NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Saikyou Degarashi Ouji no An’yaku Teii Arasoi V5 Chapter 3

 Penerjemah: Chesky Aseka

Proffreader: Chesky Aseka


Bab 3: Misi Perwakilan

Bagian 1

“Kelihatannya mereka memanggil para petarung yang cukup menjanjikan.”

“Sepertinya begitu, Tuan.”

Sambil menatap daftar petualang peringkat S yang dibawa oleh Sebas, aku menggumam pelan.

Karena telah membuat perjanjian rahasia dengan Ayahanda, kekhawatiranku sebagai Silver sudah lenyap. Bila semuanya berjalan lancar, takkan jadi masalah. Dan bila situasi memburuk, aku hanya perlu turun tangan.

Kalaupun itu menimbulkan keributan, Kekaisaran pasti akan membereskan segalanya dengan menjadi pendukung Clyde.

Sejujurnya, itulah skenario yang paling kuharapkan.

“Ini memang tidak sopan, tapi rasanya aku berharap mereka gagal.”

“Karena mereka semua adalah petualang peringkat S yang menjanjikan. Jika mereka gagal, itu berarti tingkat ancaman monster jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan.”

Mengangguk mendengar kata-kata Sebas, aku mengalihkan pandangan ke nama teratas dalam daftar.

Dari semua petualang yang diundang oleh guild ke Kekaisaran kali ini, hanya dua orang yang diakui sebagai petualang peringkat S secara individu.

“Bruce Tarrant. Penyihir es yang beraksi di Persatuan Kerajaan Egret di utara. Dia baru saja naik ke peringkat S tapi sudah begitu giat.”

“Dia sedang naik daun, Tuan. Meski usianya masih di awal dua puluhan, dia naik peringkat dengan kecepatan yang luar biasa. Sikapnya yang sopan dan wajah tampannya juga menjadikannya populer sebagai Pangeran Es di negara tersebut.”

“Dia pasti kandidat utama yang ingin dijadikan maskot oleh guild. Tipe anak baik yang sudah ditentukan.”

“Meski begitu, kemampuannya juga tidak bisa diremehkan. Dia mencapai posisinya sekarang setelah mengalahkan berbagai monster buronan.”

“Kalau seorang penyihir bisa diakui sebagai petualang peringkat S sendirian, itu saja sudah membuktikan kekuatannya. Tapi sampai di sini saja batasnya. Sihir modern tidak cukup kuat.”

“Anda cukup keras padanya.”

“Aku harus keras pada para junior. Perbedaan antara peringkat S dan SS bukan sekadar angka. Jenis monster yang dihadapi benar-benar berbeda. Kalau tidak cukup kuat, mereka hanya akan mati.”

Setelah berkata begitu, aku melihat nama yang tertulis di bawah Bruce.

Aku memang belum pernah bertemu langsung dengannya, tapi sering mendengar tentangnya, dalam artian yang buruk.

“Ignart juga dipanggil, ya. Benar-benar keputusan yang terbalik. Dia itu pembuat masalah yang bahkan sekarang tidak mau dengar kata guild.”

“Ah, pendekar pedang sihir api yang berbasis di Kerajaan Agung. Kabarnya dia bertarung membabi buta tanpa peduli kerusakan di sekitarnya. Tapi bagaimana kenyataannya?”

“Pasti lebih buruk. Karena dia kuat, pastinya guild menutup-nutupi banyak insiden, dan itu bukan hanya satu atau dua kasus.”

Aku menghela napas panjang.

Benar-benar orang yang menyusahkan. Bruce memang tak bermasalah dari segi kepribadian, tapi Ignart berbeda. Dalam skenario terburuk, dia bisa memperburuk keadaan.

Justru karena dia kuat, sifatnya makin berbahaya.

“Semoga saja guild bisa mengendalikannya.”

“Tapi saya tak akan terlalu berharap, Tuan.”

“Benar juga. Lebih baik berharap pada yang lain.”

Aku melirik ke nama di bawah Ignart. Ada dua nama tertulis di sana.

Petualang yang bertarung berpasangan bukan hal langka, tapi pasangan ini sedikit berbeda.

“Sepasang suami istri yang diakui sebagai petualang peringkat S bersama. Sidney dan August.”

“Dua petualang veteran yang berbasis di kerajaan. Pemilihan mereka mungkin juga untuk peran sebagai penengah.”

“Sidney sebagai penyerang, August sebagai pelindung. Karena pengalaman mereka, mereka pasti sudah sering ikut misi khusus seperti ini. Kalau mereka bertarung bersama, kekuatannya sangat menjanjikan. Dalam hal stabilitas, mereka yang paling unggul dari semua peserta.”

“Apa Anda pernah bertemu dengan mereka?”

“Pernah sekali, di markas pusat. Kesan yang mereka berikan tidak buruk.”

Dari seluruh peserta, hanya merekalah yang benar-benar kuanggap sebagai pilihan yang tepat.

Anak muda yang hanya menatap puncak dan terus mengejar promosi, serta pembuat masalah yang tak peduli pada sekitarnya. Rasanya tidak mungkin mereka bisa bekerja sama.

Seharusnya, yang dipilih adalah orang-orang yang punya stabilitas.

“Terakhir, ada Pasukan Petir Pemberani, Grom Soldat .”

“Kelompok yang terdiri dari lima orang ini biasa beroperasi di sekitar wilayah Kerajaan Agung. Konon pertarungan tim dengan koordinasi solid adalah keahlian mereka, tapi...”

“Ya, tapi dibanding yang lain, mereka yang paling kurang menonjol. Prestasi mereka tak banyak. Bahkan pengakuan peringkat S mereka sendiri agak mencurigakan.”

Menjadi peringkat S berarti mampu menghadapi hampir semua jenis monster. Namun Pasukan Petir Pemberani hampir tidak pernah keluar dari wilayah Kerajaan Agung, dan belum pernah mencatat prestasi besar dalam menaklukkan monster yang belum diketahui.

Mereka hanya memburu monster yang sudah diketahui kelemahannya, dan itulah yang mengangkat mereka ke peringkat S.

