NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yosei no Batsurigaku―PHysics PHenomenon PHantom―[LN] Bahasa Indonesia Volume 1 Epilogue

 Penerjemah: Chesky Aseka

Proffreader: Chesky Aseka


Epilogue 

“Karena Aku Ingin Terus Hidup ── Undercooling Emotion ──”


Kanae sedang terbaring di atas ranjang.

Wajah Yuki, dengan penampilan kasualnya, menyembul dari samping dan mengintipinya. 

“Kanae, sudah sadar?” 

Saat dia mengangkat wajahnya karena merasa ada beban di sekitar perutnya, terlihat Levy dalam balutan seragam pelayan terkulai tertidur, menelungkup begitu saja.

Melihat perban dan kain di tangannya, tampaknya dia telah merawat Kanae sepanjang waktu. 

“Ini di mana?”

“Di dalam prefektur? Tempat yang disebut safe house, katanya begitu.”

“Seperti rumah persembunyian tempat kita bersembunyi waktu itu bersama Kasane, ya... Eh, tunggu, sudah berapa minggu aku tidur?”

“Dua minggu.” 

Kanae tertegun mendengar lamanya waktu dia tak sadarkan diri. Yuki pun menyerahkan secarik memo padanya. 

“Itu pesan dari Kasane dan Tatsumi.”


“Mulai sekarang, kami tak bisa lagi terlibat dengan kalian. Organisasi sudah tahu soal tindakan sepihak kami. Aku tidak bisa keluar dari organisasi ini sebelum menebus kesalahanku. Jadi, di sini kita berpisah. Hanya doa dan dukungan yang bisa kuberikan. Oh ya, aku tinggalkan sedikit uang di bawah ranjang. Jangan harap lagi ada kiriman uang santunan secara tiba-tiba, ya? Mulai sekarang kalian harus pandai-pandai mengaturnya sendiri. Paham?

“Kamu bukan ibuku!” 

“Supaya kamu bisa bangun dengan tenang, aku sudah bereskan masalah yang merepotkanmu, kak. Sisanya, semangatlah.”

“Seenaknya kamu aja!” 


Kanae tertawa terbahak-bahak, lalu mengembuskan napas panjang. 

“Ada apa? Masih ada yang sakit?”

“Bukan itu... Aku masih belum bisa melupakan Nozomi-sensei. Sejak ibuku meninggal, hanya beliau satu-satunya yang selalu berada di pihakku. Tapi begitu beliau mengkhianatiku, rasanya aku benar-benar tak punya seorang pun lagi di sisiku...”


Plak.

Tangan Yuki menepuk pipi Kanae. Tanpa tenaga, hanya sentuhan lembut. 


“Kanae pernah bilang, aku dan Levy juga manusia. Jadi di sisimu, ada kami.”

“Maaf! Aku sudah bicara yang tak seharusnya...”

Kanae menunduk, menyesali ucapannya, namun Yuki menarik kepalanya ke dadanya, lalu mengusapnya dengan lembut. 

“Jangan dielus begitu. Geli rasanya.”

“Setiap kali Kanae mengelus rambutku, aku selalu merasa tenang. Karena itu kali ini, biarkan aku gantian.” 

Kanae diam-diam menyeka air mata yang menetes, berusaha agar Yuki tidak menyadarinya. 

“Ngomong-ngomong, Levy... Bagaimana dia waktu tahu soal Nozomi?”

“Dia menangis terus, lama sekali. Tapi setelah seminggu, Levy tersenyum lagi. Dia bilang, ‘Kalau Tuan Kanae sedih, maka akulah yang harus tetap tersenyum.’”

“Levy memang kuat, ya... Tapi sekarang, aku, kamu, dan Levy, apa yang harus kita lakukan?”

“Aku akan pergi ke Tokyo. Dari Tokyo Absolute Zero, dari dosa-dosaku, aku tak akan lari lagi. Aku akan meminta maaf pada lima belas juta jiwa itu. Aku akan mencari cara untuk menebus kesalahanku... Dan aku akan menyatakan bahwa aku ingin hidup.” 

