Penerjemah: Rion Sangek
Proffreader: Rion Sangek
Chapter 3
Kelinci 52-hertz
"Hei, Yakou-sama... pilih saja."
Kenapa hal seperti ini harus terjadi padaku?
Apa kesalahan yang kulakukan sampai-sampai aku harus terjebak dalam situasi seperti ini?
"-----Jelaskan sejelas-jelasnya. Ini penting, keputusan yang harus diambil."
Sial... jika aku tahu inilah yang akan terjadi, aku pasti takkan mudah terpedaya dengan omong manis seperti itu!
"Kostum yang berwarna hitam yang lebih dewasa? Atau yang putih yang lebih anggun? Atau... yang bergaris-garis?"
"Aku tak tahu!"
Aku menutupi wajahku yang memerah, mengeluarkan erangan menyedihkan.
"-----Kenapa aku harus diajak ke toko lingerie begini!?"
Sudah beberapa saat berlalu sejak kami mengalahkan <Penyihir Bayangan> Kasumi.
April yang penuh gejolak hampir berakhir, dan liburan Golden Week yang dinanti-nantikan akhirnya dimulai.
Hari ini adalah hari pertama yang sangat penting.
Aku berencana untuk tidur hingga siang hari, membaca buku, dan bersantai sepanjang waktu. Namun, tiba-tiba saja Bell memanggilku dan sekarang, aku harus pergi ke pusat perbelanjaan seperti ini.
Alasannya adalah, sebagai bentuk 'terima kasih' serta perayaan bagiku yang telah menyelamatkan Kasumi. Jika diucapkan lebih sederhana, itu adalah sebuah kencan yang manis.
"Tapi itu memang ide yang bagus. Memilih pakaian untuk pasangan adalah hal yang sangat umum dalam sebuah kencan."
"Tapi pastinya bukan lingerie! Pilih saja pakaian biasa!"
"…Hmph. Saya tidak mau mendapati kencan yang sama seperti Kasumi!"
Bell mendekatkan wajahnya tiba-tiba.
"Saya ingin membuat Anda lebih berdebar-debar. Kalau tidak, saya tidak akan puas."
Dia biasanya selalu tenang, tapi hari ini dia bahkan menggembungkan pipinya.
...Ah. Mungkin karena aku selalu bersama Kasumi, dia cemburu?
Wah, apa-apaan itu. Sangat imut tapi...!
"-----Cepat pilih. Yang menurut Anda paling seksi, Yakou-sama."
Apa yang dia lakukan sangat tidak masuk akal.
Tapi ini pasti karena cinta. Aku senang, meski bertanya-tanya kenapa orang sepertiku bisa mendapatkan perhatian seperti ini.
"K-kalau begitu... ini saja..."
Aku hampir meledak karena malu saat memilih pakaian dalam hitam yang terlihat seksi.
Uhh, apa-apaan benda yang terlalu erotis ini? Aku tidak akan ditangkap polisi, kan?
"Fufu, yang ini ya. Baiklah... kalau begitu, saya akan memakainya."
"Hah, kau akan memakainya!?!?!?"
Bell tersenyum kecil dan berbisik padaku.
"Kalau seperti itu, lebih menggairahkan, kan?"
"~~~!?"
"Tunggu saja, ya?...Di akhir kencan ini, saya akan memperlihatkan sebanyak-banyaknya kepada Anda!"
"U-uh... itu, aku sudah bilang, kan... Kalau aku itu...!"
"Itu bisa diatasi. Kali ini, kita berlatih semalaman bersamal."
Dia masih cemburu... Betapa melekatnya dia, perempuan ini.
"Saya akan membayar dan langsung memakainya."
Setelah mencium ringan pipiku, Bell pergi ke kasir.
Aku jatuh terduduk di tempat itu.
"Ahh, sudah cukup... Ini terlalu erotis..."
Jantungku berdegup seperti orang bodoh, memompa darah ke seluruh tubuh.
Namun, meski dalam suasana seperti ini, bagian tubuh yang seharusnya pertama kali terpengaruh tidak menunjukkan perubahan apa pun.
Bagian bawah tubuhku yang terlalu 'tahu waktu dan tempat' ini membuatku merasa rendah diri.
Kapan aku bisa melewati semua ini?
-----Hari itu, bersama dia.
"Yakou-sama? Ada apa? Anda sakit?"
"Tidak, Tidak... Bukan apa-apa. Hanya mengingat luka lama saja."
Aku berdiri tegak, menatap Bell yang kembali dari kasir, dan tersenyum.
"Ayo pergi. Hari ini kita bersenang-senang sepenuhnya!"
🔸◆🔸
Kenyataannya, semuanya tak berjalan semudah itu.
Aku lupa kalau toko pakaian dalam memang biasanya tidak ramai, sedangkan tempat lain... karena hari ini adalah hari pertama Golden Week. Semua tempat dipenuhi orang, dan kami tidak bisa masuk.
Kafe populer yang diincar oleh Bell memiliki waktu tunggu lebih dari tiga jam. Ketika aku menyarankan untuk pergi karaoke atau tempat bowling sambil menunggu, tempat-tempat itu pun ternyata sama penuhnya.
"Ugh... Kita tak bisa pergi ke mana pun..."
"Memang. Aku bahkan mulai mabuk keramaian."
Akhirnya, kami kembali ke Stasiun Pusat Yoimachi. Kami duduk di atas batu bata taman kecil di depan stasiun, beristirahat sejenak.
Saat aku membuka mulut dan melamun sambil melihat kerumunan orang berlalu-lalang... tiba-tiba aku menyadarinya.
"Entah kenapa, di sekitar sini banyak perempuan muda, ya?"
"Mmn. Ada toko crepes yang sangat populer di dekat sini. Mereka semua mungkin sedang menunggu setelah mengambil nomor antrean."
"Begitu, ya. Bagaimana kalau kita ikut antre?"
"Tidak mau. Saya memang suka makanan enak, tapi saya sangat benci menunggu dan mengantre."
Dasar manja... Tapi menurutku, waktu menunggu juga bagian dari keseruan kencan, lho...
Namun, melihat begitu banyaknya perempuan muda di sini membuatku penasaran akan hal lain.
"Kalau ada perempuan sebanyak ini, mungkinkah ada salah seorang <Heroine> diantaranya...?"
"Tidak ada. Tenang saja."
"Kenapa kau seyakin itu?"
"Karena <Heroine Call> ini tidak bereaksi."
Belle melepas aksesori kecil berbentuk lonceng yang terpasang di pinggangnya, lalu meletakkannya di telapak tanganku.
Ah, lonceng. Benar juga.....
"Apa ini lonceng yang berbunyi saat pertama kali bertemu Kasumi?"
"Benar. Kalau bertemu dengan <Heroine>, lonceng ini akan mendeteksi keberadaan <Penyihir Bayangan> yang bersembunyi dalam bayangan dan membunyikan alarm. Suara yang menjengkelkan itu."
"Menjengkelkan, katamu... Suaranya terdengar indah, seperti di acara pernikahan, kan?"
"Itu yang membuat saya kesal. Hanya saya lah satu-satunya orang yang boleh terikat dengan Yakou-sama."
Kesal, Bell mendecakkan lidahnya.
Memang, kalau penyihir dan ksatria punya hubungan yang dekat, fungsi ini sebenarnya agak aneh juga...
"Ngomong-ngomong, aku kepikiran. Bukankah seharusnya aku membawa lonceng ini dan mencari <Heroine> selanjutnya? Kenapa kita malah kencan begini? Ini bukan waktunya untuk santai-santai, kan?"
"Tak perlu khawatir. <Heroine> dan ksatria saling tertarik satu sama lain. Lonceng ini sudah dirancang untuk bekerja seperti itu."
Karena katanya ada dua, dia memberikannya satu padaku, dan aku menerimanya dengan senang hati.
"Jadi, Yakou-sama. Adakah tempat tersembunyi yang menyenangkan, di mana lonceng ini sekiranya takkan berbunyi?"
"Eh... Tempat diman loncengnya tidak akan berbunyi? Bukankah kita justru harus mencari yang sebaliknya?"
"Tidak mau! Saya malas bekerja."
Dasar keras kepala. Tapi... yah karena sudah terlanjur begini, entah kenapa aku malah merasa lega.
Tetap saja, tempat yang menyenangkan dan tidak banyak orang datang, hmm...?
"……Baiklah. Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi ke tempat itu? Sudah lama juga....."
🔸◆🔸
Melewati pintu otomatis, udara yang pengap dan sedikit tercampur asap rokok langsung menyelimuti tubuhku.
Di dalam tempat remang-remang, diterangi oleh lampu neon kebiruan dan monitor mesin arcade, berbagai suara dari game medal hingga game musik menggema bersamaan, menciptakan kebisingan yang riuh.
Game Center 'Tsukigari Monogatari'-----Bukan di pusat kota, tapi game center yang sedikit reyot ini berada di lingkungan tempat tinggalku.
"Luar biasa...! Saya selalu ingin datang ke game center seperti ini...!"
"Be-benarkah? Kalau begitu, syukurlah."
Karena tempatnya tidak terlalu bersih, aku sempat khawatir apakah cocok untuk kencan, tapi Bell tampak sangat bersemangat, bahkan napasnya terdengar menggebu-gebu.
"Game itu yang terbaik. Bahkan lebih ajaib daripada sihir."
"Jadi, kau suka game sebanyak itu?"
"Iya. Bukan cuma game, saya cinta semua subkultur dunia manusia. Itu membuat saya betah jadi hikikomori."
Jangan jadi hikikomori... meski berpikir begitu, aku tak bisa mengatakannya. Dulu, saat masih SMP dan sering ke sini, aku tak lebih baik daripada itu.
"Meski tempatnya reyot, gamenya selalu yang terbaru. Pengunjungnya juga tidak terlalu ramai, jadi kalau punya uang, kita bisa bermain dengan nyaman. Bahkan kalau tak punya uang, asalkan kau jago bermain, tempat ini bisa jadi lebih menyenangkan."
"Maksudnya?"
"Kau lihat bagian di ujung sana, tempat yang tersembunyi dari pintu masuk?"
Aku menunjuk sudut paling dalam, yang tersembunyi dari pandangan pintu masuk.
"Itu area game fighting, tempat para pemain seringkali saling menantang. Kalau menang, kau bisa terus duduk di situ tanpa perlu memasukkan koin tambahan."
"Oooh... Jadi kalau terus menang, bisa main tanpa batas?"
"Benar. Selain itu, di sini hanya memerlukan satu koin lima puluh yen. Kalau kau paling jago, cukup lima puluh yen saja untuk bermain seharian."
Ah, rasanya nostalgia. Dulu, harga murah ini menarik para 'binatang buas' yang lapar untuk berkumpul, menciptakan pertempuran sengit. Walau suasananya jadi kacau, aku sedikit menyukai atmosfer itu.
"Hmm. Kalau begitu, Yukou-sama, ayo bertarung."
Aku menyipitkan mata, kacamataku berkilau.
"Tentu saja, tapi aku sangat kuat, lho?"
"Fufu~ Sekali lagi, Yakou-sama kalah sebelum bertarung (tertawa)."
Pembuluh darahku seakan pecah. Setiap kali kembali ke tempat ini, aku seakan berubah menjadi seekor simpanse.
"Baiklah... Duduklah. Kencan menyenangkannya berakhir di sini!"
"Saya siap kapan saja..."
Aku dan Bell duduk di mesin arcade masing-masing, memasukkan koin lima puluh yen, dan memulai mode pertarungan.
Setelah pemilihan karakter selesai, layar berubah gelap sebelum pertarungan dimulai-----
Bayangan 'binatang buas yang kelaparan' dari masa itu tercermin di monitor.
"Jangan pernah meremehkan manusia, wahai penyihir------------------!!!"
🔸◆🔸
A-aku... kalah----------!?
【 Perfect K.O. 】
【 YOU LOSE! 】
"………………Uhh……"
Aku kalah telak tanpa berhasil mengambil satu poin pun. Berakhir seperti ini lagi.
Sial... Padahal aku sangat percaya diri dengan game ini...
Sampai-sampai di daerah ini, aku hampir tak pernah kalah kecuali melawan 'dia'.
"Kau luar biasa, Bell. Aku menyerah."
"Yay! Terima kasih."
Bell muncul dari atas mesin arcade, lalu mengacungkan dua jari dengan senang hati.
"Sudah tahu kan siapa yang terkuat di dunia penyihir?"
"Eh, kau sekuat itu!?"
"…Mungkin? Penyihir jarang bermain game."
Mungkin karena populasinya sedikit? Tapi meskipun begitu, dia sangat hebat.
Aku pindah ke samping Bell dan duduk di mesin arcade yang kosong. Sambil terus menonton Bell mengalahkan CPU, aku berpikir...
【 Here comes a New Challenger! 】
Layar menjadi gelap, dan animasi pendek muncul.
"Oh, ada yang masuk."
"Fufu. Manusia rendahan, biarkan penyihir ini mencerahkanmu~"
Dia ini benar-benar mabuk kekuatan...
"Yah, kurasa tak mungkin kau kalah. Setelah ini, mau coba main game lain?"
"Oke. Saya selesaikan dalam tiga puluh detik."
Dan seperti yang dia janjikan, semuanya selesai dalam tiga puluh detik.
"-----Kurang ajar!"
【 K.O. 】
【 YOU LOSE! 】
"......Ti-tidak mungkin! Saya...... kalah oleh manusia biasa seperti ini!?"
Bell tercengang. Aku sendiri juga tidak bisa mempercayainya. Bell yang sekuat itu, dihancurkan begitu sempurna.
"Di atas langit masih ada langit, ya... Sudahlah, Bell. Mari pergi saja. Yang ini terlalu sulit bagi kita."
"Tidak mau!"
Cahaya di matanya telah menghilang.
"Tadi saya hanya sedikit lengah. Kalau serius, dia bisa saya jadikan abu dalam dua detik!"
"Be-Bell? Bagaimana kalau kita tenang dulu?"
"Saya saat ini sangat tenang."
Padahal dia dengan lancar terus memasukkan koin untuk rematch?
"Bunuh... Saya akan membunuh... Membunuhnya...!"
Yah, biarlah dia bersenang-senang sampai puas. Meski aku yakin dia tidak akan menang. Kekuatan si penantang misterius ini benar-benar luar biasa.
