Penerjemah: Ikaruga Jo
Proffreader: Ikaruga Jo
Chapter 2 - Bagian 1
Musim Panasku Kali Ini Lebih Ramai dari Biasanya
◆ 1: Sahabat Karib yang Konsisten Meski Libur Musim Panas
Musim panas itu panas.
Dan berisik.
Bukan suara jangkrik yang mengerik seolah membakar habis sisa umurnya.
"Hah!? Kamu mau pergi ke festival musim panas sama Yua-cchi!? Ruumi juga ikut!"
Itu suara teman sekelasku yang bertubuh mungil dengan rambut pink dikepang dua, yang melanggar aturan sekolah terang-terangan... Dia adalah Ousaki Ruumi.
Saking keras suaranya, aku sampai berpikir, "Mungkin lebih baik tidak memberitahunya."
Tapi, Tsumugi yang baik hati berencana mengajak Momoka-chan yang akrab dengannya ke festival musim panas juga. Sebenarnya kalau cuma Momoka-chan sih tidak masalah, tapi kemungkinan besar kakak penggemar gulat ini juga akan ikut sebagai pendamping adiknya, jadi tidak mungkin merahasiakannya dari Ousaki. Kalau tidak memberitahu sama sekali, rasanya seperti mengucilkan, kan.
Waktu itu sedikit lewat tengah hari.
Hari itu, Yua pergi bekerja paruh waktu, Tsumugi pergi bermain dengan Momoka-chan, dan aku juga sudah selesai belajar, jadi aku datang menjenguk Ousaki di tempat kerjanya sambil melaporkan rencanaku untuk ikut festival musim panas.
Tentu saja, aku sudah memberi tahu Yua kalau aku akan pergi ke tempat Ousaki. Yua mengira lenganku lebih parah dari kondisi sebenarnya, jadi kalau aku pergi sendiri tanpa bilang-bilang, dia pasti akan terlalu khawatir. Jadi, aku sudah bilang padanya sebelumnya.
Setelah Ousaki istirahat, aku datang ke restoran cepat saji dekat TK Dome ini, tempat Ousaki pernah mentraktirku dulu.
"Jadi, kamu benar-benar datang ke festival musim panas?" kataku sambil menyeruput jus dengan sedotan di dalam restoran yang ber-AC cukup dingin.
"Apaan tuh? Kamu nggak mau Ruumi datang ya?" Ousaki juga menyeruput jusnya dengan cara yang sama.
Jangan meniru, dong.
"Pasti kamu memanfaatkan alasan lenganmu nggak bisa digerakin buat ngerepotin Yua-cchi terus, kan?"
Ousaki juga tahu kalau Yua sedang tinggal di rumah keluarga Nagumo untuk membantuku.
Ousaki adalah salah satu orang yang salah paham dan mengira aku dan Yua pacaran. Aku selalu "diperiksa" oleh Ousaki, apakah aku pantas menjadi pacar Yua.
Tepat sebelum liburan musim panas, anggota grup anak populer yang akrab dengan Yua menyatakan perasaannya pada Yua dan ditolak, sehingga sempat muncul suasana canggung dalam hubungan pertemanan Yua. Aku sampai membuat alasan palsu dan mempertaruhkan diri untuk melindungi tempat Yua, dan Ousaki sepertinya sedikit mengakui diriku setelah itu. Tapi, tatapan tajamnya padaku masih sama.
"Kalau gitu, kenapa nggak ajak Ruumi aja, biar beban Yua-cchi berkurang?"
"Eh? Ousaki-san juga mau bantuin aku?"
"Ya iyalah. Walaupun begini, aku juga khawatir lho."
"Oh, gitu ya. Makasih ya udah perhatian."
Ousaki terkadang bersikap ketus padaku, "pacar" Yua, saking sayangnya dia pada sahabatnya itu. Tapi kalau tidak ada Ousaki, aku tidak akan bisa melewati liburan musim panas ini dengan tenang. Dia adalah teman sekelas yang keras, tapi juga bisa diandalkan.
