NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Saiaku no Avalon Volume 1 Chapter 2

Penerjemah: Chesky Aseka

Proffreader: Chesky Aseka


Chapter 2: Souta Narumi


Aku membiarkan permainan memilihkan karakter secara acak untukku, dan hasilnya adalah Piggy.  

Beberapa detik yang lalu, aku masih bersemangat membayangkan kehidupan baruku di dunia DEC—kesempatan bertemu gadis-gadis cantik dan menjadi seseorang yang keren. Namun, harapan itu kini hancur berkeping-keping dan tertiup angin.  

Di cermin, aku melihat seorang anak SMA berambut acak-acakan dengan punggung membungkuk. Tubuhnya sangat gemuk, beratnya pasti lebih dari seratus kilogram, dan lemaknya hampir menghapus batas antara kepala dan leher. Napasnya terengah-engah, keringat mengucur deras dari tubuhnya, padahal suhu di ruangan ini cukup sejuk.  

“Ini... benar-benar aku?”

Sosok di cermin menatapku dengan ekspresi terkejut yang sama, gerakannya meniru setiap gerakanku dengan sempurna. Otakku seakan berhenti bekerja. Aku ingin sekali berpura-pura bahwa semua ini tidak nyata.  

Dulu, aku selalu menjaga berat badanku di dunia asliku, jadi kehabisan napas hanya karena menaiki tangga adalah pengalaman baru bagiku. Aku mulai membuat ekspresi konyol dan mencoba berbagai pose, berharap bisa menangkap sosok di cermin basah kuyup itu saat lengah—tapi tentu saja, semua ini nyata.  

“Oh,” rintihku, jatuh berlutut sambil memegangi kepalaku. Saat aku melakukannya, perutku menekan siku-sikuku. “Kenapa aku nggak buat karakter sendiri saja tadi?”

Aku mengira “karakter acak” berarti karakter baru dengan statistik dan penampilan yang dipilih secara acak, bukan sistem yang memilihkan karakter yang sudah ada. Dari semua karakter keren di Kelas E, keberuntungan jelekku justru menjadikanku Piggy.  

Yang kuingat, Piggy adalah karakter antagonis dalam salah satu alur romansa heroine. Dia selalu melakukan trik mesum pada gadis itu. Saat protagonis mulai dekat dengannya, Piggy berusaha membuat hidupnya sengsara. Kisah itu berakhir bahagia setelah protagonis berhasil mengusir Piggy dari sekolah, lalu ia dan heroine itu menjadi pasangan.  

Meskipun Piggy adalah karakter jahat, dia bukanlah rival sejati bagi protagonis. Dia hanyalah karakter latar belakang yang terlalu lemah untuk menjadi ancaman nyata atau meninggalkan kesan mendalam. Aku bahkan tidak bisa mengingat nama aslinya. Dalam permainan, dia hanya dikenal sebagai Piggy.  

“Oh iya, kalau nggak salah, Piggy dan heroine itu—Kaoru Hayase—tumbuh bersama sejak kecil. Aku juga ingat mereka bertunangan.” 

Aku mengingat kembali Kaoru Hayase. Dia memiliki tubuh ramping, bulu mata panjang, dan mata berbentuk almond. Rambut biru muda panjangnya terurai hingga ke pinggang dan diikat menjadi kepang di punggungnya. Ia selalu berpakaian dalam gaya tradisional Jepang. Dia ahli kendo, seni bela diri Jepang yang menggunakan pedang bambu, dan bahkan pernah menjuarai kejuaraan nasional tingkat SMP. Selain itu, prestasi akademiknya sempurna. Kecantikan, kecerdasan, dan kekuatan—dia punya semuanya.

Dia jujur, berprinsip, dan memperlakukan semua orang dengan adil. Semua orang, kecuali Piggy.

