NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Yosei no Batsurigaku―PHysics PHenomenon PHantom―[LN] Bahasa Indonesia Volume 1 Afterword

Penerjemah: Chesky Aseka

Proffreader: Chesky Aseka


 Penjelasan

Sebagai Pengganti Kata Penutup


Aku rupanya menyimpan naskah selesai dari Fairy Physics sekitar pukul tiga dini hari, pada bulan September 2015.

Hari itu hari apa, atau bagaimana suasana hatiku kala itu, sama sekali tak bisa kuingat. 

Novel ini, dengan tebal 156 halaman dua muka, berjumlah 77.265 huruf. Jumlah itu jauh melampaui aturan yang ditetapkan untuk sayembara Dengeki Grand Prize, sehingga mustahil aku mengajukannya. Bagi kami para penulis wannabe yang mengincar penghargaan itu, naskah seperti ini dianggap sekadar “hobi”. Dan sebuah novel “hobi” yang selesai tidak otomatis akan menghubungkan kita pada tujuan sebenarnya yang hendak dicapai. 

Waktu pun berlalu. Pada tahun 2024, Fairy Physics – PHysics PHenomenon PHantom meraih penghargaan utama Dengeki Grand Prize. Naskah sepuluh tahun silam itu, meski telah mengalami revisi agar sesuai aturan, diterbitkan hampir sama dengan bentuk aslinya. Aku yang sudah lama menjadi penulis hanya bisa berkata, “Serius?” takjub bercampur terkejut. 

Perkenalkan, namaku Uzo Toshimichi. Dari Dengeki Bunko, penerbit yang sama dengan karya ini, aku telah menerbitkan beberapa novel. Seperti yang tampak dari perbedaan nama pena, aku bukanlah Denji Yuutai-sensei, penulis karya ini. Lalu mengapa seorang penulis yang bukan pengarang aslinya menulis semacam kata penutup di bagian akhir buku ini? Bagi yang belum tahu latar belakangnya, izinkan aku menjelaskan secara singkat. 

Denji Yuutai-sensei, penulis Fairy Physics, meninggal dunia pada bulan Februari 2024. Itu adalah kabar duka yang datang terlalu tiba-tiba, di tengah proses revisi untuk persiapan penerbitan karya ini. 

Maka buku yang sedang atau yang akan kalian baca ini adalah naskah kiriman sayembara, yang hanya mendapat penyuntingan dasar dari tim editorial Dengeki Bunko sebelum diterbitkan. Barangkali, tidak jauh berbeda dari naskah yang pertama kali kubaca, sekitar tahun 2015. 

Aku dan Denji Yuutai-sensei adalah senior dan junior semasa mahasiswa. Aku senior, dia junior. Entah bagaimana, lewat ajakannya, aku pun ikut mengejar impian menjadi penulis, dan aku jauh lebih dulu berhasil debut. 

Naskah yang kemudian menjadi karya debutku juga pertama kali dia yang baca. Usai selesai, dia langsung berkata, “Kayaknya ini bakal menang. Jadi nanti traktir aku yakiniku pakai hadiah uangnya, ya.” Aku masih ingat jelas kata-kata itu. Pada kenyataannya, aku gagal meraih penghargaan itu dan hanya bisa debut lewat jalur seleksi khusus, tapi akhirnya aku tetap menraktirnya yakiniku. 

Waktu berputar, lalu tibalah gilirannya yang memenangkan penghargaan. Dia pernah bilang suatu hari akan menraktirku sebagai gantinya. Sayang, itu tidak pernah sempat terwujud. 

Oleh karena itu, aku yang kini menuliskan kata penjelasan di akhir buku ini, sebagai pengganti dirinya.

Ini hanyalah sebuah penjelasan, bukan tulisan duka. Maka kisah-kisah bernuansa muram biarlah kuserahkan pada kesempatan lain. Di sini, aku hanya ingin sedikit mengulas karya ini.


Karya ini terbit dalam bentuk terbaik yang bisa diimpikan semua penulis.