"Gimana kalau Ruumi juga tinggal di rumah Nagumo-kun?"
"Terima kasih, tapi tidak."
"Kok langsung jawab gitu?"
"Aku nggak lupa lho, pas baru cidera, kamu malah mau main-main sama ini daripada khawatir sama lenganku, kan?"
Aku menggoyangkan lenganku yang digips.
"Pasti kamu incar ini, kan? Kamu mau main pura-pura jadi pegulat jahat yang melakukan serangan curang 'lariat gips' sambil ngumpet-ngumpet dari wasit, kan?"
"Ya iyalah!"
"Nah, ketahuan deh niat aslinya."
"Soalnya~, di rumah cuma ada adik cewek, jadi nggak bisa main gulat-gulatan. Kadang pengen deh punya kakak atau adik cowok."
"...Syukurlah aku nggak lahir jadi saudaramu, Ousaki-san."
Pasti akan ada adik malang yang selalu tunduk pada kakaknya yang semena-mena.
"Tapi terlepas dari itu," aku menaruh gelas jus di samping.
"Senang lihat Ousaki-san juga senang di tempat kerja."
"Eh!? Nagumo-kun sengaja datang menjenguk karena khawatir sama Ruumi?"
Ousaki menghentikan hisapan sedotannya dan pipinya memerah.
Tolong jangan bereaksi yang bisa bikin salah paham begitu.
"Sedikit, sih. Soalnya, Ousaki-san kan sempat sedih pas nggak diterima di Toushin Shop."
"Ugh... Yah, memang sih. Mungkin Ruumi terlalu berbakat, atau gimana ya."
Ousaki terlihat canggung.
Tempat kerja paruh waktu Ousaki ternyata bukan Toushin Shop, toko spesialis merchandise gulat.
Sebelum liburan musim panas dimulai, dia sudah sesumbar pada teman-teman anak populer, jadi aku kira dia akan bekerja di sana selama musim panas. Tapi ternyata, dia sudah wawancara, tapi menurut Ousaki, dia tidak diterima karena "semangatnya terlalu kuat".
Hanya karena toko itu menjual merchandise gulat, bukan berarti yang paling paham gulat pasti diterima. Justru, ada kemungkinan ditolak karena dikhawatirkan terlalu fanatik bisa menimbulkan masalah. Apalagi Toushin Shop di Suidoubashi, tempat yang dekat dengan "Holy Land" Korakuen, kadang mengadakan acara Asahi Pro-Wrestling yang disukai Ousaki, dan posisinya dekat dengan para pegulat.
"Kamu baik-baik saja? Nggak jadi sulit untuk datang ke Toushin Shop lagi?"
Dulu, aku pernah datang ke Toushin Shop bersama Ousaki saat ada pameran kecil ayahku, Nagumo Hiroki. Aku melihatnya belanja dengan wajah gembira, jadi aku sungguh khawatir kalau dia kehilangan tempat yang nyaman itu hanya karena tidak diterima bekerja di sana.
"Nggak kok, biasa aja. Nanti sepulang kerja juga mau ngecek barang baru. Berkat promosi habis-habisan pas wawancara, orang toko udah tahu kalau aku suka banget gulat kok."
"Begitu. Jadi, wawancara sebagai sesama penggemar gulat berhasil, ya. Kalau begitu sih bagus."
Benar juga. Ousaki, tidak seperti aku, adalah anak populer yang jago komunikasi.
Alih-alih jadi tidak bisa datang ke toko yang menolaknya, dia malah memperluas lingkaran pertemanan barunya.
Ousaki terlihat menyadari sesuatu, lalu menyeringai bangga.
"Heh. Ohh..."
Dia memutar-mutar ujung rambut pink-nya dengan jari, sambil tersenyum menyebalkan seperti sedang meremehkan.
