NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kanojo no Ane wa... Kawatte Shimatta Hatsukoi no Hito V2 Chapter 5

Penerjemah: Chesky Aseka 

Proffreader: Chesky Aseka 


Chapter 5: Aku Ingin Menjadi Orang yang Kamu Inginkan


Setelah dimulainya liburan musim panas─hari-hari Kamome dan teman-temannya berjalan lancar.  

Himawari menikmati hari-hari sebagai pacar Kamome sambil tetap sibuk dengan kegiatan klub sastra.  

Saat ini, tujuan utama kegiatan klub sastra adalah mengikuti lomba sastra yang diadakan oleh sebuah perusahaan surat kabar besar setelah liburan musim panas.  

Semua anggota berpartisipasi dalam membuat majalah sastra, dan masing-masing juga harus mengirimkan karya individu mereka sendiri.  

Mereka bisa memilih kategori seperti novel, kritik, haiku, puisi, dan sebagainya, lalu membuat karya dalam genre yang mereka sukai.  

...Namun pada akhirnya, setiap kali mereka berkumpul, mereka lebih sering bermain-main daripada serius mengerjakan lomba─begitulah keluh Himawari sambil menghela napas.  

Sebenarnya, klub ini memang dibentuk oleh orang-orang yang suka bercanda seperti itu, jadi tidak bisa disalahkan sepenuhnya... 

Ngomong-ngomong, Himawari ternyata memilih menulis novel untuk karya individunya.  

Dia berusaha fokus menulis dengan serius, tetapi ketika menulis sendirian, dia sering ragu apakah ceritanya menarik, apakah formatnya benar sebagai sebuah novel, atau bahkan apakah bahasa Jepangnya sudah tepat.  

Jadi, dia melibatkan ketua dan anggota klub lainnya untuk memberi masukan, tetapi sering kali ini malah membuatnya terlalu perfeksionis dan ujung-ujungnya membuat proses penulisannya terhambat─begitulah katanya dengan wajah yang terlihat bingung.  

“Awalnya aku tipe orang yang suka di rumah dan menyukai novel, tapi kalau harus memilih, aku lebih sering membaca manga. Karena aku tidak pandai menggambar, dan ketua bilang semua orang suka game, aku pikir bergabung dengan klub sastra akan menyenangkan...” 

Namun, ini menyenangkan─ujar Himawari.  

“Saat aku mencoba menulis novel sendiri, ternyata jauh lebih sulit dari yang aku kira. Tapi saat memikirkan bagaimana cara menyampaikan pemandangan indah di kepalaku, suasana ceria para karakter, dan hal-hal seperti itu lewat tulisan, rasanya jadi menyenangkan...” 

Dengan sedikit malu, tetapi seolah terbawa semangat, Himawari berbicara penuh antusias.  

“Kadang aku mendapatkan kesan yang gak terduga dari orang-orang yang membaca tulisanku... Saat memikirkan bahwa hati seseorang bisa tersentuh oleh sesuatu yang aku ciptakan, entah kenapa aku merasa bisa mengafirmasi diriku sendiri... Ah, ahaha, mungkin ini alasan yang agak suram, tapi karena itulah aku suka dan berusaha keras menulis.” 

Mengungkapkan pemikirannya tentang menulis novel sendiri, Himawari tersenyum.  

Bahkan sekarang, Kamome merasa itu adalah alasan yang luar biasa.  

Dulu, saat Himawari dan Kamome menjadi pasangan dan pergi kencan pertama mereka.  

Saat mereka berjalan bergandengan tangan di taman hiburan menjelang senja.  

Dia ingat Himawari pernah berbicara negatif tentang dirinya sebagai sosok yang lemah.  

Sekarang, dia menemukan hobi yang memberinya rasa percaya diri.  

Kamome benar-benar ingin mendukungnya dan berharap dia terus berusaha.  

Ngomong-ngomong, Kamome belum sempat membaca novel yang ditulis Himawari.  

“M-Maaf, Kamome-kun, rasanya aku belum cukup percaya diri dengan novel-novel yang sudah aku tulis sejauh ini... Tapi aku ingin kamu menjadi orang pertama yang membaca novel yang sedang aku tulis sekarang saat selesai nanti.” 

Novel itu adalah karya individu yang direncanakan untuk dikirim ke lomba.  

Sebuah novel yang ia kerjakan dengan sepenuh hati, mendapat masukan dari anggota klub lainnya.  

Himawari merasa dia pasti bisa menciptakan sesuatu yang benar-benar memuaskan.  

Karena itulah, begitu selesai, dia ingin Kamome membacanya dengan bangga dan percaya diri.  

Himawari menunjukkan semangatnya dengan cara itu.  

Itu menunjukkan betapa Himawari menghargai keberadaan Kamome dan mempercayainya.  

Kamome mengangguk dan menjawab, Kalau waktunya tiba, aku juga akan berusaha sebaik mungkin menjalankan peranku sebagai pembaca. 

Bagaimanapun.  

Dalam arti itu, klub sastra Himawari sedang bekerja keras menuju lomba yang akan diadakan setelah liburan musim panas.  

Jika mereka tidak mengirimkan karya, itu mungkin dianggap sebagai tanda mereka menyerah pada kegiatan klub, dan klub mereka bisa saja dibubarkan, jadi semua anggota berjuang keras.  

Selama liburan musim panas, mereka berkumpul di sekolah dan melaksanakan kegiatan mereka dengan penuh semangat.  

