NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V3 Chapter 3 Part 1

 Penerjemah: Ikaruga Jo

Proffreader: Ikaruga Jo

Chapter 3 - Bagian 1

[Summer Time Blues]


1 [Saat Aku Menyerbu Tempat Kerjanya]


Liburan musim panas sudah memasuki pertengahan.


Hari itu, ketika Tsumugi dengan riang pergi ke tempat Momoka-chan.


Aku memutuskan untuk menjalankan rencana yang sudah lama kupendam.


Pekerjaan rumah sekolah sudah lama selesai, dan sekarang, setelah perkiraan jumlah belajar yang direncanakan sebelum liburan musim panas bisa diselesaikan, akhirnya tiba saatnya untuk bertindak.


Aku berniat diam-diam mengunjungi tempat kerja Yua.


Sebenarnya, Yua tidak menyembunyikan tempat kerjanya, bahkan dia sempat "mengiklankan" dengan berkata, "Kalau Shinji tidak sibuk, datang saja ya~", jadi tidak perlu sembunyi-sembunyi sih.


Lenganku terasa panas karena gips, dan aku tidak bisa menggunakan sepeda. Jadi, aku berjalan kaki ke stasiun, naik kereta dua stasiun, lalu turun.


Sekitar lima menit dari stasiun terdekat, di area yang rapi dengan gedung-gedung apartemen tinggi, kedai kopi itu berada.


Bangunan kayu dengan eksterior yang meniru kafe-kafe bergaya Barat yang budaya kafe-nya berkembang, membuatku berprasangka buruk bahwa pasti isinya orang-orang modis saja, sehingga aku bahkan kesulitan masuk ke dalam dan malah menghabiskan waktu berjalan-jalan di sekitar.


Tapi, aku yang hari ini, tidak akan gentar dengan cara menyedihkan seperti itu.


"Wah, ini kafe tempat Yua-cchi kerja, ya."


Itu karena Ousaki bersamaku.


Ada kemungkinan dia akan mengkritik setiap ada kesempatan, jadi kalau sampai terlihat sedikit saja menyedihkan, aku tamat.


Yah, mungkin dia akan menganggapku menyedihkan karena tidak datang sendiri melainkan membawa Ousaki, tapi mau bagaimana lagi, Ousaki sendiri yang mengirim pesan "Mumpung ada kesempatan, aku mau ikut!" dan akhirnya ikut. Ousaki juga sibuk dengan kegiatan atau kerja paruh waktu, jadi sepertinya dia belum pernah mampir ke tempat kerja Yua, dan dia terlihat sangat bersemangat.


"Ousaki-san, jangan terlalu ribut dan merepotkan, ya."


"Kenapa berasumsi aku bakal ribut?"


"Karena kalau lihat Yua kerja pakai seragam, kamu pasti bakal teriak-teriak dan foto-foto terus."


"Nggak bakal foto, kok~"


Ousaki membantah dengan gaya "Latino Heat".


"Oh, ternyata dia punya sisi waras juga," pikirku sesaat.


"Daripada foto di HP... aku mau mengukirnya di mata Rumi secara langsung, jadi aku akan melihatnya dengan teliti dan seksama."


Tiba-tiba, Ousaki mengangkat tangannya perlahan... dan di tangannya ada obat tetes mata.


"Dengan ini, mata Rumi akan selalu dalam kondisi terbaik."


"Ternyata lebih parah dari yang kubayangkan."


"Daripada Rumi, Nagumo-kun sendiri jangan terlalu heboh, ya! Kalau sampai bilang ke pelanggan, 'Anak itu imut banget, kan? Dia pacarku, lho?', aku bakal pulang cuma ninggalin bon!"


"Aku tidak punya sifat agresif dan sok jagoan seperti itu."


Dan aku juga tidak ada niat mentraktir atau patungan. Ini bukan kencan, jadi bayar sendiri-sendiri bagianmu.


"Ngomong-ngomong, Nagumo-kun, sejak kapan kamu mulai memanggil Yua-cchi dengan namanya di depan Rumi?"


Ousaki menyenggol punggungku dengan siku.


Sial. Aku tidak sengaja memanggil Yua dengan namanya seperti biasa. Padahal Ousaki adalah teman sekelas, jadi aku seharusnya memanggilnya 'Takara-san' agar tidak khawatir keceplosan memanggil 'Yua' di kelas...