Dalam alur ceritanya, Kaoru Hayase menjadi sekutu kuat protagonis dan akhirnya menjadi kekasihnya. Bagi Piggy, menyaksikan seorang pria tampan datang dan merebut tunangannya pasti sangat menyakitkan. Aku bisa memahami perasaannya—sampai di titik di mana dia mulai melakukan pelecehan sebagai bentuk balas dendam.  

Masalahnya, hubungan antara Piggy dan Kaoru sudah memburuk sejak mereka masuk sekolah ini. Aku tidak tahu seberapa mirip situasi di dunia ini dengan yang ada di dalam permainan, tapi kemungkinan besar aku sudah berada di posisi yang tidak menguntungkan. Aku memutuskan untuk menjaga jarak darinya agar tidak memperburuk keadaan.  

Tapi, semakin aku memikirkan Kaoru, semakin aku merasa gelisah. Apakah kepalaku masih menyimpan ingatan dan perasaan asli Piggy? Aku merasa seperti ada sesuatu di sudut pikiranku, seolah aku bisa mengingatnya jika berusaha lebih keras. Namun, aku tidak bisa menggapainya, dan itu membuatku frustrasi. Aku menghela napas panjang, lalu menyerah sebelum kepalaku meledak karena stres dan kembali ke kelas.  

Masih terengah-engah, aku memasuki kelas. Begitu aku masuk, aku langsung merasakan tatapan tajam yang menusuk ke arahku. Tatapan Kaoru, tapi aku pura-pura tidak menyadarinya.  

Sepertinya dia sudah membenciku sejak awal, pikirku. Tanpa akses ke ingatan Piggy, aku tak tahu pasti apa yang menyebabkan hubungan kami memburuk atau bagaimana cara memperbaikinya. Aku hanya bisa berharap waktu akan membantuku.  

Setelah menarik napas dalam-dalam, aku mulai mencari tempat dudukku. Di sekolah ini, tempat duduk diurutkan dari depan ke belakang berdasarkan nilai akademik. Dan tempat dudukku berada di bagian paling belakang—kursi untuk siswa dengan nilai terendah di angkatan ini.

Hmm, pikirku. Ujian masuk di sini seperti apa ya?

SMA Petualang menggunakan sistem peningkatan, di mana siswa dari tingkat SMP mereka bisa masuk ke kelas A, B, C, atau D. Pemerintah memilih mereka berdasarkan bakat eksplorasi dungeon.  

Namun, Kelas E dikhususkan untuk siswa eksternal. Rasio penerimaannya sangat ketat—hanya satu dari seratus pendaftar yang diterima. Itu berarti setiap siswa di sini pasti luar biasa. Jika Piggy bisa masuk, artinya dia berhasil melewati seleksi ketat itu. Mungkin dia punya keterampilan khusus? Meskipun memiliki nilai akademik terendah di angkatan ini terdengar buruk, faktanya aku sudah berhasil diterima di sini. Itu cukup memberiku harapan.  

Beberapa siswa mulai mengobrol, mungkin mereka sudah saling mengenal sebelumnya, tetapi suasana di ruangan tetap tegang. Semua orang terlihat sedikit gugup.  

Aww, lihat itu, dalam benakku. Protagonis dan semua heroine masih begitu polos dan pemalu. 

Seorang pria muda memasuki ruangan. Aku berhenti mengamati teman sekelasku dan mengalihkan perhatian kepadanya. Dia mengenakan setelan jas dan terlihat berusia dua puluhan.  

“Semua duduk di tempat masing-masing,” katanya. “Orientasi akan segera dimulai. Aku akan memperkenalkan diri dan menjelaskan sedikit tentang sekolah ini. Setelah itu, kita akan membahas sistem penilaian dan pilihan karier setelah lulus.”

Guru itu memperkenalkan dirinya sebagai Hajime Murai, lulusan Universitas Petualang. Itu berarti dia kemungkinan juga alumni sekolah ini dan pernah lulus dengan nilai tinggi. Murai akan menjadi wali kelas kami selama tahun pertama. Namun, penampilannya lebih mirip seorang tentara daripada seorang guru. Tubuhnya ramping, tetapi setiap gerakannya menunjukkan bahwa dia adalah seseorang yang sangat terlatih.  