Sekarang, mengenai Kamome di sisi lain─

“Ayo bekerja!”

Dia memutuskan untuk mengambil pekerjaan paruh waktu jangka pendek lagi, memanfaatkan masa liburan musim panas ini.  

Oh iya, tempat kerjanya adalah Kedogawa Sports, tempat dia pernah bekerja sebelumnya.  

Waktu dia bekerja di sana dulu, gajinya bagus, dan yang terbaik adalah bekerja dengan orang-orang dan tempat yang sudah dikenal.  

Tanpa ragu, dia langsung menghubungi mereka, dan Manajer Kedogawa dengan mudah menerimanya kembali sebagai pekerja paruh waktu.  

“Kamu bekerja keras sekali, Kamome. Apa kali ini juga untuk pacarmu?” 

Kamome sedang memakai sepatunya di pintu masuk rumahnya untuk pergi bekerja.  

Kemudian, ayahnya berbicara padanya dari belakang.  

“Iya.” 

“Bahkan menggunakan waktu liburan musim panasmu... Apakah kamu benar-benar sebegitu tergila-gilanya padanya?” 

“Tentu saja.” 

“Jawaban yang selalu lugas. Ini benar-benar masa muda, ya.” 

Saat Kamome menjawab, ayahnya menghela napas seolah terharu.

Saat memberikan izin untuk pekerjaan paruh waktu ini, ayahnya tidak terlalu banyak bertanya soal alasannya.  

Ayahnya juga cukup peka, dan karena dia sudah pernah memberikan izin sebelumnya, ini mungkin bukti bahwa dia percaya pada sikap kerja anaknya.  

Lebih dari segalanya, dia tahu bahwa satu-satunya alasan Kamome bekerja adalah untuk pacarnya.  

“Apa kamu ingin memberinya hadiah lagi?” 

“Iya, soal itu...” 

Kemudian, Kamome menoleh ke ayahnya.  

“Sebenarnya... aku sedang membicarakan soal rencana pergi liburan singkat bersama Himawari di sekitar pertengahan hingga akhir liburan musim panas.” 

Dilihat dari waktunya, itu juga dimaksudkan sebagai penyegaran dari aktivitas klub.  

Mendengar hal itu, mata ayahnya langsung berbinar.  

“Liburan, ya? Bagus, bagus. Liburan dengan pacarmu di musim panas tahun pertama SMA, itu benar-benar puncak masa muda. Aku iri sekali, dasar kamu ini...” 

Katanya sambil menyikut Kamome dengan sikunya.  

Ayahnya memang cukup santai, dan itu sangat membantu.  

“Ngomong-ngomong, sudah menentukan tujuan liburannya?”  

“Iya, meski saat ini masih sebatas rencana. Aku ingin mengumpulkan dana dulu sebelum memastikan semuanya.” 

“Pastikan kamu merencanakan semuanya dengan matang. Itu liburan yang berharga dengan pacarmu, bagaimanapun juga.” 

Lalu─katanya sambil mendekatkan diri ke Kamome.

“Kalau nanti waktunya tiba, kamu harus memimpin dengan baik. Itu tugas seorang pria.” 

“...Aku sebenarnya nggak mau dengar hal seperti itu dari ayah sendiri, tapi baiklah, aku akan mengingatnya.” 

Kamome pun berdiri dan meninggalkan rumah sambil berkata, Aku pergi.

Liburan bersama Himawari.  

Dia sudah mengusulkan ide itu sebelum liburan musim panas.  

Waktu itu, hubungan mereka sempat agak renggang, sebagian karena insiden itu.  

Namun belakangan ini, hubungan mereka sudah sepenuhnya pulih, dan Himawari sangat menantikan liburan tersebut.  

“...Aku harus memenuhi harapan Himawari.”

Mendengar itu, Kamome tersenyum kecil, dan dengan semangat penuh, ia berangkat ke Kedogawa Sports.

“Mulai hari ini, aku akan bekerja di sini lagi. Aku Ooshima Kamome! Mohon bantuannya!”

Kamome, yang baru tiba di Kedogawa Sports untuk bekerja, mengenakan celemek kerjanya dan menyapa semua orang dengan penuh semangat saat memasuki toko.  

“Ohh, semangat seperti biasa. Aku berharap kamu bekerja keras!” 

Manajer Kedogawa, seorang pria dengan rambut afro ceria dan kepribadian santai, menyambut Kamome dengan jempol dan ucapan, Mantap★.

“Oke, oke, kamu bisa mulai dengan membersihkan rak sepatu olahraga ini. Gajimu sudah berjalan mulai sekarang, lho.” 

“Baik, sudah lama tidak bertemu, Katsumata-senpai!” 

Yang memberikan instruksi sambil menyandarkan pegangan kemocinya di bahu adalah wajah yang sudah dikenalnya.  

Seorang wanita berkacamata dengan rambut hitam diikat sanggul dan suasana santai.  

Bagi Kamome, dia adalah senpai-nya di klub atletik saat SMP─Katsumata Amane.  

Di Kedogawa Sports, dia adalah senior paruh waktunya, sekaligus orang yang mengenalkan tempat kerja ini kepada Kamome.  

Hari ini, jadwal kerja mereka kebetulan bersamaan, jadi Kamome mengobrol dengan Amane, yang sudah lama tidak ditemuinya, sambil bekerja.  

