NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Magical Explorer Volume 11 Chapter 5

 

Awal Mula Peristiwa

Peristiwa apa yang terjadi dalam game yang membawa Yuika kembali ke masa lalu?

 

Iori dan Yuika mengundang beberapa orang lain untuk pergi ke Dungeon karena ada Dungeon yang menarik di sana.

 

Lalu, saat mereka membuka peti harta karun di dungeon, mereka menyadari bahwa mereka telah melakukan perjalanan ke masa lalu.

 

Lalu, mereka tiba-tiba teringat seseorang yang pernah menolong mereka di masa lalu. Mungkin orang itu adalah diri mereka di masa depan, diri mereka yang sekarang. Sejak saat itu, Iori dan yang lainnya bertindak sesuai dengan ingatan mereka, terkadang menyelesaikan sub-event.

 

Ya, itulah premisnya sejauh ini.

 

Saat Iori dan teman-temannya mengumpulkan informasi, mereka segera menyadari bahwa ("gereja") kota itu mencurigakan. Gereja milik negaralah yang mengelola suatu dungeon. Apalagi, skala kejahatannya besar, dan mereka khawatir apakah mereka mampu melindungi semua orang yang diculik sendirian. Karena itu, mereka memutuskan untuk mengambil beberapa tindakan pencegahan.

 

Salah satunya adalah strategi tipuan Yuika. Yuika bertindak sebagai tipuan untuk menyusup ke gereja dan melindungi anak-anak yang diculik dari dalam. Itulah sebabnya Yuika ingat bahwa ketika ia diculik, seorang wanita yang memilki suasana déjà vu datang menyelamatkannya.

 

Pilihan lainnya adalah meminta bantuan para Ksatria. Apa yang gereja lakukan jelas merupakan kejahatan, dan mereka telah bersekutu dengan iblis, sesuatu yang merupakan hal terburuk yang pernah terjadi di Prancis. Para Ksatria, sebagai organisasi kepolisian, tidak akan pernah memaafkan tindakan seperti itu. Terlebih lagi, jika masalah muncul di kota tempat keluarga kerajaan elf, termasuk Ludi singgah hal itu dapat memicu perang.

 

Jadi jika kau mengumpulkan sejumlah informasi dan mempublikasikannya, mereka akan bertindak sendiri.

 

Ngomong-ngomong, dulu saat Iori meminta bantuan para Ksatria dan mencoba menyerang dari depan, terjadilah suatu kejadian di mana mereka menemukannya dan menghentikannya.

 

Rupanya, ada seseorang yang menyelesaikan game sambil berpikir, "Inilah solusi akhir yang bahagia!"

 

Ini aku.

 

Aku menyelamatkan Yuika dan Iori seperti yang mereka ingat, tetapi itu tidak cukup untuk menyelamatkan Anemone.

 

Untuk menyelamatkan Anemone, kami harus menyusup dari ("Rute Lain") saat para Ksatria sedang diprovokasi.

 

Untuk menempuh rute lain itu, kami perlu meminta kerja sama dari organisasi perlawanan. Mereka lebih mengenal gereja daripada kami, jadi kami bisa menyelinap masuk dengan bantuan mereka. Lalu kami harus pergi dan menyelamatkan Anemone.

 

Jadi, ketika kami membahas kemungkinan untuk berpisah menjadi dua kelompok, Iori mengajukan diri untuk bergabung dengan para Ksatria.

 

"Aku hanya sedikit gugup."

 

Iori mengatakan hal ini kepadaku saat kami duduk berhadapan di sebuah kamar di penginapan tempat kami menginap.

 

Kupikir, akulah yang seharusnyalah pergi bersama para Ksatria. Dalam game karakter utama Iori harus menyelamatkan adiknya Yuika dan Anemone, jadi mereka harus menugaskan karakter tambahan.

 

Namun, Iori memberiku peran itu karena dia tahu banyak tentangku.

 

"Benar..... Tapi, Iori. Apa tidak apa-apa?"

