. Ini adalah sesuatu yang asing, sesuatu yang bahkan tidak pernah ia bayangkan. Kata-kata itu keluar dari mulutnya tanpa sadar, dengan suara yang bergetar, suara penuh ketakutan.
“Mo…monster…”
Tanpa menunjukkan keterkejutan, Tino menatap Gilbert dari atas. Bayangan 《Seribu Trik》 yang dipantulkan oleh api tampak, seperti nama partainya, menyerupai sosok arwah yang melontarkan jeritan duka.
Post a Comment