Bukan berarti mereka lemah, tentu saja mereka kuat. Tapi untuk menghadapi monster level dorman, entah mereka cukup kuat atau tidak.

Mungkin hanya mereka yang masih diragukan kemampuannya.

“Jadi, hanya itu peringkat S yang dipanggil? Apa mereka akan dibagi satu monster per orang?”

“Sepertinya begitu. Ada empat monster peringkat tinggi dalam daftar, selain si Kura-Kura Roh. Tapi ada satu masalah.”

“Masalah? Apa yang terjadi?”

“Semua anggota masih terlambat tiba dan belum memasuki ibu kota. Terutama Pasukan Petir Pemberani, mereka bahkan tak bisa dihubungi.”

“Kalau sekadar terlambat tak masalah. Tapi tak bisa dihubungi? Kapan terakhir kali mereka mengabari?”

“Dua minggu yang lalu. Terakhir dikabarkan mereka masuk ke wilayah Kekaisaran dari utara.”

“Dua minggu lalu dari utara? Kenapa harus masuk melalui utara kalau berpindah dari Kerajaan Agung? Seharusnya tidak ada masalah melewati perbatasan. Lagi pula ini kan pekerjaan guild petualang.”

“Itu juga yang membuat saya curiga. Mungkin mereka punya niat lain selain menjalankan misi ini.”

“Ini proyek gabungan antara guild dan Kekaisaran, kan? Membawa niat lain ke dalamnya terlalu berisiko.”

Kalau mereka mengabaikan guild dan Kekaisaran, itu akan membuat mereka sulit bergerak ke depan.

Seharusnya mereka hanya bergerak setelah berkumpul di ibu kota.

Kalau mereka bergerak sendiri...

“...Kerajaan Agung mungkin turut mencampuri urusan ini.”

“Bagi Kerajaan Agung, jika misi ini sukses dan monster di sekitar Kekaisaran dikalahkan, lalu perayaan pun berhasil, serta para petualang peringkat S mulai menetap di Kekaisaran, tentu bukan hal yang menyenangkan bagi mereka.”

“Segalanya tidak selalu berjalan semulus itu. Tapi bisa saja mereka menggunakan taktik licik untuk menggoyahkan Kekaisaran.”

Mengambil Pasukan Petir Pemberani dan membuat mereka bertindak sendiri. Jika itu memicu kekacauan, Kerajaan Agung pasti senang. Lagipula, Kekaisaran sedang tidak stabil akhir-akhir ini. Di perbatasan timur tempat Kakak Lize berada, pertahanannya kokoh. Tak bisa ditembus dengan kekuatan saja, jadi menggunakan tipu daya memang lebih masuk akal.

“Aku hanya berharap mereka tidak melakukan hal yang tak perlu...”

Biasanya, aku akan memanfaatkan kekacauan seperti ini, tapi kali ini aku sulit bergerak sebagai Silver.

Jika petualang yang diundang sendiri malah membuat kekacauan, aku jadi serba salah. Apalagi masih banyak petualang lain yang terlibat. Kalau aku turun tangan dan misi dinyatakan gagal, mereka pasti akan melawan.

“Semoga saja tak ada warga sipil yang jadi korban...”

Sambil bergumam pelan, aku memandang ke arah kota ibu kota dari jendela.


Bagian 2

“Kita tak bisa lagi menunggu para petualang itu!”

Beberapa hari kemudian, Leo menyampaikan hal itu dengan suara tegas di ruang takhta. Aku dan Fine juga berada di tempat itu.

Para petualang peringkat S masih belum berkumpul sepenuhnya. Selain serangkaian kekacauan di wilayah selatan, gerakan para monster mulai meningkat di berbagai daerah, menyebabkan para petualang tersebut tertahan di tempat masing-masing.

Mereka tengah berusaha menanggulangi situasi dengan memburu para monster, namun tetap saja keterlambatan tak bisa dihindari. Dan karena keterlambatan itu, para monster yang semula hendak mereka tangani kini mulai bergerak.

Petualang lain yang berjaga di berbagai lokasi berusaha keras menahan laju monster, namun laporan menyebutkan bahwa jumlah korban justru terus bertambah. Berdasarkan laporan itulah, Leo datang langsung menghadap Ayahanda untuk menyampaikan permintaan.

“Aku, Pangeran Kedelapan Leonard, bersama Pangeran Ketujuh Arnold dan Fine von Kleinert, mengusulkan agar penanggulangan situasi diserahkan kepada pasukan kesatria pengawal.”

“Eric juga menyampaikan usulan serupa pagi ini,” Ayahanda menghela napas pelan. Hanya dengan itu, sudah dapat dipastikan usulan itu takkan dikabulkan.

Kali ini merupakan operasi gabungan dengan guild petualang. Kekaisaran tak bisa bertindak sesuka hati. Lagi pula, keterlambatan para petualang S juga sebagian besar disebabkan oleh kekacauan di pihak Kekaisaran.

Karena itulah aku memutar tubuh dan berbalik meninggalkan tempat itu.

“Mau ke mana, Arnold?”

“Apa perlu diperdebatkan sesuatu yang jawabannya sudah jelas?”

“Leonard tampaknya berniat meyakinkanku, kamu tahu?”

“Kalau orang bisa diyakinkan hanya dengan kata-kata, dunia takkan serumit ini. Ayo, Fine.”

“Kakak!”

“Tak usah dipaksa. Ayahanda juga punya posisinya sendiri.”

“Tuan Al...”

Aku pun membawa Fine keluar dari ruang takhta.

Kami melintasi lorong dalam diam, dan saat sampai di kamarku, Sebas muncul tanpa suara.

“Ada apa?”

“Ada seorang anak laki-laki penuh luka yang datang berlari ke kantor cabang ibu kota. Dia mengatakan ingin bertemu Silver.”

“Pasti ada hubungannya dengan monster.”

“Tampaknya begitu. Di tengah bangkitnya banyak monster, dia mungkin datang untuk meminta pertolongan.”

“Meminta bantuan... Begitu ya.”

