Kata Penutup
Terima kasih banyak telah membaca “Thou, As My Knight”. Kisah ini adalah reboot dari sebuah novel panjang yang pertama kali saya gagas ketika masih menjadi siswa kelas dua SMA, saat saya masih naif dan belum banyak mengenal kehidupan.
Karma dan takdir yang tercipta dari keinginan manusia. Di dunia yang dipenuhi dengan kekuatan-kekuatan yang tak terkendali, bagaimana kita, yang tidak memiliki kekuatan, harus menjalani hidup kita? Cerita ini berawal dari perasaan-perasaan sensitif di masa remaja, dengan latar yang saya tulis di sudut-sudut selebaran saat pelajaran Bahasa Jepang modern. Catatan-catatan itu kemudian mulai berbentuk, menjadi sebuah cerita, dan terkadang berubah menjadi kenangan yang memalukan. Seiring waktu, catatan-catatan tersebut berkembang menjadi sebuah novel utuh. Berkat itu, nilai saya di ujian Bahasa Jepang modern nyaris saja tidak lulus, tapi anggaplah itu harga kecil yang harus dibayar. Bahkan, hampir mengagumkan bahwa saya bisa menulis novel dalam kondisi seperti itu.
Singkatnya, yang ingin saya sampaikan adalah ini: Karya ini adalah sisa-sisa dari masa muda saya, sesuatu yang saya pegang erat dengan rasa nostalgia selama lebih dari sepuluh tahun. Karya ini merepresentasikan asal mula saya. Dan karya ini telah memberikan saya mimpi yang pernah saya kira tidak akan tercapai—menjadi seorang novelis—seiring berjalannya waktu hingga saya tumbuh dewasa.
Hingga saat ini, sama seperti dulu, saya adalah seorang ‘yang tidak punya’—tidak memiliki bakat, status, ataupun ketenaran. Namun dengan terus melangkah kecil-kecil, saya akhirnya tiba di tempat ini. Bagi kalian yang membaca kata penutup ini, mungkin kalian juga memiliki mimpi. Saya percaya kalian bisa mewujudkan mimpi-mimpi itu. Jika kalian tidak menyerah, jika kalian terus maju dan melangkah, kalian pasti akan berhasil. Saya percaya inilah senjata terkuat yang dimiliki oleh para ‘yang tidak punya’, dan panduan terbaik untuk mewujudkan mimpi kalian.
Dan jika kalian berhasil meraih mimpi kalian, tolong beli buku saya dan bantu saya mewujudkan mimpi-mimpi baru saya. (Saya memohon). Tidak, sungguh, saya benar-benar memohon (serius memohon). Bagaimanapun, saya telah merancang latar cerita ini dengan sangat teliti selama lebih dari sepuluh tahun (mata melirik ke samping).
Terlepas dari candaan, saya sangat berharap melalui karya ini, saya bisa menyampaikan mimpi dan harapan kepada orang-orang muda seperti saya dulu. Dan bagi mereka yang tidak lagi muda, saya berharap ini bisa menjadi bentuk dorongan semangat.
Terakhir, izinkan saya menutup kata penutup ini dengan beberapa kalimat rasa syukur.
Kepada semua orang yang terlibat dalam memilih karya saya yang masih belum matang ini, dan kepada semua yang membacanya. Kepada Komano-san, kepala editor Dengeki Bunko, dan editor saya yang telah mendukung karya ini. Kepada Hino-san, yang menghidupkan cerita ini dengan ilustrasi-ilustrasi yang luar biasa. Dan kepada semua orang yang terlibat dalam penerbitan karya ini, saya sampaikan terima kasih yang tulus.
Saya berdoa semoga karya ini membawa kehangatan bagi hati seseorang.
Hatake Rintaro
Post a Comment