NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 3 Chapter 6 - 10

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 6

【Sejak Lahir】

Mari Bercerita Tentang Kenangan Masa Kecil

【Hingga Kini】


"Yuu nii-san."


"…Ada apa, Isami?"


Teriakan histeris dari para gadis terdengar dari belakang.


Yah, kalau pria tampan berpostur tinggi dengan ketampanan sekelas idola datang ke kafe yang letaknya agak jauh dari stasiun, wajar saja kalau terjadi keributan seperti itu. Namun, anak ini—tidak diragukan lagi sebenarnya seorang perempuan.


Seorang gadis berpenampilan pria yang memesona, sangat cocok dengan setelan ala butler berwarna hitam—itulah Watanae Isami, adik iparku.


"Setelah merenungkan kejadian semalam… aku ingin bicara denganmu ketika Yuuka tidak ada. Tolong ajarkan aku, Yuu nii-san, bagaimana caranya agar aku bisa menjadi saudari yang akrab dengan Yuuka!!"


"Pertama-tama, apa maksudnya Yuu nii-san itu?"


"Agar bisa sedikit lebih dekat dengan perasaan Yuuka, aku mendapat ide dari panggilan ‘Yuu-kun’. Itu sebabnya aku memikirkan panggilan ini! Sebagai opsi kedua, ada juga ‘Yuu-kun-san’."


"Baiklah, Yuu nii-san saja sudah cukup…"

Ditatap dengan mata jernih (meski sebenarnya menggunakan lensa kontak biru) seperti itu pun…


"Lagipula, kalau kamu bersikap hormat kepada Yuuka dengan cara itu, semuanya pasti selesai. Sungguh."


"Kalau aku bisa melakukannya, aku tidak akan kesulitan begini…!"


Isami menggigit bibirnya erat-erat, lalu bergumam dengan nada penuh penyesalan.


"Sungguh ironis… aku ingin menjadi kuat agar bisa melindungi Yuuka, tetapi akibatnya justru membuatku dijauhi oleh Yuuka…"


"Ano… ini, ada parfait gratis untuk Anda, yaa♪"


Pada saat yang sama sekali tidak tepat, seorang pelayan wanita muda datang dan menyodorkan parfait pada Isami. Padahal tidak ada yang memesan. Isami hanya tersenyum tipis pada pelayan itu.


"Hmm. Pelayanan kafe ini luar biasa, ya."


"Kami hanya ingin membuat pelanggan senang♪ Silakan nikmati parfait ini—"


"Bukan itu maksudku. Bukan tentang parfait-nya."


"Eh?"


"Pelayanan seperti dirimu, seorang wanita cantik yang memberiku senyuman seindah ini… itu yang luar biasa, menurutku."


"Kyaaahhh♪"


Apa-apaan sandiwara ini.

Aku yang terdiam melihatnya, langsung mendapat lirikan sekilas dari Isami, lalu ia menghela napas panjang.


"Seandainya Yuuka juga bisa merasa senang mendengar kata-kata dari diriku yang telah menjadi lebih kuat ini…"


"Kamu terus mengulang-ulang kata ‘menjadi kuat’, tapi jangan-jangan Isami ini sebenarnya hanya jadi playboy, ya!?"


Aku benar-benar tidak tahu, apakah dia sedang bercanda atau sungguh-sungguh sedang gelisah. Sebagai kakak ipar, aku tidak bisa menentukannya.


"…Ah. Benar juga, Isami. Yuuka sempat tidak masuk sekolah itu… kapan tepatnya?"


"Eh? Kalau tidak salah sejak musim dingin kelas dua SMP… sejak saat itu aku bersumpah akan menjadi lebih kuat—"


"Kalau begitu, bagaimana sebelum itu! Saat Yuuka kelas satu SMP, atau bahkan waktu SD!! Bagaimana kamu memperlakukannya waktu itu?"


"Yuuka waktu SD, ya… Aku dan Yuuka cukup berbeda sifatnya pada masa itu."


Ya, memang begitu. Semua orang punya sejarah masing-masing. Termasuk aku sendiri.


Sampai kelas tiga SMP, aku merasa menjadi ‘otaku tapi tetap gaul’ adalah suatu keistimewaan, bisa bersemangat bicara soal anime sambil bergaul akrab dengan laki-laki maupun perempuan. Dan saat itu aku jatuh cinta pada seseorang—Nonohana Raimu—dan dengan penuh keyakinan aku mengaku padanya.