Segala rencana berantakan, dan situasi di lapangan jadi kacau. Korban juga mulai berjatuhan. Di masa lalu, Silver-lah yang selalu turun tangan dan menyelesaikan kekacauan semacam ini. Namun kali ini, guild petualang tidak menginginkan ketergantungan pada Silver.

“Kalau boleh memberikan pendapat pribadi, sebaiknya Anda tidak menemuinya.”

“Kenapa?”

“Karena jika Anda bertemu dengannya, Anda takkan bisa diam saja, bukan?”

“Aku tidak semudah itu tergerak oleh emosi.”

“Benarkah begitu?”

Mendengar perkataan Sebas, aku menghela napas pelan dan memandang ke arah Fine.

“...Menurutmu, apa yang harus kulakukan, Fine?”

“Maksudnya?”

“Haruskah aku bergerak atau tidak. Jika aku turun tangan, aku harus menghadapi banyak monster. Dan di antara mereka, ada monster besar yang sangat berbahaya. Menyimpan kekuatan sihirku adalah keputusan bijak. Lagi pula, ini bukan langkah yang akan menguntungkan dalam perebutan takhta.”

Aku punya cukup alasan untuk tidak bertindak. Akan ada korban yang harus aku tutup mata darinya. Semuanya demi kepentingan yang lebih besar. Berdebat dengan guild petualang sekarang adalah langkah bodoh dan hanya akan memperumit segalanya.

Namun Fine tersenyum. Senyuman itu entah kenapa sangat mirip dengan Ibu.

“‘Perlukah memperdebatkan sesuatu yang jawabannya sudah jelas?’”

Itu kalimat yang tadi kuucapkan pada Ayahanda. Mendengarnya dari Fine, aku sempat terkejut, lalu langsung tertawa kecil. Memang benar. Jawabannya sudah kutentukan sejak awal. Hatiku sudah bergerak.

“...Selalu kupikir bahwa menjadi orang yang mengetahui rahasiaku adalah keberuntunganmu.”

“Merupakan kehormatan bagi saya. Maka, silakan pergi. Tunjukkan semua kemampuan Anda.”

“Ya. Aku pergi dulu. Sisanya aku percayakan padamu, Sebas.”

“Sungguh merepotkan, Tuan. Tapi baiklah, serahkan saja padaku.”

Sambil melihat mereka membungkuk, aku mengeluarkan topeng dan berubah menjadi sosok Silver. Kemudian, aku pun melakukan teleportasi ke kantor cabang di ibu kota.


Bagian 3

Saat aku berpindah ke kantor cabang di ibu kota, suasana di dalam sudah kacau balau.

“Itulah kenapa, tolong panggil Silver ke sini!”

“Aku bilang tidak bisa!”

“Seorang anak yang memanggilnya! Dia pasti akan datang kalau dipanggil!”

Para petualang yang biasanya hanya mabuk-mabukan kini memadati meja resepsionis. Pemandangan yang jarang terlihat, kecuali kalau ada permintaan bayaran tinggi yang mudah diselesaikan.

“Di mana-mana sedang kacau, bukan? Inilah saatnya Silver seharusnya bertindak!”

Yang berdiri paling depan adalah Gai. Di sampingnya, ada seorang anak laki-laki yang tampaknya masih awal remaja. Tubuhnya penuh luka. Sekilas saja, sudah terlihat betapa lelahnya dia. Mungkin dia berlari ke ibu kota tanpa henti.

“Kami juga punya alasan tersendiri...”

“Alasan apa? Selama ada yang mengajukan permintaan, sudah seharusnya petualang menerimanya, kan!”

Gai membentak resepsionis. Aku hanya bisa berpikir, inilah sebabnya dia tidak laku di kalangan wanita, lalu aku pun membuka suara.

“Ini rencana gabungan antara markas pusat guild dan Kekaisaran. Petualang peringkat S dari berbagai tempat akan memburu monster berperingkat tinggi yang mulai bergerak. Aku diperintahkan untuk tidak bergerak, jadi percuma saja meminta pada kantor cabang ini.”

“Silver, benarkah itu?”

“Jangan main-main! Disuruh diam demi orang luar mendapat kehormatan?”

“Kamu cuma mau patuh pada perintah markas pusat?”

“Mereka yang tidak tahu kondisi di lapangan memang selalu payah! Mundur saja sekarang juga!”

“Betul! Seret saja mereka ke hadapan monster dulu biar tahu rasanya!”

Keluhan dan hinaan bermunculan serempak. Kata-kata kasar yang tak layak didengar terus mengalir. Wajah para resepsionis mulai pucat. Sebagai staf guild, mereka pasti berharap bisa pura-pura tidak mendengarnya.

Di tengah kegaduhan itu, anak laki-laki tadi melangkah ke hadapanku.

“Anda... Anda Silver?”

“Benar.”

“Ini... Uang yang berhasil dikumpulkan dari seluruh desa. Tolong... Tolong selamatkan desa kami dengan ini!”

“...Desa mana?”

“Desa bernama Solv di wilayah timur. Ada monster besar yang mendekat... Ayahanda dan Ibu... Adik perempuanku... Semua orang di desa... Mereka masih di sana...”

Dengan suara bergetar, anak itu menjelaskan. Dari timur ke sini, bahkan dengan kuda sekalipun butuh waktu berhari-hari. Kalau pun dia berangkat begitu tahu akan ada serangan, mungkin sekarang pun waktunya sudah hampir habis.

“Silver! Buka gerbang teleportasi sekarang juga! Aku akan ikut membantu semampuku!”

“Kamu sudah dengar, bukan? Jika aku bertindak, aku akan mencoreng banyak muka. Termasuk markas pusat guild, Kekaisaran, dan para petualang S yang datang jauh-jauh dari luar negeri. Persiapan besar telah dilakukan untuk mereka. Meski jadwalnya sedikit terlambat, bila aku bertindak sekarang, bisa dibilang terlalu cepat.”

“Lalu kenapa!? Siapa peduli soal muka! Yang penting itu rakyat! Itu saja yang penting bagi petualang!”

Gai menatapku tajam saat mengucapkan itu. Bila aku menolak, dia pasti akan berangkat ke desa anak itu tanpa peduli larangan. Dan mungkin banyak yang akan mengikutinya.