Hal ini mungkin hanya bisa dipahami oleh penulis profesional: naskah awal nyaris tak pernah diterbitkan begitu saja. Umumnya, sebuah buku bisa jadi melalui banyak revisi, pemangkasan, penyuntingan, dan perbaikan yang berulang kali. 

Menuliskan hanya apa yang ingin ditulis, menyampaikan hanya apa yang ingin disampaikan, lalu menyuguhkannya langsung kepada pembaca, hal itu hampir mustahil. Selalu ada interaksi dengan editor, selalu ada bagian yang dipotong dengan perasaan getir, selalu ada adegan yang sesungguhnya tak ingin dimasukkan tetapi secara komersial mesti dimasukkan. Semua itu kerap menimbulkan rasa negatif pada penulis. 

Namun, seperti yang sudah disebutkan, karya ini terbit dalam bentuk naskah kiriman, dengan kata lain, naskah awalnya. Batu permata mentah berisi seluruh hasrat Denji Yuutai-sensei dituangkan apa adanya ke dalam buku ini. Tentu, karena masih berupa “batu mentah”, pasti ada bagian yang sulit dibaca atau sulit dipahami. Revisi sejatinya bertugas untuk memperhalus sisi-sisi itu. 

Faktanya, saat pertama kali kubaca dulu, yang pertama kali kuucapkan padanya adalah, “Susah banget bacanya.” 

Dan kini, saat kubaca ulang, yang kurasakan murni hanyalah iri. Baik buruknya, aku telah terlalu lama jadi penulis profesional, sehingga aku sudah tak mampu lagi menulis hanya dengan bertumpu pada panasnya semangat pribadi. Pasti terlintas soal editor, soal reaksi pembaca, soal angka penjualan. Aku sudah tahu bahwa dalam dunia komersial, menulis semaunya takkan diizinkan. 

Karena itulah, karya ini, yang terbit tanpa ikatan komersial apa pun, pastilah merupakan bentuk terbaik yang bisa diharapkan setiap penulis. Terlebih bagi Denji Yuutai-sensei sendiri, ini adalah bentuk terbaik. Naskah awalnya terbit apa adanya, bahkan diberi ilustrasi yang indah pula. Apalagi dia sejak dulu sangat lemah dan membenci pekerjaan revisi, jadi dari sisi itu pun ini adalah yang paling ideal baginya. 

Aturan kami berdua adalah “Memberi komentar dengan jujur”. Kami percaya memuji karya dengan kebohongan justru tidak menghormati penulisnya. Maka aku harap kalian semua juga mengikuti prinsip itu: sampaikan komentar atau pendapat murni di media sosial atau di mana pun. Baik aku maupun dia, pasti akan senang. Tentu saja, bila kalian murni merasa karya ini menarik dan menyenangkan, menyampaikannya adalah kebahagiaan terbesar bagi kami. Bagaimanapun, yang terpenting adalah kalian membicarakan Fairy Physics sesuai yang kalian rasakan. 

Akhirnya, izinkan aku sedikit bicara pribadi. Aku yang dulu gagal meraih penghargaan Dengeki Grand Prize, tak pernah menyangka bisa ikut terlibat meski sedikit saja dalam karya pemenang utama. Denji Yuutai-sensei bukan hanya mewujudkan mimpinya, tapi juga sekaligus mimpiku. Untuk itu, aku mengucapkan rasa terima kasih yang takkan pernah padam sepanjang hidupku.

 

Dengan keyakinan bahwa karya ini akan meninggalkan sesuatu di hati para pembacanya, sebagai seorang senior, sebagai seorang penulis, dan sebagai seorang sahabat, aku menuliskan kata-kata sederhana ini. Dan di kesempatan yang sama, aku menghaturkan rasa terima kasih sedalam-dalamnya kepada tim editorial Dengeki Bunko yang dengan tulus mewujudkan penerbitan karya ini sesuai dengan kehendak terakhirnya. 

Terima kasih banyak telah membacanya hingga akhir.


Uzo Toshimichi


Previous Chapter | ToC | 

Post a Comment

Post a Comment

close