Amane juga tampak senang karena Kamome kembali bekerja di Kedogawa Sports.  

“Meskipun ini pekerjaan jangka pendek, Ooshima-kun memang rajin. Kamu sangat membantu. Kamu kuat, dan berbeda dari pria lain, kamu punya motivasi.” 

“Itu juga mempermudah pekerjaan Katsumata-senpai, kan.” 

“Jangan bikin seolah-olah aku menyerahkan kerjaanku ke kouhai dan malas-malasan.” 

Kamome pun menerima tepukan ringan di pinggang.  

Inilah hubungan santai yang dimiliki Kamome dengannya.  

“Jadi, jujur saja, kamu mulai bekerja lagi demi pacarmu, kan?” 

Amane, yang sudah selesai membersihkan rak-rak tinggi, bertanya sambil menyeka kaca lensanya dengan ujung celemek.  

“Yah, begitulah.” 

“Oh ya ampun, kamu benar-benar setia padanya. Tapi ya sudahlah, aku pernah lihat fotonya, dan dia memang gadis manis dengan tubuh berisi, hampir terlalu bagus untuk Ooshima-kun.” 

Dengan senyum lebar yang seperti diiringi onomatope Niyaniya, Amane menyandarkan sikunya di bahu Kamome.  

“Apa? Dia minta tas atau baju baru, dan itu yang memotivasi kamu?”

“Bukan, Himawari gak terlalu tertarik pada hal-hal seperti itu.” 

“Aku tahu, aku tahu, dia tipe pacar yang polos dan lugu, ya kan? Haah, kenapa gadis sebaik itu bersama seseorang seperti Ooshima-kun...” 

Amane menghela napas panjang.  

“Jadi, balik ke topik. Kalau bukan untuk hadiah, lalu apa? Apa kamu mau pergi liburan pas liburan musim panas? Untuk itu, ya?”

“Iya, benar.” 

Kamome menjawab jujur tanpa mengubah ekspresi meski Amane terus menggodanya.  

“Kami berencana pergi liburan bersama. Tebakanmu tepat.” 

“Cowok yang datang untuk kerja jangka pendek selama liburan panjang dan punya pacar biasanya memang begitu polanya. Gampang ditebak. Hah, kalian berdua memang dekat sekali. Tapi setidaknya kamu tetap masuk kerja. Cowok yang serius sama pacarnya malah nggak masuk kerja, tsk.” 

Amane berkata dengan nada kesal.  

Kelihatannya, dia masih belum punya pacar.  

Dalam kondisi itu, dia harus mendengarkan cerita cinta dari kohai-nya dan menutupi jadwal teman kerja yang sudah punya pasangan, jadi mungkin dia sudah menyerah pada dunia percintaan.  

“Membosankan, membosankan. Apa kamu nggak punya cerita suram? Aku nggak mau dengar cerita cinta lancar dari kouhai yang nggak terlalu kusukai.”

Dia menepuk bahu Kamome dengan ujung kemocinya.  

Kamome tersenyum.  

“Sudah lama aku nggak lihat Katsumata-senpai mode pahit.” 

“Apa-apaan itu? Sikap santai ini. Sekarang setelah punya pacar imut, kamu merasa lebih hebat dari seniormu, ya? Merendahkanku, huh? Kalau kamu memang percaya diri, apa kalian sudah melakukannya? Sudah?” 

“K-Kami belum.” 

Kamome menjawab dengan senyum kaku saat Amane terus menggodanya seperti preman kecil.  

Namun, wajahnya sedikit murung.  

“Tapi sebenarnya... ada sesuatu yang terjadi.” 

Mungkin karena sudah lama tidak berbicara dengan Amane, senpai yang membuatnya nyaman, apa yang ia pendam akhirnya keluar begitu saja.  

“Hmm? Eh? Apa? Jangan-jangan, kamu hampir putus?” 

Pada pengakuan tiba-tiba Kamome, ekspresi Amane berubah dari kesal menjadi terkejut.  

“Nggak gitu juga sih, tapi... hampir saja...” 

“Eh? Apa?” 

“Nggak, yang tadi bohong, nggak sampai separah itu.” 

Saat Kamome buru-buru mencoba menutupinya, Amane mengernyitkan dahi dan memiringkan kepala.  

“Nggak, nggak. Dari cara kamu ngomong, jelas kalian ada di situasi bahaya, kan? Apa itu? Apa kalian benar-benar bertengkar hebat? Gila, kamu yang tipe ceroboh tapi ramah ini...” 

“Kami memang bertengkar hebat... iya.” 

“Kalian bertengkar!?” 

Amane memandang langit-langit.

“Nggak, nggak mungkin bertengkar separah itu, kan? Pacarmu, Himawari-chan, kan? Dia itu tipe seperti maskot dan gadis super lembut.” 

“Nggak... dia lebih terpukul dari sebelumnya, menangis dan berteriak...” 

“Pertengkaran besar!? Tunggu, apa yang sebenarnya terjadi sampai itu terjadi?” 

“Aku... bersama gadis lain, dan...” 

“Ha? Gadis lain?” 

Ekspresi Amane mengeras.  

“Dia melihatmu bersama gadis lain?” 

“Yah, um, iya, di rumah Himawari, sih...” 

“Kenapa kamu bersama gadis lain di rumah pacarmu!? Jangan-jangan itu anggota keluarganya!?” 

“Umm... iya, dia anggota keluarganya.”