Petualang tak peduli pada strategi besar. Mereka bertindak berdasarkan momen. Karena itulah mereka bisa melindungi, bisa menyelamatkan. Aku pernah mengagumi cara hidup seperti itu. Aku ingin menjadi seperti mereka.

“Kamu tahu ini bisa membuatmu mendapat teguran serius, bukan? Tak ada bayaran yang bisa diharapkan. Dan lawan kita kali ini, sangat kuat.”

“Siapa peduli!”

“Jangan lupakan kata-katamu itu.”

Setelah mengatakan itu, aku membuka sebuah gerbang teleportasi besar di belakangku.

“Aku dilarang untuk membasmi mereka, jadi aku hanya akan membantu. Kalianlah yang akan mengalahkannya. Kalian yang akan bertindak menggantikanku, oke?”

Sambil berkata begitu, aku menerima kantong uang dari tangan anak itu. Lalu aku menyatakan, “Monster yang berada dalam wilayah Kekaisaran seharusnya ditangani oleh petualang Kekaisaran. Hanya yang tidak takut pada hukuman dan teguran yang boleh ikut. Kita tak bisa terus membiarkan para monster bertindak sekehendaknya. Mulai sekarang, ini adalah waktunya para petualang.”

Dengan kata-kata itu, aku menggenggam tangan anak itu dan melangkah masuk ke dalam gerbang teleportasi.


Bagian 4

Saat kami berpindah ke Desa Solv, yang kami lihat hanyalah sisa-sisa desa yang telah porak poranda.

“Tidak mungkin...”

“AkuGai! Petualang peringkat B dari cabang ibu kota! Aku datang untuk menerima permintaan ini!”

Gai, yang tiba-tiba muncul di samping anak itu yang tengah tenggelam dalam keputusasaan, menyatakan dengan penuh gaya. Namun, begitu melihat kondisi desa yang mengenaskan, dia langsung kehilangan semangat. Sepertinya dia menyadarinya juga.

“Eh... Jadi mereka sudah dievakuasi... Padahal aku ingin sekali mengucapkan kalimat itu setidaknya sekali...”

“Dievakuasi?”

“Ya, tenang saja. Tidak ada mayat, bahkan tak ada jejak darah di desa ini. Kalau ini akibat serangan monster, tidak akan seperti ini. Mereka pasti sudah mengungsi ke suatu tempat.”

Sambil berkata begitu, Gai menepuk kepala anak itu, lalu tersenyum lebar seolah menenangkan.

Sementara itu, para petualang dari cabang ibu kota mulai berdatangan satu per satu.

Jumlahnya cukup. Tapi tak ada target.

“Sepertinya para petualang lokal memang kompeten.”

Mereka yang mengevakuasi kemungkinan adalah petualang desa. Kalau begitu, mereka mungkin membawa warga ke markas mereka.

“Kalau mereka menuju kota, mungkin sudah terlambat.”

Para pengungsi sedang dikejar monster. Jika mereka tertangkap sebelum mencapai kota, maka menunggu mereka di sana pun takkan menyelamatkan siapa pun.

“Kita terbang, semuanya.”

“Hei, jangan pikir semua orang bisa terbang sepertimu!”

“Mereka bisa.”

Aku menutup semua yang ada di tempat itu dengan penghalang dan, sambil mempertahankan penghalang itu, kami melayang ke udara.

“Hei! Ini bukan terbang, ini diangkut!”

“Sama saja.”

“Aku sempat berharap bisa benar-benar terbang! Kembalikan mimpiku!”

Mengabaikan Gai yang ribut, aku terbang secepat mungkin menuju kota terdekat. Tentu saja, sambil terus mengawasi area sekeliling. Kalau masih ada warga yang tertinggal, harus kuselamatkan, jika tidak, tak ada gunanya aku datang.

Namun, aku tak melihat siapa pun di sepanjang perjalanan. Kupikir mereka berhasil sampai ke kota.

Sampai akhirnya aku melihat banyak pengungsi berlari di dekat gerbang kota. Di belakang mereka, beberapa monster berbentuk serigala sedang mengejar.

“Silver!”

“Aku tahu.”

Aku mengubah penghalang menjadi jalur menuju tanah.

Aku menggendong anak itu dan menuju kota. Gai dan yang lainnya langsung menuju ke arah para pengungsi yang berlari.

Yang terpenting adalah menyelamatkan warga di luar terlebih dahulu. Setelah sampai di kota, aku menurunkan anak itu dan membuat banyak penghalang kecil. Satu penghalang untuk setiap warga yang berlari.

Sementara itu, Gai dan yang lain mulai membasmi monster-monster berbentuk serigala itu. Monster jenis berkelompok biasanya lemah satu per satu. Yang menyulitkan adalah jumlah mereka. Tapi kali ini, kami punya puluhan petualang.

“Ayahanda! Ibu!”

Saat aku memperhatikan situasi pertempuran, anak itu mulai berlari. Di ujung pandangannya, ada pasangan suami istri bersama seorang gadis kecil.

Mereka pun berpelukan sambil meneteskan air mata. Tampaknya warga desa anak itu berhasil mencapai kota dengan selamat. Setelah menyaksikan pemandangan itu, aku memperbesar suaraku.

“Mulai sekarang, kita akan memulai penaklukan monster! Penaklukan ini akan dilaksanakan oleh seluruh petualang dari cabang ibu kota! Para petualang lokal, mundurlah ke dalam kota. Kalian sudah melakukan tugas dengan sangat baik. Serahkan sisanya pada kami.”

Setelah mengumumkan itu, aku mulai menyiapkan sihir.

Monster-monster kecil tidak jadi masalah. Yang menjadi masalah adalah penyebab semua ini. Monster kelas tinggi yang dijadikan target oleh markas pusat guild. Monster besar seperti itu tidak bisa ditangani petualang biasa.

Saat aku memikirkan hal itu, hutan di dekat kami berguncang. Sesuatu sedang berjalan. Sepertinya inilah yang kami tunggu.

“Dia datang! Tiger Rex!”