Setelah memperkenalkan diri, dia mulai menuliskan poin-poin penting di papan tulis dan menjelaskan bagaimana sistem sekolah ini bekerja.

“Prestasi akademik yang kuat di sekolah ini akan menjadikanmu kandidat prioritas untuk Universitas Petualang,” jelasnya, “dan kalian juga akan mendapatkan perlakuan istimewa jika menjadi seorang petualang. Klan-klan terkemuka dan perusahaan swasta sering merekrut siswa kami. Kesempatan pascakelulusan yang lebih populer biasanya lebih dulu diberikan kepada siswa dengan nilai terbaik.” 

Tujuan Universitas Petualang adalah mempersiapkan siswa untuk bergabung dengan unit tempur yang berspesialisasi dalam operasi di dalam dungeon atau untuk diterima sebagai pejabat di Kementerian Dungeon. Tampaknya, universitas ini berfungsi seperti Akademi Pertahanan Nasional dan Sekolah Meteorologi di Jepang. Menurut Murai, sebagian besar siswa memilih untuk melanjutkan ke Universitas Petualang dan mengikuti jalur ini. 

Mendaftar di sekolah ini juga memberikan berbagai keuntungan, mirip dengan bagaimana pegawai negeri mendapatkan fasilitas tertentu. Pertama, siswa dapat menggunakan fasilitas dungeon di Guild Petualang dengan setengah harga atau, dalam beberapa kasus, gratis tanpa biaya. Ini serupa dengan potongan harga yang diberikan kepada mahasiswa universitas negeri di Jepang. Namun, dalam hal ini, siswa harus mengajukan permohonan pengurangan biaya terlebih dahulu sebelum bisa memanfaatkannya. 

Selain itu, siswa akan memulai dengan peringkat petualang sembilan—dari total sepuluh peringkat, di mana sepuluh adalah yang terendah dan satu yang tertinggi. Mereka bisa langsung masuk ke dungeon hanya dengan mengisi beberapa formulir dasar. Orang biasa harus melewati lebih banyak prosedur, termasuk pemeriksaan latar belakang, ujian tertulis, serta pelatihan di dalam dan di luar lokasi. Bahkan setelah melalui semua tahapan administratif itu, mereka hanya bisa memulai dari peringkat sepuluh. 

Kenaikan peringkat ini cukup signifikan karena Guild Petualang menetapkan persyaratan peringkat minimum untuk setiap misi, dan pemerintah memberikan insentif bagi petualang yang telah mencapai peringkat tertentu. Tidak ada kerugian dalam menaikkan peringkat, jadi Murai menyarankan agar kami mengingat hal ini dan segera menyelesaikan misi serta ujian kenaikan peringkat. 

Selain itu, sekolah ini membuka berbagai jalur karier setelah lulus. 

Dungeon menjadi pusat perhatian karena industri di sekitarnya berkembang pesat dengan banyaknya investasi dalam penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, sektor energi bergantung pada bahan mentah yang diekstraksi dari dungeon, seperti permata sihir yang menjadi sumber daya utama bagi pembangkit listrik di dunia ini. Generator yang menggunakan permata sihir sebagai bahan bakar lebih murah untuk dioperasikan dibandingkan dengan generator berbahan bakar fosil, serta tidak menghasilkan emisi karbon dioksida. Bahkan ada versi yang terkemas, sehingga penggunaannya menjadi sangat luas. 

Selain itu, bahan mentah yang diperoleh dari dungeon telah mendorong inovasi teknologi besar-besaran. Industri persenjataan dan industri siber, di antara sektor lainnya, memperoleh manfaat luar biasa dari komoditas ini. Produk-produk baru yang mereka ciptakan menghasilkan kekayaan dalam jumlah besar, yang kemudian memicu persaingan sengit di seluruh dunia ketika negara-negara berlomba untuk berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan lebih lanjut. 