Analisisnya dingin dan tajam, kombonya sangat presisi. Bahkan aku, yang bukan gamer hebat, bisa melihat betapa jeniusnya intuisi dan gerakannya. Penantang itu terus menghajar Bell tanpa ampun.
"Arrghhhhh--------! Lagi!"
"Cukup, Bell. Jangan memukul-mukul mesin arcade-nya."
Tapi siapa sebenarnya penantang misterius ini?
Mengalahkan seorang penyihir yang lebih dari manusia begitu mudah... apa dia alien?
Penasaran, aku beranjak ke sisi lain mesin arcade untuk memastikan siapa dia sebenarnya.
"Eh...!?"
Aku terkejut, tanpa sadar mengeluarkan suara.
Yang sedang bermain ternyata adalah seorang gadis kecil yang imut seperti binatang kecil.
Jari-jarinya yang mungil, mengintip dari lengan baju hoodie kelinci dengan "moe sleeve", lincah menggerakkan tuas dan tombol.
Dia menatap layar dengan mata bulat besar seperti kelinci, penuh konsentrasi-----
【 K.O. 】
"Uhehehe...! Aku menang...!"
Diikuti suara semanis permen gula, dia mengepalkan tangan kecilnya dalam pose kemenangan.
I-Ia sangat imut...! Tapi sekaligus begitu kuat. Jangan-jangan, dia bukan orang biasa-----
*Kling.....* *Kling.....* *Kling.....*
...kan? Sudah kuduga.
"----------!?!?!?"
Biku! Seolah bisa terdengar suara seperti itu, gadis itu menoleh ke arahku dengan cepat.
Aku juga terkejut hingga tak bisa bergerak, dan kami saling bertatapan dalam situasi yang canggung.
Seriusan? Bunyi <Heroine Call> baru saja terdengar, yang artinya-----
"...A-anu..."
Gadis ini adalah <Heroine> berikutnya!
🔸◆🔸
<Pawai Malam Seratus Putri> selalu menjadi prioritas utama di atas segalanya.
Itulah hukum baja dunia penyihir. Tentu saja, kencan kami pun dibatalkan.
Bell segera memulai investigasi terhadap latar belakang sang <Heroine> kalo kini. Keesokan harinya, aku dipanggil ke ruang klub sains yang biasa kami gunakan untuk menerima laporannya. Bahkan di tengah libur panjang.
"…Baiklah, mari kita mulai rapat strateginya…"
Ekspresi masam Bell terlihat begitu jelas, sampai rasanya suara-suara kesal terdengar dari wajahnya.
Yang bisa kulakukan hanya tersenyum kecut. Setelah semua ini selesai, mungkin aku harus menebusnya lagi...
Mendesah panjang, Bell menampilkan sebuah jendela di udara, menampilkan informasi tentang sang <Heroine>.
"Nama <Heroine> itu Hoshimachi Riri. Usianya lima belas tahun. Setelah lulus dari SMP Kiyofune, saat ini dia bersekolah di SMA Seiran, kelas 1C."
Eh? Lulusan SMP Kiyofune dan sekarang jadi siswi SMA Seiran?
"Kebetulan sekali. Sama persis denganku!"
"Mmn. Mungkin itu sebabnya dia ada di arcade lokal. Yakou-sama, pernahkah Anda melihatnya di sekolah?"
"Tidak, belum pernah. Lagipula aku jarang bertemu dengan adik kelas…"
Tapi begitulah. Artinya gadis ini adalah 'adik kelasku'.
Entah kenapa… ini menyenangkan. Kalau suatu hari, aku dipanggil 'Yakou-senpai' dengan suara manis itu… Ehehe…
"YAKOU-SENPAI, Anda mendengarkan?"
"I-IYA!!! Aku mendengarkan!!!"
Uhh, tolong jangan tersenyum sambil mengangkat tongkat besar itu. Lagipula, kenapa aku bisa ketahuan!
Tidak, aku harus fokus. Dari sini pasti akan ada informasi yang lebih rinci-----
"...Itu saja nformasinya."
Dagu yang sebelumnya bertumpu pada tangan langsung jatuh terkulai.
"S-sudah? Klub yang diikuti? Keahlian? Atau aktivitas mencolok lainnya?"
"Saya sudah memeriksa daftar klub di SMA Seiran, tapi namanya tidak ada. Dia salah satu orang yang tidak masuk klub apapun. Keahlian… mungkin bermain game? Dia sangat hebat. Riwayat aktivitas? Sama sekali tidak diketahui."
Bell mengerutkan wajahnya kesal.
"Gadis bernama Hoshimachi Riri ini, entah kenapa, punya sangat sedikit informasi."
"Informasi yang sedikit…? Apa maksudnya?"
"Saya juga tidak tahu. Satu-satunya data yang berhasil diambil hanyalah informasi dasar yang terdaftar di database pusat."
Jadi begitu. Ternyata organisasi Bell tidak selalu memiliki semua informasi.
"Tapi, waktu kasus Kasumi, bukannya kita sudah punya cukup banyak informasi sejak awal?"
"Itu bukan dari pusat. Saya sendiri yang mengumpulkan data lewat net-stalking."
"Ne… net-stalking?"
"Internet stalking. Menggali informasi pribadi terutama dari akun media sosial. Bahkan jika akunnya dikunci, kalau ada satu saja teman mereka yang kurang paham privasi, kita bisa menarik seluruh jaringan mereka. Itu keahlian saya."
Bell mengepalkan tinjunya dengan semangat.
"Jika saya yang melakukannya, alamat rumah, sejarah hitam masa lalu, akun rahasia, bahkan alamat IP, semua bisa dipetakan tanpa sisa."
Seram sekali. Kalau dibilang dia menggunakan sihir untuk mendapatkannya, itu mungkin jauh lebih bisa kuterima.
"B-baiklah, aku sudah paham situasinya. Tetap lanjutkan penyelidikan daring, tapi bagaimana kalau kita juga mencoba mencari info langsung di ruang kelas siswa tahun pertama?"
"Itu tak mungkin."
Bell menggelengkan kepala kuat-kuat.
"Sekarang sedang libur panjang. Sekolah tidak bisa digunakan."
"Ah, benar juga…! Tapi kita juga tidak bisa menunggu sampai liburan selesai, kan…"
Masalah mengenai sang <Heroine> harus diselesaikan secepat mungkin. Kita harus segera bertindak.
Namun, fakta bahwa kita tidak memiliki petunjuk apa pun saat ini memang cukup memberatkan.
"Jangan khawatir. Saya punya kabar baik juga, kok."
"Kabar baik?"
"Setelah mendapatkan log aktivitas <Penyihir Bayangan> selama seminggu terakhir, diketahui bahwa sang <Heroine> hampir selalu berada di game center itu pada siang hari. Bahkan sekarang, saya mendapati respon dari game center tersebut."
Oh. Jadi, jika aku pergi ke sana, hampir bisa dipastikan aku bisa lebih dekat dengannya.
"Kalau begitu, semuanya pasti akan baik-baik saja!"
Aku membusungkan dada dengan percaya diri, sementara Bell menatapku dengan pandangan yang sangat dingin.
"...Apa-apaan? Kenapa Yakou-sama begitu percaya diri kali ini?"
"Jangan bilang begitu. Tentu saja aku percaya diri."
Aku menyeringai lebar.
"Lagipula, aku sekarang ini adalah 'pria yang telah memeluk seorang wanita', begitulah!"
"Ugh, muncul lagi... Tipe orang yang sok begitu pernah merasakan..."
"Haha! Jangan iri, jangan iri! Sudahlah, ayo cepat ke game center. Kita harus langsung membuat dia jatuh cinta!"
"Rencananya bagaimana?"
"Fiuh. Hal kecil seperti itu tidak diperlukan."
Aku memancarkan kilatan penuh percaya diri dari kacamataku.
"-----Karena sekarang, aku sepenuhnya memahami hati seorang wanita!"
🔸◆🔸
Aku benar-benar tak paham apapun soal perasaan perempuan.
Aku mohon maaf atas perkataanku tadi! Aku menariknya kembali. Dari dulu hingga sekarang, aku tidak pernah bisa memahaminya.
Meskipun begitu, aku tidak menyangka bakal kesulitan sampai sejauh ini.
"U-uhm, bagaimana kalau kita main game berikutnya?"
"……!"
Riri-chan, yang sedang duduk di depan mesin arcade, mengangguk pelan.
Lihat? Betapa lancarnya kami sekarang bisa bermain game bersama. Aku sendiri yang berusaha mengajaknya dengan, "Hei, yang waktu itu! Mau main game bareng?" Dan aku berhasil! Bahkan tanpa 'suntikan cinta (sihir yg pertama kali Bell kasih ke MC)' dari Bell!
Tentu saja, aku merasa gugup, tapi aku senang karena bisa merasakan diriku sedikit lebih percaya diri dibanding sebelumnya.
…Namun, peningkatan itu hanya sedikit saja.
Menghadapi lawan selevel dewa-----yaitu Riri-chan, aku sama sekali tidak punya peluang.
"K-kamu benar-benar hebat ya. Sering main game fighting?"
"(Riri mengangguk pelan)"
"E-ehm… Jadi, kamu suka game fighting? Atau, ada jenis game lain yang kamu suka?"
"………semuanya………."
"S-semua?! Kamu suka semua jenis game?"
"(Diam sejenak, lalu mengangguk pelan lagi. Setelah itu, kembali terdiam. Jeda selama sepuluh detik.)"
"Eh-ehm… G-gimana kalau kita main satu ronde lagi? Oke!?"
"(Tanpa berkata apa-apa, dia langsung memasukkan koin dan fokus pada game. Setelah itu, tidak ada percakapan lagi.)"
Aku duduk di depan mesin arcade sambil menutupi wajah dengan kedua tangan.
Anak ini… sama sekali tidak mau bicara!
"Ugh… Memang sih, obrolanku juga payah, tapi bagaimana caranya supaya aku bisa akrab dengannya kalau begini!?"
"Benar, lawan yang sulit."
Bell, dalam bentuk kucing, menyembulkan kepalanya dari dalam ranselku.
"Dalam situasi seperti ini, kalau di game dating sim biasanya akan muncul dialog monolog yang muncul di layar."
"Itu dia! Bisa pakai sihir buat baca pikirannya!?"
"Sayangnya tidak. Sihir yang mengganggu pikiran, itu dilarang."
Guh…… Tidak, tapi memang benar juga……"
Kalau memang boleh begitu, pakai sihir untuk membuat dia jatuh cinta, pasti selesai, kan?
Tapi ini benar-benar masalah yang rumit. Bukan hanya karena masalah Riri-chan tidak bisa diidentifikasi,
"Aku bahkan tidak tahu apa aku disukai atau dibenci sekarang....."
"Tidak apa-apa kok. Dia mau main bersamamu, dan sekarang, Yakou-sama juga dalam posisi aman."
Jari-jariku, yang digerakkan oleh sihir, memasukkan perintah untuk lemparan. Karakterku melempar karakter Riri-chan, mengambil KO, dan menang.
Ini benar-benar curang. Aku pribadi tidak suka, tapi kalau aku tak pakai cara ini, Riri-chan bakal membantaiku terus-terusan, dan bahkan di game pun aku tak bisa berkomunikasi dengannya.
"Kalau jago main game, kenapa jadi aman?"
"Nah, lihatlah."
Bell menampilkan sebuah jendela dengan cakarnya.
Di dalam jendela itu, terlihat Riri-chan dengan wajah yang memerah, kulitnya putih bersih, dan senyum cerah menghiasi wajahnya.
'------Uwehhehe…! Hebat…! Kuat! Keren…!'
Aku merasa lemas, dadaku berdebar keras. Dia imut sekali!
"Semakin hardcore seorang gamer, semakin mereka tertarik sama orang yang lebih hebat. Riri pun juga sama."
"Aku tak tahu dia akan sesenang itu…"
"Mungkin dia gugup waktu berhadapan langsung, jadi tidak terlihat di wajahnya. Apalagi Yakou-sama kan laki-laki."
Bell menutup jendela itu dan menepuk pundakku pelan.
"Hanya karena dia tak banyak bicara, bukan berarti dia tidak memikirkan apa-apa. Jangan menyerah, tapi juga jangan terlalu memaksa sampai bikin dia takut. Pelan-pelan, tapi tetap berusaha mendekatinya."
"P-permintaanmu banyak sekali…"
Tapi, ini saatnya untuk berjuang. Melihat senyuman tadi, aku merasa semangatku sedikit terisi lagi.
…Baiklah, sepertinya aku harus ganti game dan lanjut lagi.
Untuk balas dendam kali ini, aku memilih game kuis. Namun, mode yang kupilih adalah mode kerja sama.
Aku dan Riri-chan duduk di bangku panjang yang tersedia di depan mesin arcade.
Seperti yang sudah kuduga, ada jarak yang cukup lebar di antara kami berdua.
Tapi, ini tidak masalah untuk sekarang. Pelan-pelan saja, aku ingin membangun hubungan ini dengan hati-hati.
Dengan santai, aku memasukkan koin untuk dua orang, lalu menyentuh opsi di layar:
[Jenis: Semua Jenis]
[Jumlah Pertanyaan: Maksimal]
[Tingkat Kesulitan: Sulit Gila]
Riri-chan membuka matanya lebar-lebar, lalu menatapku.
“Uh… Apa itu artinya ‘Kamu yakin bisa?’”
“(Riri mengangguk pelan)”
“Ya. Serahkan padaku.”
Berbeda dengan sebelumnya, kali ini aku tidak menggunakan sihir untuk curang. Yah, memang tidak perlu.
Jari-jariku bergerak tanpa ragu untuk menjawab pertanyaan, dan layar menunjukkan suara *Pin pon!* sebagai pertanda jawaban benar.
“Fiuh… Aku cukup percaya diri dengan otakku.”
Sambil berkata demikian dengan nada sok keren, Bell menyembulkan kepalanya sedikit dari ranselku dan memberi tatapan yang seolah mengatakan 'Seriusan?'. Tentu saja serius. Jangan menghinaku.
Namun, Bell bisa bertingkah seperti itu karena dia sudah sangat mengenalku. Berbeda dengan Riri-chan. Baginya, aku sepertinya berhasil menciptakan kesan sebagai ‘kakak pintar yang bisa diandalkan.’
Dia menatapku dengan mata berbinar-binar.
“H-hebat…!”