Monster langka peringkat AAA. Berwujud kepala harimau dan tubuh naga. Tingginya sekitar tujuh hingga delapan meter. Monster itu termasuk jenis sub-naga, tetapi sayapnya telah mengalami degenerasi, membuatnya berjalan dengan empat kaki di tanah.

Biasanya, untuk keselamatan, monster AAA harus dihadapi oleh beberapa petualang sekelas AAA atau pasukan besar petualang A. Setelah survei menyeluruh, baru bisa dibasmi. Tapi kami tak punya waktu untuk itu sekarang.

“Petualang cabang ibu kota! Aku akan bertugas menjaga kota dan memberikan dukungan dari belakang! Untuk garis depan kuberikan pada kalian! Jangan takut! Aku, Silver, akan memberimu kekuatan!”

Lingkaran sihir mulai muncul di langit. Targetnya adalah puluhan petualang yang berdiri di garis depan. Beberapa dari mereka adalah peringkat A, sisanya kebanyakan peringkat B. Mereka pasti tahu risikonya, tapi tetap datang.

Berbeda dengan aku atau Elna yang memiliki kepercayaan diri untuk menang, mereka tidak punya itu. Mereka tahu lawan mereka lebih kuat. Bahkan bukan lawan yang seimbang. Tapi mereka tetap datang, dengan keberanian mereka.

Jika keberanian adalah syarat, maka mereka adalah pahlawan sejati. Tapi bagi mereka, itu hal yang biasa. Meski lemah, meski menderita, seorang petualang tetap menghadapi monster.

“Demi rakyat.” Itulah prinsip mutlak bagi para petualang. Mereka adalah perisai bagi orang-orang yang tak bisa diselamatkan oleh negara.

“Berikanlah... Kekuatan kepada mereka yang layak dihormati.”

Sambil berkata begitu, aku mengangkat tangan ke langit. Ini akan menguras banyak sihir. Aku bisa saja membasmi Tiger Rex dengan lebih cepat sendiri. Tapi untuk saat ini, ini satu-satunya cara. Dan aku tak akan mengeluh. Karena jalan ini telah dibuka oleh orang seperti Gai.

“Waktu akhir telah tiba. Bergemalah bunyi api surgawi. Lintasilah langit, turunlah ke bumi. Dengarkanlah, wahai yang lemah. Menyalalah api jiwa. Berkobarlah api keberanian. Wahai yang lemah, jadilah pejuang. Brave Horn.”

Yang menggema di medan perang adalah suara terompet perang. Petualang-petualang yang mendengarnya mengeluarkan pekikan semangat.

Suara sihir ini memperkuat kemampuan mereka yang menjadi target. Ini adalah sihir dukungan untuk meningkatkan kemampuan. Brave Horn. Bagi seorang petualang solo sepertiku, sihir ini tak pernah berguna. Tak kusangka, sekarang justru menjadi senjata yang membantuku.

Yang membuat Tiger Rex merepotkan adalah keganasannya dan kekuatan serangannya. Tapi pertahanannya tidak terlalu tinggi. Dengan puluhan petualang yang sudah diperkuat, mereka seharusnya bisa menaklukkannya tanpa terlalu kesulitan.

Selain itu, aku membuat penghalang untuk menahan Tiger Rex sementara waktu. Agar para petualang bisa mendekat dengan aman.

“Baiklah, saatnya berburu.”

* * *

“Silver!”

“Aku tahu.”

Begitu Gai berteriak, dia langsung melompat tinggi. Tiger Rex membuka mulutnya lebar-lebar dan menyemburkan napas api, tetapi Gai tidak menghindar. Dia mempercayai penghalang sihirku.

Api menyelimuti tubuh Gai, namun dalam sekejap, dia menerobos keluar dari kobaran itu. Tiger Rex, yang pertahanan terakhirnya telah ditembus, mencoba melarikan diri, tetapi Gai lebih cepat satu langkah.

“Uoooohhhhhh!!”

Gai menghujamkan pedangnya dalam-dalam ke kepala Tiger Rex. Mendapatkan serangan terakhir itu, Tiger Rex yang penuh luka pun ambruk di tempat.

“Berhasil... Kita berhasil!”

Monster kelas tinggi yang belum pernah mereka hadapi sebelumnya berhasil ditaklukkan. Para petualang bersorak kegirangan, dan melihat mereka, penduduk kota pun turut bersorak riang.

Namun, tugasku belum selesai. Aku segera menggunakan sihir penyembuhan berbentuk penghalang untuk menyembuhkan luka-luka para petualang.

“Oooh! Terima kasih, Silver!”

“Ucapkan terima kasih setelah semuanya selesai.”

Sambil mengucapkan itu, aku membuka gerbang teleportasi yang baru. Melihat itu, wajah Gai langsung menegang.

“Tugas... Bukannya baru saja selesai...”

“Yang kesulitan bukan cuma di sini. Kita akan menaklukkan tiga monster sisanya.”

“Serius... Padahal aku udah lumayan capek...”

“Bukan urusanku. Bekerjalah. Demi rakyat.”

“Kamu iblis!”

“Setan!”

“Raja iblis!”

“Cepatlah masuk. Atau mau dilempar ke dalam?”

Dengan mengancam para petualang yang mulai mengeluh, aku mendorong mereka agar masuk ke gerbang teleportasi. Menyadari bahwa perlawanan tidak ada gunanya, mereka masuk ke dalam dengan wajah letih. Setelah melepas kepergian mereka, aku menoleh kembali ke arah kota.

Di atas dinding luar kota, berdiri anak laki-laki itu.

“Silver! Terima kasih! Suatu hari nanti aku juga akan menjadi petualang!”

“Hm... Aku akan menantikannya. Petualang hebat selalu disambut kapan saja.”

Dengan kata-kata itu, aku meninggalkan tempat itu.

Dan pada hari yang sama, kami berhasil menaklukkan ketiga monster sisanya.


Bagian 5

“Terima kasih atas kerja keras Anda.”

“Ah... Aku benar-benar lelah.”

Setelah mengantar para petualang kembali ke cabang utama di ibu kota kekaisaran, akhirnya aku kembali ke kamarku sendiri. Memang bukan sihir tingkat tinggi yang kugunakan, namun aku telah menggunakan banyak sihir. Terlebih lagi, berperan sebagai pendukung secara tak terduga cukup menguras mental. Namun, aku belum bisa lengah.