Yuki mengucapkannya tanpa ragu sedikit pun. 

“Ke Tokyo, ya... Yah, kalau bisa menghentikan waktu, mungkin masih bisa kita atasi.”

“...Telestial Globe sudah tak bisa kugunakan lagi. Aether sudah habis. Selain itu, Master Key itu pun tak lagi ada dalam diriku. Hal ini belum kukatakan pada Kasane. Hanya kubilang kekuatanku mulai memudar...”


Kasane memang sudah memperingatkan bahwa masa depan Yuki tak bisa dipastikan.

Tapi kehilangan kemampuan menghentikan waktu adalah pukulan besar.

Hampir seluruh alasan Kanae dan yang lainnya bisa lolos hidup-hidup dari orang-orang berpakaian hitam di Kobe adalah berkat Telestial Globe.

Dan kini, mereka bahkan kehilangan petunjuk berupa Master Key itu. 

Akhirnya, apa yang sebenarnya direncanakan oleh Haitani Gien, ayahnya Kanae, tetap menjadi misteri.


“Tapi ada kabar baik. Karena kekuatanku memudar, kerusakan dunia juga berkurang. Kata Kasane, ‘setidaknya bisa jadi penghiburan kecil, kan?’”

“Artinya Yuki jadi jauh lebih lemah dari sebelumnya... Tapi kamu tetap mau ke Tokyo?”

“Ya. Untuk itu aku sudah memintamu membelikanku baju musim dingin.”

“Jadi itu alasan anehmu memilih baju musim dingin di lantai 197.”

“Perjalananku juga sudah mendapat izin dari Levy. Dengan senyum, dia menerimanya.” 


Kemampuan pengamatan Levy yang hampir menyerupai kemahatahuan di Kobe hanya mungkin terjadi karena dukungan Yuki.

Sekarang, dengan kekuatan yang jauh berkurang, mereka tetap bersikeras berangkat.


“Sebelum kita ke Tokyo, kita perlu mampir. Mari kita kunjungi daerah-daerah yang terdampak Tujuh Bencana Besar di sepanjang jalan. Dan kita cari Hide Lab yang tersisa. Mungkin saja itu jadi petunjuk untuk menyelesaikan kerusakan dunia. Lagipula, meski aku sama sekali tak ingat, tetap saja aku harus membereskan warisan masalah dari ayah sialan itu.”

“Um... Sebenarnya aku masih belum mendengar jawabannya. Perjalananku ini... Kamu mengizinkannya?”

“Apa maksudmu? Aku ini tuanmu, Yuki. Apa pun yang kamu inginkan, pasti akan kukabulkan.”

“Kalau begitu, aku mohon... Tetaplah di sisiku.”

“Aku akan selalu menemanimu, Yuki. Lagi pula, perjalanan ini juga untuk diriku sendiri...” 


Kanae teringat hari-hari di ruang laboratorium lama sekolah menengahnya, saat dia berbincang dengan Nozomi bersama Levy.

Mereka bilang, kebaikan Nozomi waktu itu hanya pura-pura. Tapi Kanae tidak bisa percaya bahwa semuanya palsu.

Hanya dengan bisa berpikir begitu, dia merasa bahagia. 

...Dia bernostalgia, namun dia tak berniat untuk kembali ke kehidupan lamanya. Dia hanya ingin mengenang hangatnya percakapan di masa itu.


“—Kanae, kamu bisa mendengar Strange Code, jadi apa impianmu?”


“—Aku ingin memperbaiki kedudukan para Peri Fenomena.

“Agar mereka tak lagi ditindas siapa pun, tak lagi dijadikan bagian dari sebuah sistem.

“Aku ingin menciptakan dunia di mana mereka bisa tertawa lepas, hidup dengan damai.”



Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close