“……Uh. T-tidak, yah, ini cuma soal belajar, hehe…”
Astaga. Meski ini sesuai rencana, kenapa rasanya memalukan sekali!?
Untuk menutupi rasa maluku, aku terus menjawab setiap pertanyaan yang muncul dengan cepat. Namun, karena aku menyelesaikan semuanya sendiri, Riri-chan jadi tidak punya kesempatan untuk menjawab.
Dia hanya duduk diam tanpa melakukan apa-apa.
Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengobrol.
“Eh, ngomong-ngomong, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Utsugi Yakou.”
“…Utsugi… Yakou…”
“Ya. Nama ‘Yakou’ ditulis dengan karakter ‘cahaya malam'. Aku cukup suka nama itu. Kalau namamu… ah, tidak apa sekarang. Kalau nanti sudah terbiasa, aku akan senang kalau kamu mau memberitahuku.”
Aku tersenyum kecil, tapi tidak menoleh ke arahnya.
Aku sudah paham bahwa dia merasa lebih nyaman jika aku tidak menatap wajahnya secara langsung.
“Boleh ya, aku bicara sendiri sebentar. Kalau ada yang mengganggu, bilang saja.”
“……! (Dia mengangguk kuat berulang kali)”
Baiklah. Aku akan mencoba bicara seolah-olah sedang monolog.
Ini adalah strategi utama yang sudah kusiapkan kali ini-----Operasi Radio.
“Sekali lagi, namaku Utsugi Yakou. Aku alumni SMP Kiyofune, dan sekarang murid kelas 2-A di SMA Seiran.”
“……!?”
“Untuk klub, aku masuk ke klub sains yang anggotanya hanya ada aku sendiri. Sesekali aku menunjukkan hasil penelitian supaya bisa bolos secara legal---itu semacam markas rahasiaku. Di sana, aku suka membuat kopi dan membaca buku, yang menjadi waktu paling membahagiakan bagiku. …Lalu, yah, aku lumayan jago dalam hal belajar juga-----”
Dengan perlahan dan hati-hati, aku terus bercerita tentang diriku sendiri.
Aku memikirkannya lagi; apakah komunikasi selalu harus berupa percakapan dua arah?
Menurutku tidak selalu. Kadang, hanya mendengarkan cerita seseorang saja sudah cukup menyenangkan.
Seperti saat mendengarkan siaran radio atau menonton streaming, kan?
“-----Nah, begini. Sekarang aku bisa bercanda soal jadi ‘jenius’ dan semacamnya, tapi… waktu SMP, aku benar-benar sempat mengalami masa sulit. Karena tak cocok dengan lingkungannya, aku bahkan sempat tidak mau bersekolah.”
“……!!!”
“Di masa itu, aku sering datang ke tempat ini. Tempat ini cukup tersembunyi, dan pengawasan polisi juga longgar. …Jadi, tempat ini membawa kenangan tersendiri buatku.”
Aku tidak tahu topik apa yang biasanya disukai oleh perempuan. Karena itu, aku mencoba memikirkan hal yang paling menarik bagiku saat mendengarkan radio.
Jawabannya? Cerita pribadi si pembicara---hal-hal yang tidak bisa didengar di tempat lain.
Namun…
“……Eh, tapi… ini mulai terasa agak memalukan! Haruskah aku berhenti!?”
Sial. Rasa gugup mulai mengejarku.
Kalau dipikir-pikir secara logis, bukankah bercerita tentang diri sendiri pada hampir orang asing itu hal paling menyebalkan!?
“-----Jangan berhenti.”
Ketika aku sedang panik, Riri-chan menekan tombol jawab dengan bunyi khas, seolah-olah menegurku.
Saat aku menoleh, dia menunjukkan senyuman santai, seperti sedang bersantai di rumah.
“Berhenti di tengah-tengah itu justru yang paling buruk, tahu? Kalau pembicaranya sampai merasa malu, justru itu yang pas untuk didengarkan!”
“……O-oh. …Kamu bisa bicara seperti itu, ya…?”
“------!?!?!?!?”
*Bam!* Riri-chan langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan.
Dia mengguncang-guncangkan kepalanya kecil-kecil, lalu setelah itu sama sekali tidak membuka mulutnya lagi.
Baiklah… aku tak tahu apa yang baru saja terjadi, tapi rasanya pintu hatinya mulai terbuka sedikit!
“Kalau begitu, apa aku boleh melanjutkan ceritanya sedikit lagi?”
“……! (Dia mengangguk kuat beberapa kali)”
Aku kembali duduk tegak dan menghadap ke layar permainan.
Ruang kosong yang tadi ada di antara kami, kini sudah terisi setengahnya.
🔸◆🔸
Malam itu, aku langsung beristirahat di tempat tidur begitu sampai di rumah.
Karena melakukan banyak hal yang tidak biasa, aku merasa sangat lelah... tapi kurasa usahaku tidak sia-sia.
Aku mengeluarkan ponsel dari saku.
Lalu membuka daftar teman di alat chat yang populer di kalangan gamer, Giscord.
[Rabi] : '(stiker karakter melambaikan tangan)'
[Rabi] : 'Ini Hoshimachi Riri. Senang bertemu denganmu.'
[Rabi] : 'Karena aku lebih muda, panggil saja Riri, ya!'
Wahai seluruh umat manusia, puji aku! Aku berhasil bertukar kontak dengan Riri-chan, yang sekarang resmi kupanggil Riri!
Saat menanyakannya, aku sangat gugup, tapi aku senang sudah berusaha keras.
Senyuman Riri waktu itu... kata-kata yang ia keluarkan dengan susah payah...! Sampai sekarang aku masih bisa mengingatnya dengan jelas.
[Rabi] : '-----Uwehehe... teman... Se-senang bisa berkenalan denganmu, Yakou-shi...?'
"Fuh, fuhihi... Yakou-shi, katanya!? Hngh, aku tak bisa menahan debaran ini-----"
"Mampus!"
Tiba-tiba Bell muncul entah dari mana dan menendang rusukku seperti menendang bola sepak.
Aku meringis kesakitan dan berguling-guling di atas tempat tidur seperti ulat untuk sementara waktu.
"...K-kenapa kau selalu tiba-tiba muncul...?"
"Karena saya merasakan aura mesum. Kali ini Anda lebih menjijikkan dari biasanya."
Bisakah kau berhenti berbicara seolah aku biasanya memang menjijikkan?
"Jangan-jangan, Yakou-sama itu... lolicon?"
"T-tidak! Aku lebih suka tipe onee-san yang lebih dewasa!"
"Fakta bahwa Anda menyangkalnya dengan panik justru membuat itu semakin mencurigakan..."
Dengan logika seperti itu, apa pun akan dianggap bersalah, bukan? Apa ini pengadilan penyihir?
Meski begitu, aku sadar betul bahwa aku memang terlihat aneh. Gadis itu... entah bagaimana, dia seperti memiliki semacam daya tarik magis yang membuat orang-orang terpikat padanya...
"Lalu, Bell. Kenapa kau datang ke sini?"
Biasanya dia tidak datang malam-malam begini. Ada apa, ya?
Ketika aku menatapnya dengan khawatir, Bell menundukkan kepala dengan ekspresi muram.
"Saya masih kesulitan menyelidiki latar belakang Riri. Saya sudah mencoba berbagai cara, tapi tidak ada jejak sama sekali di internet..."
"Hmph... Begitu, ya. Aku akan mencoba memikirkan sesuatu juga."
Aku merasa bersalah kalau terus-menerus menyerahkan semua urusan pendukung padanya. Tapi... tidak ada informasi sama sekali, hmm?
Yang langsung terpikir olehku adalah, 'Mungkin dia sama sekali tidak terhubung dengan internet', 'Cara pencariannya salah', atau 'Semuanya disembunyikan dengan sempurna' dan sejenisnya......
"------Ah. Mungkin aku sudah tahu."
"Eh...?"
"Fakta bahwa tidak ada informasi yang muncul justru adalah informasi terbesar. Mungkin hari ini banyak hal yang sudah terhubung."
Aku mulai menjelaskan satu per satu kepada Bell yang tampak bingung.
"Karena kau ahli dalam net-stalking, berarti kau sangat kecanduan internet, kan?"
"Mmn, sangat."
"Coba cari dengan nama Belka Albertine, apa ada akun internetmu yang muncul?"
"Hah, bahkan sehelai rambut pun tidak ada. Literasi internet milik saya sangat sempurna!"
"Benarkan? Kalau begitu, tidak bisakah kita berpikir kalau Riri juga sama?"
Bell membuka mulutnya, mengerti.
Aku bisa paham. Terkadang kalau berpikir sendirian, kita bisa melewatkan hal-hal seperti ini.
"Mungkin Riri juga kecanduan dalam internet. Faktanya, dia hanya menggunakan Giscord yang lebih mengarah pada pengguna internet sebagai alat komunikasi, itu agak mencurigakan. Tidak ada informasi yang muncul dari hubungan di sekitarnya... mungkin dia memang tidak punya teman sama sekali, ya?"
"...Memang, kalau dilihat dari cara dia berbicara, itu mungkin saja."
"Sebaliknya, hubungan sosialnya di dunia maya mungkin bisa jadi malah lebih luas."
Setelah itu, Bell tampaknya terlalu fokus pada pencarian yang hanya mengandalkan internet.
"Kau bisa melacak posisi <Penyihir Bayangan>, kan? Itu berarti kau juga bisa melacak rumah Riri. Kalau begitu, bagaimana kalau seperti biasanya, kau masuk diam-diam menggunakan sihir? Kalau kau bisa mengintip akun yang sedang dipakai Riri, mungkin penyelidikan akan melaju pesat."
Tentu saja, itu hanya hipotesis jika dugaanku benar...
Setelah aku menyampaikan pendapat tersebut dengan santai, Bell perlahan-lahan memberi tepuk tangan.
"Hee, Cerdas. Ngomong-ngomong, Yakou-sama memang pintar, ya~"
"Sesekali kau bisa menghormati aku, tahu!?"
"Hehe. Hanya bercanda. ...Tapi jangan terlalu keren, ya. Kalau Anda jadi populer, saya bisa cemburu, loh!"
Begitu berkata, Bell tersenyum dan mendaratkan ciuman di pipiku.
"Terima kasih. Saya menyukai Anda. ...Sekarang, saya akan coba mengikuti apa yang Anda bilang."
Meninggalkan aku yang terdiam, Bell terbang pergi menggunakan sapu lewat jendela.
Dan untuk kesimpulannya, tebakanku ternyata benar.
Namun, seperti yang aku duga, aku tidak bisa menebak identitas asli Riri.
...Karena, siapa yang akan mengira, kan?
Gadis itu... ternyata adalah seorang alien.
🔸◆🔸
'-----Halo minna-shi? Kon-rabi! Bisa dengar? Malam ini juga, kami sedang mengirimkan siaran dari sisi jauh bulan. Partner malam kesepian kalian semua, Alien Usamiya, Usamiya Rabi, hadir!'
TL/N:
'Minna-shi' adalah cara unik Usamiya memanggil para penonton/subscribernya. Kata ini berasal dari minna (semua/orang-orang) yang diberi imbuhan '-shi', semacam honorifik yang memberikan kesan formal atau lucu tergantung konteksnya.
'Kon-rabi' adalah permainan kata dari konbanwa (selamat malam) yang digabungkan dengan '-rabi', merujuk pada nama dan karakteristik Usamiya.
"…………Eh…………?"
Atas keterkejutan luar biasa, aku menjatuhkan ponsel ke lantai.
Namun siaran langsung tetap tidak berhenti. Di layar kecil, tampak latar belakang yang mirip dengan markas rahasia dalam film-film sci-fi. Seorang gadis kecil dengan pakaian cyber dan tanda peace di kedua tangannya yang terletak di dekat alis, sedang tersenyum. Di kepala dengan ekor kembar, ada telinga kelinci yang tumbuh,
'Uweh-hehe. Minna-shi, apa kabar? Sepertinya di Bumi sedang dimulai liburan panjang yang disebut dengan 'golden week'-----'
Dengan cepat dan lancar, dia terus berbicara tanpa terhambat. Aku mengambil ponselku, merasa lemas, dan duduk di tempat tidur.
"Ah, cuma alien biasa yah. Aku kira tadi itu Riri..."
"Yakou-sama. Ini memang Riri."
"............Seriusan?"
"Benar. Ini bukan markas asli di sisi jauh bulan. Itu cuman CG (computer graphics) yang diproyeksikan di green screen. Pakaian alien juga hanya kostum cosplay. Telinga kelinci itu juga aksesoris. Alien 'Usamiya Rabi'... itu adalah nama aktivitas dari Hoshimachi Riri."
Dikejutkan oleh fakta yang datang terlambat, aku berdiri dan berteriak.
"Dia... seorang streamer!?"
-----Streamer. Seseorang yang menyiarkan aktivitas mereka, seperti bermain game atau berbincang, di internet untuk mendapatkan penghasilan. Ini adalah pekerjaan populer dan simbol budaya yang dikenal hampir semua orang di zaman modern.
"Alien Usamiya dari sisi jauh bulan, 'Usamiya Rabi,' adalah seorang streamer game independen. Dengan penampilannya yang sangat imut, keterampilan bermain game setingkat jenius yang tidak dapat dibayangkan dari wajahnya, serta gaya bicara otaku yang unik dan percakapan yang luwes, dia sangat populer di kalangan remaja dan orang-orang berusia dua puluhan. Nama penggemarnya adalah 'Usamiyan'. Jumlah subscriber salurannya saat ini... wow. Luar biasa, sepuluh ribu orang."
"S-sepuluh ribu!? T-tunggu sebentar!"
Ada kata-kata yang tidak bisa kuabaikan tadi.
"'Percakapan yang luwes'? Riri sama sekali tidak suka berbicara!"
"'Hoshimachi Riri' memang begitu. Tapi dia yang ini... berbeda."
Bell menggambar jendela besar, menampilkan siaran langsung.
Riri sedang memainkan game FPS super terkenal yang bahkan aku tahu. Dalam game ini, waktu bertarung lebih sedikit dibandingkan waktu menjelajahi medan untuk mengumpulkan sumber daya. Ketika bermain bersama teman, bagian ini menjadi waktu untuk bersantai dan berbincang, tapi saat bermain solo, itu berbeda. Ini adalah waktu kosong di mana tidak ada yang terjadi.