 

"Apanya?"

 

"Bahkan jika aku mengalahkan musuh utama."

 

"Tentang apa itu?"

 

Iori tertawa.

 

"Sebenarnya kupikir kamulah yang seharusnya mengalahkannya, bukan aku. Lagipula, kamulah yang merencanakan dan melaksanakan semuanya, Kosuke. Malahan, kupikir kamulah yang seharusnya melakukan bagian terpenting."

 

Baiklah, sekarang setelah dia menyebutkannya, itu benar.

 

"Tentu saja aku juga ingin pergi. Tapi mengingat peran semua orang di sini, kurasa akan lebih baik kalau aku pergi bersama para Ksatria."

 

Yuika yang diculik, Anemone yang berencana diselamatkan, Nanami yang ahli dalam keterampilan Stealth dan Thief seperti deteksi jebakan, Lalu... Luijia-sensei sebagai Penyembuh? Dan aku. Iiori mungkin berpikir kalau ada yang akan dieliminasi, itu pasti dia.

 

"Jadi, Kosuke-kun."

 

"Apa?"

 

"Kalau bukan karenamu, kurasa aku takkan melepaskan peranku. Aku tahu kau bisa menyelamatkan Yuika, Anemone-san, dan anak-anak yang diculik semuanya."

 

Aku mengangguk setuju.

 

"...Serahkan saja padaku. Aku akan mengembalikan mereka dalam kondisi kesehatan yang lebih baik daripada sebelum mereka diculik."

 

Saat aku mengatakan itu, Iori mengangguk sambil tersenyum.

 

"Itu berlebihan. Yah, kalau aku serakah, aku lebih suka langsung menyerbu gereja itu sekarang, tanpa perlu mengkhawatirkan ordo ksatria atau semacamnya, tapi ketika aku mengingat apa yang terjadi saat itu, dan ketika aku melihat ekspresi wajah keluargaku di kota ini, aku jadi berpikir, "

 

Senyum lembut Iori berubah menjadi ekspresi serius.

 

Beberapa jam telah berlalu sejak Yuika (masa lalu) diculik di masa lalu, dan mengingat perasaannya, tidak dapat dipungkiri bahwa ini akan terjadi.

 

"Aku mengerti perasaan mu, tapi harap bersabar."

 

"Maaf-maaf, aku paham akan itu"

 

Iori mendesah.

 

"...Aku paham, tapi tetap saja ini membuat frustrasi."

 

Dia tahu jika dia bertindak sekarang, semuanya akan sia-sia.

 

"Benar sekali. Saat ini, kita hanya perlu melakukan apa yang kita bisa."

 

"Ya"

 

Iori mengangguk. Melihat itu, aku...

 

"…………Ha ha ha"

 

Aku tidak bisa menahan tawa.

 

"Apa-apaan tawa itu?"

 

"Aku senang Iori adalah Iori."

 

"? Tunggu, apa maksudmu?"

 

Senang sekali bisa bekerja sama dengan tokoh utama, Iori. Aku yakin suatu hari nanti aku bisa menceritakan semuanya padanya.

 

"Baiklah, baiklah, jangan khawatir. Baiklah, aku serahkan saja padamu sesuai kesepakatan. Jangan terlalu memaksakan diri, oke?"

 

"Aku mengerti. Aku akan berusaha sebaik mungkin, jadi kamu juga jangan terlalu memaksakan diri, Kosuke."

 

"Ah~"

 

 

Beberapa saat setelah berbicara dengan Iori, aku mendengar laporan dari Nanami, yang telah kembali dari penyelidikannya.

 

"Tampaknya jumlah orang hilang masih meningkat."

 

Artinya, eventnya berjalan lancar. Yah, ini adalah linimasa di mana, Kultus dewa jahat seharusnya belum aktif, jadi akan sangat mengganggu jika semuanya tidak berjalan sesuai rencana.

 

Nanami mengangguk.