Hasilnya, gagal total.


Gosip itu menyebar ke seluruh kelas. Gelombang ejekan pun datang. Aku akhirnya sempat tidak masuk sekolah untuk beberapa waktu—dan sejak itu aku berubah.


Aku bertemu dengan dewi dua dimensi, Yuuna-chan, lalu bersumpah tidak akan jatuh cinta lagi pada gadis dunia nyata—dan jadilah aku ‘Shinigami yang jatuh cinta’.


Kalau begitu, Yuuka dan Isami pun pasti punya ‘masa lalu’ yang berbeda dengan sekarang. Dan mungkin, di situlah letak jalan keluarnya… begitulah yang kupikirkan.



"Kalau begitu, biar aku yang memperlihatkan album keluarga Watanae."


Isami membuka koper miliknya, lalu mengeluarkan empat album tebal dari dalamnya. Dengan wajah setengah ragu, Yuuka bertanya pada Isami.


"Isami… kamu memang dari awal sudah berniat menunjukkan album itu ke Yuu-kun, ya?"


"Hm? Tidak. Album ini kubawa karena ketika aku sedang kesulitan atau bersedih dalam perjalanan, aku ingin terhibur dengan melihat foto-foto imut Yuuka."


"…Baiklah. Aku abaikan dulu bagian yang membuatku ingin protes. Kalau begitu, Isami, bagaimana kalau album itu kamu simpan saja, dan kamu bisa lihat sesukamu nanti?"


"Masalahnya, justru sekarang inilah saatnya aku ingin melihatnya."

"Kalau begitu, bagaimana kalau kamu melihatnya sendirian, di tempat yang tidak bisa dilihat orang lain!?"


Dari ucapan Yuuka sangat jelas terasa aura ‘jangan sampai orang lain melihat’. Tapi, kalau sampai strategi album ini gagal di sini, semuanya akan sia-sia…


"Ah, aku juga ingin lihat foto Yuuka waktu kecil. Soalnya aku penasaran, seperti apa sih calon tunangan waktu kecil itu!"


"Aku juga mau lihat. Aku yakin Chibi-Yuuka pasti imut sekali."


Dari Nayu yang tampaknya memang tulus ingin melihat, dukungan tambahan pun datang. Dengan begitu, setelah diminta olehku dan Nayu, Yuuka akhirnya…


"Ba-baiklah, tapi hanya sedikit saja! Dan Isami! Pastikan tidak ada foto aneh di dalamnya, ya? Singkirkan dulu yang seperti itu!"


"Yuuka, percayalah padaku soal itu."


Yuuka yang akhirnya setuju, dijawab tenang oleh Isami dengan wajah penuh percaya diri. Kemudian—halaman pertama dari album tebal itu perlahan terbuka.


"Pertama, ini. Mungkin sebelum umur satu tahun? Saat mandi bersama Ayah, Yuuka yang masih telan—"


"ISAMIIIIIIIIII!!"


Dengan kecepatan luar biasa, Yuuka merebut album itu lalu tanpa ragu menghantamkan sudut album tersebut ke dahi Isami!


Kali ini, bahkan Isami yang biasanya selalu tenang pun meringis kesakitan.

"Y-Yuuka… jangan pakai sudut album, nanti benar-benar bisa mati…"


"Berani-beraninya kamu… dari awal sudah begitu, menunjukkan fotoku yang memalukan pada Yuu-kun! Pa-padahal aku… belum pernah sekalipun memperlihatkan tubuh telanjangku pada Yuu-kun, tahu!?"


"Eh, Yuuka-chan. Masuk ke dalam bak mandi bersama sambil memakai baju renang sekolah itu malah lebih cabul dibanding foto saat masih balita, lho."


"Memakai baju renang sekolah untuk mandi? Situasi cosplay macam apa itu, hah?"


"Aaaaahh!! Aku sudah tidak tahan lagi, lebih baik mati sajaaa!!"


Rasa malu Yuuka sudah terlalu besar, sampai-sampai situasi benar-benar tidak terkendali. 


Untuk sementara, aku hanya bisa menepuk kepala Nayu yang duduk di sampingku dengan keras.


───Pengambilan ulang, ronde kedua.


"Baiklah, pertama ini…saat aku baru lahir. Di sebelahku yang menangis itu, Yuuka berusia dua tahun sedang berpose dengan tanda peace."