Karena itu, keterampilan berbicara streamer diuji pada saat seperti ini.
'-----Oh, ngomong-ngomong. Usamiya baru saja beli game menarik. Tapi ini bukan cuma soal isinya yang menarik, lho? Ini game langka, istilahnya 'game legendaris'. Karena ini game zaman dulu, hanya ada tiga ribu salinan yang beredar di dunia ini, dan itu dijual dengan harga puluhan juta yen di kalangan kolektor. Tapi Usamiya... berhasil membelinya! Uweh-hehe...... di versi Steam, sih. Belakangan ini, versi mobile juga dirilis melalui crowdfunding. Ini juga disebut sebagai game zaman dulu yang terlahir kembali. Buat Usamiyan yang penasaran, coba cari saja 'Garazh'!'
TL/N:
Crowdfunding adalah sebuah metode penggalangan dana yang melibatkan banyak orang (kerumunan/crowd) untuk membiayai suatu proyek, usaha, atau kegiatan. Dana dikumpulkan dari sejumlah besar individu, biasanya melalui platform online.
'-----Ngomong-ngomong soal produksi terbatas, ada cerita serupa di dunia permainan kartu. Apa kalian tahu tentang sesuatu yang disebut 'Summer Magic'? Ini adalah kartu yang sempat dicetak oleh perusahaan, tetapi karena ada masalah pada kontennya, mereka memutuskan untuk menarik kembali kartu-kartu itu sebelum dirilis. Namun... entah bagaimana, beberapa paket kartu itu bocor dari gudang. Kartu-kartu ini sekarang diperjualbelikan dengan harga fantastis-----'
"......L-luar biasa. Dia bisa terus berbicara seperti ini..."
Bicara sendiri tanpa naskah itu benar-benar sulit. Setelah pengalaman hari ini, aku jadi sangat menghargai kemampuan Riri.
"Gaya pembicaraannya cukup unik, ya."
"Iya, tapi aku merasa ini menyenangkan."
Aku tidak terlalu paham soal konten otaku. Namun, aku bisa merasakan dengan jelas bahwa, 'Anak ini sedang berbicara tentang hal-hal yang dia sukai'. Itu saja sudah cukup, dan pada akhirnya, mendengar orang yang berbicara dengan penuh semangat seperti itu adalah hal yang paling menarik.
Pasti sepuluh ribu orang lainnya juga tertarik dengan daya tarik itu, sehingga mereka datang untuk menontonnya.
Riri, tanpa diragukan lagi, adalah bintang yang bersinar terang di internet pada tengah malam.
"......Tapi, pasti tidak semuanya sesederhana itu."
Masalah apa yang sebenarnya dihadapi Riri?
Sampai aku mengetahuinya, aku tidak akan bisa menolongnya.
"Untuk sekarang, mari kita tonton saja siarannya."
"Baik, mari lakukan itu."
🔸◆🔸
'-----Baiklah, komunikasi kita untuk hari ini sampai di sini. Selanjutnya, aku akan membacakan daftar suplai!'
"……Hm? Bell, suplai maksudnya apa?"
"Mungkin maksudnya superchat. Itu yang kadang muncul di kolom chat, berupa pesan berwarna dengan jumlah uang tertentu."
"Ahh, itu ya……! Jadi, itu semacam saweran untuk performer?"
"Benar. Kadang orang rela menghabiskan puluhan ribu hanya supaya nama mereka disebut oleh streamer."
"Pu-puluhan ribu? Hanya untuk dipanggil namanya?"
Apakah ini cara berpikir kaum bangsawan minyak? Bagi siswa miskin sepertiku, ini sulit dipahami.
Namun, aku bisa mengerti keinginan untuk memberi saweran pada siaran yang menghibur.
"Boleh aku menyumbang sedikit juga? Tentu saja, uangnya aku ganti."
"Oke. Beri tahu saya jumlahnya, nama, dan isi pesannya."
"Hmm… kalau begitu, aku akan berikan lima ratus yen. Namanya bebas saja-----"
Aku menyerahkan uang dari dompetku, dan Bell menuliskan pesan untukku. Kemudian, pesan hijauku muncul di kolom chat,
'Baiklah, selanjutnya. …Terima kasih untuk suplai dari Ksatria Tanpa Nama-shi!'
Dengan suara manisnya, Riri menyebut nama aliasku.
'[Ini pertama kalinya aku menonton siaran ini. Aku merasa ini sangat menghibur. Aku suka caramu berbicara tentang hal-hal yang kamu sukai. Semangat terus, ya.] …Hehe, terima kasih. Jadi kamu penonton baru, ya? Usamiya senang sekali kalau kamu mau nonton lagi nanti. …Oh, ngomong-ngomong,'
Dengan senyum usil, Riri mendekatkan mulutnya ke mikrofon dan berbisik,
'-----Apa yang paling Usamiya sukai adalah… kalian semua, lho?'
"~~~~~Ugh!"
'Hehe, malu sekali! Baiklah, selanjutnya. Apel Merah-shi, terima kasih untuk suplainya-----'
Dengan satu kalimat dari Riri, kolom chat menjadi arus deras berwarna-warni.
Tanpa berkata apa-apa, aku berdiri.
"Mau apa?"
Bell memegangi ujung bajuku erat-erat.
"Aku mau sawer lagi! Aku masih punya uang simpanan tiga puluh ribu yen di dalam laci-----!"
Sebuah peluru sihir ditembakkan dari jarak nol dan menghantam perutku.
"…M-maaf… Aku sudah sadar sekarang…"
Bell menghela napas panjang.
"Sadar! Kita akan menggunakan ini untuk menyelidiki masalah Riri."
"Hah? Memangnya bisa?"
"Tidak yakin, tapi layak dicoba."
Bell mengetik cepat di keyboard yang seolah berada di udara, menuliskan sebuah pesan dengan cekatan.
Tak lama, sebuah pesan berwarna merah darah muncul di kolom chat.
"Hah!? Lima puluh ribu yen!?"
"Itu batas maksimal. Dengan ini, pesannya tidak akan terlewat begitu saja."
Apa yang dia lakukan ini benar-benar ekstrem. Rasanya seperti menampar orang dengan tumpukan uang.
Kalau aku yang menerima sesuatu seperti ini, mungkin aku langsung jatuh…
'-----Hoo, suplai merah!? Dan dari seorang member pula… Gadis Penyihir Bell-shi, terima kasih banyak!'
Tapi, seperti yang kuduga dari Bell, pesannya tidak aneh, melainkan tepat pada sasaran. Pesan itu menyampaikan keseriusan dengan cara yang tidak berlebihan.
Isinya seperti ini:
[Aku seorang siswi SMA seumuran dengan Usamiya. Namun, sejak naik kelas ke tingkat yang lebih tinggi dan lingkungan berubah, aku mulai memiliki kekhawatiran. Akhir-akhir ini, aku bahkan merasa iri pada orang-orang yang terlihat tidak punya beban hidup, hingga setiap hari rasanya berat untuk dijalani. Apa hanya aku yang merasa tertekan karena hal sepele seperti ini?
Usamiya yang selalu terlihat ceria saat streaming, apa kamu juga pernah punya kekhawatiran seperti itu-----?]
'-----Begitu, ya. …Terima kasih sudah mau bercerita pada Usamiya. Aku benar-benar senang sekali.'
Riri menerima kekhawatiran itu dengan ekspresi dewasa.
Jika demi para penontonnya, dia bahkan berhenti bicara cepat agar lebih mudah didengar.
'Kalau begitu… aku akan cerita juga, ya.'
Bahkan kekelaman yang dia simpan dalam hatinya, dia ceritakan tanpa menyembunyikannya.
'Pertama-tama, ini sudah pasti bukan hanya dirimu saja. Semua orang pasti punya hal yang mereka cemaskan. Lihat, para penonton lain di kolom komentar juga mengatakan hal yang sama… Usamiya juga, kok. Jadi, jangan khawatir.'
'Seperti yang minna-shi tahu, Usamiya ini alien lemah yang payah. Aku selalu saja punya banyak kekhawatiran… Sebenarnya, aku sudah pernah membicarakannya beberapa kali di siaran sebelumnya. Tapi ini pertama kalinya aku cerita ke Bell-shi, jadi aku akan ceritakan, ya?'
'-----Usamiya itu… kabur dari Bumi dan tinggal di sini. Mungkin itulah kekhawatiranku…'
'Hehehe… Karena tubuhku lemah dan aku sulit berkomunikasi. Tubuhku tidak bisa menyesuaikan diri dengan gravitasi di sana, jadi aku sama sekali tidak bisa berbicara. Aku benar-benar tidak bisa melakukan apa pun. Memalukan sekali, ya.....'
'…Padahal, alien Usamiya lainnya bisa hidup dan beradaptasi di Bumi seperti biasa…'
'Tapi aku hanya bersembunyi di markas, dan malam ini pun sibuk dengan kegiatan siaranku.'
'Hehehe. Sebenarnya, tidak apa-apa sih kalau aku tak bisa pergi ke sana. Karena saat terhubung dengan kalian semua, aku merasa sangat senang. Lagi pula... ini rahasia ya, tapi suplai yang aku terima itu sangat banyak. Aku bahkan bisa bertahan di sini selamanya kalau mau, lho?'
'…Meski begitu...'
'-----Bumi yang terlihat dari sini itu... terlalu indah. Kadang-kadang, aku merasa ingin menangis tanpa alasan…'
".....Bell."
"Hmm. …Saya akan coba memeriksa catatan kehadiran Riri."
🔸◆🔸
Setelah melanjutkan penyelidikan, hasilnya menguatkan apa yang telah disinggung oleh Riri.
-----Riri adalah seorang siswa yang berhenti hadir ke sekolah.
Sejak suatu waktu di tahun ketiga SMP, dia tak bisa lagi pergi ke sekolah. Bahkan di SMA, dia sama sekali tidak pernah menghadiri sekolah sejak hari upacara masuk. Saat siang hari, dia menghabiskan waktu setiap hari di game center itu.
Keahliannya yang luar biasa dalam bermain game, ternyata merupakan hasil dari 'kompensasi' yang ia bayarkan untuk situasinya.
Lalu, soal alasan dia tidak bersekolah... Untungnya, itu bukan karena perundungan atau semacamnya. Kalau harus disebutkan, penyebabnya adalah karena 'tidak terjadi apa-apa dengan siapa pun'.
Hal itu membuatnya merasa sesak dan akhirnya melarikan diri, sebagaimana dia pernah menyebutkan dalam sebuah arsip.
Dengan kata lain, masalah utama yang dihadapi Riri bukanlah soal tidak bersekolah itu sendiri. Masalah sebenarnya adalah rasa cemas yang luar biasa dalam hal berkomunikasi.
Bersekolah atau tidak, itu masalah lain. Yang perlu dilakukan adalah membantunya mengatasi masalah ini, karena itu adalah tujuanku.
Namun terus terang saja... aku merasa menyelesaikan ini tidak akan terlalu sulit.
Kenapa? Karena aku sudah tahu bahwa Riri memiliki potensi yang luar biasa.
Bayangkan saja, berbicara di depan seluruh kelas saja sudah cukup membuat orang merasa gugup, kan? Tapi jumlah orang yang menonton itu paling-paling cuma empat puluhan.
Sedangkan Riri? Dia biasa berbicara dengan sangat menarik di hadapan ribuan orang yang menonton secara bersamaan.
Jika dipikirkan secara sederhana, mengatasi ini bukanlah hal yang mustahil. Dengan latihan, 'Hoshimachi Riri' pasti mampu mengeluarkan kemampuan dari 'Usamiya Rabi'.
Tapi, masalahnya bukanlah di situ.
Yang membuat pusing bukanlah jawabannya, tapi proses bagaimana mencapai jawaban itu-----
"......Yakou-shi......?"
Aku tersadar oleh tarikan kecil di ujung lengan bajuku.
Riri, dengan wajah cemas, sedang menatapku.
"Ma-maaf. Ada apa?"
Riri menunjuk ke depan.
Tanpa kusadari, antrean telah bergerak maju, menyisakan jarak besar antara aku dan orang di depanku.
"…Ah. Maaf."
Aku buru-buru maju ke depan. Namun, jarak antrian menuju meja pemesanan masih jauh, sepertinya butuh waktu cukup lama.
"Siapa sangka, bahkan di McDonald's pun seramai ini… Ma-maaf ya? Aku kurang persiapan."
Mengajak seorang gadis makan bersama tapi malah berakhir berantakan begini membuatku gugup dan merasa sangat bersalah.
Kalau aku laki-laki yang sudah terbiasa dengan situasi seperti ini, mungkin aku bisa lebih tenang... Tapi laki-laki seperti itu mungkin tidak akan mengajak makan siang di tempat ini. Laki-laki seperti itu pasti sudah memesan restoran yang lebih eksklusif. Begitu, kan?
Ahh... Kenapa aku ini begitu tak kompeten dan tak bisa diandalkan sebagai seorang senior…
Saat aku sedang terpuruk, lengan bajuku kembali ditarik. Aku menoleh,
"…Ha-hamburger, ini pertama kalinya, jadi… menyenangkan… kok…"
Berkata pelan, Riri tersenyum malu-malu.
Dia bicara! Dan dia terlihat sangat manis!
"Be-begitu ya. …Oh, ngomong-ngomong, tak perlu terlalu formal."
"…!? Ma-masih… belum… terbiasa…"
"Ka-kalau begitu, pelan-pelan saja, sampai terbiasa, oke?"
"…Terima kasih…"
Aduh. Rasanya percakapan kami benar-benar kaku!
Tapi setidaknya sekarang kami sudah berbicara, ini pasti sebuah kemajuan, kan?
"Ngomong-ngomong, jarang sekali ya kalau ini pertama kalinya makan hamburger. Kamu tidak pernah datang ke sini bersama teman-teman?"
"………(Riri menunduk dengan ekspresi suram)"
"Hah!? Ti-tidak! Bukan itu maksudku!"
Sial, sulit sekali... Hal kecil saja bisa jadi ranjau seperti ini.
Yang barusan tadi memang salahku. Tapi kalau orang yang tidak tahu, mungkin akan mengajukan pertanyaan seperti itu tanpa berpikir.
Apa setiap kali hal seperti ini terjadi, Riri selalu jadi seperti itu?