"Tenang aja, meskipun Ruumi punya teman penggemar gulat baru, aku bakal tetap ngobrol sama Nagumo-kun kok."
Apa-apaan nih anak ngomong apa?
"Soalnya Nagumo-kun kan cuma punya teman yang lumayan normal kayak Ruumi, jadi kalau orang yang bisa diajak ngomongin gulat direbut orang lain, nanti dia jadi sendirian lagi, kan?"
Kesalahpahaman Ousaki makin menjadi-jadi. Dan dia, wajahnya senang banget, ya.
"Tapi tenang aja. Ruumi juga bukan setan kok, aku bakal tetap jadi teman Nagumo-kun."
"Iya, iya, makasih ya." Aku mengucapkan terima kasih tanpa ada emosi sedikit pun.
Orang-orang yang suka melebih-lebihkan seperti ini paling baik diabaikan saja dengan jawaban seadanya.
"Ih, kok ngambek sih~" Ousaki menyentuh pipiku dengan jari telunjuknya.
"Nagumo-kun kan orang yang bisa diajak ngobrol gulat tanpa sungkan, jadi nggak perlu khawatir kalau Ruumi punya teman penggemar gulat baru."
"................"
"Kamu boleh bangga lho, sebagai teman penggemar gulat nomor satu Ruumi?"
Ousaki menyilangkan kaki dan bersandar angkuh.
Aku memutuskan bahwa percuma saja mengatakan apa pun lagi, jadi aku memilih untuk diam saja dengan wajah bertanya-tanya, "Kamu ngomong apa sih?"
Meskipun begitu, Ousaki tetap saja melayang sendiri dan melanjutkan makan dengan suasana hati yang ceria.
★
Waktu istirahat selesai, dan Ousaki kembali bekerja.
Ousaki bekerja di toko pernak-pernik di pusat perbelanjaan dekat TK Dome.
Sekilas, suasananya bagus, modis, dan Ousaki yang mengenakan celemek sebagai seragam pun sangat menyatu dengan pemandangan di sana, jadi aku rasa dia akhirnya menemukan tempat kerja yang bagus. Yah, dari penampilan karyawannya, aku merasakan aura artistik dan modis, jadi bukan tempat yang mudah didekati oleh orang sepertiku.
Sepertinya dia bekerja hampir full-time selama liburan musim panas.
Ousaki adalah siswa yang tidak ikut klub, jadi dia mungkin lebih fokus bekerja paruh waktu sebagai gantinya. Rupanya, sejak tahun pertama, dia juga menjalani kehidupan pelajar yang lebih mementingkan pekerjaan paruh waktu daripada belajar.
"Momoka-chan bilang tablet PC-nya dibelikan Ousaki, ya..."
Aku teringat hal itu sambil melihat punggung Ousaki yang naik eskalator.
Aku adalah tipe orang yang lebih fokus pada belajar daripada kegiatan klub atau pekerjaan paruh waktu, dan aku punya kecenderungan meremehkan teman sekelas yang tidak antusias belajar meski mereka pelajar.
Ousaki mungkin tidak terlalu banyak belajar, tapi dia bekerja untuk adiknya, dan membelikan tablet PC yang harganya mahal untuk ukuran pelajar.
Aku tidak bisa lagi meremehkan Ousaki yang mengorbankan waktunya dan bekerja untuk hadiah adiknya, hanya karena alasan dia tidak belajar.
"Aku sendiri kan juga melakukan bagianku, mengurus rumah dan belajar..."
Itu adalah pembagian peran dengan ayahku yang sudah ditentukan bahkan sebelum Tsumugi datang ke rumah Nagumo.
Meskipun bentuknya berbeda dari Ousaki, aku bangga bahwa ini juga bentuk perhatianku pada keluarga.
Hanya saja, gaya Ousaki yang bekerja sebagai bagian dari masyarakat dan menghasilkan uang untuk memberi hadiah, rasanya jauh lebih dewasa daripada yang kulakukan.



Post a Comment