 

Yang hilang kebanyakan anak perempuan, beberapa di antaranya berusia di bawah sepuluh tahun. Mereka pasti merasa sangat stres dan takut. Aku ingin sekali segera pergi dan menyelamatkan mereka, tapi aku belum siap.

 

"Sepertinya Iori-sama tidak bisa diam."

 

Iori punya rasa keadilan yang sangat kuat. Kalau ada orang di sekitarnya yang minta tolong, dia tipe orang yang langsung pergi. Tentu saja, menurutku itu hal yang luar biasa, tapi dia harus menahannya. Kurasa dia sedang mengalami masa sulit saat ini, dan sejujurnya, aku juga sedang mengalami masa sulit.

 

"Aku mengerti perasaannya, tapi kita belum siap, dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi jika kita masuk sekarang."

 

Dan yaj, Iori terlihat sedikit gelisah, yang membantuku tetap tenang saat mengawasinya.

 

Tanpa Iori, aku merasa aku juga tidak akan bisa duduk diam.

 

"Baiklah, kalau berjalan sesuai harapan, ya sudah. ​​Kalau begitu, aku akan pergi dan melihat bagaimana Yuika menjalankan peran penting ini."

 

"Saya setuju"

 

Orang yang paling dalam bahaya dalam kasus ini adalah Yuika. Ia bertindak sebagai umpan untuk melindungi orang-orang lain yang diculik, jadi ia harus menyusup ke markas musuh sendirian. Dalam game, ia menghentikan seorang pengikut yang hendak menyerang seorang gadis yang sedang menangis, dan meninju seseorang yang mencoba melakukan sesuatu yang seksual padanya. Kemungkinan hal yang sama akan terjadi kali ini.

 

"Yuika-sama sedang bersiap-siap sekarang."

 

Aku mengangguk.

 

"Ya. Kurasa persiapannya sudah hampir berakhir. Karena ini Yuika, kurasa tidak masalah, tapi aku masih khawatir dengan kondisi mentalnya."

 

Nanami tampak sedang memikirkan sesuatu.

 

"...Kalau begitu, saya serahkan sisi itu pada anda. Saya akan pergi menemui Iori-sama dan Luijia-sama."

 

Katanya. Aku heran kenapa dia tidak datang ke sini malah kesana. Mungkin dia pikir lebih baik aku yang ke Yuika? Nanami dan aku berpisah dan menuju kamar mereka.

 

Saat aku mengetuk, Yuika menjawab dari dalam, "Masuk." Saat aku membuka pintu dan memasuki ruangan, Yuika menunjuk ke sebuah kursi dan berkata, "Masuk dan duduk di sini."

 

"Hei, apa kabar? Apa kamu baik-baik saja?"

 

"Aku merasa tidak enak. Aku merasa kondisi fisik saya terpengaruh karenanya."

 

"Itu tidak bagus..."

 

Saat aku sedang bingung harus berkata apa padanya selanjutnya, Yuika memanggilku, "Ne Takioto-san."

 

"Apa?"

 

"Aku dan Onii-chan sedang mengumpulkan informasi ketika kami pergi ke sebuah rumah dan mengetahui bahwa seorang gadis telah hilang."

 

Mendengar ini, aku teringat isi gamenya. Pasti ada rumah yang pernah kusinggahi saat mengumpulkan informasi.

 

"Entah bagaimana, aku bisa menebaknya."

 

"Benar, Di sana sepasang suami istri yang putus asa sedang berdoa dengan putus asa. Mereka tampaknya telah pergi ke gereja berkali-kali untuk berdoa agar putri mereka dikembalikan, meskipun orang-orang yang terkait dengan para penculik ada di sana"

 

Itu tindakan biadab yang seolah-olah mengejek perasaan seseorang.

 

Bila aku mengingatnya, amarah membuncah dalam diriku dan tanganku mengepal.

 

"Lampu di rumah itu selalu menyala, bahkan larut malam atau pagi-pagi sekali. Aku sangat mengerti perasaan itu."