Karena alasan ini, lembaga-lembaga publik dan swasta sangat ingin menarik para penjelajah dungeon yang terampil. Para pencari bakat mereka berkeliaran di lingkungan SMA Petualang demi merekrut talenta potensial. 

Tentu saja, siswa juga memiliki pilihan untuk mendaftar ke universitas biasa. Anak-anak di SMA Petualang biasanya mendapatkan skor beberapa standar deviasi di atas rata-rata nasional. Universitas tempat para lulusan tahun lalu melanjutkan pendidikan mereka mencakup banyak institusi paling bergengsi di negeri ini. 

Murai kemudian menjelaskan sistem penilaian, “Sebagian besar nilai kalian akan didasarkan pada dua hal: studi akademik dan penjelajahan dungeon. Performa kalian dalam pertandingan dan acara yang diadakan di sekolah juga akan memengaruhi nilai, tetapi detailnya akan aku jelaskan lain kali.” 

Kemampuan kami dalam dungeon bukan satu-satunya faktor penentu, karena nilai akademik juga berperan. Studi sangat penting karena akan meningkatkan kemampuan kami dalam menghadapi situasi tak terduga di dalam dungeon serta meningkatkan statistik kecerdasan kami. Aku merasa memiliki sedikit keuntungan dibandingkan teman-teman sekelas karena aku sudah menyelesaikan gelar sarjana di duniaku yang lama, meskipun bukan dari universitas ternama. 

“Teman-teman sekelas kalian adalah sekutu yang harus kalian ajak bekerja sama dalam menjelajahi dungeon, tetapi di saat yang sama, mereka juga rival yang akan kalian hadapi untuk mendapatkan nilai terbaik. Aku mengharapkan standar tertinggi dari kalian semua.” 

Dalam permainan, penjelajahan dungeon juga bukan usaha yang bisa dilakukan sendirian. Biasanya, cara paling efektif adalah masuk sebagai kelompok dengan keseimbangan kelas karakter tempur dan pendukung yang baik. Beberapa lantai awal dungeon menjadi pengecualian, di mana terkadang lebih menguntungkan untuk masuk sendiri. Aku sempat berpikir apakah aku sebaiknya mencari anggota tim untuk membentuk kelompok atau mencoba menyelinap ke dalam dungeon sendirian. Kupikir keputusan itu bisa kutunda untuk sementara waktu. 

“Baiklah, sekarang aku akan membagikan terminal kalian. Datanglah ke depan saat namamu dipanggil.” 

Terminal adalah perangkat teknologi tinggi yang dikenakan di lengan dan dapat memproyeksikan tampilan visual di ketinggian mata saat sebuah tombol ditekan. Kemungkinan besar, ini adalah salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan dari eksplorasi dungeon. Duniaku yang lama memiliki teknologi untuk memproyeksikan teks di udara, tetapi belum pernah menciptakan terminal yang bisa dikenakan seperti ini. Aku menyukai perangkat canggih, jadi aku tak sabar untuk mencobanya. 

Begitu aku menerima terminalku dan menekan tombolnya, layar virtual berukuran lima belas inci muncul. Aku juga bisa melihat layar orang lain, jadi aku tahu bahwa gambar itu diproyeksikan ke udara alih-alih langsung ke mata. 

Halaman utama menampilkan namaku dan statistikku.


Nama: Souta Narumi  

Level: 1  

Pekerjaan & Level Pekerjaan: Newbie, Level 1  

Kelas Petualang: Tidak Terdaftar  

Status  

HP Maksimum: 7  

MP Maksimum: 9  

Kekuatan: 3  

Kecerdasan: 9  

Vitalitas: 4  

Kelincahan: 5  

Pikiran: 11  

Keterampilan (1/2)  

Glutton  

(Kosong)


Hmm, pikirku. Jadi nama asli Piggy adalah Souta Narumi? Sekarang setelah kupikirkan, nama itu terdengar tak asing. Ada satu hal baik yang datang dari menjadi Piggy, yaitu kesempatan kedua untuk merasakan masa muda dan kehidupan sekolah menengah. Di Jepang, aku sudah hampir memasuki usia paruh baya.  