Di samping Isami kecil yang sedang menangis, tampak Yuuka tersenyum lebar sambil berpose peace. Karena rambutnya diikat kuncir dua, aku tanpa sadar tertawa karena dia terlihat mirip Yuuna-chan.


"Selanjutnya ini. Saat kami berdua belum masuk SD. Kami sedang bermain di taman dekat rumah."


"Yuuka-chan terlihat menyeramkan sekali, ya? Senyum-senyum sambil 

memegang tongkat pemukul plastik begitu."


"Aku ingat ini… dia memutar-mutar tongkat itu seolah tongkat sihir, sampai mengenai bangku taman, bahkan akhirnya mengenai diriku juga…"


"Yuuka-chan nakal sekali, ya? Benar-benar lucu."


"Berhenti! Aku minta maaf sudah memukulmu, jadi berhenti membongkar masa kelamkuuu!!"


Yuuka berteriak sejadi-jadinya. Namun, Isami tetap tenang membuka halaman album berikutnya.


"Ini waktu kelas dua SD. Yang memegang mainan mirip compact transformasi itu Yuuka."


"Oh, jadi Yuuka juga suka dengan hal-hal seperti itu?"


"Y-ya… lumayan sih, eheh."


"Ngomong-ngomong, compact itu sebenarnya hadiah ulang tahunku. Tapi hanya beberapa menit setelah kubuka, Yuuka malah jadi lebih terobsesi dan akhirnya itu seperti jadi miliknya sendiri…"


"Yuuka-chan, benar-benar kebangetan nakalnya. Lucu sekali."


"Berhenti! Aku akan lihat internet kalau-kalau ada yang menjualnya lagi, jadi berhenti!!"


Yuuka kembali berteriak histeris. Namun, Isami tetap tenang hendak membuka album lebih jauh—


"Tunggu dulu sebentar, Isami."


"Eh, kenapa begitu, Yuu nii-san? Padahal setelah ini masih banyak foto-foto imut Yuuka yang menunggu."


Dasar anak ini, dia sudah lupa tujuan utamanya.


Lewat album ini, Yuuka diharapkan bisa mengingat kenangan hangat masa lalu, sehingga hubungan kakak-adik mereka bisa membaik. Lihat saja Yuuka sekarang—memegangi kepala sambil tampak hancur oleh rasa putus asa. Kalau begini terus, justru akan kacau—aku harus turun tangan memberi arah.


"Kita sudah melihat banyak foto, tapi kesannya berbeda sekali dengan sekarang. Waktu kecil, Yuuka itu anak yang seperti apa?"


"Eh… umm. Apa ya… oh, iya…"


Tiba-tiba mendapat pertanyaanku, Yuuka tampak serius merenung. Setelah melirik sekilas ke arah Isami, ia pun mulai bercerita.


"Meski kelihatannya begini, waktu kecil aku itu nakal. Rasanya seperti ‘akulah yang nomor satu!’. Kalau ada yang kuinginkan, aku pasti mendesak sampai orang tua kami akhirnya mengalah."


"Rebutan saluran TV pun, pasti Yuuka yang selalu menang."


"…Ya, aku mengaku bersalah."


"Tapi, aku justru banyak terbantu oleh Yuuka yang seperti itu. Karena waktu kecil aku sangat pemalu."


【Kakak】Nakal → di sekolah jadi pendiam, tidak banyak bicara, tanpa ekspresi

【Adik】Pemalu → kini jadi cosplayer tampan dengan gaya lelaki


Benar-benar perubahan kakak-adik yang ekstrem…

"Aku yang pasif waktu itu sering ditarik-tarik oleh Yuuka, jadi bisa mengalami banyak hal. Kami sering menjelajah lingkungan sekitar, menonton anime bersama… oh, iya. Kamu juga sering membacakan buku untukku, kan?"


"Ya… betul juga. Aku memang suka membaca sejak kecil."


Isami membuka halaman album.


Sepertinya ini foto ketika ia baru masuk SD. Musim panas mungkin, karena mereka berdua hanya memakai tanktop dan celana pendek, tengkurap di atas futon sambil menatap sebuah buku.


Yuuka tampak bersemangat, mata berbinar dan mulut terbuka lebar seolah sedang membacakan isi buku. Sementara Isami menatap buku itu dengan serius.


"Ah! Nostalgia sekali, Isami!"


"Ya. Aku sangat suka ketika Yuuka membacakan buku untukku."