Aku menanyai Sebas, yang menyambutku, tentang keadaan selama aku pergi.

“Ada perubahan?”

“Yang Mulia Putri Pertapa sedang mencari Anda. Beliau mengatakan sedang keluar ke kota karena ada urusan.”

“Begitu ya...”

Setelah percakapan itu, pintu kamar tiba-tiba terbuka dengan kasar.

“Arnold! Kamu sudah kembali! Bermainlah denganku!”

Dengan kata-kata itu, Orihime langsung menerjang dan memelukku. Sebuah hantaman keras terasa di perutku, dan aku pun terbatuk.

“Ugh, ugh...”

“Hmm? Sakit, ya?”

“Sedikit.”

“Itu salahku. Tapi itu juga salahmu, tahu? Karena kamu meninggalkanku sendirian... Hm? Kamu kelelahan?”

Pengamatannya cukup tajam. Kalau aku menyangkal, pasti malah mencurigakan.

“Ya, sedikit.”

“Kurangnya semangat memang sudah biasa darimu, tapi wajahmu juga terlihat pucat. Ada apa? Ceritakan padaku! Apa pun masalahnya, akan kuselesaikan untukmu!”

“Bukan masalah besar. Akhir-akhir ini banyak hal yang terjadi, jadi aku kelelahan saja.”

“Apa!? Itu masalah besar! Ini tak boleh terjadi kalau teman bermainku kelelahan bukan karena bermain denganku! Ini bisa dianggap tantangan bagi kehormatanku!”

Entah bagaimana cara berpikirnya itu. Dan dia bahkan tanpa ragu menyebutku sebagai teman bermain. Padahal tugasku hanya sebagai pendampingnya.

“Ayo! Ceritakan masalahmu atau apa pun itu!”

“Haaah...”

Sepertinya dia sudah dalam mode mendengar keluhan. Kalau aku tak mengatakan sesuatu, dia tidak akan puas. Karena itu, aku pun memutuskan untuk mengucapkan sesuatu yang samar.

“Sepertinya Silver sedang kesulitan bergerak. Kalau kamu melihatnya dalam kesulitan, tolong bantu dia.”

“Petualang bertopeng yang kabarnya sedang naik daun itu, ya? Aku juga sempat tertarik padanya. Baiklah, aku mengerti! Serahkan padaku!”

Dengan senyum lebar, Orihime mengeluarkan sebuah bola dan mulai menggoyangkan ekornya seperti ingin berkata “Ayo cepat lempar!”

Dengan rasa lelah yang semakin menjadi, aku melemparkan bola itu, dan Orihime pun melompat tinggi mengejarnya dengan riang.


Bagian 6

Saat Al bergerak sebagai Silver, Leo pun bertindak atas inisiatifnya sendiri.

Begitu dia menyadari bahwa dirinya tak bisa menggerakkan Kaisar seorang diri, dia mulai mengunjungi para bangsawan di seluruh ibu kota kekaisaran, tanpa memandang golongan atau faksi mana mereka berada.

Tindakannya itu bisa saja disalahartikan sebagai upaya membangun kekuatan politik pribadi, namun Leo tidak ragu sedikit pun. Semuanya dia lakukan demi kepentingan Kekaisaran.

Apa yang dilakukan Leo adalah mengumpulkan tanda tangan. Dia menulis sebuah petisi yang diprakarsai olehnya dan meminta sebanyak mungkin bangsawan untuk menandatanganinya.

Meskipun ada perjanjian dengan guild petualang, kenyataannya guild tersebut tidak mampu menangani situasi. Leo percaya bahwa meski hubungan akan memburuk untuk sementara waktu, rakyat tetap harus diselamatkan. Dan pandangan ini mendapatkan banyak dukungan.

Dengan membawa petisi yang telah ditandatangani banyak orang, Leo berjalan di lorong istana bersama Marie.

“Marie. Aku akan menemui Kanselir setelah ini. Persiapkan segala sesuatu agar kita bisa segera bergerak.”

“Dimengerti. Namun... Bukankah itu berbahaya? Kemungkinan besar, pandangan Yang Mulia Kanselir akan sejalan dengan pandangan Yang Mulia Kaisar.”

“Aku tahu. Tapi satu-satunya orang yang bisa meyakinkan Ayahanda adalah Kanselir. Dengan begitu banyak bangsawan yang memberikan dukungan, Kanselir takkan bisa mengabaikannya. Dia pasti mau mendengarkan.”

“Walau pada akhirnya izin diberikan, bisa jadi hal itu akan merusak kesan beliau terhadap Anda. Dan jika itu terjadi, maka kesan Yang Mulia Kaisar terhadap Anda pun bisa ikut memburuk.”

“Menjaga martabat, ya... Tak masalah. Aku tidak melakukan sesuatu yang memalukan sebagai seorang pangeran.”

Mendengar itu, Marie menghela napas kecil lalu membungkuk ringan. Dia menyerah untuk mencoba membujuknya.

Begitu keputusan diambil, Leo takkan goyah. Marie tahu itu dengan sangat baik.

Setelah berpisah dengan Marie, Leo mempercepat langkah menuju ruangan Kanselir. Namun, seseorang memanggil dan menghentikannya di tengah jalan.

“Kalau kamu berniat berkonsultasi dengan Kanselir, sebaiknya hentikan, Leonard.”

“Kakak Eric... Apa itu peringatan?”

“Itu nasihat. Ayahanda berencana menugaskan kita sebagai penyambut tamu dari negara-negara tetangga. Jangan buat Ayahanda marah dengan menentangnya. Jika kamu tak ada, maka jumlah penyambut tamu akan berkurang.”

Seorang pangeran yang dimarahi Kaisar. Bila seseorang seperti itu ditunjuk sebagai penyambut tamu, para tamu akan merasa mereka tidak dihormati. Karena itu, orang semacam itu tidak bisa ditugaskan untuk menyambut negara-negara besar.