Levelku dan level pekerjaanku  sama-sama satu, mungkin karena aku belum pernah terlibat dalam pertempuran. “Newbie” berarti “pemula” atau “pendatang baru,” dan kecuali beberapa pengecualian, itulah pekerjaan yang dimulai oleh kebanyakan orang. Petualang bisa mempelajari keterampilan tertentu dan berganti pekerjaan setelah mereka meningkatkan level pekerjaan dengan mengumpulkan cukup banyak poin pengalaman.

Slot untuk Kelas Petualang mungkin tertulis sebagai tidak terdaftar karena aku belum mendaftar di Guild Petualang. Aku mencatat dalam pikiranku untuk segera mengunjungi guild agar bisa memasuki dungeon.  

Statistikku tidak terlalu bagus...  

Setiap kali aku menggunakan alat pembuatan karakter dalam permainan sebelumnya, aku akan melakukan maraton reset  sampai mendapatkan karakter dengan keterampilan langka dan semua statistik dasar di atas sepuluh.

Statistik dasar pada akhirnya akan menjadi kurang berarti begitu karakter mencapai level yang cukup tinggi, tetapi tetap saja ini menyebalkan. Mengeluh tidak akan mengubah apa pun, jadi aku harus menerimanya.  

Angka-angka yang ditampilkan pada terminal berasal dari database sekolah. Rupanya, sekolah telah mengukur statistikku saat ujian masuk dan memasukkan hasilnya ke dalam sistem. Aku harus mempertimbangkan bahwa statistikku tidak akan diperbarui secara real-time.  

Aku lalu melirik ke baris berikutnya.  

Tunggu... Glutton? pikirku. Aku belum pernah melihat keterampilan ini sebelumnya. Apakah ini penyebab berat badanku?  

Sebagian besar orang di dunia ini memperoleh kemampuan baru dengan pergi ke dungeon dan meningkatkan level reguler atau level pekerjaan mereka. Hanya sedikit yang memiliki kemampuan bawaan sejak awal. Memiliki kemampuan bertarung atau sihir penyembuhan bisa membuat penjelajahan dungeon pertama menjadi lebih mudah, jadi aku selalu membuat ulang karakternya sampai mendapatkan kemampuan yang berguna. Namun, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kemampuan bernama Glutton  bisa membantu.  

Dari namanya, aku menebak bahwa kemampuan ini berkaitan dengan melahap makanan dalam jumlah besar. Tapi jika memilikinya berarti aku harus menghabiskan sisa hidupku dalam tubuh gemuk ini, lebih baik aku menimpanya dengan kemampuan lain dan mulai berdiet. Itu jauh lebih masuk akal daripada kehilangan napas setiap kali menaiki tangga.  

Terminal ini juga bisa digunakan untuk mengirim dan menerima panggilan atau pesan teks serta mengambil gambar. Fitur-fitur ini memungkinkan komunikasi dengan rekan satu tim saat berada di dungeon untuk mengawasi dan menyampaikan perintah strategi. Ada juga fungsi untuk mengirim laporan.  

Tapi yang lebih penting, pikirku, bagaimana dengan tombol log out? Aku tidak melihatnya. Tidak ada. Jadi aku tidak bisa keluar?  

Ini semakin memperkuat kemungkinan bahwa aku benar-benar telah dipindahkan sepenuhnya ke dunia ini, bukan hanya kesadaranku saja. Tombol log out pada terminal adalah tebakan terbaikku untuk menemukan cara pulang, tetapi tidak ada apa pun seperti itu di antarmuka.  

Meskipun aku tidak putus asa untuk kembali, aku juga tidak senang berubah menjadi Piggy. Aku selalu bermimpi tentang seperti apa rasanya hidup di dunia DEC, tetapi sekarang setelah aku benar-benar ada di sini, aku justru merasa tertekan.


0

Post a Comment



close