 

Dengan itu, Yuika berbalik.

 

Aku mungkin melakukan hal yang sama jika aku berada di posisi mereka.

 

"Sehingga, apabila mereka (Anak-anak) kembali, mereka akan disambut dengan senyuman."

 

Sambil berkata demikian, dia menghampiriku dan mengulurkan tangannya.

 

Dia menggenggam tanganku yang terkepal erat, lalu dengan lembut mengendurkannya, dan membukanya.

 

Tangannya lembut dan sedikit dingin.

 

"Itu mengingatkanku pada seorang anak yang menangis karena takut dipukuli karena berisik. Dan seorang wanita dewasa misterius telah menghentikan mereka saat itu."

 

Dia menggenggam tanganku yang terbuka itu erat-erat.

 

Beberapa anak mungkin menangis ketakutan, sementara yang lain marah.

 

"Aku harus melakukannya kali ini."

 

Ku kira dia paham bahwa dirinya di masa depanlah yang melakukannya.

 

"Maaf menyerahkan sendirian padamu kali ini. Aku juga berpikir untuk pergi"

 

Bagaimana jika sesuatu yang tak terduga terjadi dan Yuika terluka parah? Memikirkan hal ini, aku menyarankan ('Nanako Takioto') untuk berpura-pura menjadi gadis lemah dan menyusup ke tempat itu bersamanya. Namun.

 

"Aku harus menolaknya. ('Takioto Nanako') tidak ada di sana saat itu. Lagipula, Anemone-san akan sulit menyusup ke sana. Akan jadi masalah kalau terjadi sesuatu padanya, kan?"

 

Seperti katanya, aku ditolak. Jadi, hal inilah yang dapat ku katakan.

 

"Yuika, aku serahkan padamu."

 

Aku putuskan untuk menyerahkannya pada Yuika, percaya bahwa dia akan baik-baik saja.

 

"Ya. Yang lebih penting, ini Takioto-san."

 

"Aku?"

 

"Ya, seingat ku, orang yang datang membantu ku sangat percaya diri dan tampak sangat dapat diandalkan."

 

Dengan itu, dia melepaskan tanganku, lalu dengan ringan memegang pipiku dengan kedua tangan dan menarikku ke arahnya.

 

"Dia jelas tidak memiliki ekspresi muram di wajahnya."

 

Katanya sambil menyingkirkan tangannya dari pipiku.

 

"Serahkan saja anak-anak yang diculik itu padaku. Takioto-san, kamu pergilah dan hajar para dalangnya. Kau boleh menghajar mereka lima kali lipat, termasuk bagianku."

 

Aku tertawa.

 

"Tentu saja, serahkan padaku."

 

"...Yah, sejujurnya, aku tidak terlalu khawatir tentang Takioto-san, dan kupikir akan lebih baik jika kamu sedikit menderita."

 

"Bukankah itu mengerikan?"

 

"Aku lebih khawatir Onii-chan."

 

Memang benar dia adalah tipe anak yang ingin kau lindungi dan tidak mau kau lepas disisimu, jadi kau tidak bisa tidak mengkhawatirkannya.

 

"Iori akan baik-baik saja"

 

Aku membayangkannya seperti ini.

 

"Memang benar Ksatria Prancis ada di pihak kita, tapi lebih dari itu."

 

Karena dia adalah karakter utama game.

 

"Dia sangat kuat."

 

 

─Perspektif Anemone

 

 

Dengan rencana yang akan segera dilaksanakan, suasana di sekitar kami terasa agak berat. Hal ini terutama terasa di antara Iori-kun dan Luijia-sensei. Menurut Takioto-kun, yang baru saja datang untuk memeriksa mereka, Iori sedang berusaha menahan keinginannya untuk segera keluar. Aku bisa membayangkan dia merasa gelisah memikirkan hal ini di kamarnya.