Karena sedang liburan musim panas, aku jadi jarang bertemu Ousaki, mungkin kewaspadaanku jadi tumpul.


"Yah, ini kan liburan musim panas. Sekarang kalian tinggal bersama, kan. Rumi tidak akan usil, jadi aku tidak akan bertanya detail apa yang terjadi selama liburan."


Dengan wajah yang penuh dengan hal-hal usil, Ousaki menyeringai.


Ousaki mengira aku dan Yua pacaran, dan tatapannya terhadapku, si 'pacar', juga tajam. Kalau aku mengatakan yang sebenarnya, 'Tidak ada apa-apa kok', sepertinya Ousaki akan marah.


"...Sudah, ayo cepat masuk."


Maka dari itu, aku tidak bisa mengoreksi kesalahpahaman Ousaki.


"Oh, oh, Nagumo-kun malu-malu, ya."


Ousaki menunjukkan ekspresi senang seolah-olah dia menemukan sesuatu yang menyenangkan untuk digoda. Sungguh menyebalkan.


Meskipun begitu, Ousaki yang dulu pasti akan sangat marah jika Yua, sahabat karibnya, dekat dengan seorang laki-laki, tapi melihatnya menikmati hal ini, sikapnya terhadapku pasti sudah melunak.


Aku merasa apa yang sudah kulakukan tidak sia-sia, dan sedikit ingin memuji diriku sendiri.



Kafe 'El Paso' tempat Yua bekerja, seperti yang kuduga dari luar, memiliki interior yang berkarakter.


Bangunan kayu bergaya bar di film koboi, dengan pencahayaan oranye lembut yang menerangi ruangan. Seragam pelayan wanita didasarkan pada gaun yang biasa terlihat di Oktoberfest Jerman, namun disederhanakan agar mudah bergerak. Desain off-shoulder-nya terbuka lebar dari tulang selangka hingga dada, jadi aku sedikit kesulitan menempatkan pandanganku. Pelayan pria tidak terlihat. Hanya ada wanita.


Toko ini sepertinya berubah menjadi bar yang menyajikan alkohol di malam hari, dan ada bar counter di ujung toko. Karena masih siang, sepertinya tidak ada bartender.


Di bagian belakang toko, ada panggung yang menonjol seperti panggung pertunjukan, dan dari posisiku, aku bisa melihat piano. Aku tidak tahu apakah itu hanya interior atau bisa dimainkan.


"Selamat datang... Eh? Shinji?"


Yang menyambut kami saat masuk adalah Yua.


Dia mengenakan pakaian yang sama dengan pelayan wanita lainnya, jadi mungkin karena korsetnya, dadanya terlihat lebih menonjol.


Tempat apa ini, toko cabul kah? Bukan, ini karena aku tidak terbiasa. Makanya, sedikit terbuka saja sudah terlihat tidak senonoh. Terlihat tidak senonoh itu karena aku yang tidak senonoh.


"Rumi juga ikut?"


Yua terlihat bingung.


Aku kira Ousaki sudah memberitahu Yua sebelumnya via MINE.


"Ini kejutan, kejutan. Aku datang tiba-tiba biar Yua-cchi kaget!"


"Serius! Kaget banget~"


Yua dan Ousaki ber-high five "Pacin!" dan tersenyum satu sama lain, tapi tiba-tiba Yua saja yang menunjukkan ekspresi cemas,


"...Dan, tidak ada kejutan tambahan lagi, kan?"


Dia mengalihkan pandangannya antara aku dan Ousaki.


"Eh, tidak ada kok?"


Bahkan Ousaki pun tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.


"Oh, syukurlah kalau begitu."


"Ah~, jangan-jangan Yua-cchi mengira kamu datang ke sini kencan dengan Nagumo-kun, ya?"


"Bukan, kok! Aku tidak berpikir hal kekanak-kanakan seperti itu!"


"Reaksi jujurmu bikin iri, deh~"


Lalu Ousaki, tanpa melihat, melayangkan *reverse knife-edge chop* ke dadaku.


"Terlalu romantis sampai bikin mual~"


Oh ya? Dadaku malah sakit berdenyut-denyut karena serangan fisikmu... Aku tidak akan mengeluh tentang kekerasanmu sekarang, tapi setidaknya beritahu aku sebelumnya kalau mau menyerang. Aku tidak bisa mengambil posisi bertahan.