"…Umn, Riri…"
-----Kamu benar-benar baik-baik saja dengan dirimu yang sekarang? Kamu sendiri merasa ini salah, kan? Iya, kan? Aku tahu. Karena aku menonton siaranmu. Tenang saja, aku mengerti semuanya. Serahkan padaku, dan ayo berusaha bersama agar jadi lebih kuat!
"…Ah, tidak. Lupakan."
Tentu saja aku tidak bisa mengatakan itu...
Kalau dia tahu aku menonton siaran karakternya, aku bakal mati karena malu. Lagipula, pasti dia bakal bertanya kenapa aku tahu semuanya.
Pada akhirnya, aku kembali lagi ke masalah ini.
Aku tahu jawaban atas masalahnya, tapi aku tak bisa memberitahukannya pada Riri. Karena itu adalah jawaban curang yang kudapat dari 'Usamiya Rabi'.
Lalu, bagaimana caranya agar aku bisa membuat 'Hoshimachi Riri' menemukan jawabannya sendiri...?
"-----Selanjutnya, pelanggan berikutnya, silakan ke sini!"
Saat aku sedang larut dalam pikiranku, giliran kami akhirnya tiba.
"Terima kasih telah menunggu. Apa yang ingin Anda pesan?"
"Eh, hmm... Baiklah. Makan di tempat, satu set Burger Teriyaki. Minumnya kopi panas, tanpa gula dan susu."
Aku segera menyelesaikan pesananku dengan cepat.
Hal seperti ini sudah seperti bernapas saja, tidak perlu dipikirkan.
Namun, bagi Riri, ini hal yang berbeda.
"Baik, kami catat. Selanjutnya, bagaimana dengan pesanan teman Anda?"
"----------"
Tubuh Riri tiba-tiba kaku.
Hanya karena bertatap mata dengan pelayan, dia langsung membeku seperti dipandang oleh Gorgon atau semacamnya.
"…Maaf, Anda ingin memesan apa?"
"…Ah, euh...! U-uhm... uh...!"
Ini gawat. Dia mulai panik. Aku dengan lembut mengusap punggungnya.
"Tenang saja, tidak apa-apa. Silahkan pilih perlahan."
"…U-um…"
"Bagus. Mau makan apa? Kalau sulit menyampaikan, tunjukkan saja di menu-----"
Aku berusaha sebaik mungkin untuk bersikap lembut padanya. Tapi pada akhirnya, hanya aku yang melakukannya. Dunia tidak akan memihak Riri.
"-----Oi! Lama! Sampai kapan kau mau pilih-pilih!?"
Seorang preman bertampang garang di belakang kami, yang tampaknya sudah kehilangan kesabaran, tiba-tiba berteriak marah.
Mendengar itu, Riri menciut sepenuhnya.
Dia bukan hanya tidak bisa mengatakan apa-apa, bahkan matanya pun terpejam, tubuhnya gemetar, dan dia menggenggam lenganku dengan erat.
"…Maaf, pesanan kami dibatalkan saja, ya."
Aku membungkuk sedikit kepada pelayan sambil melindungi Riri, lalu membawanya keluar dari restoran.
🔸◆🔸
Keluar dari restoran, aku membawa Riri ke sebuah taman besar yang berada dalam radius sepuluh menit berjalan kaki dari game center.
"Ini, maaf membuatmu menunggu. Ini enak, lho?"
Aku menyodorkan sandwich dashimaki yang masih panas kepada Riri, yang sedang menunduk lesu di bangku taman.
Dengan lemah dia menerimanya. Aku juga duduk di sebelahnya dan mengeluarkan sandwich yang sama dari kantongku.
"Kafe di taman ini punya hidangan khas, tahu. Rasanya luar biasa. Meski cuma sandwich, harganya sampai sembilan ratus yen."
"…!? Sembilan ratus…!?"
"Iya. Mengejutkan, bukan? Tapi, meskipun mahal, rasanya memang istimewa."
Aku menggigit satu suap lalu menyipitkan mata, seolah sedang menatap jauh.
"…Dulu, setiap aku merasa benar-benar tidak bisa mengatasi sesuatu, aku selalu datang untuk makan ini."
Taman Kiyofune ini terletak di dataran yang sedikit lebih tinggi.
Dari bangku ini, aku bisa melihat gedung sekolah SMP Kiyofune tempat aku pernah bersekolah, bersama dengan pemandangan indah di sekitarnya.
Ketika aku menoleh ke samping, Riri terlihat menggigit sandwich dengan hati-hati.
"……!"
Seketika wajahnya menjadi cerah, seperti lampu yang menyala, memperlihatkan senyuman yang indah.
…Syukurlah. Dia menyukainya.
Namun, air mata mulai mengalir perlahan dari mata Riri. Dia mulai menangis, seolah-olah ketegangan yang selama ini menahannya tiba-tiba runtuh.
"Aku tahu. Kamu pasti takut sekali…"
Sial, dasar berandalan tak berguna itu.
Kalau saja Bell ada di sini, aku pasti sudah memintanya menghancurkan mereka jadi abu, tapi justru hari ini dia tidak bersamaku.
Merasa frustrasi, aku terus mengusap air mata Riri.
"…Bukan itu…"
Namun Riri menghentikan tanganku dengan menggenggamnya.
"Aku merasa… kesal."
"…Riri."
"Hal sederhana seperti ini saja… aku tidak bisa melakukannya… aku merasa sangat kesal…"
Kedua tangannya terkepal erat, memperlihatkan tekad untuk melawan.
"…Aku tidak mau seperti ini…!"
"…Benar, ya. Kalau begitu, kenapa tidak mencoba lebih keras?"
Aku duduk di hadapan Riri dan menatap matanya.
"Kalau mau berubah, kamu pasti bisa berubah."
"…Yakou-shi…"
"Tapi, hanya sekadar ingin berubah tidak akan membuat seseorang berubah. Kamu juga menyadarinya, kan?"
Riri mengangguk kuat.
"Aku tahu rasanya seperti itu."
"…Begitu, ya. Kamu hebat."
Mampu mengakui kelemahan diri sendiri. Pada titik itu saja, Riri sudah menunjukkan kekuatannya.
Gadis ini, aku yakin dia pasti bisa melakukannya.
"Lulusan SMP Kiyofune, sekarang siswa kelas 1-C SMA Seiran, Hoshimachi Riri-san. Aku punya satu usulan."
"……!? K-Kenapa kamu tahu…!?"
"Tidak ada yang tidak kuketahui. Aku ini jenius, kan?"
Sambil bercanda, aku menyesuaikan kacamataku.
"Itulah sebabnya, aku juga tahu cara untuk membantu seorang junior mengatasi kesulitan berbicaranya."
"……!"
"Riri, bagaimana kalau kita gunakan seluruh sisa liburan ini untuk berlatih keras?"
Tujuan akhirnya adalah agar dia bisa berbicara dengan bebas dan kembali bersekolah seperti biasa.
Tentu saja, aku akan mendampinginya untuk setiap langkah dalam rencana ini… tapi,
"Aku hanya akan mendampingi. Semua yang harus dilakukan, itu tugasmu sendiri, Riri."
"……! A-Aku… mengerti…"
"Jujur saja, ini akan berat. Menghadapi sesuatu yang kamu tidak kuasai pasti sangat sulit. Sama seperti masuk ke bimbel tidak selalu menjamin kamu akan diterima di sekolah yang diinginkan, mengikuti apa yang kukatakan juga tidak akan menyelesaikan masalahmu secara ajaib. Aku tidak akan bertanggung jawab atas hasilnya. Jadi....."
Aku mengulurkan tangan ke arah Riri.
"Kamu mau melakukannya atau tidak, aku ingin kamu memutuskan sendiri dan bertanggung jawab atas pilihanmu."
Aku sadar bahwa cara bicaraku ini mungkin terasa menekan bagi Riri yang pemalu, bahkan bisa dibilang sedikit kejam.
Namun, tak peduli siapa <Heroine> yang ada di depanku, aku tidak ingin berbohong tentang hal ini.
Riri merenung lama.
Namun, pada akhirnya…
"Aku akan mencobanya! Kumohon bantu aku…!"
Tangan kecil yang gemetar itu akhirnya menggenggam erat tanganku.
🔸◆🔸
"Jadi, itu saja untuk laporan hari ini. Riri melakukan yang terbaik."
“Hmm... emosional sekali.”
Membenamkan wajahnya di bantalku dan mengendus-endusnya, Bell menjawab asal.
Aku merasa sedih karena belakangan ini aku mulai terbiasa dengan kelakuan anehnya yang sudah seperti cara dia bernapas sehari-hari.
"Jadi, soal masalah ini, aku harus melaporkan satu kesalahan yang kubuat....."
"Kesalahan?"
"Itu... setelah berjabat tangan dengan Riri..."
Aku menutupi wajahku, tak tahan untuk menceritakannya.
"Ka-Karena terlalu terharu... aku tanpa sadar mengelus-elus kepala Riri!"
'-----Bagus sekali, Riri! Kamu hebat, ya!'
'-----A-ah, uu...!? (wajah memerah)'
"Aku pasti dituntut atas pelecehan seksual...!"
Saat ingatan itu terlintas kembali, aku menggaruk-garuk seluruh tubuhku.
Sial, ini menjijikkan. Aura seperti pria perjaka yang hanya tahu referensi dari subkultur benar-benar membuatku sakit. Tapi tidak! Ini berbeda! Riri terlalu menggemaskan sehingga tubuhku bergerak sendiri...!
"…Lolicon akut."
"B-bukan begitu! Aku bukan lolicon! Riri itu istimewa!"
"Jadi Anda Riricon, begitu? Ini yang mau Anda konsultasikan?"
Tolong jangan lihat aku dengan pandangan seperti sedang melihat barang menjijikkan! Meskipun aku memang menjijikkan sih.....
"Itu, eh... bisa kita gunakan siaran seperti waktu itu untuk memastikan apa dia merasa terganggu atau tidak? Kalau Riri membenciku, semuanya akan sia-sia..."
"Soal itu..."
Bell merebut ponselku.
"Mulai hari ini, Yakou-sama dilarang menonton siarannya. Soal membuat dia jatuh cinta atau semacamnya, lupakan semuanya dulu."
"Eh!? Kenapa!?"
"Karena Anda pasti bertingkah aneh serta mencurigakan."
Mencurigakan... ah, benar juga.
"Kalau apa yang dia bicarakan di siaran langsung langsung tercermin dalam tindakanku, dia pasti sadar kalau aku terus mengintainya."
"Benar. Selain itu, setelah aku cek arsipnya, Riri ternyata membicarakan cukup banyak tentang Yakou-sama di hari pertama kali kalian bertemu. Bahkan di pembacaan donasi yang ditinggalkan kemarin, dia sempat menyebut Anda di akhir."
"Serius? Dia bilang apa?"
"Tentu saja Anda penasaran. Dengan sifat ceroboh dan pecundangnya Yakou-sama, tidak mungkin Anda bisa mengabaikannya."
"Jangan bilang aku pecundang!"
Yah, aku mengakuinya sih... Tapi memang benar, kalau aku terus menonton siarannya, aku jadi harus membagi informasi tentang apa yang 'Riri bicarakan' dan 'apa yang Rabi tahu'.
Mungkin aku bisa melakukannya, tapi itu tidak bakal jadi hubungan yang setara.
"Oke, aku paham. Aku akan bertarung tanpa kecurangan!"
"Bagus. ...Kalau begitu, saya pamit dulu."
"Tunggu."
Aku memanggil Bell yang tengah memegang jendela untuk pergi.
"Hari ini, saat tidak ikut bersamaku, apa yang kau lakukan?"
"Bekerja."
"Pura-pura jadi berandalan?"
"...Padahal saya sudah menyamar, Anda bisa tahu?"
"Kau baru saja mengakuinya."
Seperti yang kuduga. Bagaimanapun, waktu munculnya terlalu pas.
Aku menundukkan kepala dalam-dalam pada Bell yang selalu mendukungku.
"Maaf sudah membuatmu melakukan pekerjaan kotor, dan terima kasih. Aku benar-benar terbantu."
"Fufu~ Sama-sama."
Dengan wajah senang, dia memelukku sebentar sebelum terbang pulang dengan sapunya.
...Baiklah. Aku juga harus berusaha.
Langkah pertama, hapus aplikasi situs video dari ponselku.
Saat aku mengeluarkan ponsel yang baru dikembalikan Bell, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Riri.
"A-ada apa? ...Halo, Riri?"
'-----Ah, Y-yakou-shi! Ma-maaf mengganggu malam-malam. Umm, besok... k-kita berkumpul jam berapa, ya...?'
Oh, ternyata dia sudah bisa bicara cukup lancar lewat telepon...!
Tapi, semuanya baru dimulai dari sini. Aku menjelaskan kepada Riri tentang jadwal latihan dan waktu berkumpul untuk besok.
"-----Begitulah, sampai ketemu besok. Jangan begadang, ya? Tidurlah yang cukup."
'I-iya. ...Yakou-shi, umnn...'
Suara lembut bagai gula kapas menyentuh telingaku.
'Terima kasih. Aku akan berusaha, jadi tolong terus dukung aku, ya...!'
"................"
'Ehehe, sampai jumpa. ...Selamat malam.'
Setelah sambungannya terputus, aku menghela napas panjang.
"Kalau sudah begini... JADI LOLICON PUN AKU TAK PEDULI!"
Tunggu aku, Riri. Aku pasti membantumu bersinar di dunia nyata juga...!
🔸◆🔸
Pelatihan 2/5: Untuk komunikasi sederhana, coba berbelanja di minimarket
"-----Total belanjanya jadi 870 yen. Mau dipanaskan?"
"......!? Ya-Yako-shii......"
"Jangan manja. Melihat wajahku tidak akan menyelesaikan apapun."
"(Menatapku dengan mata basah seperti anak anjing)"
"......Tolong panaskan untuknya."
"Baik, akan kami hangatkan~"
"......! Yakou-shii......!"
"Hanya kali ini saja. Lain kali kamu harus melakukannya sendiri, oke?"
"......! Lain kali aku pilih makanan yang tidak perlu dihangatkan......!"
"Itu malah melenceng dari tujuan aslinya!"
Pelatihan 2/5: Untuk komunikasi yang lebih sulit, coba makan di kedai ramen
"-----Meja nomor dua! Mau tambah bawang putih?"