 

Meski begitu, Takioto-kun, beraninya kamu masuk begitu saja ke kamar seorang wanita yang sudah cukup umur. Yah, kurasa dia masuk karena aku yang memintanya. Lagipula, aku tidak yakin bolehkah aku menyebut diriku sudah cukup umur.

 

"Kamu tak apa?"

 

Begitulah yang Luijia-sensei katakan padaku. Dia terlalu peduli.

 

"Ya, tidak apa-apa."

 

Dia sudah bicara denganku dengan penuh pertimbangan selama ini. Rupanya Takioto-kun datang untuk menjengukku karena khawatir.

 

Memang benar sampai sekarang aku sudah mencoba berbagai cara dengan putus asa untuk mematahkan kutukan ini.

 

"Ngomong-ngomong, apa pekerjaan ayah dan ibu Anemone?"

 

Topik pembicaraan Luijia-sensei kemudian beralih ke keluargaku. Takioto Kosuke-lah yang bereaksi sensitif terhadap hal ini. Ia sempat terguncang, dan tampak ragu apakah harus menghentikan Luijia-sensei atau tidak.

 

Aku menatapnya dan berkata, "Baiklah, kamu bisa membicarakannya saja."

 

"Sebenarnya, orang tuaku jatuh sakit setelah banyak hal terjadi. Sekarang mereka hidup tenang di tengah hutan. Seandainya saja mereka tidak bunuh diri."

 

Luijia-sensei kehilangan kata-kata. Aku yakin aku baru saja mengatakan suatu kata yang berat jadi aku menambahkan satu kata lagi.

 

"Maaf, jangan pedulikan."

 

Aku mencoba menindaklanjuti, tetapi sudah terlambat. Dia tampak sangat tertekan. Saat aku menggaruk-garuk kepala dan merasa menyesal, Takioto-kun menepuk punggung ku dan menyuruh ku menyerahkan sisanya kepadanya.

 

Saat aku menatap Takioto-kun, aku teringat masa lalu.

 

Kalau dipikir-pikir lagi, ku rasa masyarakat atau komunitaslah yang menyebabkan orang tua ku jatuh sakit. Aku masih kecil, jadi aku bisa menghindari perasaan seperti itu, tetapi jika aku terus-menerus menerima tatapan dan percakapan yang merendahkan itu, aku pasti sudah gila.

 

Aku tidak tahu apakah orang tuaku tidak tega melihatku seperti itu, atau mereka hanya memanfaatkan sedikit nurani mereka, tetapi akhirnya aku tinggal dengan keluarga tertentu.

 

Wanita yang merawatku di sana, entah baik atau buruk, acuh tak acuh padaku. Namun, para elf dewasa yang tinggal di sekitarku tidak menyukaiku. Rupanya Arch Elf telah memanipulasi salah satu kerabat mereka, menyebabkan jasadnya hilang, dan mereka telah menyebarkan berbagai macam rumor tentangku, jadi tidak heran. Yang membuat segalanya sulit adalah ada beberapa orang idiot yang berpikir mereka bisa melakukan apa saja terhadap kerabat Arch Elf. Ada juga yang berpikir bahwa setiap kali sesuatu yang buruk terjadi, itu adalah kesalahan Arch Elf.

 

Kalau itu diriku yang sekarang, aku akan merapal mantra dan memberitahu mereka untuk tidak menyalahkan Arch Elf atas kelemahan hati mereka.

 

Tentu saja, banyak elf yang berterima kasih kepada Arch Elf karena telah menghentikan perang. Bahkan, beberapa dari mereka mengucapkan terima kasih kepadaku. Namun, karena aku dikelilingi oleh orang-orang yang menentang Arch Elf, aku jarang sekali menerima ucapan terima kasih saat itu.

 

Dan perundungan pun dimulai. Aku diperlakukan dengan sangat buruk. Hal itu membuatku sadar betapa beratnya perundungan, yang kebanyakan dilakukan oleh orang dewasa. Membayangkannya saja membuatku ingin muntah. Apa aku benar-benar muntah darah?