"Kalau begitu, ayo ikut aku, aku akan mengantar kalian ke tempat duduk~"


Yua yang sudah sangat gembira, mengajak kami ke bagian belakang toko.


Kami ini pelanggan, lho, apa dia tidak akan dimarahi manajer nanti karena berbicara terlalu santai? Aku jadi khawatir yang tidak-tidak.


"Oh, ngomong-ngomong, anak ini manajernya."


Di meja bar counter yang tertutup, ada seekor hewan kecil hitam yang meringkuk.


"...Ini cuma terlihat seperti kucing, deh?"


Ketika aku menunjuk gumpalan bulu hitam itu, Yua dan Ousaki serentak berkata:


"Memang kucing kok."


"Memangnya apa lagi selain kucing?"


Aneh. Sepertinya ada perbedaan persepsi antara kelompok cewek gaul dan aku. Kucing... tapi manajer?


"Kafe kami ini, kucing hitam bernama Loco-chan adalah manajernya. Yah, sebenarnya, ada seorang wanita yang jadi manajer sementara yang menjalankan peran manajer, dan dia juga yang mewawancaraiku," kata Yua setelah mengantar kami ke meja tepat di tengah toko.


"Kenapa serumit itu?"


"Katanya tidak mau ada hierarki di tempat kerja. Pemiliknya yang bilang."


"Bukankah pekerjaan itu tidak akan berjalan tanpa hierarki?"


Aku belum pernah bekerja, tapi bukankah perusahaan seperti itu?


"Nagumo-kun, kamu sama sekali tidak mengerti, ya. Pemilik itu, bisa seenaknya dan tidak masuk akal. Jangan dipikirkan, rasakan saja!"


Sambil berkata "You are fire!", Ousaki ikut mendukung Yua... Jangan-jangan Ousaki punya bakat jadi budak korporat yang setia, ya?


"Yah, tapi, ada senior, dan akhirnya manajer sementara yang mengurus semuanya, jadi Loco-chan itu cuma simbol saja. Tapi lihat, kan, kalau hewan jadi manajer, rasanya menenangkan, kan?"


Yua menunjuk ke arah manajer Loco, dan terlihat pelayan wanita yang sedang menunggu sesekali datang dan bermain dengannya.


"Berarti ada unsur kafe kucing juga, ya?"


"Betul sekali. Tidak ada orang yang tidak suka kucing, kan. Sambil kerja juga bisa merasa tenang, jadi tidak ada stres."


Jika Yua yang benar-benar bekerja di sana yang mengatakan begitu, berarti memang begitu.


Namun, ada juga orang yang alergi kucing meskipun suka kucing di dunia ini, aku jadi bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan jika orang seperti itu datang sebagai pelanggan.


"Yua-cchi~, apa rekomendasi di sini?"


Minat Ousaki yang sedang membuka menu, sudah sepenuhnya beralih ke makanan dan minuman. Dia sepertinya tidak merasa aneh dengan manajer kucing. Padahal aku masih belum bisa memahaminya.


Ketika aku samar-samar berpikir, "Jangan-jangan dia akan mengeluarkan makanan kucing kalengan rekomendasi manajer," Yua menatapku, menyipitkan mata dengan senyum lebar, dan menunjuk dirinya sendiri.


"Mungkin aku!"


"Itu menu rahasia khusus Nagumo-kun, kan. Lakukan yang seperti itu kalau Rumi tidak ada."


Aku merasakan firasat kekerasan dari Ousaki lagi, dan kali ini aku mengeraskan dadaku untuk mengambil posisi bertahan.


"Tidak, ada juga kok yang untuk Rumi?"


Ketika uua berbalik menghadap Ousaki, Ousaki tersenyum cabul.


"Hee, Yua-cchi, mengerti saja. Kalau begitu, langsung saja ke pangkuan Rumi."


"Ini bukan toko yang menyediakan layanan seperti itu, kan..."


Aku merasa harus menegur Ousaki yang mulai bercanda keterlaluan, karena ini bisa memengaruhi reputasi toko. Apalagi toko ini hampir penuh, jangan melakukan hal-hal sembarangan.


Agar Yua tidak dipecat gara-gara Ousaki, aku segera memutuskan pesanan untuk Ousaki juga dan menyuruh Yua ke dapur.


"Ah, sayang sekali, padahal aku hampir bisa mendapatkan layanan spesial dari Yua-cchi."