“Aku telah mempersiapkan acara ini dengan cermat sebagai Menteri Luar Negeri. Tolong jangan sia-siakan semua usahaku. Jangan buat masalah.”

“Aku tidak membuat masalah. Aku bertindak karena masalah telah terjadi.”

“Itu bukan masalah Kekaisaran. Itu masalahnya guild petualang. Jangan ikut campur.”

“Itu terjadi di wilayah Kekaisaran. Aku tidak bisa membiarkannya begitu saja.”

“Merekalah yang membuat kesalahan dengan sengaja menyingkirkan Silver. Dengan kejadian ini, Kekaisaran kita mendapat posisi tawar terhadap mereka. Ayahanda juga sudah meyakinkan Silver. Dia pasti akan tetap tinggal di Kekaisaran. Kalau kita menutup mata terhadap korban saat ini, semuanya akan berjalan lancar.”

“Apa kakak bisa mengatakan hal yang sama pada mereka yang kini sedang terancam oleh para monster?”

“Tidak perlu dikatakan. Begitulah dunia politik. Lihat saja gambaran besarnya. Ayahanda dan Kanselir pun menutup mata. Apa yang kamu lakukan sekarang hanyalah mengacaukan barisan.”

Dengan itu, Eric berdiri menghalangi jalan Leo. Namun, Leo menatapnya lurus, tanpa gentar.

Apa yang dikatakan Eric memang masuk akal. Kaisar sebagai pemegang kuasa tertinggi sudah menetapkan arah. Dan Kanselir yang menjadi penasihat pun tidak menentangnya. Itu berarti mereka berdua menilai bahwa ini adalah keputusan terbaik. Namun, tetap saja...


“Jika tugas kita hanyalah mengangguk dan menerima begitu saja perintah Kaisar, maka tak dibutuhkan lagi pangeran maupun para penasihat. Selama aku berada dalam posisi yang berhak menyuarakan pendapat, maka aku akan menyampaikan apa yang seharusnya disampaikan. Aku percaya bahwa kita harus bertindak demi rakyat. Aku mengerti ucapanmu bahwa hal itu bertentangan dengan keuntungan, Kakak Eric. Tapi aku tidak bisa menerima hal itu, karena kata-katamu hanya mengandung keuntungan semata.”

“Lalu selain keuntungan, apa lagi yang hendak kamu ajarkan?”

“Saat ini, banyak kekacauan sedang terjadi di seluruh penjuru Kekaisaran. Rakyat tengah menderita. Membiarkan hal itu tanpa tindakan bertentangan dengan prinsip luhur. Lambat laun, amarah rakyat akan tertuju pada keluarga kekaisaran.”

“Dalam kasus ini, yang akan disalahkan adalah guild petualang.”

“Mungkin memang begitu. Tapi tetap saja, amarah itu akan bersarang di hati rakyat. Karena keluarga kekaisaran tidak melakukan apa pun yang semestinya mereka lakukan.”

Pendapat keduanya tetap tidak menemukan titik temu.

Karena itu, Leo hanya membungkuk sopan, lalu melewati sisi Eric.

“Belajarlah sedikit dari Arnold. Orang yang tak mampu meninggalkan apa yang seharusnya ditinggalkan, takkan pernah menjadi Kaisar.”

“Aku takkan membuang siapa pun tanpa berbuat apa-apa. Meski aku tahu tak semuanya bisa diselamatkan, namun aku akan tetap berusaha sekuat tenaga. Karena satu nyawa yang bisa diselamatkan, itu sudah cukup berharga. Kakak pun pasti setuju. Tapi jangan samakan diriku dengan dirimu. Kakak Al bukanlah seseorang yang hanya berpangku tangan seperti dirimu.”

Dengan kata-kata itu, Leo pun melangkah menuju ruangan Kanselir.


* * *

“Ada yang ingin saya bicarakan, Kanselir.”

“Yah, kalau Pangeran Leonard memanggil, saya yang seharusnya datang menghadap.”

Sambil berkata demikian, Kanselir Franz menyambut Leo, menyeduhkan teh sendiri, lalu menyodorkannya kepada Leo. Leo menerimanya, dan menenggaknya dalam satu tegukan.

“Sayangnya, saya tidak punya waktu untuk bersantai sambil minum teh.”

“Itu... Sayang sekali.”

Kanselir menatap mata Leo yang lurus, kemudian menghela napas, dan menerima surat petisi yang disodorkan kepadanya.

Di dalamnya tertulis pernyataan bahwa rakyat harus diselamatkan, serta disertai banyak tanda tangan para bangsawan. Nama-nama bangsawan yang menurut ingatannya tidak memiliki keterkaitan dengan Leo pun tercantum di sana.

Mengumpulkan sebanyak ini dalam waktu singkat.

Franz terperangah oleh daya gerak Leo.

“Banyak bangsawan yang mendukung ini. Kita tidak bisa hanya menyerahkan ini pada guild petualang. Kekaisaran harus ikut bergerak untuk menumpas monster.”

“Kita telah memutuskan sejak awal bahwa urusan itu kita serahkan pada pihak Guild. Kita tidak bisa melanggar itu tanpa ada pembicaraan terlebih dahulu. Mohon pengertiannya.”

“Justru merekalah yang melanggarnya. Mereka tidak mampu menangani monster-monster itu.”

“Gerakan monster terjadi jauh lebih cepat dari yang diperkirakan. Jika kita mulai saling menyalahkan, maka tidak akan ada kerja sama yang terjadi. Lagi pula, upacara peringatan 25 tahun penobatan Kaisar sudah dekat. Menggerakkan pasukan untuk menumpas monster sekarang hanya akan memicu kecurigaan negara lain.”

“Kalau begitu, jangan gunakan pasukan. Kita harus menggerakkan kesatria dari Keluarga Pahlawan.”

“Memang benar, para kesatria dari Keluarga Pahlawan adalah para petarung hebat. Tapi mereka tidak bisa digerakkan dengan sembarangan. Bahkan lebih hati-hati daripada saat menggerakkan pasukan biasa, Anda seharusnya tahu itu.”