Keduanya terlihat berbincang dengan suasana hangat sambil menatap foto itu.


"Kalau Yuuka yang membaca, rasanya seakan-akan aku benar-benar berada di dalam dunia buku itu. Suaramu sudah indah sejak saat itu, dan kamu sangat pandai membacakan dengan penuh perasaan."


"…Malu sih, tapi terima kasih, Isami. Memang benar… dulu aku sering dipuji suaraku bagus. Terutama olehmu. Mungkin itu sebabnya… aku akhirnya bercita-cita menjadi seorang pengisi suara."


"Jadi itu berkat aku, ya?"


"Jangan besar kepala. Tapi… mungkin sedikit memang karenamu juga."

Yuuka berkata begitu sambil tersenyum malu. Melihat senyum itu, Isami tentu merasa senang.


Sayangnya, alih-alih berhenti di situ, ia malah membuka album lagi dan mulai bercerita penuh percaya diri.


"Kalau bicara soal awal mula ingin jadi pengisi suara, foto waktu kelas enam SD ini juga berkaitan. Ingat, Yuuka?"


Di foto itu, Yuuka mengenakan gaun imut berhias renda.


Hanya saja… wajahnya benar-benar kacau. Akibat riasan yang aneh.


"Kamu bilang ingin menirukan idol, lalu memakai kosmetik Ibu tanpa izin. Akhirnya pipimu penuh blush on sampai ke dahi, lipstikmu melebar sampai ke bawah hidung… dengan wajah begitu, kamu menyanyikan lagu idol populer saat itu. Tapi suaramu memang sudah seindah artis TV sejak saat itu…"


Ekspresi Yuuka perlahan berubah menjadi hampir ‘kosong’. Namun, Isami yang terlalu asyik bercerita tidak menyadarinya sama sekali.

Lalu, dengan suara lirih penuh kutukan, Yuuka berbisik.


"…Isami, aku membencimu."



Dan malam itu juga, tidak perlu dikatakan lagi—akulah yang harus menemani Isami yang menangis tersedu-sedu sambil mengeluh.




Chapter 7

Aku dan tunanganku mencoba membuat simulasi sekolah di rumah


“……Hn? Hah, ini sudah hampir jam sebelas?”


Sambil mengucek mata yang masih mengantuk, aku merangkak keluar dari futon, dan ternyata sudah cukup siang.


Entah apakah aku tanpa sadar mematikan alarm, tapi aku bahkan tidak ingat pernah mendengarnya berbunyi. Kulirik ke samping, futon milik Yuuka sudah dilipat rapi.


“Meskipun hari libur, tapi aku benar-benar tidur terlalu lama…”


Aku bergumam—lalu dalam hati menambahkan, pasti ini semua karena stres. Diguncang oleh adik ipar yang penuh tenaga bernama Isami. Dihabisi kata-kata pedas oleh adik kandungku yang manja, Nayu. Kalau sampai tidak jatuh sakit karena stres, justru aneh. Tapi—hari ini, baik Isami maupun Nayu tidak ada di rumah.


Isami katanya main ke Akihabara, jadi tidak akan pulang sampai sore.

Sedangkan Nayu bilang, “Aku mau nonton beberapa film sekaligus,” jadi ia juga baru akan pulang sore. Meski biaya nontonnya tentu saja sudah diperas dariku.


Dengan kata lain, kalau aku ke ruang tamu, seharusnya hanya ada Yuuka di sana. Setelah sekian lama repot, akhirnya ada kesempatan untuk berdua saja, pikirku. Pelan-pelan, aku membuka pintu ruang tamu.


“Selamat pagi, Yuuka.”


“…Sepertinya ini sudah waktunya bilang ‘selamat siang’.”

Aku terdiam karena tidak menyangka dengan dinginnya jawaban Yuuka. Lalu, ia yang sedang menyeruput kopi di meja makan, perlahan mengangkat wajahnya.


“Meski liburan musim panas, tapi terlalu bermalas-malasan itu tidak baik.”


“E-ehm, aku akui memang kebablasan tidur… tapi boleh beri aku waktu sebentar untuk mencerna ini?”


Bangun tidur, tiba-tiba tunanganku jadi super dingin. 


Bahkan penampilannya pun berbeda dari biasanya. Rambut hitam panjangnya diikat ekor kuda. Ia mengenakan kacamata berbingkai tipis. Bukan itu saja—dia memakai seragam blazer sekolah.