"Daripada kesenangan Ousaki-san, aku harus melindungi tempat kerja Yua."


Meskipun keinginannya terganggu, Ousaki tidak terlihat tidak puas. Mungkin karena dia memprioritaskan Yua.


"Nagumo-kun enak, ya, bisa dapat itu di rumah. Pantas saja santai begitu~"


Ousaki masih salah paham karena aku tidak bisa mengoreksinya.


Meskipun lebih menguntungkan jika dia salah paham, tetap saja ada rasa tidak nyaman.


"Ngomong-ngomong, Ousaki-san, bagaimana pendapatmu tentang kegiatan Nagumo Hiroki selain gulat profesional?"


Aku beranikan diri untuk mengganti topik ke ayahku.


"Ah~, Nagumo yang main drama itu?"


Karena topiknya tentang idola, dia langsung tertarik. Cara ini memang ampuh untuk Ousaki.


"Menurut Rumi sih, boleh-boleh saja~"


"Oh, begitu. Tidak kusangka."


Ketika aku menjawab begitu, Ousaki memiringkan kepalanya.


"Karena aku kira Ousaki-san akan tidak suka dengan alasan dia melakukan hal yang berbeda dari citranya di ring."


"Tentu saja Rumi juga berpikir 'Eh...' kalau orang yang biasanya bergulat dengan gaya ekstrem muncul di acara variety dan digoda dengan cara aneh, atau jadi sangat rendah hati, tapi Nagumo kan selalu sama baik di ring maupun di TV. Dia menampilkan sosok Nagumo yang Rumi ingin orang-orang yang tidak tahu gulat profesional kenal, jadi Rumi tidak masalah Nagumo melakukan hal lain selain gulat profesional."


Setelah mendengar alasan dari Ousaki, ternyata dia memiliki pendapat yang mirip denganku, tidak ada yang mengejutkan sama sekali.


Ayahku, meskipun tampil di media yang berbeda, tetap bersikap tenang dan bisa mempertahankan citra yang sama seperti saat bertarung, bahkan di luar ring. Mungkin itu bakat bawaan, dan karena itu, suasana di sekitarnya tidak menjadi aneh. Dia kan *yang-kyara* (orang yang ceria dan populer), tidak seperti aku.


"Tapi, Rumi juga tidak menyangka dia akan beradu akting dengan Shinomiya Keika, sih."


Bersamaan dengan perkataan Ousaki itu, aku melihat Yua yang sedang melayani di meja yang sedikit jauh menoleh ke arah kami.


Mungkin dia khawatir trauma lamaku akan muncul kembali karena Ousaki menyebut nama 'Shinomiya Keika'.


Jika itu aku yang dulu, aku mungkin akan merasa murung seperti yang Yua khawatirkan, tapi sekarang, aku terkejut sendiri betapa tenangnya aku.


"Oh, begitu, ya. Aku juga kaget saat tahu dari berita."


Aku diam-diam melambaikan tangan agar Ousaki tidak melihat, memberi isyarat 'Aku baik-baik saja'.


Sepertinya memang berkat Yua, aku tidak lagi terlalu sensitif dan murung tentang ibuku seperti dulu.


Salah satu alasannya mungkin karena Yua mau menerima keluhanku sehingga aku merasa lebih lega secara mental, tapi selain itu, ada juga keinginan untuk bersikap kuat dan tidak ingin menunjukkan sisi melankolisku tentang ibuku. Yua sendiri juga sedang menghadapi kesulitan, jadi aku tidak ingin terlalu membuatnya khawatir.


"Tapi, ya~, menurut Rumi, akting Nagumo itu tidak terlalu bagus..."


Ousaki jarang sekali ragu-ragu dalam berbicara.


"Tidak, aku tahu apa yang ingin kamu katakan."


Aku tidak tahu apa pendapat ayahku sendiri, tapi menurutku, ayahku seharusnya tidak diberi terlalu banyak dialog, dan sebaiknya dia memerankan karakter penjahat yang menakutkan dengan wajah seram.


Kalau begini, seharusnya aku bertanya langsung padanya peran apa yang akan dia mainkan.


Aku jadi merasa seperti seorang putra yang mengawasi ayahnya, khawatir dia akan merepotkan di lokasi syuting.


Previous Chapter | Next Chapter

0

Post a Comment

close