NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

KanoUwa: after story Volume 1 Chapter 12

 


Penerjemah: Tensa

Proffreader: Tensa


Mencari Majalah Porno


"Aku sadar sesuatu lho."

Mendapat firasat buruk dari pernyataan mendadak itu, aku mengalihkan pandangan dari buku.

Shinohara sedang membuat telur benedict di dapur rumahku.

Sebagai orang yang tidak punya keahlian mengurus rumah, aku merasa dia cekatan bisa bicara sambil masak, tapi hal ini bukan yang pertama kali.

"Tau nggak? Macan tutul dan macan tutul hitam itu nggak ada bedanya lho. Macan tutul hitam itu cuma variasi warna dari macan tutul, jadi secara biologis sama—"

"Nggak penting! Daripada itu, tanya dong aku sadar apa!"

"Kamu sadar apa~"

Aku yang penjelasan tentang fakta hewan unikku dibilang tidak penting terpaksa bertanya.

Kalau mengalihkan pembicaraan di sini, rasanya malah akan jadi lebih runyam.

Shinohara berhenti dan berbalik ke arahku.

"Makasih udah jawab dengan nada datar, dan sekarang ke intinya. Rumah senpai nggak ada kesan kehidupannya ya."

"...Masa? Yah, mungkin karena kamu sering bersihin jadi nggak keliatan kayak kosan cowok sih."

Melihat sekeliling kamar, rasanya tidak bisa dibilang tidak ada kesan kehidupan.

Komik berserakan di lantai, materi kuliah berantakan di meja.

Dengan kondisi seperti ini bilang tidak ada kesan kehidupan rasanya agak berlebihan.

Begitu pikirku, tapi kata-kata berikutnya membuatku paham apa yang dimaksud Shinohara dengan "kesan kehidupan".

"Senpai nyimpen majalah pornonya di mana?"

"......"

Aku refleks terdiam.

Apa yang harus kujawab pada kouhai ini.

Pikiranku berputar-putar.

"Terus film pornonya juga."

"Jangan ngomong kayak bilang 'kepalaku sakit'? Dan tiba-tiba kenapa nanya gitu?"

Mendengar pertanyaanku, Shinohara mendekat dengan sendok sayur di tangan.

Entah kenapa aku harus membicarakan hal vulgar seperti ini dengan gadis yang memakai celemek dan memegang sendok sayur.

Seolah menertawakan pikiranku, Shinohara terus berbicara.

"Soalnya, dari dulu aku penasaran. Katanya cowok pasti nyimpen gituan di rumah kan? Tapi aku sama sekali nggak pernah ngerasa ada tanda-tandanya. Padahal udah ngecek di bawah karpet juga."

"Emangnya uang sembunyi-sembunyi. Mana ada yang nyimpen di tempat kayak gitu."

Aku berkata dengan nada lelah, lalu melanjutkan.

"Aku paham deh. Kamu terinspirasi dari acara gosip lagi ya."

"Ugh."

...Sepertinya tepat sasaran.

Dan acara itu juga sudah agak ketinggalan zaman.

Ditambah lagi, mengejutkan Shinohara masih punya pemikiran kuno seperti itu.

Kupikir cewek zaman sekarang sudah paham soal hal-hal seperti ini.

"Di zaman sekarang mana ada yang masih nyimpen barang begituan dalam bentuk fisik. Informasimu udah kuno."

"Be-bentuk fisik...?"

Shinohara memasang wajah bingung lalu membelalakkan mata.

"Jangan-jangan senpai...!"

"Iya. Ya iyalah."

"Imajinasinya terlalu liar!!"

"Bukan! Nggak tau kamu mikir apa tapi pasti salah!"

Saat Shinohara hendak memprotes, itu terjadi.

Bersama suara mendesis pelan, tercium bau yang menyengat hidung.

Aku dan Shinohara tanpa berkata-kata menoleh ke arah dapur, tapi sudah terlambat.

Di atas wajan ada telur berwarna coklat kehitaman yang mengenaskan.

Katanya mau membuat telur benedict, tapi kalau begini sepertinya mustahil.

"...Senpai."

"...Apa."

"Tadi katanya macan tutul hitam secara biologis sama kayak macan tutul biasa kan?"

"Katanya begitu."

"Telur itu juga, menurut Shinohara Mayu secara biologis tetap telur. Jadi dimakan semua ya."

"...Jangan maksa nyambung-nyambungin!!"

"Gara-gara senpai ngajak ngobrol sih!!"

"Yang 'sadar sesuatu' nggak penting kan kamu!?"

"Panggil nama dong!"

"Sekarang bukan itu masalahnya! Tanggung jawabnya—"

—Di situ aku berpikir ulang.

Memang Shinohara yang masak, tapi aku yang selalu mengandalkannya.

Setelah menenangkan diri dan berdiskusi, kami sepakat kalau tanggung jawabnya ada di kedua belah pihak.

Belasan menit kemudian. Aku dan Shinohara sambil menangis memaksakan telur yang menempel di wajan ke dalam mulut.

Rasanya benar-benar tidak sehat untuk tubuh.


Previous Chapter | ToC | 

Post a Comment

Post a Comment

close