"Tambahkan sayur dan bumbu pedas, tapi tanpa bawang putih. Oh, dan tolong tambahkan jahe merah spesial edisi terbatas restoran ini, Manajer-shi."
"Oke---!"
"Kenapa di minimarket kesulitan, tapi di kedai ramen jirou-style langsung terlihat seperti ahli dari awal!?"
"Karena otaku itu lihai berkomunikasi melalui meme. Selain itu... aku sering ke sini..."
"Sering ke sini?! Kenapa tidak bilang dari awal? Ini jadi bukan seperti latihan buatmu!"
"(Melarikan diri untuk mengambil air)"
"Dia ini... Lain kali akan kubuat lebih sulit...!"
Pelatihan 3/5: Melalui pemberian petunjuk jalan, coba berbicara dengan orang yang tidak dikenal
"-----Maaf, nona di sana. Bisa beri tahu jalan menuju toko buku Yomachi?"
"U...! Ah, itu, nenek... P-punya smartphone... tidak? Saya akan atur peta ke tujuannya..."
"Begitulah. Nenek ini terlihat seperti penyihir..."
"Heh heh. Maaf, nenek tidak bawa smartphone. Bisa beri petunjuk lisan secara detail?"
"(Dengan mata berkaca-kaca, Riri meraih lenganku) (Menggelengkan kepala dengan cepat) (Bell memang sedikit berlebihan, tapi...)"
"Jangan manja. Tidak akan ada peta yang muncul di wajahku."
"U, u...! Aku akan berusaha...!"
Pelatihan 4/5: Untuk terbiasa dengan lingkungan ramai, coba pergi ke Shibuya
"-----Yakou-shiii……! (Terseret ke dalam arus manusia di persimpangan Scramble)"
"Ri, Riri-----! Di sini! Ke sini!"
"……! (Berusaha keras untuk memegang lenganku)"
"Maaf, aku kehilanganmu karena banyaknya orang. …Bagaimana? Mau istirahat sebentar?"
".........Aku, aku… masih ingin mencoba… bertahan…"
"Oh…! Hebat! Semangatmu bagus! Kalau begitu, hati-hati jangan sampai tersesat-----"
"(Melihat tangan kosongku dengan tatapan intens, seolah ingin menembusnya dengan tatapannya)"
"……U-um, kalau Riri tidak keberatan, bagaimana kalau kita bergandengan tangan supaya tidak terpisah…?"
"……! (Mengangguk dengan sangat antusias)"
"Baiklah. Maaf, tapi bertahanlah sebentar. Pelatihannya tinggal sedikit lagi!"
Pelatihan 5/5: Membuat kenalan atau teman terlebih dahulu agar lebih mudah pergi ke sekolah
"Hei, Riri-chan! Aku Kurusu Minato, teman akrabnya Yakou-chan. Salam kenal, ya~"
"(Tubuhnya menegang) (Extrovert itu menakutkan...!) (Dia memandangku dengan tatapan seperti itu, tapi…)"
"(Aku menyilangkan tangan dan memejamkan mata, pura-pura tidak peduli)"
"…! Na…namaku… Hoshimachi Riri… Aku anak kelas satu!」
"(Bagus…! Hebat sekali, kamu sudah berusaha keras!)"
"Aku sedang berlatih agar bisa pergi ke sekolah. Kalau kamu mau jadi temanku, aku akan sangat senang!"
"Oh, sudah pasti! Eh, kita sudah jadi teman, kan?"
"...! Uh... umm…! Ehehe......"
Riri tersenyum dari lubuk hatinya.
Hanya dengan itu saja, sudah membuatku hampir menangis bahagia.
Riri benar-benar berusaha keras. Berkat usahanya, dia tumbuh dengan luar biasa. Semua ini sesuai dengan rencana.
Tapi… kalau ada satu hal yang di luar dugaan, itu adalah pertumbuhan Riri yang terlalu pesat.
Serius, aku benar-benar terkejut. Dalam beberapa hari ini, dia hampir menjadi orang yang berbeda.
🔸◆🔸
"-----Yakou-shi, aku sudah bawa pulang makanannya. Kamu mau set teriyaki burger, kan?"
"Ah, ya. Terima kasih. …Ngomong-ngomong, aku lupa kasih tahu minumannya, ya?"
"Hmm, kopi panas tanpa gula dan susu, kan? Apa aku salah?"
"…Tidak. Benar sekali. Terima kasih."
"Ehehe, sama-sama, Yakou-shi!"
Dengan bangga menunjukkan kantong berisi burger yang dulu tidak bisa dipesan, Riri tertawa senang.
"…Yakou-shi? Kenapa? Terlalu silau?"
"Hmn…? Sedikit, matahari sore ini rasanya menyentuh hati…"
Duduk di bangku Taman Kiyofune, aku meneteskan air mata.
Hari itu, saat itu, dari tempat ini… Benar-benar, sampai sejauh ini…!
Seperti seorang ayah yang menyaksikan pernikahan anak perempuannya, Riri mengusap pipiku dengan sapu tangan.
"Kamu baik-baik saja…?"
"Ah, iya. Terima kasih, aku baik-baik saja. Sudah cukup."
"……………(Tidak dilepas-lepas)"
"Ri… Riri?"
Apa ini masa pemberontakan? Atau ada sesuatu…
Bukankah jaraknya... terlalu dekat, ya?
Hei, hei, itu tak boleh! Mendekatkan wajah seperti itu ke laki-laki... Ah, tidak. Bukankah wajahnya terlihat secantik boneka!?
Jantungku tiba-tiba berdegup kencang, aku meluncur ke ujung bangku untuk menghindar.
Riri mengikuti dengan cara yang sama, bergeser ke arahku.
"…Kenapa kabur?"
"…………!? (menggelengkan kepala kuat-kuat)"
"…Kalau kamu tidak bilang, aku tidak akan tahu, kan?"
Kamu bisa bilang itu, serius?
Ketika aku terdiam kebingungan, Riri menundukkan kepalanya ke arahku.
"Ada apa?"
"…Aku berhasil beli hamburger… kan?"
"Ah, iya. Benar-benar hebat! Aku sangat terharu!"
Riri menatapku dengan mata yang sedikit mendongak ke atas.
"Tidak ada... hadiah, ya…?"
-----Tunggu… Apa ini… dia ingin minta sesuatu?
Takut terlihat seperti pria yang salah paham, aku dengan ragu-ragu mengulurkan tangan.
Riri sama sekali tidak menghindar. Sebaliknya, dia perlahan mendekatkan kepalanya.
Aku menelan ludah dan dengan hati-hati mengelus kepalanya.
Rambutnya yang lembut terasa seperti sutra yang meluncur di jari-jariku.
"…Ha, ah… Yakou-shi…"
Riri menghela napas dengan suara yang terdengar seperti penuh kehangatan, seolah dia baru saja dimanja.
"-----Ah! Baiklah, ayo makan! Sebelum makanannya jadi dingin!"
Aku buru-buru menarik tanganku.
Berbahaya. Barusan aku hampir terseret suasana. Jantungku berdetak kencang, dan rasanya ini benar-benar seperti pelanggaran hukum!
Dalam pikiran, aku mencoba memadamkan pikiran buruk dengan membayangkan wajah ibu dan adikku.
"Ngomong-ngomong, Yakou-shi. Besok kita kumpul jam berapa lagi?"
Ah, benar juga. Aku harus bicara soal itu.
"Tidak, untuk besok kamu tidur saja. Tidak ada jadwal apa-apa di siang hari."
"Eh…? Kenapa?"
"Kenapa…? Kamu belum sadar, ya?"
Dia pasti terlalu terbawa suasana sampai tidak menyadarinya. Aku menunjukkan kalender di ponselku.
6 Mei---Sabtu.
"Latihan kita sudah selesai. Liburan panjang cuma sampai besok."
"----------!?"
Tiba-tiba, Riri berdiri.
Minuman yang diletakkan di sampingnya tersenggol kakinya tumpah ke tanah.
"Whoa! Riri, kamu tak ap-----"
"-----Tidak!"
Itu teriakan yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Setelah itu, Riri membuka mulutnya seperti ikan yang kehabisan oksigen, seolah dunia tiba-tiba kehilangan udaranya.
"…Ma… Masih… Aku… tidak…"
…Begitu ya. Dia pasti merasa cemas dan tidak yakin.
"Tidak apa-apa, Riri."
Ini bukan sekadar kata-kata penghibur. Aku sungguh-sungguh percaya pada usaha dan kemampuan Riri.
"Kamu sudah melakukan semua yang diperlukan dan memiliki kekuatan lebih dari cukup. Kamu boleh percaya pada dirimu sendiri."
"…T-tapi… Kalau sendirian, aku…"
"Tidak seperti itu. Riri, kamu sudah menyelesaikan semuanya sendirian selama ini."
Dengan ini, semuanya harusnya sudah selesai. Persis seperti yang kuinginkan sejak awal.
"Sekarang, meski aku tidak ada di sisimu, kamu bisa melakukannya sendiri."
"………………………………"
"Begini saja, besok kita akan mengadakan perayaan sekaligus latihan terakhir. Kita akan masuk ke sekolah di malam hari untuk memeriksa ruang kelas. Semua izin sudah beres. Tapi Riri, untuk berjaga-jaga, kamu juga perlu bicara dengan orang tuamu-----"
…Namun.
Pada latihan terakhir itu, Riri tidak datang.
🔸◆🔸
Larut malam, aku terdampar di depan gerbang SMA Seiran.
Tidak ada respon atas pesan dan panggilanku. Aku khawatir, berpikir kalau-kalau dia mengalami masalah. Namun, menurut Bell yang ada di sebelahku,
"Tenang saja. Dia cuma mengurung diri di rumah. Bahkan dia masih melakukan siaran."
Aku merasa lega, tapi sekaligus juga terluka. Karena itu berarti...
"..Riri... Menghindariku...?"
Perutku terasa seperti ditusuk pisau es, rasanya begitu perih.
Apa... aku ingin mati... Tapi tunggu, ini sungguh tak masuk akal!?
"Di mana salahku!? Apa karena aku mengelus kepalanya waktu itu? Atau mungkin karena hal lain!?"
"...Anda tak kepikiran kalau Riri takut dan melarikan diri, misalnya?"
"Tidak mungkin."
Aku yakin sepenuhnya tentang hal itu.
"Riri yang sekarang tidak akan mungkin takut hanya karena pergi ke sekolah. Latihan-latihan sebelumnya jauh lebih berat daripada itu."
"Benar. Faktanya, Riri sudah tidak peduli lagi soal masalah sekolahnya."
"...Apa?"
Bell tersenyum kecil pada ekspresi bodohku.
"Yakou-sama, Anda salah soal masalahnya. Masalah seperti antisosial atau sekolah itu sudah selesai."
"Eh... Kalau begitu, apa masalahnya sekarang?"
"Perasaan wanita."
Aku menarik napas dalam-dalam. Saat menatap ke langit malam, bintang-bintang terlihat begitu indah.
"...A-apa aku boleh minta jawabannya...?"
"Jenius? (tertawa)."
"Diam! Kalau aku bisa menyelesaikannya sendiri, aku takkan jadi perjaka tua!"
"Benar juga," Bell mengangkat bahu sambil menggambar jendela besar.
Apa yang ditampilkannya adalah halaman utama saluran Riri, yang sudah lama tidak kulihat. Namun...
Aku tidak percaya pada apa yang kulihat.
"APA!? Jumlah subscriber... satu juta!?"
"Dan itu bukan kesalahan tampilan. Aku juga tidak ikut campur, lho."
"Tidak mungkin! Apa ini bisa terjadi!? Jumlahnya sepuluh kali lipat dibanding seminggu yang lalu!"
Apa sebenarnya yang terjadi di sisi Riri saat aku tidak melihatnya?
"Sebenarnya, Riri sedang viral."
"Vi… viral? Dengan konten pembicaraan yang niche seperti itu?"
"Bukan. Topik pembicaraan yang membuatnya viral semuanya tentang cerita cinta."
Seperti sedang mengungkapkan kejutan besar, Bell tertawa kecil.
"-----Riri itu, diam-diam menyukai Anda, Yakou-sama."
🔸◆🔸
30/4【 KPEX 】Setelah Mencapai Solo Master, Kehidupan yang Santai【 Rank 】
"-----Ah, ngomong-ngomong, Minna-shi. Ada yang masih ingat? Tentang Kacamata-shi dari game center itu."
"Kalian tahu, hari ini... aku bertemu dengannya lagi. Bahkan, kami main game bersama!"
"Dia benar-benar hebat di semua game...! Rasanya sangat, sangat menyenangkan."
"Dan lagi, tahu tidak? Aku ini tidak bisa banyak bicara, tapi dia sama sekali tak mempermasalahkannya. Sebaliknya, dia banyak bercerita tentang dirinya sendiri, lho. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata dia berasal dari daerah yang sama denganku!"
"Iya, betul. Dia seorang senior. ...Untuk pertama kalinya, aku punya teman seorang senior...!"
"Hehehe... senang sekali. Aku benar-benar bahagia..."
"Kira-kira, apa dia mau main lagi denganku nanti ya...?"
1/5 【Pengumuman】Pesan Penting dari Usamiya Rabi【 Bukan Hiatus 】
"-----Minna-shi... Hari ini, aku punya sesuatu yang harus kusampaikan."
"Aku tahu, biasanya ini bukanlah sesuatu untuk dibicarakan, sudah jadi semacam kesepakatan tak tertulis. Tapi karena aku sudah memutuskan untuk selalu jujur sama kalian semua, aku ingin mengatakannya dengan penuh keberanian."
"Sebenarnya... aku... aku jatuh cinta pada Kacamata-shi..."
"Uuu... Maafkan aku, semuanya! Maafkan aku karena jadi alien yang mudah luluh!"
"Tapi, tapi, aku tak bisa apa-apa! Hal seperti itu... hal seperti itu... a-aku... aku...! Siapa yang tidak akan jatuh cinta!? Itu curang, curang, curang sekali...!"
2/5【 Rencana Pendaratan di Bumi 】Jiro Inspira VS Alien VS Darkrai【 Laporan Latihan 】
"-----M-minna-shi, ini gawat!"
"Aku... aku tadi siang terlalu semangat, jadi aku habiskan satu porsi besar sampai tandas..."
"B-bagaimana ini? Pasti aku dianggap tukang makan rakus dan gendut...! Aku tak mauuu! Aku ingin terlihat imut di depan Kacamata-shi!"
