Penerjemah: Chesky Aseka
Proffreader: Chesky Aseka
Prolog
Dalam sekejap, semua suara berhenti.
Nyala api yang berkelap-kelip menerangi lanskap penuh jelaga dan puing-puing.
Ini... hujan, pikirku.
Hujan bercampur dengan abu, jatuh dalam tetesan hitam yang dingin.
Dan ada rasa sakit. Itu yang kurasakan, bukan?
Tak masalah, pikirku. Satu mantra cepat akan menghilangkannya.
Namun, sihir pemulihanku tak berefek. Satanachia’s Stem Cells terbukti tak berguna, dan Temporal Traversal bahkan tak aktif saat kucoba menggunakannya. Setiap mantra penyembuhan yang tersedia gagal berfungsi. Apa yang terjadi? Begitu banyak hal yang tak bisa kupahami, meskipun satu hal pasti: ada sesuatu yang aneh sedang terjadi padaku.
“Tidak ada gunanya,” suara itu terdengar. “Tak seorang pun bisa lepas dari efek pedangku—Felbinder. Bahkan kamu sekalipun.”
Itu suara seorang gadis, jernih dan bernada tinggi. Suara itu menarik perhatianku, dan saat aku menunduk, aku menemukan wajah yang indah. Dia tersenyum lebar, air mata mulai menggenang di matanya. Aku merasa mengenalnya, tapi aku tidak yakin.
Penglihatanku mulai kabur saat kesadaranku perlahan menghilang. Dia masih berbicara, tapi kata-katanya tak lagi sampai padaku.
Aliran darah tak berujung mengalir dari dadaku, menghangatkan kulitku saat melewatinya. Ahhh, pikirku, akhirnya menyadari sumber kabut dalam pikiranku. Pedang gadis itu telah tertancap dalam di jantungku.
Aku terbatuk, dan segumpal darah menyembur keluar dari mulutku. Kemudian, aku menatap langit gelap di atas, menyadari hujan masih turun tanpa henti. Tempat ini begitu mengerikan dan dingin.
Gadis itu dengan lembut mendekapku dan berbisik di telingaku. “Selamat tinggal, sayangku, sayangku ■■■”
Dia pasti memiliki hati yang begitu lembut hingga meneteskan air mata untuk seseorang sepertiku. Tapi bagaimana semua ini bisa terjadi? Aku mengulang pertanyaan itu dalam pikiranku yang semakin tumpul, menggunakan sisa-sisa kesadaranku untuk berpikir.
Saat dia mendekapku dalam pelukannya, kenangan indah tentang waktu yang kuhabiskan bersama orang-orang yang kucintai kembali terlintas di benakku.
Oh, benar. Di sanalah semuanya bermula.
Post a Comment