“Apa yang kamu lakukan dengan anggota keluarganya sampai membuat dia menangis!? Pelukan!? Ciuman!?” 

“......”

“...Nggak mungkin. Eh? Kenapa diam? Kenapa memalingkan wajah ke belakang? Nggak mungkin, kan?” 

Di depan Kamome yang diam, Amane memegang kepalanya.  

“...Apa kamu benar-benar Ooshima-kun yang kukenal?”  

“Ya, aku Ooshima Kamome.” 

“Responmu tetap tegas! Tidak, Ooshima-kun, jangan bilang kamu… selingkuh...” 

Kemudian, Amane mendadak sadar.  

Mata pelanggan tertuju pada mereka.  

Kelihatannya mereka membuat keributan.  

Setelah berdeham, Amane mendekatkan diri ke Kamome dan menurunkan suaranya.  

“...Yah, masih banyak yang ingin aku tahu, tapi sekarang kita lagi kerja, jadi...”  

Dia menepuk bahu Kamome dengan lembut.  

“Ceritakan semuanya setelah selesai kerja.” 

Lalu, dia menggenggam bahunya erat-erat.  

“Ngomong-ngomong, tergantung ceritamu, aku mungkin jadi kasar, jadi siap-siaplah.” 

“Ah, iya.” 

Wajah Amane berubah total menjadi senpai klub.  


◇◆◇◆◇◆


Sebuah hubungan di mana kamu bisa menurunkan kewaspadaan──Mungkin seperti itu? 

Sejak SMP, Kamome dan Amane memiliki kedekatan yang tak terduga.  

Meskipun mereka adalah senpai dan kouhai, juga laki-laki dan perempuan, mereka adalah teman yang bisa berbicara santai dan alami tanpa canggung.  

Mungkin kepribadian Amane yang jujur dan menyegarkan cocok dengannya.  

Mungkin karena itulah Kamome akhirnya dengan mudah menceritakan apa yang terjadi padanya.  

“...Jadi begitulah ceritanya.” 

Setelah selesai kerja paruh waktu, Kamome diajak Amane ke kafe terdekat.  

Di sana, Kamome menjelaskan kejadian-kejadian yang telah dialaminya sampai sekarang.  

Namun, isi cerita yang dia sampaikan sama seperti yang diceritakannya kepada Kensuke dan Misaki.  

Bukan seluruhnya, hanya sampai pada bagian dia tergoda oleh Tsuyu, hubungan keluarga Himawari retak, dan akibatnya situasi menjadi seperti sekarang.  

Kebenaran tentang apa yang terjadi antara Kamome dan Tsuyu, masalah perasaan, dan fakta bahwa dia diam-diam masih bertemu dengan Tsuyu tanpa sepengetahuan Himawari... semua itu dia simpan sendiri.  

Karena dia merasa itu adalah sesuatu yang harus dia tanggung sendiri.  

“...Haa, bagaimana ya aku harus mengatakannya.” 

Awalnya, Amane mengira Kamome bermain dua hati dan mendengarkan ceritanya dengan mode siap berperang. Namun, setelah mendengar detailnya, dia mulai tenang.  

“Yah... pasti berat, ya.” 

Amane menghela napas panjang sebelum akhirnya berkata demikian.  

“Hah, kamu nggak marah?” 

“Hmm... Nggak, sih. Meski ada beberapa bagian yang sulit kupahami...” 

Sambil memegang dahinya, Amane memandang Kamome.  

“Ooshima-kun, kamu juga bisa dibilang korban, karena Tsuyu-san mempermainkan perasaanmu, kan? Aku bisa sedikit memaklumi itu.” 

“......”

“Tapi.” 

Tatapan Amane berubah tajam, menatap Kamome dengan serius.  

“Faktanya, kamu tertarik pada perempuan lain padahal sudah punya pacar, berbohong berkali-kali, dan menyakiti Himawari-chan itu benar-benar buruk. Kalau saja dari awal kamu menolak dengan tegas, hal ini nggak akan terjadi. Jadi, bertanggung jawablah untuk itu... Yah, mudah saja mengatakannya sekarang, dan meskipun nggak ada yang bilang, aku yakin kamu sendiri sudah sadar betul.” 

Setelah mengatakan itu, Amane menyeruput melon soda yang dipesannya melalui sedotan.  

“......”  

Akhirnya, Kamome sedikit menipu Amane.  

Namun, berbicara secara jujur tentang masalah yang dihadapinya kepada seseorang seperti ini dan menerima teguran dari sudut pandang orang lain... itu memberikan efek tersendiri.  

Hatinya terasa sedikit lebih ringan.  

...Kalau bisa.  

Dia benar-benar ingin mengungkapkan segalanya kepada Amane.  

Dia ingin berbagi dosa, kegelapan, dan tekad yang dia bawa dengan orang ini.  

Dia mendapati dirinya memikirkan hal itu.  

Namun, dia tidak bisa melakukannya.  

Dia sudah memutuskan bahwa bagaimanapun, beban ini adalah miliknya untuk dipikul sendiri.  

“Tapi, bayangkan saja. Kakak tiri pacarmu ternyata adalah orang yang Ooshima-kun kagumi sejak lama dan alasan kamu memulai atletik... Kamu sedang terlibat dalam cinta segitiga yang luar biasa, Ooshima-kun.” 