Keluarga Pahlawan adalah kartu truf Kekaisaran. Karena itu, mereka tidak bisa digerakkan sembarangan. Jika mereka digerakkan untuk membasmi monster, negara lain akan menganggap bahwa mereka juga akan digerakkan untuk urusan lain. Itu akan menimbulkan kecurigaan lebih besar daripada menggerakkan pasukan biasa.

“Rakyat sedang menderita. Banyak bangsawan mendukung ide bahwa mereka harus diselamatkan. Kondisi ini sudah cukup sebagai alasan untuk bertindak.”

“...Tidak bertindak adalah keuntungan dalam situasi ini. Anda mengerti itu, bukan?”

“Saya mengerti. Tapi tidak bertindak juga akan menimbulkan masalah. Anda pasti menyadarinya, Kanselir.”

“...Saya tidak menyangka Anda akan bertindak sejauh ini. Meski sudah ada perintah untuk menjaga sikap dan kehormatan, Anda tetap berani membantah langsung sang Kaisar.”

“Saya masih menjaga kehormatan saya. Perbedaan posisi melahirkan perbedaan pendapat. Saya memahami posisi Ayahanda. Namun, saya tidak bisa membiarkan pilihan untuk meninggalkan rakyat begitu saja. Sekaranglah waktunya untuk melindungi mereka. Berbagai kejadian besar tengah terjadi di seluruh wilayah. Rakyat kini diliputi kecemasan. Justru saat inilah kita harus berada di sisi mereka.”

Setelah mendengar bujukan Leo, Franz menghela napas dan mengangguk beberapa kali.

“Baiklah. Saya akan menyerahkan surat petisi ini langsung kepada Yang Mulia Kaisar dan mencoba membujuk beliau.”

Franz menerima permintaan Leo. Dengan membawa nama Leo dan para bangsawan yang mendukung, dia masih bisa menjaga kehormatannya.

“...Terima kasih banyak.”

Leo membungkuk dalam-dalam. Melihat itu, Franz menyipitkan mata.

Dulu pernah ada seorang pangeran yang sangat berdedikasi bagi rakyat. Kini, bayangan itu tergambar dalam sosok Leo.

“Pangeran Arnold mengingatkan saya pada Yang Mulia Kaisar di masa mudanya. Sedangkan Anda mengingatkan saya pada mendiang Putra Mahkota. Kemampuan untuk menggerakkan banyak orang, itu warisan dari kakak Anda, rupanya.”

“Sungguh suatu kehormatan. Saya selalu menjadikan kakak saya yang telah tiada sebagai panutan. Dan saya berniat terus seperti itu.”

“...Itu jalan yang berat. Mendiang Putra Mahkota adalah seseorang yang mampu menanggalkan keyakinannya bila diperlukan. Dia memiliki kekuatan untuk menyesuaikan diri. Bisakah Anda melakukan hal yang sama?”

“Itu saya belum tahu... Saya mengakui, saya ini terlalu lembut. Saya sadar telah merepotkan banyak orang karenanya. Tapi saya juga percaya, bahwa mempertahankan keyakinan juga merupakan bentuk kekuatan.”

“Begitu ya... Berarti tidak sepenuhnya sama. Tapi itu yang membuatnya menarik.”

Franz berkata demikian lalu berdiri. Dia berniat segera menuju kediaman Kaisar. Namun pada saat itu, seorang kesatria pengawal bergegas masuk ke ruangan.

“Maafkan kelancangan saya, ini keadaan darurat.”

“Ada apa?”

“Kami mendapat kabar bahwa monster-monster kuat yang mengamuk di berbagai wilayah semuanya telah berhasil ditumpas oleh para petualang dari cabang ibu kota.”

“Petualang dari cabang ibu kota...?”

“Apakah Silver yang bergerak?”

“Kami belum bisa memastikannya... Tapi kemungkinan besar iya.”

“Dan dia akan berkata bahwa dirinya hanya membantu, bukan yang menumpas monster?”

Franz menghela napas dengan wajah kelelahan, lalu menyuruh kesatria itu mundur. Dia kembali duduk ke kursinya.

“Sepertinya usaha kita sia-sia.”

“Saya tak menganggapnya sia-sia. Saya memilih untuk bertindak, dan Silver pun melakukan hal yang sama. Bila saya memilih untuk diam, saya pasti tak akan bisa menghadapi siapa pun. Tapi sekarang, saya tidak mengecewakan Silver yang telah bersedia bertindak demi Kekaisaran. ...Maka dari itu, saya yakin tindakan ini tetap memiliki makna. Yang terpenting, saya tak perlu menyesal.”

“Benar juga. Mungkin memang demikian.”

Sambil berkata demikian, Franz menyimpan surat petisi ke dalam laci mejanya. Petisi yang kini tak lagi diperlukan karena Silver telah menyelesaikan segalanya.

Namun tetap saja, Franz menyimpannya dengan hati-hati.

“Apa yang akan Anda lakukan dengan itu?”

“Nanti akan saya tunjukkan pada Yang Mulia Kaisar. Akan saya laporkan bahwa Anda telah menunjukkan sikap yang layak sebagai seorang pangeran.”

Mendengar itu, Leo menunjukkan ekspresi terkejut. Franz, karena posisinya sebagai Kanselir, seharusnya tidak berpihak pada satu kandidat penerus takhta mana pun.

Bahwa Franz bersedia menjaga citra Leo agar tidak memburuk adalah hal yang sangat langka.

“Kalau tidak hati-hati, tindakan ini bisa disalahartikan sebagai bagian dari perebutan takhta. Mengumpulkan dukungan banyak bangsawan bisa saja dilihat seperti itu.”

“Saya memang melakukan sesuatu yang bisa disalahartikan. Karena saya menentang pendapat Ayahanda.”

“Saya tahu Anda sudah bersiap untuk itu. Namun karena kejujuran dan ketulusan Anda, saya akan memastikan hal ini tidak menjadi kerugian bagi Anda. Harap lebih berhati-hati ke depannya. Meskipun, saya rasa Anda akan tetap bersikap lurus seperti ini.”

Franz pun tersenyum sambil mengantarkan kepergian Leo dengan tatapan hangat.



Previous Chapter | Next Chapter

0

Post a Comment


close