NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

[LN] Monogatari no Kuromaku volume 1 Prolog

 Prolog

 

Hal ini berlaku di novel, game, manga, dan anime.

 

Banyak cerita yang ada di dunia ini terdiri dari berbagai macam karakter.

 

Misalnya, Heroine, teman-temannya, dan jika latarnya adalah sekolah, guru-guru juga ikut muncul, jadi karakternya benar-benar sebanyak ceritanya.

 

Di sisi lain, satu hal yang dimiliki semua cerita adalah karakter yang disebut Tokoh utama atau Hero.

 

Bukan hal yang aneh bagi mereka yang asyik dengan sebuah cerita untuk memiliki beragam emosi terhadap tokoh utamanya.

 

Misalnya, jika ceritanya fantasi, wajar saja jika kita mengagumi sang tokoh utama yang mahir dalam ilmu pedang dan sihir, serta berperilaku gagah berani. Selain itu, jika sang tokoh utama memiliki pahlawan wanita yang menarik di sisinya, kita mungkin merasa iri.

 

Namun kita tidak boleh lupa.

 

Karakter-karakter yang menarik tidak hanya terbatas pada tokoh utama saja.

 

Bukanlah hal yang mustahil bagi karakter musuh yang memiliki kekuatan absolut untuk terlihat menarik.

 

Menjadi makhluk yang misterius dan kuat meninggalkan kesan yang kuat dalam diri sendiri.

 

────Contohnya, game yang sedang dimainkan Shiina Ren.

 

[Katakan padaku, apakah kamu benar-benar merasa dirimu layak disebut pahlawan?]

 

Di dunia yang terlihat melalui layar.

 

Di tengah reruntuhan kota yang dipenuhi rumah-rumah yang hancur berantakan, seorang anak laki-laki duduk di atas reruntuhan yang dulunya merupakan rumah dan berkata:

 

Pertanyaan itu diajukan kepada tokoh utama cerita. Ia adalah keturunan pahlawan yang mengalahkan Raja Iblis, dan ia memiliki beberapa sahabat di sisinya.

 

Namun tidak seorang pun menemukan jawabannya.

 

Sebaliknya, sang tokoh utama berdiri sendiri dan menghadapi anak laki-laki yang masih duduk di reruntuhan.

 

[Kita tidak akan kalah! Kita tidak boleh kalah!]

 

Anak laki-laki yang telah menunggu ini, meraih pedang yang tertancap di tanah dan diam-diam berdiri.

 

Sang tokoh utama tersapu pedang dengan mudah, dan puing-puing pun ikut terlempar bersama tubuhnya. Ia melawan berkali-kali setelahnya, tetapi hasilnya tetap sama.

[Kalian tampak putus asa. Kalian tahu bahwa meskipun kalian mempertaruhkan nyawa, kalian tidak dapat menjangkauku. Aku dapat melihat bahwa hati kalian mulai berpaling kepada Tuhan]

 

Anak laki-laki itu adalah seorang yang sangat terampil dalam menyerang, bertahan, dan sihir, dan dia mampu menahan siapa saja yang berani melawannya.

 

Saat tokoh utama terus menghadapi anak laki-laki itu, ia akhirnya kehabisan tenaga.

 

Dia jatuh ke tanah dan, dalam kesadarannya yang kabur, mendengar suara anak laki-laki itu.

 

[Aku iri pada kalian. Kalian tidak tahu kebenaran tentang dunia, dan kalian bisa memaafkan diri sendiri karena tidak berdaya]

 

Akhirnya, bocah itu meninggalkan tempat kejadian perkara, tanpa merenggut satu nyawa pun, dan meninggalkan beberapa kata bermakna saat ia pergi.

 

Penampilannya memancarkan aura sosok kuat yang beroperasi di balik layar cerita.

 

"...Kuat."

 

Pemuda itu, yang sedari tadi menonton TV, secara naluriah meletakkan pengontrolnya di lantai dan memperhatikan kepergian anak laki-laki itu melalui layar. Melihatnya bertarung dengan begitu tenang dan memperlakukan para tokoh utama seperti anak kecil membuat hatinya berdebar membayangkan betapa kuatnya anak laki-laki itu.

 

Saat dia menyerah pada emosi ini, dia tiba-tiba menggerakkan bibirnya.

 

Bayangan tentang anak laki-laki yang terlalu kuat itu terpatri di pelupuk matanya dan tak kunjung hilang, lalu dia bergumam pada dirinya sendiri:

 

"Jika itu aku---"

 

'Aku jadi bertanya-tanya, bagaimana aku akan hidup seandainya aku menjadi anak itu'


Post a Comment

Post a Comment

close