“Iya... Sejujurnya, aku sendiri merasa seperti sedang bermimpi, bertanya-tanya apakah ini nyata dan benar-benar terjadi padaku...” 

Kamome tertawa kecil sambil berkata demikian.  

Tatapannya menunduk, dan mungkin ekspresinya tampak suram.  

“......”

Amane menatap Kamome seperti itu untuk beberapa saat.  

“Ini pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu pada Ooshima-kun.” 

“Eh?” 

“Yah, berbicara denganku seperti ini mungkin juga bagian dari takdir.” 

Amane berkata sambil menggigit sedotan melon sodanya dan membuat gelembung kecil.  

“Kalau terjadi sesuatu lagi atau kamu membuat kesalahan lagi, kamu bisa datang padaku untuk curhat.” 

“...Eh, tapi rasanya Amane-senpai akan enggan terlibat dalam hal semacam ini.” 

“Mungkin memang merepotkan, tapi... Kouhai yang nggak terlalu kusukai ini sedang berjuang dengan cinta pertamanya, jadi aku setidaknya akan jadi tempat curhatmu. Yah, aku memang nol pengalaman soal cinta, jadi mungkin aku nggak bisa kasih saran yang bagus. Tapi justru karena itu, aku bisa memberikan obrolan yang kering dan tanpa basa-basi.” 

Jadi, saat kamu ingin menyegarkan pikiran dan semangatmu kembali, datanglah padaku.  

Amane tersenyum, memperlihatkan deretan giginya.  

“Aku akan tetap jadi aku seperti biasanya.”

“...Terima kasih banyak.”  

Mendengar kata-kata Amane yang menenangkan, Kamome mengucapkan terima kasih sambil membungkuk.  

“Tapi, selalu jadi diri sendiri itu kayak mengakui kamu nggak bisa punya pacar, Katsumata-senpai...” 

“Hah, kouhai ini benar-benar nggak ada imut-imutnya. Aku batal kasih nasihat, deh. Dan juga, kamu dipecat dari kerja paruh waktu. Dipecat.” 

Saat Amane menendang tulang keringnya di bawah meja, Kamome tertawa sambil meminta maaf, Maaf, maaf.

Setelah percakapan itu, Kamome meninggalkan kafe dan berpisah dengan Amane.  

Namun, tujuannya bukan rumahnya sendiri.  

Dia turun di stasiun yang berbeda dari biasanya, berjalan beberapa saat, dan tiba di─ 

“Selamat datang.” 

Sebuah kamar di apartemen tua yang nyaris runtuh.  

Kamome tersenyum pada Tsuyu, yang menyambutnya saat pintu terbuka.  

“Kamu mulai kerja paruh waktu hari ini, kan?” 

“Iya.” 

“Pasti capek, ya.” 

Tsuyu tersenyum manis.  

“Aku sudah siapkan makan malam, masuklah.” 

“Terima kasih, Tsuyu.” 

Sambil berbincang, Kamome masuk ke apartemen Tsuyu.  


◇◆◇◆◇◆


Sementara itu, Himawari sedang mengikuti pelatihan gabungan bersama klub sekolahnya.  

Sebagai persiapan untuk kompetisi setelah libur musim panas, dia fokus berlatih sambil tinggal di sekolah bersama klub lain dengan tujuan kegiatan yang serupa.  

Karena itu, dia tidak akan tiba-tiba datang ke apartemen seperti sebelumnya.  

Yang terpenting, dalam beberapa hari terakhir, hubungan Kamome dan Himawari membaik secara signifikan, dan Himawari sendiri tampaknya semakin tidak curiga dengan hubungan Kamome dan Tsuyu, karena dia tidak lagi membahasnya.  

Ya, Tsuyu mendengar hal ini dari Kamome.  

“Tsuyu, bagaimana kondisi kakimu?”  

“Sudah jauh lebih baik.” 

Saat ini, tidak ada perban di pergelangan kaki kanan Tsuyu.  

Hanya ada kompres yang menempel.  

“Kurasa aku sudah bisa berjalan tanpa tongkat sekarang.” 

“Syukurlah.” 

Tsuyu meletakkan hidangan makan malam di meja.  

Kali ini, mereka memang berencana makan malam bersama sebelumnya, tidak seperti waktu itu yang tiba-tiba.  

Oh ya, menunya adalah somen.  

Lauk tambahannya adalah terong bakar dengan serpihan bonito, shabu-shabu babi dingin, dan hidangan khas Jepang lainnya.  

“Tsuyu, kamu suka sekali makanan Jepang, ya.” 

Mungkin teringat menu yang pernah dia makan sebelumnya, Kamome berkomentar.  

“Kenapa? Penampilan seperti ini nggak cocok dengan kesan rumahan?” 

Tsuyu menanggapi komentar Kamome dengan senyum mengejek dirinya sendiri.  

“Bukan, maksudku... Mungkin aku sempat berpikir begitu.” 

“Hah, dasar kamu menyebalkanー” 

Tsuyu tertawa sambil berpura-pura marah.  

Itu tawa alami yang datang dari hati.  

Di depan Kamome, dia bisa tertawa dengan bahagia seperti ini.  

“Nah, ayo makan.” 

“Iya, terima kasih untuk makanannya.” 

Kamome dengan cepat menghabiskan hidangan yang disiapkan Tsuyu, merasa makanan itu sehat dan enak seperti yang dia harapkan.  

Melihat itu, Tsuyu tersenyum tipis, berpikir mungkin seharusnya dia menyiapkan lebih banyak.  

