NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 6 Chapter 1

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 1

Hasil Memberikan Hadiah Natal kepada Tunangan, Berujung pada Perkembangan Tak Terduga……


──Sehari setelah "White After Christmas", tanggal 27 Desember. Aku sedang duduk di meja makan, sambil menatap dengan kosong ke arah Yuuka yang sedang tiduran di sofa.


Banyak hal yang terjadi, dan dalam keributan itulah perayaan Natal di rumahku berlalu begitu saja.


Aku mendapat hadiah berupa sarung tangan rajut buatan tangan dari Yuuka, tapi aku tidak sempat memberinya hadiah balasan. Sebagai gantinya──keesokan harinya, di balkon yang sedang turun salju, aku memberikan hadiah Natal yang terlambat kepada Yuuka. Yuuka yang semangatnya melonjak tinggi langsung bersorak gembira,

"Merry White After Christmas!!" katanya dengan heboh.


Begitulah, sambil diselimuti suasana hangat, Natal tahun ini pun berakhir.……Seharusnya begitu.


"……Fufufu. Hangat sekali, Yuu-kun……"


Hari ini pun Yuuka masih dalam kondisi fufufu penuh kepuasan. Dengan mengenakan earmuff hadiah dariku, ia tampak sangat gembira sambil menggoyang-goyangkan kakinya. Padahal di dalam rumah, tapi sejak kemarin Yuuka sama sekali tidak mau melepas earmuff itu. Baru pertama kali aku melihat seseorang benar-benar mewujudkan istilah “tak terpisahkan dari barangnya.”


Saat makan. Saat pergi ke toilet. Saat tidur. Di kamar mandi ia memang melepasnya, tapi setelah keluar ia langsung memakainya lagi.

Sampai-sampai bisa dibilang ia hidup berdampingan dengan earmuff itu.


"Hei, Nii-san. Sampai kapan sih Yuuka-chan terus pakai itu?"


Nayu bertanya dengan wajah heran. Biasanya Nayu tinggal di luar negeri bersama ayah, tapi ia pulang beberapa hari ke rumah demi pesta Natal.


Dalam situasi seperti ini, melihat kakak iparnya “dikuasai” oleh earmuff, tentu saja ia jadi penasaran.


"Yuu nii-san…… Apa tidak bisa melakukan sesuatu tentang itu?"


Kali ini Isami yang dengan wajah serius menyuarakan keluhannya. Sama seperti Nayu, ia datang ke Tokyo untuk pesta Natal dan menginap beberapa hari di rumah kami. Dan kini melihat kakak kandungnya tergila-gila pada earmuff, tentu saja ia merasa khawatir.


"Yuuka memakainya terus, kecuali saat mandi. Bagaimana menurutmu, Yuu nii-san?"


"Menurutku sih, jelas sudah keterlaluan."


"Lagipula, pasti panas, kan? Kalau terus dipakai begitu."


"Rasanya wajah Yuuka lebih merah dari biasanya gara-gara itu…… apa dia kena heatstroke? Atau sakit? Ah, kalau sampai terjadi sesuatu pada Yuuka, aku harus bagaimana……"


"Nii-san, tolong lakukan sesuatu. Kalau tidak dilepas, Yuuka-chan bisa celaka beneran."


"Tolong, Yuu nii-san. Selamatkan Yuuka dari cengkeraman benda itu!"


"……Ya, aku ngerti perasaan kalian. Tapi tolong jangan bilang seolah-olah hadiah dariku itu semacam peralatan terkutuk, ya?"


Bukan seperti itu, bukan berarti earmuff itu melekat karena kutukan!

Sebagai pemberi, rasanya cukup menyakitkan kalau hadiahku dianggap barang terkutuk.


Meski begitu, ini Yuuka. Kalau dibiarkan, bisa saja dia benar-benar hidup terus dengan earmuff itu. Kalau sampai begitu, aku pun akan berubah menjadi versi aneh dari ‘Shinigami yang jatuh cinta’……


"Hei, Yuuka?"