 

Dan karena dalang perundungan itu orang berkuasa, orang tua yang tidak ingin menjadi korban rupanya memaksa anak-anak mereka untuk berhenti berhubungan dengan ku. Aku mendengar ini dari seorang gadis Elf yang luar biasa baik hati kepada ku. Dia begitu baik hati, sampai-sampai menangis dan meminta maaf, sambil berkata Aku tidak akan bisa bicara denganmu lagi mulai sekarang, jadi aku penasaran apa yang sedang dia lakukan sekarang.

 

Yah, bergosip itu biasa saja, barang-barang dibuang, orang-orang memperlakukan ku seperti aku kuman jika aku menyentuh mereka, dan sebagainya. Namun kemudian sesuatu terjadi yang menyebabkan semuanya berubah menjadi aneh dan tiba-tiba berhenti.

 

Semuanya bermula ketika salah satu Elf yang menjadi dalang perundungan meninggal dalam sebuah kecelakaan. Akibatnya, tersebar rumor bahwa serangkaian kemalangan anak-anak yang telah menindasku.

 

Kemudian, rumor menyebar bahwa orang lain juga jatuh sakit, dan tidak ada yang mendekati ku. Sepertinya karena leluhur ku unik, aku bahkan lebih rentan terhadap kerasukan.

 

Saat itu aku mulai bertingkah aneh dengan sengaja untuk melindungi diriku sendiri, supaya orang-orang mengira bahwa tingkah lakuku yang aneh itu disebabkan oleh kutukan.

 

Awalnya hanya eksperimen. Aku mengumpulkan beberapa gulma aneh dan melemparkannya ke dalam kuali untuk membuat cairan misterius. Aku juga bergumam sendiri tentang hal-hal gaib dan erotis yang aneh, dan jika seseorang mendekati ku, aku akan berpura-pura menjadi gadis misterius dan berbicara dengan mereka. Namun, ketika aku berbicara tentang gaib, beberapa orang yang Menyukai hal-hal semacam itu mendekati ku, jadi dari sana aku perlahan-lahan beralih ke hal-hal yang lebih erotis. Orang-orang menjadi tidak tertarik dengan hal itu dan pergi.

 

Ini membuatku tampak seperti orang aneh total.

 

("Kalau kau terlibat denganku, kau akan kena kutukan. Bahkan ada yang sudah meninggal. Tanya orang tuamu.")

 

Agak mengecewakan bahwa hanya dengan mengatakan itu, anak-anak yang menindas ku semuanya menjauhi ku.

 

Meskipun aku hanya memiliki kenangan buruk, satu-satunya hal baik tentang hal itu adalah bahwa hal itu memberi ku kesempatan untuk membuat berbagai penemuan dan mencoba alkimia, yang ternyata menyenangkan.

 

Namun, sebagai ganti kedamaian itu, aku menjadi benar-benar kesepian.

 

Tapi aku tak berhenti menjadi orang aneh. Aku tak bisa berhenti. Akar ingatanku adalah ingatan tentang perundungan, dan aku tak bisa berhenti.

 

Baiklah, mungkin itu alasannya.

 

Aku ingin suatu alasan.

 

Melihat para elf bersenang-senang dan melihatku tak melakukan apa-apa, aku bertanya-tanya mengapa aku sendirian. Aku menyadari bahwa tak heran aku tak bisa berteman karena aku elf yang aneh.

 

Mereka terus-menerus memberitahuku bahwa jika aku berhenti bersikap aneh, aku akan mendapat teman.

 

Tapi aku tidak bisa berhenti karena aku tidak yakin bisa punya teman. Yang paling kutakutkan, hidupku yang damai akan hancur. Aku takut aku akan di-bully lagi.

 

Kalau dipikir-pikir kembali, aku bisa bilang itu bodoh, tetapi saat itu aku harus melakukannya demi bertahan hidup.

 

Yang ku inginkan hanyalah kehidupan normal.