“—Eh. Ini kan benar-benar Yuuka versi sekolah!? Kenapa di rumah malah pakai gaya sekolah!?”


“Tidak ada alasan khusus.”


“Bukan begitu! Kalau Yuuka yang di sekolah mungkin memang akan jawab seperti itu! Tapi aku serius bertanya, tahu!!”


“…Ya sudah, baiklah.”


Ia menghela napas pelan, lalu melepas kacamatanya. Dengan mata yang jadi lebih teduh, ia menatapku dan berkata,


“Halo, Yuu-kun!”


“Jadi, Yuuka hanya bisa bicara normal kalau melepas kacamatanya?”


“Hal kecil seperti itu tidak penting! Ehehee, akhirnya kita berdua lagi!!”

Cara tertawanya memang seperti Yuuka biasanya…tapi karena dia memakai blazer dan gaya rambut sekolah, rasanya lebih mirip kencan rahasia dengan Yuuka versi sekolah. Sensasinya penuh dosa, benar-benar gawat.


“Yuu-kun, Yuu-kun, Yuu-kun, Yuuuu-kuuun!!”


“Kalau kamu mau pakai gaya normalmu, lebih baik jangan pakai seragam, Yuuka?”


“…Itu tidak bisa.”


Ia sret memasang kembali kacamatanya. Dengan sorot mata tajam, Yuuka menatapku tanpa ekspresi.


“Ini latihan.”


“Latihan? Untuk apa?”


“…Waktu hari masuk sekolah kemarin. Memang aku masih bisa bertahan saat bicara dengan Nihara-san, tapi jujur saja—waktu bersama Sakata-kun, aku nyaris… terbawa suasana karena liburan.”


“Maksudnya nyaris gimana?”


“…Sekitar lima kali, aku hampir saja memanggilmu ‘Yuu-kun’. Dan bahkan dua kali, aku hampir tidak sengaja bilang ‘Sukaaa!!’. Rasanya aku benar-benar mau mati.”


Itu memang berbahaya. Kalau sampai terucap, pasti langsung jadi gosip sekelas, dibicarakan dan digoda habis-habisan. Itu neraka, tanpa berlebihan.


“Itu sebabnya aku perlu latihan. Untuk mengembalikan jarak versi sekolah.”

“Aku mengerti maksudnya… tapi latihan seperti apa?”


“Simulasi. Bagaimana kita bersikap di sekolah.”


“Jadi intinya, aku dan Yu—eh, Watanae-san berlatih bersikap seolah-olah kita sedang di sekolah, begitu?”


“Tepat sekali.”


Walau penjelasannya masuk akal, tapi tetap saja rasanya penuh larangan.


Untuk sementara, aku mencoba duduk di kursi tepat di depannya—


“Tunggu dulu. Sakata-kun.”


Yuuka menghentikanku dengan wajah datar. Lalu, sret, ia melepas kacamatanya lagi…


“Kalau begitu tidak akan terasa latihan, kan? Karena aku sudah pakai seragam, Yuu-kun juga harus ganti seragam sekolah, dong. Kalau mau simulasi yang benar, penampilan itu penting!”


“…Itu namanya cosplay, tahu. Costume play dalam arti sesungguhnya.”


“Salaah. Ini untuk meningkatkan akurasi suasana sekolah, yaa~”


Ia menggeleng keras, sampai ekor kudanya ikut bergoyang ke kiri dan kanan. 


Sungguh pemandangan yang membuat mata tidak bisa berpaling. Aku pun akhirnya menyerah, dan berjalan kembali ke kamar untuk berganti seragam.


“Oh iya, Yuu-kun…setelah ganti baju, aku punya satu permintaan…”

“Hm? Permintaan apa?”


Saat aku menoleh, Yuuka versi tanpa kacamata menatapku dengan ragu, kedua telunjuknya saling menekan, pipinya bersemu merah. Dengan suara malu-malu, ia berkata,


“Soalnya… kalau kamu duduk tepat di depanku, aku pasti langsung ‘Kyaa, Yuu-kun keren sekali!!’, dan kepalaku cuma bisa terisi dengan kata ‘suka’… Jadi, bolehkah kamu duduk agak serong di samping saja?”


—Dengan kondisi seperti ini, apa simulasi sekolah bisa benar-benar berjalan lancar? 