"Ya? Ada apa, Yuu-kun!"


Akhirnya aku merasa tidak bisa diam saja, lalu memanggil Yuuka. Ia tersenyum ceria sambil mengelus-elus earmuff dengan tangannya. Dengan wajah seperti itu, jujur agak sulit bagiku untuk menyampaikan maksud…… tapi ini demi keselamatan Yuuka dan juga demi kehormatan earmuff-ku.


"Yuuka. Aku senang sekali kamu menyukai hadiah dariku, tahu?"


"Iya! Aku benar-benar senang!! Aku tidak akan pernah melepaskannya, seumur hidup!!"


"Iya, aku senang mendengarnya. Tapi…… kalau terus-menerus dipakai, kurasa bisa berdampak buruk bagi tubuhmu. Jadi, sebaiknya sekarang kamu──"


"Kyaaa!? Yuu-kun mau memisahkan aku dari Yuu-kun sendiri!?"


Belum sempat aku menyelesaikan kalimat, Yuuka sudah mengucapkan sesuatu yang tak masuk akal. Sambil memeluk erat earmuff, ia menjauh dariku. Lalu dengan pipi yang mengembung──

"Tidak mau!"


"Untuk memastikan saja…… kenapa?"


"Soalnya sekarang aku terus-terusan menempel dengan Yuu-kun, kan? Jadi kalau Yuu-kun mencoba memisahkan Yuu-kun dariku──meskipun itu Yuu-kun sendiri, aku tidak akan mengizinkannya!"


"…………Ah. Jangan-jangan otakmu kepanasan gara-gara pakai earmuff terlalu lama?"


"Bukan begitu!!"


Aku benar-benar serius waktu bilang itu, tapi Yuuka langsung manyun dan menyangkal.


"Soalnya, earmuff ini…… adalah hadiah terbaik yang Yuu-kun berikan padaku di White After Christmas! Itu artinya, benda ini sudah seperti perwujudan Yuu-kun sendiri! Dan kalau itu memang perwujudan Yuu-kun──tentu saja aku ingin selalu memakainya!!"


"Apa-apaan logika tiga langkah itu…… kamu sadar tidak betapa anehnya yang barusan kamu ucapkan?"


Sejak kapan earmuff ini jadi “perwujudan diriku” di mata Yuuka?


"Yuuka! Kamu tidak boleh terus memakai benda itu!!"


Saat aku dan Yuuka berdebat, Isami tiba-tiba melompat hendak merebutnya. Namun Yuuka dengan gesit menghindar sambil tetap memeluk earmuff-nya.


"Apa-apaan, Isami!? Meski kamu adikku, aku tidak akan memaafkanmu kalau berusaha memisahkan aku dari Yuu-kun!"


"Yuuka…… itu bukan Yuu nii-san. Itu hanya…… monster."


Monster, katanya.


"Yuuka-chan, Isami ada benarnya. Itu barang kotor, harta terkutuk yang membuatmu punya hati jahat. Serius."


Harta terkutuk, katanya.


Dapat penilaian seburuk itu dari dua adik, rasanya aku ingin menangis. Setelah mendapat teguran keras dari keduanya, Yuuka pun──


"Moo!! Yuu-kun, Isami, bahkan Nayu-chan juga! Kalian semua hanya bilang hal-hal buruk tentang earmuff kesayanganku!! Pokoknya aku tidak akan pernah, seumur hidup…… melepaskannya!!"


Dengan ucapan itu, ia berlari meninggalkan ruang tamu dan naik ke lantai dua. Terdengar suara pintu kamarnya dibanting keras.


Ehh…… apa-apaan ini, event yang bug?



Akibat Yuuka yang terlalu enggan melepaskan earmuff pemberianku, kami bertiga terus menegurnya dengan berbagai cara.


Hasilnya, Yuuka malah semakin keras kepala──dan akhirnya mengambil langkah ekstrem: mengurung diri di kamarnya.