"Bagaimana cara memperbaikinya? Semuanya, tolong gunakan kebijaksanaan internet untuk menyelamatkan Usamiya!"
3/5【 Rencana Pendaratan di Bumi 】Membantu Orang yang Tersesat dalam Hidup【 Laporan Latihan】
"-----Dan kalian tahu? Kacamata-shi tadi berkali-kali ditanya arah jalan oleh orang asing? Dia menjawabnya lancar pakai bahasa Inggris dan Mandarin...!"
"Benar-benar keren... Orang-orang yang bertanya pasti bisa merasakan bahwa dia orang baik yang bisa diandalkan. Makanya banyak yang meminta bantuannya."
"…Karena itulah, dia pasti populer, kan..."
"…Apa mungkin... dia punya pacar ya...?"
"…Aku tak mau kalau begitu... Aku tak bisa..."
"Aku jadi makin serakah... dan makin cemburu..."
"Uhehehe. Aku tidak bisa tunjukkan sisi ini ke siapa pun... Ini rahasia antara aku dan Minna-shi saja, oke?"
4/5 【 Rencana Pendaratan di Bumi 】Persimpangan Scramble, Berputar-putar【 Laporan Latihan 】
"-----Aku berhasil, minna-shi! Rencana kalian untuk berpura-pura tersesat supaya bisa menggandeng tangannya... sukses besar!"
"Tapi, belakangan aku berpikir... Kalau dia bisa menggandeng tanganku begitu saja, apa aku tak pernah dianggap sebagai seorang perempuan...?"
"…Sepertinya, semua itu tak berguna! Aku tidak mau tahu kenyataan seperti ini-----!"
5/5【 Rencana Pendaratan di Bumi 】Aku Punya Banyak Teman Baru【 Laporan Latihan 】
"-----Hari ini, dia memperkenalkanku banyak teman baru. Semuanya orang-orang baik, membuat hatiku rasanya hangat dan bahagia..."
"Katanya, teman adalah cerminan diri seseorang, dan itu memang benar. Bahkan Pria Ramah-shi itu juga keren dan orang yang luar biasa."
"Tapi-----bagiku, yang nomor satu tetaplah Kacamata-shi. Hal itu tidak akan berubah!"
"…………Aku benar-benar menyukai orang itu."
"Usamiya merasa sangat-san
gat bahagia. ...Rasanya hidup ini begitu berarti."
"-----Aku berharap, waktu seperti ini akan terus berlanjut, selamanya..."
🔸◆🔸
Dalam situs video, ada yang disebut dengan potongan klip.
Karena menonton seluruh siaran panjang terlalu sulit, tujuan dari video pendek ini adalah untuk menikmati hanya bagian-bagian menariknya. Sebagai pintu masuk menuju siaran, ini sangat efektif, dan aku juga menontonnya pertama kali melalui video seperti ini.
Seorang gadis otaku alien yang jatuh cinta untuk pertama kalinya, berusaha keras untuk mengatasi ketidakhadirannya di sekolah dan mewujudkan cinta-----
Kisah menyentuh hati seperti itu berlangsung secara langsung, ditambah semua orang sedang bosan di hari libur panjang.
"Semua syarat untuk menjadi viral sudah terpenuhi. Ini adalah pertama kalinya saya ikut serta dalam 'pesta' internet, dan saya sangat bersemangat."
"...K-kenapa kau tak bilang padaku kalau sudah begini keadaannya...?"
"Saya sudah bilang dari awal."
Bell menggambar sebuah jendela di udara, menjadikannya seperti cermin. Apa yang terlihat di sana adalah wajahku yang memerah seakan mau meledak.
"Yakou-sama, kalau sudah sadar pasti jadi begini kan?"
"I-itu... ka-karena... kau sebegitu perhatian padaku...!"
Aku merasa senang sekaligus malu, hingga hampir kehilangan kendali atas diriku sendiri. Dia terlalu imut.
Namun, sebenarnya kenapa bisa begini?
Padahal kali ini, aku sama sekali tidak merasa telah melakukan apa pun untuk membuatnya jatuh cinta padaku.
"Perasaan wanita itu rumit dan penuh misteri."
"Benarkah? Saat berada dalam kesulitan, bukankah wajar untuk menyukai seseorang yang berusaha keras untuk menolongmu? Menurutku, itu tidak ada hubungannya dengan laki-laki atau perempuan."
"Mm... memang, kalau dipikir-pikir, itu benar."
Mungkin bagi Riri, aku terlihat seperti seorang pangeran berkuda putih.
Padahal kenyataannya, aku hanyalah orang biasa yang seperti ini.
"Bell, bisa kau putar ulang… siaran terakhir hari ini?"
"Ya. Titik mulanya ada di sini."
Layar berganti.
Riri yang terlihat di sana memiliki mata merah bengkak karena menangis, memeluk lututnya sambil duduk.
"----Maafkan aku, minna-shi... Aku sudah... tak sanggup lagi…"
"…Setelah aku mendarat di Bumi…"
"…Dan mulai bersekolah…"
"Aku yakin tidak akan bisa lagi bertemu dengan Kacamata-shi. Alasan untuk terus bersama dengannya akan hilang."
"…Jika itu terjadi, dia pasti akan melupakan seseorang sepertiku. Aku hanya punya dia, tapi dia pasti punya banyak orang lain selain diriku…"
"…Aku tidak bisa pergi menemuinya. Dia seorang senior, kan? Dan aku… aku, cuman…"
"…Kalian tahu, kan? Aku tidak bisa melakukan apa pun sendirian…"
"-----Minna-shi, maaf. Karena aku tidak bisa berubah, karena aku tetap seperti ini… aku sangat menyesal."
Dengan telinga kelinci yang terkulai, Riri terus menangis tersedu-sedu.
Siaran itu terasa seperti pemakaman. Ini mungkin adalah siaran terburuk sepanjang sejarah Usamiya Rabi.
Namun, Riri tidak menyadarinya.
“Bagaimana dengan jumlah penonton bersamaan (live viewers) di siaran ini?”
“Yang tertinggi dalam sejarah. Terus meningkat, grafiknya selalu naik. Jumlah komentar juga yang terbanyak sejauh ini.”
...Ya, tentu saja.
Melihat dirinya dalam keadaan seperti ini, tidak mungkin 'minna-shi (semua penggemar)' bisa membiarkannya begitu saja.
“...Tidak bisa melakukan apa pun sendirian, ya.”
Bodoh sekali. Itu tak benar. Kamu itu sebenarnya seseorang yang luar biasa.
Namun, aku sangat mengerti perasaan itu.
Ketika merasa kekuatanmu sendiri tidak terhubung dengan dunia. Tidak peduli seberapa hebat orang lain berkata tentangmu, kau ingin berteriak, 'Apa gunanya semua ini?'
Ketika kau terus-menerus tidak bisa berubah, itu membuatmu merasa begitu menyedihkan-----aku mengerti perasaan itu lebih dari siapa pun.
“Bell, mari mulai rencana terakhir.”
“Dimengerti.”
Justru karena aku mengerti, aku ingin menunjukkan sesuatu padanya.
Karena aku adalah seniornya.
Dan karena aku adalah orang yang paling dekat dengannya, perwakilan dari para 'minna-shi'.
🔸◆🔸
"-----Bell. Persiapan di sini sudah selesai."
Sambil memanggil, aku memastikan terakhir kalinya jendela yang ditinggalkan Bell di udara.
Di dalam layar, terlihat atap sekolah Seiran dengan latar belakang observatorium kebanggaan sekolah kami.
"Tes suara, dimulai. … Semua, siap~?"
Dengan kedua tangan membentuk simbol peace, seorang pria berkacamata yang mengenakan kostum cosplay tertawa. Sebagai tambahan, dia bahkan memakai bando telinga kelinci.
Apa-apaan? Gambar menyeramkan apa ini?
'Bagus, Yakou-sama. Sempurna. Ini mengingatkan saya pada masa muda ketika saya tanpa sengaja membuka situs berbahaya.'
"Kau memang masih muda, kan? ...Aah, masa kelam ini akan segera bocor..."
Tapi kesan pertama adalah segalanya. Tidak ada pilihan selain melakukannya.
Sambil mengambil napas dalam-dalam, aku melihat ke pojok kanan bawah jendela, di mana ada potongan layar memperlihatkan Riri yang sedang menangis dalam wujud 'Usamiya Rabi' dan kamarnya-----yang disebut sebagai pangkalan bulan.
'-----Maaf menunggu, Yakou-sama. Dalam waktu sepuluh detik lagi, rudal akan mendarat di rumah Riri!'
"Dimengerti. Kuserahkan bagian itu padamu. …Dan aku, mulai sekarang..."
Aku mengirim URL siaran ke Riri, lalu memperbaiki bando telinga kelinci di kepalaku dengan rapat.
"Aku akan menjadi legenda internet!"
[Yakou] : https://www.yourtube.com/@RabiUsamiya
[Yakou] :【 Rencana Pendaratan di Bumi 】Kacamata-shi, hari ini akan menyelamatkan semua orang!【 Bab Terakhir 】
"-----Fuahahaha! Minna-shi~? Kon-rabi! Bisa dengar aku? Malam ini, kami sedang mengirimkan mimpi buruk langsung dari Jepang di Bumi. Aku, Utsugi Yakou, manusia Bumi yang menjadi partner pengganti untuk malam sepi kalian!"
Sabotase siaran di saluran Riri-----NOW ON AIR.
Kolom komentar langsung menjadi ramai akan pertanyaan. Dan Riri, yang terlihat di potongan layar,
'Ehh----------!?'
jatuh dari kursinya.
Sebagai streamer, reaksinya memang luar biasa. Sepertinya Bell telah berhasil memancingnya dengan baik ke dalam siaran ini.
'S-s-siaran!? Aku harus menghentikan siaran ini! … Eh? Kenapa!? Bagaimana bisa!? Kenapa begini!?'
Heh, heh, heh... Tidak mungkin kau bisa login. Semua perangkat telah dikunci oleh Bell!
"Baiklah, semuanya. Dengarkan aku dengan tenang dulu."
'Tidak mungkin! Aku tak bisa memahami apa yang terjadi!'
Mengabaikan keributan Riri sepenuhnya, aku langsung masuk ke inti pembicaraan.
"-----Begitulah. Aku adalah Kacamata-shi yang dimaksud. Pasangan cintanya… Usamiya Rabi!"
'…Eh… Tunggu. Maksudmu itu…'
"Iya. Aku baru saja menonton semua isi siaranmu dalam potongan klip."
'Tidaaaaaaak-----!? Bunuh sajalah aku-----!?'
Riri memukul-mukulkan kepalanya ke meja sambil meronta. Dengan hati sekeras baja, aku mengabaikan ini juga.
"Maaf, tapi aku harus melewatkan penjelasan rinci tentang bagaimana aku muncul di sini. Yang lebih penting sekarang tentang keadaan darurat ini."
'K-Keadaan darurat…?'
"Usamiya Rabi-----gadis itu sedang terpuruk. Untuk membantunya, aku membutuhkan bantuan dari semua Usamiyan di sini."
Aku menjentikkan jariku,
"Tentu saja, aku tidak meminta kalian melakukannya secara gratis. Aku juga akan mempertaruhkan nyawaku untuknya."
Di bawah layar siaran, sebuah nomor 11 digit muncul.
'070… Tunggu, ini… ini, jangan-jangan…?'
"Itu nomor ponselku!"
'Dimana literasi digitalmu-----!?'
"Setelah semua ini selesai, aku tak keberatan jika kalian menjadikanku bahan olok-olokan di internet."
Tapi, sambil mengangkat ponselku ke arah kamera, aku melanjutkan,
"Jika kalian menelepon nomor ini, suara kalian akan masuk ke siaran… dan pasti akan sampai kepadanya!"
'…..!'
"Tolonglah, semuanya. Sedikit saja keberanian yang pernah kalian dapatkan darinya, kembalikan kepadanya. Dengan apa yang telah dia selamatkan sebelumnya, sekarang saatnya kalian yang menyelamatkannya!"
Meski berteriak, aku tidak merasa cemas.
Aku yakin itu akan sampai. Dan begitulah yang terjadi.
Dari ponsel yang kuangkat, panggilan-panggilan penuh keberanian mulai bergema.
Dan setelah itu, panggilan tidak pernah berhenti sedetik pun.
'-----U-um… Rabi-chan, aku sangat menyukaimu. Semangat, ya…!'
'-----Aku… sebelumnya menganggur, tapi setelah menonton Rabi-san, aku melamar kerja paruh waktu.'
'-----Maaf, jujur saja aku menelepon karena iseng.'
'-----Aku menonton bersama pacarku☆ Rabi-chan, priamu pasti akan mendorongmu lebih jauh lagi kan? Semangat!'
'-----Melihat Rabi-chan membuatku tidak bisa kalah, jadi aku membatalkan rencana berhenti kerja!'
'-----Komentarku pernah dibaca olehmu. Aku gagal ujian masuk, tapi aku terus belajar keras sambil mendengarkanmu!'
'-----Rabi-chan-----! Aku suka kamu-----! Menikahlah denganku daripada dia-----!'
"…Nah. Bagaimana, Usamiya Rabi?"
Aku merasa bangga dan menegakkan dadaku.
"Masih mau bilang kalau kamu bukan orang hebat?"
'……'
Riri, dengan wajah yang basah oleh air mata, menggelengkan kepalanya dari balik layar.
Jadi aku mengangguk dan menanyakan sesuatu yang jawabannya sudah jelas.
"Masih takut dengan dunia ini?"
'…Ugh, tidak…!'
Riri menghapus air matanya.
Wajahnya, yang kini bebas dari keraguan, tersenyum dengan keindahan seperti bulan yang bersinar terang.
'Aku ingin segera ke sana!'
"Kalau begitu, cepatlah datang. Aku akan memelukmu erat-erat!!"
'…Umu! Yakou-shi, kembalikan siarannya padaku!'
Aku mengangguk, dan memberi isyarat kepada Bell untuk membuka kunci.
Nah, dengan ini acara pembuka telah selesai. Akhirnya, sang bintang utama tampil.
'-----Minna-shi~? Ini salam kedua dari Konrabi! Bisa dengar aku?!'
Dengan senyum cerah yang menandakan kebangkitan sepenuhnya, Usamiya Rabi berhasil memukau semua orang di kolom komentar, yang langsung meledakkan antusiasme.