 

Bermain di luar bersama teman-teman, bermain game bersama teman-teman, berkelahi dengan teman-teman... Aku iri dengan kenyataan bahwa orang-orang biasa melakukan hal-hal itu seolah-olah itu adalah hal yang biasa.

 

Karena itu, mimpiku agak memalukan. Sejujurnya, bahkan di usiaku sekarang, perasaan itu belum berubah.

 

Aku ingin seorang pangeran di atas kuda putih menyelamatkanku, seseorang yang sedang terpuruk dalam keputusasaan.

 

Orang-orang mungkin menganggapku bodoh. Mereka mungkin menganggapku kekanak-kanakan. Tapi yang sebenarnya kuinginkan adalah seorang pangeran untuk menyelamatkanku.

 

Aku menginginkan seorang pangeran yang akan berada di pihakku dan menyelamatkanku bahkan jika membuat negaraku menjadi musuh.

 

Tentu saja aku tidak diselamatkan, tidak ada pangeran di atas kuda putih.

 

Aku menerima banyak dukungan dari saudara-saudara ku, Mark dan Sophia dari keluarga kerajaan, dan baru setelah aku tumbuh dewasa sampai batas tertentu aku meninggalkan rumah.

 

Aku ingin pergi ke tempat-tempat yang tidak ku ketahui, jadi aku bepergian ke banyak tempat berbeda.

 

Suatu hari, aku ditanya oleh seorang Elf  berpangkat tinggi di Kekaisaran Elf apakah aku ingin menghadiri sebuah upacara di Kekaisaran Prancis yang juga akan dihadiri oleh Mark-sama dan rekan-rekannya.

 

Sejujurnya, aku tidak tertarik.

 

Ketika aku tiba, aku diculik. Aku sudah memberi tahu Mark-sama dan Sophia-sama bahwa aku akan datang, tetapi sepertinya seseorang yang menaruh dendam terhadap ku telah memberi tahu mereka bahwa aku akan terlambat.

 

Aku ingat diculik, ditawan di sebuah ruangan, lalu dibawa ke tempat seperti altar di Dungeon. Namun, aku kehilangan ingatan setelah melihat iblis ("Reim") yang dipanggil ke sana.

 

Tanpa kusadari, aku telah dikutuk. Sepertinya aku telah dikutuk oleh iblis bernama Reim saat aku sedang tak sadarkan diri.

 

Kurang dari sehari kemudian, aku diselamatkan dari Dungeon oleh para ksatria Prancis. Rupanya, Mark-sama dan Sophia-sama, yang mengkhawatirkan ku ketika aku hilang, telah berbicara dengan bawahan mereka dan para ksatria Prancis, yang menyebabkan terungkapnya keberadaan ku, jadi aku tidak bisa menatap mata mereka.

 

Sekarang setelah aku dikutuk, kupikir itu ironis. Aku juga mengira aku telah dihukum.

 

Lagipula, aku sudah mengancam anak-anak berkali-kali, jadi kali ini aku benar-benar menjadi anak terkutuk.

 

Terlebih lagi, aku dikutuk dan ditakdirkan untuk menghilang dalam waktu dekat.

 

Itulah sebabnya ku pikir lebih baik tidak terlibat dengan orang lain. Tidak ada gunanya menjalin hubungan apa pun dengan seseorang yang akan meninggal.

 

Tapi aku tetap saja aneh. Dan aku heran kenapa. Sekolah ini terlalu baik padaku.

 

Si orang yang selalu kesepian.

 

"Anemone-san, kamu mau kopi? Dulu aku pernah kepikiran untuk buka kafe, jadi aku cukup yakin dengan kemampuanku untuk membuat secangkir kopi."

 

kata Takioto Kosuke.

 

"Boleh juga, aku mau. Lihat, ayo ke sana.....Ya ampun Jangan marajuk begitu, yang penting sama-sama kopi kan."

 

"A- aku tidak merajuk!"

 

Mungkin sekarang aku merasa sedikit tidak kesepian lagi.


Post a Comment

Post a Comment

close