Namun, dia tidak bisa terlalu berlebihan mengingat situasi keuangannya saat ini.  

Situasi sekarang─

Ya, jika semua berjalan lancar seperti ini, Tsuyu bisa kembali menjalani hidup yang layak.  

Hubungannya dengan Kashiro akan berakhir, dan hubungan keluarganya dengan Himawari dan yang lainnya akan mengarah pada pemulihan.  

Semuanya bergerak ke arah yang baik.  

Kecuali satu hal... tentu saja, hubungannya dengan Kamome tidak bisa berlanjut seperti ini.  

Hanya itu yang akan hilang.  

“Kamome... kamu beneran baik-baik aja dengan ini?” 

Bagaimanapun juga, dia tidak bisa menahan kekhawatirannya tentang terus bertemu diam-diam tanpa memberitahu Himawari.  

Tsuyu bertanya pada Kamome.  

“Nggak apa-apa, Himawari tidak mencurigai apa-apa.” 

Sekali lagi, dia tersenyum seolah ingin meredakan kecemasan Tsuyu.  

“Aku sudah dengan jelas mengatakan padanya bahwa aku tidak bertemu Tsuyu.”  

“Tapi Kamome, jika kamu berbohong...” 

“Itu juga bukan masalah. Meskipun aku berbohong, aku gak menunjukkan kebiasaanku.”  

“Eh?”

“Aku memutuskan ingin melindungi Tsuyu. Karena aku telah membuat keputusan itu, aku tak lagi merasa bersalah.” 

Sambil berkata begitu, Kamome tersenyum.  

Mendengar pernyataan itu, Tsuyu merasa campur aduk.  

Sejak malam ketika Himawari datang di tengah pertemuan rahasia mereka yang lalu─dia merasa Kamome telah berubah entah bagaimana... 

“...Aku mengerti. Maaf, Kamome, karena ini semua demi aku.” 

“Tsuyu gak perlu minta maaf. Ini adalah keputusan yang aku buat sendiri. Dan ini hanya sampai Tsuyu kembali ke keluarga Shishido. Setelah itu...” 

Bahkan Kamome mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi setelah itu.  

Apakah Tsuyu bisa berdamai dengan perasaannya saat itu tiba...?  

Dan bagaimana dengan dirinya sendiri?  

“Aku membuat Kamome harus melalui hal-hal yang gak masuk akal... jadi aku berpikir mungkin ada sesuatu yang bisa aku lakukan juga.” 

Kemudian, Tsuyu perlahan membuka mulutnya.  

“Aku berpikir untuk kembali ke penampilanku yang lama.” 

“Penampilan lama...” 

“Iya, mewarnai rambutku jadi hitam lagi, memotongnya pendek, memakai pakaian yang rapi, dan kembali ke gaya sporty. Dengan kata lain, sama seperti saat aku bersama Kamome dulu... Aku berpikir untuk berubah seperti itulah seharusnya aku terlihat jika tumbuh besar seperti itu. Kalau aku terlihat seperti itu, mungkin Kamome akan merasa tenang, kan? Bahwa aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri.”  

“Tsuyu... itu...” 

“...Iya, maaf, aku nggak bisa melakukannya.” 

Tsuyu menggigit bibirnya, seolah merasa dirinya lemah.  

“Hanya dengan membayangkan diriku seperti itu, kepalaku langsung sakit. Itu mengingatkanku pada saat aku berhenti dari atletik karena cedera, dan ketika hatiku menjadi hampa hingga aku terjerumus...” 

Apakah aku akan baik-baik saja?  

Tsuyu berbisik dengan nada lesu.  

“Apakah aku akan bisa berdamai dengan perasaanku sebelum waktunya kembali ke rumah? Kalau seperti ini, aku nggak akan bisa mengubah apa pun dan hanya akan terus merepotkan Kamome.”

Maaf, Tsuyu meminta maaf.  

Kamome buru-buru berkata padanya, Tidak perlu. 

“Bahkan jika penampilan Tsuyu berubah, bagian inti yang aku kagumi dulu nggak pernah berubah. Jadi tak usah memaksakan diri untuk mengubah penampilanmu. Tanpa melakukan itu pun, Tsuyu tetaplah Tsuyu.”

“Kamome...” 

“D-Dan juga─”

Mungkin untuk menyemangati Tsuyu yang sedang sedih.  

Kamome merangkai kata-katanya seolah mengekspresikan isi hatinya.  

“Aku gak keberatan dengan penampilan Tsuyu yang sekarang. Tsuyu telah melewati banyak hal yang menyakitkan dan gak menyenangkan, dan kamu tumbuh banyak. Kamu masih memiliki sisi seperti matahari yang menarikku dulu, dan juga ada pesona dewasa yang mengguncang hatiku, jadi, um...” 

Dan akhirnya, tidak mampu mengungkapkannya dengan baik, Kamome terdiam setelah berkata, mungkin malu pada kata-katanya sendiri.  

Melihat Kamome seperti itu, Tsuyu tersenyum tipis.  

Kebaikan yang tulus dan sisi kekanak-kanakan yang polos, keduanya ada di dalam diri Kamome.  

Saat keduanya ditunjukkan bersamaan, Tsuyu merasa bahagia dan pada saat yang sama, ada perasaan aneh yang menyerang hatinya.  

Itu pasti bukti bahwa Tsuyu mencintai Kamome.  

