NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ashita Hadashi de Koi Volume 5 Prolog

Penerjemah: Sena

Proffreader: Sena


Prolog

So Much For My Happy Ending


Kelopak sakura yang tak terhitung jumlahnya menari tertiup angin musim semi.


Berputar, berombak, mengalir bagai makhluk hidup, berwarna merah muda yang samar.


Di tengah-tengah itu, aku berjalan menuju pintu masuk sekolah.


Di telapak kaki bersol loafer, terasa kasar permukaan aspal.


Udara yang kuhirup samar-samar berbau dedaunan.


Di sekelilingku, ada teman-teman seangkatan yang mengenakan seragam sekolah.


Mereka menggenggam tabung ijazah, korsase (hiasan bunga) merah di dada mereka, menampakkan senyum yang pantas menyertai “akhir sebuah kisah”.


──Apa sebenarnya arti dari perjalanan waktu ini?


Tiba-tiba, pikiran itu muncul di benakku.


Sesuatu yang sudah berkali-kali kulakukan demi meraih “hari esok”.


Masa lalu yang diubah, peristiwa yang dibuat seolah tak pernah ada, kata-kata, perasaan.


Apa sebenarnya semua itu? Makna apa yang dikandungnya?


Aku melepas sepatu, masuk ke dalam gedung sekolah.


Menyusuri koridor, lalu menaiki tangga di dekat situ.


Rutinitas berangkat sekolah ini telah kuulang berkali-kali tanpa terhitung.


Bahkan lebih banyak daripada murid biasa. Mungkin, kali ini akan menjadi yang terakhir.


──Di benakku, berkelebat banyak kenangan.


Saat berjalan di sini bersama Nito, kebahagiaan yang memenuhi dadaku.


Pertengkaran kecil dengan Igarashi-san sambil menaiki tangga.


Kepanikan saat dikejar Rokuyou-senpai hingga terjatuh.


Rasa canggung ketika pertama kali mengajak Makoto, yang masih SMP, ke sini.


Hal-hal yang dulu terjadi, dan hal-hal yang sudah lenyap.


Entah kenapa, rasanya mirip dengan kisah-kisah yang pernah begitu kusukai.


Manga, novel, film yang pernah kubaca, yang karakternya masih membekas di hati sampai sekarang.


Mungkin, pikirku sambil menaiki anak tangga menuju tujuan,


baru saat menjadi lebih dewasa aku akan benar-benar memahami artinya.


Ketika semuanya menjadi masa lalu, berubah jadi kenangan, bahkan rasa nostalgia pun pudar, barulah nilai sesungguhnya terlihat.


Pasti, sama seperti masa remaja.


Selama kita masih menjalani hidup sebagai tokoh utama, kita takkan mengerti artinya sebelum semuanya berakhir. Selalu begitu adanya.


“…Haah.”


Aku tiba di lantai empat.


Menuju koridor penghubung antara gedung utara dan selatan.


Gedung sekolah setelah upacara kelulusan dipenuhi keheningan yang sepi.


Hanya ada suara langkah kakiku, dan langkah “dia” yang mengikutiku dari belakang, bergema seperti tetesan air.


Anehnya, aku tidak menyesal. Aku juga tidak merasa salah langkah.


“…Karena kita berhasil sampai di ‘saat ini’ seperti ini.”


Begitu gumamku kecil saat sampai di gedung selatan.


“Meski harus berputar jauh, kita tiba di ‘masa depan’ seperti ini…”


Justru karena masa lalu itu ada, maka ada masa kini.


Waktu yang terhapus, pemandangan yang hilang, semuanya terhubung dengan “sekarang”.


Maka—pilihan yang kuambil, masa depan yang kami pilih bersama,


aku ingin terus menapaki jalan itu. Dan di ujung hari-hari itu, aku ingin bertemu mereka lagi──


Sementara aku memikirkan itu, aku pun tiba di tujuan.


Di hadapanku ada sebuah pintu. Pintu ruang klub Astronomi.


Kuhulurkan tangan ke gagangnya, lalu menoleh ke arah “dia”.


Wajahnya tampak sangat cemas, tak bisa menyembunyikan kegugupannya.


Maka aku tersenyum padanya,


“Tidak apa-apa kok.”


Aku mengangguk untuk meyakinkannya.


“Kita pasti akan baik-baik saja.”


“…Iya.”


Ia mengangguk balik, masih kelihatan cemas, tapi juga terlihat ada tekad di wajahnya,


“Ayo, kita pergi──”


Aku menggenggam gagang pintu lebih erat.


Lalu, sama seperti sebelumnya, menjejakkan kaki ke balik pintu itu──


0

Post a Comment



close