Aku benar-benar tidak paham, kenapa situasinya bisa berkembang sejauh ini.


"Ya ampun…… sejak dulu Yuuka itu memang keras kepala," ujar Isami yang duduk di sofa, seolah berbicara pada dirinya sendiri.


Menanggapi hal itu, Nayu menghela napas panjang.


"Ya ampun, hadiah apa sih yang sampai bikin masalah segede ini? Nii-san sih, nggak peka banget."


"Eh, jangan salahin aku! Itu cuma earmuff biasa, tahu!? Mana ada yang nyangka bakal jadi begini!?"


Meski begitu, tetap saja kenyataannya Yuuka sedang mengurung diri. Dan aku yakin seratus persen, bahkan di dalam kamarnya pun dia masih mengenakan earmuff itu.


Yuuka. Kenapa kau sampai menjual jiwamu pada earmuff……?


"……Yah. Mau ngomong apa pun, percuma juga sih."


Saat aku ingin memegangi kepalaku, Nayu yang ada di sampingku berdiri dengan tenang. Lalu ia menoleh sedikit ke arahku.


"Pas Natal kemarin…… aku udah bikin repot Nii-san sama Yuuka-chan. Jadi kali ini biar aku yang turun tangan. Serahkan padaku. Sungguh."

──Dan begitu kami bertiga, aku, Nayu, dan Isami, sampai di depan kamar Yuuka. Dimulailah operasi “Membujuk Yuuka” versi Nayu.


"Yuuka-chan. Keluarlah."


"Enggak mau."


"Jangan bilang begitu dong…… Kakak iparku yang manis."


Nayu menurunkan nada suaranya, berbicara lembut dari balik pintu.


"Soalnya aku beneran senang bisa ngerayain Natal bareng kemarin. Sebelum balik ke tempat Ayah, aku ingin bikin lebih banyak kenangan lagi sama kalian."


"…………Nayu-chan."


Dari mulut Nayu yang biasanya keras dan penuh tsun, keluar kata-kata lembut penuh perasaan. 


Ucapan itu rupanya menggoyahkan hati Yuuka. Ia membuka pintu sedikit, mengintip ke arah kami.


"Nayu-chan…… kamu ingin banyak melakukan hal menyenangkan bareng keluarga, ya?"


"Iya. Aku ingin lebih banyak ngobrol sama Yuuka-chan juga. Jadi, aku ingin kamu keluar."


"Begitu ya…… baiklah, Nayu-chan."


Bersamaan dengan gumaman itu, pintu pun perlahan terbuka── bagaikan kisah Iwato yang terbuka──namun tepat pada saat itu.


"Yuuka-chan, lengah tuh!"

Nayu cepat-cepat mengulurkan tangan ke celah pintu.


Sasaran: earmuff yang dipakai Yuuka. Tapi mungkin karena keterikatannya yang terlalu kuat, Yuuka bereaksi jauh lebih gesit daripada biasanya.


Sebelum tangan Nayu sempat menyentuh──pintu kembali dibanting keras.


"Cih. nggak kena."


"Uh! Nayu-chan curang!! Aku nggak akan ketipu lagi!!"


Terdengar suara Yuuka mengomel dari balik pintu. Sementara itu, Nayu tampak menggigit bibirnya dengan kesal. Dan dalam ketegangan itu──tiba-tiba muncul si gadis tampan berpenampilan prince, Watanae Isami.


"Berikutnya giliranku. Sebagai adik kesayangan Yuuka, dengan cinta terbaik…… aku pasti bisa membujuknya."


──Take 2.


Operasi membujuk Yuuka versi Isami dimulai.


"Hehe, Yuuka. Rasanya ini mengingatkan kita pada masa lalu, ya?"


"Hmph! Aku nggak bakal ketipu sama jebakanmu, Isami!"


"Itu waktu kau kelas enam SD, kalau tidak salah? Saat main petak umpet──"


"Hmph! Isami bodoh!"