“Kamu sudah dewasa, Kamome.” 

Dengan mempertimbangkan semuanya, tekadnya untuk dirinya dan usahanya untuk menyemangati dirinya.  

Dengan mempertimbangkan semuanya, Tsuyu berkata.  

“B-Benarkah begitu?” 

Kamome menjawab malu-malu.  

“Ah... tapi.” 

Kemudian, Tsuyu berbicara lagi seolah mengingat sesuatu.  

“Kupikir kita berpisah sekitar saat aku kelas 1 SMP, ya?” 

“Iya.” 

“Jadi Kamome saat itu kelas 4 SD. Kalau dipikir-pikir, jarak usia tiga tahun di masa kecil terasa cukup jauh, ya? Tapi anehnya, kamu sangat dekat denganku, seorang perempuan.” 

Tsuyu tersenyum usil.  

“Kamome, jangan-jangan kamu sudah dewasa lebih cepat dari anak seusiamu. Mungkin kamu sudah melihatku sebagai perempuan, bukan sekadar teman?” 

Mendengar kata-kata provokatifnya, pipi Kamome memerah.  

“T-Tsuyu juga, kamu akrab sekali dengan aku yang tiga tahun lebih muda, kan? Minat kita pasti berbeda, tren juga beda. Apa kamu benar-benar menikmati waktu bermain bersamaku?” 

“Eh? Tentu saja aku menikmatinya.” 

“Oh begitu...” 

Lalu, Kamome menyeringai.  

Setelah mendengar hal usil dari Tsuyu, dia mungkin ingin membalas sesuatu.  

“Kalau begitu, mungkin Tsuyu yang kekanak-kanakan.” 

“Hah, dasar kamu menyebalkanーBerani-beraninya meskipun lebih mudaー” 

Sambil tertawa, Tsuyu menggoda Kamome dengan bercanda.  

...Berharga.  

Aku mencintainya.  

Aku benar-benar bergantung pada Kamome.  

Melihat Kamome, yang tertawa seperti anak kecil saat lengannya ditarik olehnya, Tsuyu kembali menyadari perasaannya.  

─Namun, itu tidak boleh.  

Dengan tekad, Tsuyu mencoba sebuah ujian tertentu saat itu─


◇◆◇◆◇◆


Ketika dirinya yang lebih muda melontarkan komentar usil, Tsuyu tertawa sambil memukul balik Kamome dengan ekspresi yang sebenarnya tidak sepenuhnya marah.  

Kamome selalu menyukai sisi Tsuyu yang seperti ini sejak dulu.  

Seperti kucing yang bermain-main, Kamome menahan kekuatannya dan berpura-pura melawan saat Tsuyu menggelitik tubuhnya.  

Dalam alur itu, Tsuyu tiba-tiba menangkap kedua pergelangan tangan Kamome.  

“Whoa.” 

Meski untuk ukuran kekuatan genggaman perempuan, Kamome bisa merasakan kekuatan yang cukup besar.  

Setidaknya, ini bukan level kekuatan dari permainan bercanda mereka sebelumnya.  

Wajah Kamome tanpa sadar berubah menjadi ekspresi terkejut.  

“......”

“T-Tsuyu?” 

Sambil tetap memegang erat kedua pergelangan tangan Kamome, Tsuyu menekan tubuhnya ke arahnya.  

“Um, Tsuyu...” 

“Kamome, kamu itu seorang L, kan?” 

Tsuyu mengucapkan itu kepada Kamome yang kebingungan.  

Kamome gemetar mendengar kata-katanya yang diucapkan dengan nada ringan.  

“Eh...” 

“Dijahili seperti ini olehku malah membuatmu senang, bukan?” 

Mata Tsuyu memancarkan gairah intens yang sama seperti beberapa waktu lalu.  

“Saklar”-nya telah menyala.  

Kamome menyadari hal itu.  

“T-Tunggu, Tsuyu.”  

Mengingat ledakan emosinya yang terjadi beberapa hari lalu, Kamome buru-buru mencoba mendorongnya menjauh.  

Namun─dia tidak bisa.  

Apakah karena Tsuyu memegangi kedua pergelangan tangannya dan menumpukan berat tubuhnya padanya?  

Tidak, tubuh Tsuyu tidak berat, dan Kamome punya kekuatan yang cukup untuk melepaskannya.  

Dan tetap saja, tubuhnya tidak melakukan apa-apa.  

“Huhu.”


Tsuyu menatap Kamome dengan mata yang dipenuhi impian.  

Seperti seekor burung kecil, dia mencium lembut bibir Kamome.  

Saat sudah sejauh ini, Kamome tidak punya pilihan selain menjadi tawanan Tsuyu.  

Tangan Tsuyu membelai leher Kamome.  

Pada saat yang sama, tubuhnya yang menekan Kamome tanpa ampun membawa sensasi lembut ke tubuhnya.  

Payudaranya yang lembut menekan dadanya, berubah bentuk di atas dada Kamome.  

Ujung kaosnya terangkat, mempertemukan perutnya dengan perut Kamome.  

Di bawah pusarnya yang putih dan lembut─area sekitar perut bagian bawahnya terasa panas, seperti ada api yang menyala.  

Panas itu tanpa ampun bergesekan dengan otot perut Kamome.  

Pahanya yang melilit kakinya memberikan tekanan yang menyenangkan dan sensasi terbelenggu.  

