NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Cool na Doukyuusei no 10-nen-go V1 Prolog

Penerjemah: Flykitty 

Proffreader: Flykitty 


Prolog


Pada saat siang hari di akhir Minggu.


Aku, Sakuragi Susumu, sedang duduk di sofa sambil menikmati kopi setelah makan, putri kecilku yang sangat kusayangi─Sakuragi Haru─datang menghampiriku dengan membawa album yang terlihat familiar.


Itu adalah album yang kubuat ketika menikah dengan istriku,

di album itu berisi banyak foto kenangan sejak kami kecil hingga saat ini.


"Ayah, aku ingin melihat ini bersama."


kata Haru sambil memohon. Aku menjawab, "Tentu, boleh," dan dia langsung duduk di pangkuanku dengan wajah ceria.


"Ah, sudah lama sekali… Berapa tahun ya sejak terakhir aku melihat ini?"


Aku penasaran bagaimana Haru bisa menemukan album yang sudah lama tergeletak di rak buku. Tapi, aku pikir tak ada salahnya melihatnya bersama Haru, jadi kami mulai membuka halaman demi halaman.


"Ayah, di mana ayah dan ibu pertama kali bertemu?"


tanya Haru tiba-tiba sambil melihat foto-foto. Kadang-kadang, meskipun usianya baru akan masuk taman kanak-kanak, ia terlihat lebih dewasa dari yang kukira, mungkin karena mirip ibunya.


"Pertemuan dengan Kuru-chan ya…"


Aku ingin menjawab dengan baik, tapi kurasa ceritanya mungkin sulit dimengerti olehnya. Namun, tatapan polosnya membuatku tak bisa mengabaikannya. Aku membuka halaman foto ketika istriku masih SMA.


"Aku bertemu Kuru-chan saat SMA, sekitar sepuluh tahun yang lalu. Waktu itu, Kuru-chan sangat berbeda dengan sekarang─dia sangat keren dan dingin."


"…Dingin?"


Haru memiringkan kepala kecilnya dengan ekspresi bingung yang menggemaskan. Melihat itu, aku hanya bisa tersenyum masam.


Memang wajar kalau Haru bingung, karena Haru hanya mengenal ibunya yang sekarang─Sakuragi Kuru─yang jauh berbeda dari dulu.


"Lihat ini. Dulu, wajahnya begitu tegas dan serius, bukan?

Ini Kuru-chan waktu masih muda."


Aku menunjuk foto saat Kuru-chan sedang tegas di acara olahraga sekolah. Ah, betapa nostalgia. Waktu itu, Kuru-chan selalu tegar dan seperti serigala yang hidup sendiri.


"Apa yang kalian bicarakan?"


Tiba-tiba terdengar suara dari belakang, diiringi sensasi lembut di kepalaku. Saat aku mendongak, terlihat istriku yang baru selesai mencuci piring berdiri dengan senyum lebar.


"Ah, Kuru-chan! Aku sedang melihat album ini bersama Haru, mau lihat bareng?"


"Tentu saja mau!" jawabnya sambil duduk di sebelahku. Saat kuberikan album itu, dia langsung bersemangat.


Melihat itu, Haru menarik lenganku lagi dan bertanya dengan tatapan tajam,


"Benarkah ibu dulu dingin, Ayah?"


"Hahaha…"


Aku tertawa masam, karena bahkan aku sendiri kadang masih terkejut dengan perubahan Kuru-chan. Meski begitu, demi menjaga kehormatan istriku, aku tetap ingin menjelaskan kebenarannya. Tapi, akankah Haru percaya?


"Neee, Haru-chan, kenapa tidak tanya langsung ke ibumu, apakah dia benar-benar dingin atau tidak?"


"…Dingin, ya?"


Dengan sedikit enggan, Haru akhirnya bertanya pada Kuru-chan. Meski wajahnya terlihat seolah tidak yakin, Kuru-chan sama sekali tidak terpengaruh dan menjawab dengan penuh semangat.


"Tentu saja! Aku terkenal sebagai orang yang dingin saat masih pelajar! Benar, kan, sayang?"


Sambil menjawab demikian, dia memeluk lenganku erat-erat. Aku jadi teringat, saat SMA dulu, dia justru sangat tidak suka kontak fisik seperti ini. Aku benar-benar merasa, manusia bisa berubah seiring waktu.


"Yah…, memang benar sih. Kuru-chan yang dulu itu dingin dan keren. Itu yang membuatku sangat tertarik padanya."


"Aduh, kamu ini! Memujiku seperti itu juga tidak akan membuatku memberimu apa-apa!"


Sambil pura-pura malu, Kuru-chan menepuk bahuku berkali-kali untuk menutupi rasa gugupnya. Melihat itu, Haru justru terlihat semakin ragu.


Aku hanya bisa tertawa.


"Bagaimana kalau malam ini kita makan belut goreng? Aku ingin memberikan banyak hadiah untukmu sebagai ucapan terima kasih karena sudah memujiku!"


"…Sepertinya itu bohong,"


gumam Haru pelan sambil melihat Kuru-chan yang terlihat seperti anak kecil, tertawa dan bersenang-senang. Dalam situasi ini, sulit membedakan siapa yang lebih dewasa di antara mereka.


Meski begitu, aku merasa kasihan pada Haru jika dibiarkan terus ragu. Sambil menepuk kepala putriku dengan lembut, aku berkata,


"Kalau begitu, demi nama baik Kuru-chan, bagaimana kalau aku ceritakan sedikit kisah lama kami?"


Meskipun agak memalukan dan mungkin bukan cerita yang cocok untuk anak kecil, aku memutuskan untuk menceritakan awal mula pertemuanku dengan Kuru-chan. Jika mendengar kisah ini, Haru pasti akan mengerti bahwa ibunya memang dulu sangat dingin.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close