Dengan ini, peranku sudah selesai.
Saat aku melepas kostum yang ketat itu dan mengamati siaran dengan lega, sebuah kejutan bahagia diumumkan.
'Malam ini-----aku sedang dalam perjalanan dari sisi gelap bulan! Aku, Usamiya Rabi, akan mendarat di bumi sekarang. Dan aku akan menyiarkan semuanya, jadi aku ingin kalian semua menyaksikan momen itu sampai akhir!'
Tak disangka, Riri keluar dari kamarnya sambil merekam dirinya menggunakan kamera ponsel.
Dan dengan tetap mengenakan kostum Usamiya Rabi, dia langsung berlari keluar rumah.
'Minna-shi, kereta terakhir sudah tidak ada. Tolong pikirkan cara agar aku bisa sampai ke tujuan!'
"……Riri."
Siaran ini mungkin tidak akan menghasilkan momen dramatis.
Karena kenyataannya, Riri bukanlah alien. Dia tidak memiliki keajaiban atau kekuatan ajaib apa pun.
Karena itu-----dia hanya bisa bergerak dengan usahanya sendiri, sebagai manusia biasa.
"R-riri…"
Melihat siaran yang sederhana ini, air mataku terus mengalir tanpa henti.
'-----U-um, permisi. Bolehkah saya memesan taksi?'
Riri memesan taksi sendiri.
'Belok di lampu merah ketiga itu-----'
Dia memberi tahu arah jalan kepada sopir yang tampaknya kurang paham.
'Permisi, saya orang yang sudah membuat janji. Bagaimana cara menuju ke atapnya…!?'
Dengan penuh keberanian, dia meminta izin kepada penjaga keamanan yang terlihat galak.
Dia melintasi gerbang sekolah sendirian, berlari ke dalam gedung sekolah di malam hari dengan napas tersengal-sengal.
'Yakou-shi-----!'
"Riri-----!"
Suaranya terdengar dari dalam gedung sekolah, sedangkan suaraku juga terdengar dari layar siaran.
Dia melompati dua anak tangga sekaligus di tangga terakhir, tiga, dua, satu-----
Saat dia membuka pintu yang memancarkan cahaya dengan keras,
"-----Yakou-shi… aku mencintaimu-----!"
Riri melompat ke arahku. Aku memeluknya erat-erat.
Dengan ini, pendaratan berhasil-----
Malam yang dihiasi bulan nan indah itu menjadi malam yang paling pantas untuk menyambut kedatangannya.
🔸◆🔸
"......Hmn. Usamiyan... Modifikasi persepsi pendengar sudah selesai. Selanjutnya, tolong konfirmasi dampaknya di sana. Ini kan penanganan level IV ke atas. ...Hm. ...Eh, datang? Tidak akan."
<Penyihir Bayangan> yang menempel pada Riri berhasil diusir tanpa masalah.
Setelah menyelesaikan penanganan pasca-insiden, Bell tampak sedang menelepon seseorang, sesuatu yang jarang ia lakukan. Beberapa saat bertukar kata dengan ekspresi tidak senang, ia mengakhiri panggilan dan menghela napas.
"Ada masalah apa?"
"Hm.... Mereka marah karena saya menembakkan laser dari bulan untuk menghancurkan <Penyihir Bayangan>."
Bukankah itu memang harus benar-benar kau renungkan?
Aku bahkan heran bagaimana atap ini bisa tetap utuh sekarang. Jangan pasang wajah masam begitu. Seratus persen, salahnya ada padamu.
Yah... Tapi rasanya sangat memuaskan. Sayang sekali tidak bisa menunjukkannya pada Riri.
Aku mengelus kepala Riri yang sedang kupeluk.
Dia terlihat sangat lega, tidur nyenyak dengan ekspresi damai.
"Kalau begitu, Yakou-sama. Sudah waktunya penanganan pasca-insiden."
"Ah... Aku mengerti."
Jujur saja, momen ini selalu terasa sepi.
Namun-----Karena ini bukan hanya tentang kesepian, aku bisa melepas <Heroine> dengan senyuman.
"Aku penasaran, seperti apa kehidupan sekolah yang akan dijalani Riri nanti."
"Saya tidak tahu. Tapi dia pasti akan populer di dunia nyata juga."
“Tidak diragukan lagi,” jawabku sambil tertawa, lalu mengusap kepala dengan sentuhan sehalus sutra itu untuk terakhir kalinya.
“Setelah ini, aku hanya akan menjadi salah satu penggemar Usamiyan yang diam-diam mengawasi bintang bersinar. Jangan lupa menekan tombol like setiap hari.”
“...Anda tidak berniat untuk terlibat lagi di masa depan?”
“Tidak. Riri benar-benar akan lulus sepenuhnya dariku.”
"Begitu," Bell menyipitkan matanya.
“...Kalau memang benar begitu, saya juga bisa merasa lega…”
“Hah? Apa maksudmu?”
“Tidak usah pedulikan. Cepat lakukan ritualnya.”
Aku sedikit memerah dan mengusap bibirku.
…Baiklah, biar aku lakukan ini. Maafkan aku, para penggemar Usamiyan. Aku juga sudah berusaha keras.
Aku akan membawa rahasia ini sampai ke liang kubur, jadi izinkan aku melakukan ini untuk terakhir kalinya, oke?
"-----Selamat malam, <Putri>. Mimpi yang indah."
Diakhiri ciuman lembut sebagai penutup, liburan panjang ini akhirnya selesai di sini.
Besok, kehidupan sekolah akan dimulai lagi-----
★★★
'-----Ah, ah. …Apa minna-shi mendengarku? Apa suaraku bisa terdengar?'
'Kalau begitu... Minna-shi~? Kon-rabi! Apa kalian mendengarku? Malam ini, aku sedang mengirimkan kesendirian dari Jepang di bumi. Aku, Usamiya-seijin, akan menjadi pasangan malam yang kesepian untuk, Minna-shi!'
'Wah, benar-benar sudah lama ya. Usamiya sudah sangat merindukan kalian. Minna-shi juga pasti merindukanku, kan? Oh begitu. [Sebenarnya tidak terlalu]… Hmm? Kau dibanned. Jangan datang lagi!'
'Ehhehe. Nah, cukup dengan candaannya, sekarang mari masuk ke laporan kondisi terbaru.'
'Maaf sudah lama tidak memberi kabar. Sebenarnya, karena aku pergi ke sekolah, aku jadi tak bisa begadang sampai larut malam... Ya, memang begitu. Usamiya pergi ke sekolah setiap hari. Bahkan, juga mendapatkan teman! Hebat, kan? Sangat hebat, kan? Usamiya sendiri sangat terkejut dengan pencapaian ini!'
'Walaupun, karena kurangnya stamina, setiap kali pelajaran selesai, aku merasa sangat lelah, dan berbicara dengan orang yang tidak aku kenal masih membuatku tegang, serta aku tertinggal jauh dalam pelajaran. Masih banyak masalah yang harus dihadapi oleh Usamiya disini.'
'Tapi---aku sangat puas atas segalanya!'
'Ehhehe. Minna-shi. Setiap hari, Usamiya sangat senang sekarang!'
'Ada banyak hal lagi yang ingin aku laporkan, tapi... aku ingin membicarakannya nanti.'
'Sejujurnya, malam ini aku tidak bisa membicarakan itu. Ada keadaan darurat.'
'-----Sebenarnya, aku, di sekolah... menemukan 'dia'!'
'Aku tak bisa melewatkan kesempatan ini. Segera, kita harus mengadakan rapat strategi. Minna-shi, pinjamkan kebijaksanaan kalian!'
Kemudian, keesokan harinya setelah siaran. Suatu sore hari---
Hoshimachi Riri berjalan di dalam gedung sekolah yang diterangi cahaya matahari senja, memegang selembar kertas. Tujuannya adalah ke ujung paling dalam dari gedung terpisah yang terasa seperti dungeon tersembunyi-----ruang kelas kedua untuk klub sains.
"Ti-tiba. Di sini, kan...?"
Saat berdiri di depan pintu, jantungnya berdebar keras. Sejujurnya, dia ingin melarikan diri. Dia merasa dirinya yang sangat lemah tidak pantas untuk menantang seorang bos seperti itu.
Namun-----dia tidak akan lari.
"…Yang menakutkan hanyalah sebelum melompat…!"
Kepercayaan diri yang diberikan oleh banyak Usamiyan selalu mendorongnya dari belakang.
*Tok-tok.*
"…Silakan masuk?"
Suara lembut itu entah bagaimana membuat Riri merasa kesemutan. Ketegangan segera hilang, dan Riri melompat masuk dengan penuh semangat.
"-----!? Ri...Riri...apa, apa yang kamu lakukan di sini…?"
-----Ah, dia. Orang yang pada hari itu, saat mata kami bertemu di game center, suara lonceng terdengar. Orang yang terkenal sebagai jenius luar biasa-----Utsugi Yakou.
Pada malam itu, Yakou-shi, yang melihat dirinya, terkejut seolah-olah melihat hantu.
"Ah, itu...! Ap-apa kamu... ingat aku...?"
Dia mencoba mengingatnya. Setelah beberapa saat berpikir dengan matanya tertutup, dia mengangkat kacamatanya.
"Tidak. Aku tidak tahu apa-apa tentangmu."
"………!"
"Tapi, aku tahu tentang seseorang yang bukan dirimu."
Riri mengangkat wajahnya yang semula tertunduk.
Dia membuat tanda peace dengan kedua tangannya di dekat alisnya, lalu tersenyum nakal.
"Kon-rabi. Streamer, Usami Rabi-san. Aku langsung mengenalimu."
"----------!? (Suara tak bisa keluar karena rasa kaget tak terduga) (Kenapa ketahuan) (Tidak mungkin...!?)"
Pada saat itu, semua rencana yang telah disusun bersama Minna-shi di kepala Riri langsung hilang begitu saja.
…Meskipun hilang begitu saja, sebenarnya, kenapa bisa begitu?
"…Ehhehe. Ketahuan..."
Perasaan bahwa inilah yang seharusnya membuat dadanya terasa hangat.
"Jadi, apa yang membuat seorang streamer terkenal seperti Usamiya Rabi-san datang ke sini? Mungkinkah kita pernah bertemu di suatu tempat?"
-----Ah, benar. Orang ini tidak mengingatnya. Bahwa mata mereka pernah bertemu.
Dan juga, apa yang dia laporkan kepada Minna-shi selama siaran, pasti orang ini tidak tahu apa-apa.
Hari itu, saat mata mereka bertemu, entah kenapa, Riri merasa sangat ingin berbicara, tapi karena dirinya yang sangat pemalu, dia akhirnya tidak bisa menyapa dan melewatkan kesempatan itu.
Itu sangat mengecewakan, dia menyesal, dan bahkan rela melakukan perubahan besar dalam dirinya selama liburan panjang untuk bersekolah kembali...
Tapi orang ini pasti tidak tahu apapun akan hal itu.
"-----Tidak. Kita memang belum pernah bertemu!"
Jadi, semuanya akan tetap tersimpan di dalam dirinya sendiri.
Meskipun dia seorang streamer yang sering mengungkapkan segalanya, mungkin ada kalanya lebih keren untuk tidak berbicara.
Dari sini, semuanya dimulai. 'Permainan Baru yang Kuat' dari Hoshimachi Riri.
"Untuk mencegah identitasku terbongkar, aku ingin kamu memanggilku Riri."
"……Baiklah. Jadi, Riri, apa yang sebenarnya ingin kamu bicarakan denganku?"
"……Eh, ini, tolong terimalah."
Dia menyerahkan formulir pendaftaran klub sains yang sudah diisi, dan dia terlihat terkejut.
"Kami... kami hanyalah klub sains yang ala kadarnya, kami tidak melakukan aktivitas yang serius, dan anggotanya juga hanya berisikan aku seorang."
"Justru karena itu."
-----Karena aku menginginkanmu.
Namun, rasanya masih terlalu awal bagi Riri untuk mengatakannya. Meski begitu, meskipun wajahnya semerah tomat, dia sudah cukup berani untuk menatap matanya.
"Aku ingin kamu mengajarkan pelajaran kepadaku, Senpai. Aku baru saja kembali ke sekolah, jadi aku tak bisa belajar baik sebelumnya…"
"Ah…"
"Tak perlu setiap hari, tapi sesekali, aku ingin kamu membantuku belajar!"
Riri mengepalkan tinjunya dengan sangat serius. Melihatnya seperti itu, dia tersenyum nakal.
"Menyeramkan juga ya. Kalau aku bilang aku tidak mau, apa yang akan kamu lakukan?"
"Aku akan membocorkan nama dan nomor telepon Senpai di siaranku!"
"Haahh!?"
"Karena itu, alangkah baik berteman baik dengan Alien Usamiya, demi kebaikanmu…"
Semacam sindiran ringan. Namun, hanya dengan itu, dia entah kenapa menutupi bagian atas matanya di balik kacamatanya.
"Ke...kenapa…?"
"…Tidak, hanya saja, matahari sore mengenai mataku. Baiklah, aku setuju. Aku akan menerimamu masuk klub ini."
"Benarkah!?"
"Tapi ada syaratnya," katanya dengan senyum yang sangat lembut.
"Di klub sains, tidak boleh pakai bahasa formal. Aku juga ingin kamu berhenti memanggilku 'senpai'. Itu terasa sangat janggal."
"……Mengerti! Kalau begitu, Yakou-shi!"
"Baiklah. …Kalau begitu, mari berhenti di sini untuk hari ini dan pergi mengadakan acara sambutan untuk anggota baru."
"Acara sambutan…!? Apa yang akan kita lakukan?"
Begitulah dia, tanpa bersikap sok, mengatakan itu.
"Berhenti dan bermain di game center sepuasnya, lalu bagaimana kalau kita pergi makan hamburger?"
"……Luar biasa!"
Tanpa ada hal-hal yang luar biasa, kehidupan yang biasa saja, dan justru karena itu, menjadi hari-hari yang istimewa.
Malam ini, semuanya akan dilaporkan dengan senyuman lewat siaran.
Minna-shi, kon-rabi. Dengar kan?
Malam ini, kebahagiaan kecil akan dikirimkan dari Jepang di Bumi----Usamiya sekarang, tidak lagi sendirian.
Post a Comment