Bibirnya digigit, lehernya dibelai, dan seluruh tubuhnya dikuasai oleh suhu, sentuhan, dan aroma Tsuyu.

Semua ini lebih menggoda dan intens dibandingkan apa pun yang pernah Tsuyu lakukan sebelumnya.  

“Enak, ya?” 

Pertanyaan Tsuyu menyadarkan kembali kesadaran Kamome yang seolah melayang di air hangat.  

“Suaranya luar biasa.” 

Kamome tidak menyadarinya, tapi rupanya dia mengeluarkan suara.  

Dia tidak tahu seperti apa suara yang keluar dari tenggorokannya.  

Namun, mendengar itu, mata Tsuyu semakin berbinar dan dia melibatkan lidahnya dengan gairah yang lebih besar.  

Ini tidak baik. 

Pikirannya mulai kabur.  

Sinyal bahaya mulai mengalir dalam dirinya.  

Namun, kenapa dia tidak mencoba melawan?  

Apakah ini karena kebaikan, karena dia merasa harus menerima keinginan Tsuyu yang tidak stabil?  

Atau sebenarnya karena Kamome sendiri menginginkan tindakan Tsuyu?  

Apakah ini hanya karena dia ingin memuaskan hasratnya?  

Dia tidak tahu.  

Penglihatannya berputar-putar, dan dia tidak bisa melawan, seperti orang yang mabuk.  

Kalau begini terus, dia akan tenggelam dalam dirinya.  

Namun, apakah itu baik-baik saja?  

Apakah ini tidak terhindarkan...?  

Pada saat itu.  

“Cuma bercanda.” 

Tepat sebelum Kamome kehilangan akal sehatnya.  

Tsuyu tiba-tiba menjauhkan tubuhnya dari Kamome.  

“T-Tsuyu...” 

“Hanya bercanda, bercanda.” 

Tsuyu berkata dengan tawa menggoda.  

“Waktu Kamome bilang hal usil tadi, entah kenapa aku merasa ingin menggodamu. Maaf, ya. Pengalaman memang berbeda jauh, ya?” 

“Apa...” 

“Kalau ini bisa bikin kamu merenung, hormati seniormu, dong, sebagai seorang junior.” 

Mendengar itu, wajah Kamome memerah terang.  

“Tsuyu! H-Hal seperti ini!”

“Ahaha, maaf, maaf! Aku benar-benar minta maaf! Aku nggak akan melakukan hal seperti ini lagi!” 

Tsuyu meminta maaf sambil tertawa melihat Kamome yang kesal.  

Di sisi lain, Kamome merasa sedikit lega di dalam hatinya.  

Tsuyu bilang itu hanya iseng.  

Dengan kata lain, dia tidak benar-benar kehilangan kendali dan mendekati Kamome dengan sepenuh hati. Rasionalitasnya masih ada.  

Tsuyu sedang menemukan dirinya kembali.  

Sedikit demi sedikit, dia sedang menuju arah yang benar.  

...Namun, sejujurnya, itu tadi hampir saja.  

Jika sudah sejauh ini, mau tak mau Kamome harus menerima permainan Tsuyu.  

Dan Kamome tak bisa menahan dirinya untuk tidak merasa sedikit senang dengan hubungan seperti tuan dan pelayan yang tidak pernah berubah seiring waktu.  


◇◆◇◆◇◆  


Setelahnya─

Setelah mengantar Kamome pulang, Tsuyu berdiri sendirian di kamar.  

“......”

Apa yang akan terjadi di masa depan masih menjadi misteri.  

Namun, Tsuyu telah mengambil keputusan dalam hatinya.  

Mata Kamome yang mengatakan ingin dia menyerahkan segalanya pada dirinya.  

Tsuyu terpesona oleh tekad kuat dan ketegangan yang terpancar dari mata itu.  

Dia tidak boleh membiarkan Kamome berjalan di jalan seperti ini.  

Himawari telah berubah.  

Perubahan itu disebut sebagai pertumbuhan, tetapi perubahan Kamome tidak seperti itu.  

Dia hanya menjadi aneh.  

Kamome telah berubah menjadi seseorang yang tidak biasa.  

Dan itu salahnya.  

Dia tidak boleh membuat Kamome menjadi seperti dirinya.  

Karena itulah, dia akan menghentikan semuanya di sini.  

Aku akan──aku harus berubah.


Dia akan menjadi “Tsuyu yang dulu” yang pernah dikagumi Kamome.  

Jika Tsuyu yang dulu tumbuh seperti apa adanya.

Dia akan menunjukkan lewat tindakan, bukan penampilan, apa yang akan dilakukan oleh Tsuyu yang dicintai oleh Kamome.  

Barusan, cintanya kepada Kamome meluap, dan dia ingin mencurahkan sebagian cinta itu kepadanya.  

Dulu, dia tidak bisa menahan dirinya dan hampir melewati batas, tapi─kali ini tidak.  

Dia memiliki tekad dalam dirinya, mengambil keputusan, dan mampu mengendalikan dirinya.  

Dia bisa menahan dirinya dengan baik.  

Dia akan melanjutkan tekad ini, dan ketika saatnya tiba, dia akan benar-benar mengakhiri hubungannya dengan Kamome.  

Setelah itu, dia akan mengawasi hubungan Kamome dan Himawari.  

Itulah pilihan yang pasti akan diambil oleh “Tsuyu saat itu.”


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close