Iya. Mungkin saja… aku punya firasat buruk tentang ini.



Setelah berganti seragam dan kembali ke ruang tamu, aku duduk di kursi serong di depan Yuuka.


“Halo, Watanae-san.”


“…Ya. Halo, Sakata-kun.”


Ia hanya melirik sekilas, lalu kembali menundukkan pandangan ke meja makan.


Yang ada di sana bukan buku catatan sekolah… tunggu, itu kan!? Aku pernah melihatnya sebelumnya—itu adalah ‘Buku Resep Rahasia Yuuka☆’ yang biasa ia gunakan untuk mencatat masakannya!


Sekarang, ia sedang menulis sesuatu di buku resep itu. Aku tak bisa menahan rasa penasaran, jadi pelan-pelan mengintip catatan di ‘Buku Resep Rahasia Yuuka☆’.


☆ Spesial Yuuka-chan♡ Daging Babi Saus Jahe (Buta no Shougayaki) ~Dengan Tambahan Cinta~ ☆

Iris tipis kubis hingga berbentuk serutan halus!

Taburi daging babi dengan tepung terigu! Catatan: pastikan bukan tepung tapioka!!

Campurkan jahe parut (2 sdm), kecap asin (2 sdm), sake masak (1 sdm), dan gula (1 sdm). Jadi saus~!

Panaskan wajan dengan minyak wijen, panggang daging babi hingga kecokelatan, lalu masukkan sausnya!

■ Poin penting: tumis dengan api sedang hingga bumbu meresap■

Setelah ditata di piring, selesai sudah daging babi saus jahe!!

~Cinta itu, cukup ditambahkan saja~


“Bagian mana dari ini yang meniru suasana sekolah!? Menambahkan cinta jelas bukan waktunya sekarang!!”


“…Diamlah, Sakata-kun. Lagi pula, membuka buku catatan orang lain tanpa izin itu sama saja dengan mengintip.”


Seseorang yang saat “pelajaran” menulis resep ‘Spesial Yuuka-chan♡ Daging Babi Saus Jahe ~Dengan Tambahan Cinta~’ sekarang malah menasehatiku.


Ini bukan simulasi lagi, tapi sudah seperti ‘Tidak Boleh Tertawa Bersama Watanae Yuuka’.


“Kenapa kau terlihat resah begitu, Sakata-kun?”


“Tidak ada apa-apa… Watanae-san.”


“Kalau begitu, baguslah.”


Dengan wajah tanpa ekspresi, Yuuka melepas kacamatanya. Ia menarik napas panjang, lalu berkata,


“Kiinn koonn kann koonn~ Waktunya istirahat siang!”


Kemudian sret, ia kembali mengenakan kacamatanya.


“…Oh, sudah jam dua belas rupanya. Saatnya makan siang, Sakata-kun.”


“Ini pertunjukan komedi apa, sih, Yuuka?”


“Jangan seenaknya memanggilku seperti itu, Yuu… ehm, Sakata-kun.”


Nyaris saja ia terpeleset, tapi berhasil menahannya.


Yuuka kemudian berjalan ke arah dapur. Ia mengenakan celemek di atas seragam sekolahnya, lalu mulai menyiapkan masakan dengan wajah datar.


“Sakata-kun, kau lupa membawa bekal? …Haa, baiklah. Sekalian saja, aku akan memasaknya sebagai bagian dari pelajaran praktik memasak.”


“Tunggu, ini maksudnya dunia seperti apa? Bukannya latar ceritanya terlalu berantakan?”


“Aku akan membuat daging babi saus jahe… jangan protes.”


“Jadi itu maksudnya buku resep tadi!!”


Suasana sudah jauh dari yang namanya sekolah, benar-benar kacau. Tapi Yuuka, dengan gaya rambut kuncir kuda dan kacamata ala sekolah, tetap memasak dengan ekspresi tenang.


—Watanae Yuuka, memakai celemek di atas seragam sekolah, memasak di rumah hanya berdua denganku.


Kami sudah tinggal bersama empat bulan, jadi kalau soal pemandangan ini sebenarnya biasa saja. Tapi karena pakaiannya, entah kenapa jadi terasa seperti sesuatu yang terlarang…


Tak lama, Yuuka menuangkan daging babi saus jahe dari wajan ke piring. Lalu, ia memejamkan mata sebentar—dan mengangkat tangan kirinya di depan piring.