"……Kau ingat tidak, apa yang kukatakan waktu itu?"

"Hmph. Aku nggak mau denger!"


"…………Ueeeh, Yuu nii-sannn……"


Ah, dia nangis. 


Benar-benar bukan tandingan. Isami pun kalah telak.


──Dengan begitu, Take 3.


Karena semua ini berawal dari hadiah dariku──meski tak kuinginkan, giliranku tiba. Operasi membujuk Yuuka versi aku dimulai.


"Yuuka. Sudahlah, keluarlah."


"Hmph…… meski Yuu-kun sendiri yang bujuk, aku tetap nggak akan menyerahkan earmuff! Karena ini hadiah berharga dari Yuu-kun── perwujudan Yuu-kun……"


"Kalau aku bilang begini: Kalau kau melepas earmuff itu, aku sendiri yang akan jadi ‘earmuff’-mu?"


"────!? A-apa maksudnya itu!?"


Seperti yang kuduga, ia langsung terpancing. Memang calon istriku.


"Kalau Yuuka mau melepasnya dan keluar, aku akan berdiri di depanmu. Lalu, dengan tanganku sendiri, aku menutup telingamu dan menghangatkannya. Begitulah──aku sendiri akan menjadi earmuff-mu."


"Uuuh…… uuuuhhh……"


Dengan suara ragu-ragu, ia mulai berpikir keras.


Keras kepala, tapi begitu sederhana. Benar-benar──sama persis dengan Yuuna-chan yang kucintai itu.


"Rasanya tanganku mulai dingin, nih. Aku jadi pengin menghangatkan telinga seseorang."


"Uuh…… uuuhh……"


"Kalau Yuuka nggak mau, ya udah aku cari orang lain──"


"Itu nggak boleh!!"


Terbawa panik oleh aktingku yang datar, Yuuka buru-buru membuka pintu dan keluar ke lorong.


Iwato pun terbuka sepenuhnya. Dengan wajah malu-malu dan pandangan menengadah, Yuuka melepas earmuff-nya.


"……Maaf ya, aku terlalu keras kepala. Aku akan berusaha supaya tidak terlalu sering pakai earmuff di kamar lagi. Jadi…… boleh aku minta Yuu-kun jadi earmuff-ku……?"


Ehh…… bisakah jangan memelas seperti itu secara terang-terangan?

Aku yang mendengarnya justru serasa mau mati karena malu.


──Beberapa menit kemudian.


"Ehehe. Hangat sekali, ya."


Dalam situasi aneh di mana aku memegang kedua telinga Yuuka dari depan, kami saling berhadapan. Yuuka tersenyum manis seolah akan meleleh kapan saja.


"Seperti yang kuduga dari Yuu nii-san. Dia tahu benar cara menghadapi Yuuka."

"Uh, lihat mereka bikin malu aja. Kalau mau begituan, lakukan di kamar aja deh. Serius."


Isami dan Nayu yang jadi penonton berkomentar macam-macam. Tapi Yuuka tidak menggubris, hanya tersenyum puas──lalu menaruh tangannya di atas punggung tanganku.


"Karena Yuu-kun selalu ada di sisiku, aku bisa merasa hangat setiap waktu. Hehe…… terima kasih. Aku sayang sekali sama Yuu-kun!"


──Begitulah keseharian Watanae Yuuka di rumah: polos, ceria, dan apa adanya. Sementara di sekolah, meski dikenal serius, ia berusaha sedikit demi sedikit untuk lebih akrab dengan semua orang. Sebagai Seiyuu, ia juga membentuk sebuah unit dan bekerja lebih keras dari sebelumnya. Apa pun yang ia lakukan, ia selalu melangkah maju dengan penuh senyum.


Aku──Sakata Yuuichi, semakin sadar bahwa Yuuka adalah sosok yang tak tergantikan bagiku.


……Begitulah yang kurasakan, di sore hari menjelang akhir tahun itu.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close