“……”


Dia sedang menambahkan cinta…


Dari luar, semua tindakannya terlihat konyol. Tapi justru inilah tunanganku—Watanae Yuuka.


“Nih, Sakata-kun. Silakan makan, kalau mau.”


“Ah, iya. Terima kasih, Watanae-san… aku mulai makan.”


Kami kembali duduk berhadapan secara diagonal di meja makan. Lalu, kami mulai menyantap ‘Spesial Yuuka-chan♡ Daging Babi Saus Jahe ~Dengan Tambahan Cinta~’.


Tetap dengan imajinasi suasana makan siang di sekolah.


“……”


“…Bagaimana rasanya, Sakata-kun?”


“Hmm? Enak kok. Kau pintar memasak ya, Watanae-san.”


“Terutama?”


“……”


“…Dagingnya tidak keras, kan? Sakata-kun.”


“Hmm? Tidak, lembut. Kau sering masak daging babi saus jahe, Watanae-san?”


“Biasa saja.”


“……”


“…………Waaahh!!”


Tiba-tiba ia berteriak, lalu melepas kacamatanya dan membuka ikatan rambutnya. Meski masih memakai seragam sekolah, bagian kepala kini adalah Yuuka versi asli.


Ini juga… entah kenapa memberi kesan pemandangan yang tidak boleh kulihat.


“Sudah cukup! Simulasinya selesai!!”


“Kenapa tiba-tiba… meski kurasa dari tadi memang sudah tidak nyambung.”


“Uuuh… soalnya, ini kan momen langka aku bisa makan berdua dengan Yuu-kun? Tapi harus menahan diri untuk tidak bicara normal… rasanya sayang sekali.”


Rambut panjang hitam berkilau itu bergoyang lembut. Dengan mata teduh tanpa kacamata, Yuuka menatapku dari bawah sambil pipinya memerah. Pakaiannya masih seragam musim panas sekolah.


Entah kenapa, suasana yang terasa manis dan getir seperti masa remaja itu membuat dadaku berdegup kencang—


“…Apa-apaan ini, semacam permainan? Siang-siang begini, mesra sekali ya?”


“Nayu-chan, inilah salah satu daya tarik cosplay. Cosplay itu tidak selalu se-intelek orang bayangkan. Dengan merekonstruksi sebuah situasi, baik yang memerankan maupun yang menyaksikan bisa menikmati suasana tersebut. Menurutku, salah satu pesona cosplay adalah bagaimana ia bisa bersinggungan dengan seni peran.”


Dari balik pintu yang entah sejak kapan terbuka, terdengar komentar tenang yang membuatku terkejut untuk kedua kalinya.


Di lorong berdiri adikku, Sakata Nayu, dan adik Yuuka yang berpenampilan laki-laki, Watanae Isami. Aku refleks melirik jam—masih belum jam tiga sore. Kalian berdua pulang terlalu cepat, bukan?


“Kalau begitu, aku punya pertanyaan. Suami istri yang siang-siang pakai seragam sekolah lalu bermesraan, itu juga termasuk cosplay yang bersinggungan dengan seni peran?”


“Ahaha… jujur saja, yang ini memang cuma permainan belaka!”


“Uwaaahhh!?”


Kata-kata tajam Nayu dan Isami membuat Yuuka menjerit, lalu buru-buru bersembunyi di bawah meja. Dengan suara yang hampir hilang, ia bergumam,


“Di sini tidak ada Yuuka… yang tadi kalian lihat hanyalah Yuuka versi VR…”


“Itu terlalu dipaksakan! Kalau VR Yuuna-chan mungkin masuk akal, tapi VR Yuuka!?”


“Tidak perlu ditutup-tutupi. Kami akan pergi, jadi lanjutkan saja 

sampai kalian punya anak beneran. Sungguh.”


“Seperti yang diharapkan dari Yuu nii-san, benar-benar bisa menangkap hati Yuuka dengan baik! Yuuka, biarkan Yuu nii-san mengawalmu dengan benar, ya? Jangan bersikap kekanak-kanakan, hati-hati—”


“Uuuuuhhh!! Aku menyerah, jadi tolong… kumohon, semua keluar dulu sekaliii!!”



Dan ketika tiba waktu makan malam. Kami berempat duduk mengelilingi meja makan, sementara Yuuka memakai topi penyamaran yang pernah dipakainya dulu, menutupi wajahnya yang pasti sedang semerah tomat.


Untuk lauk makan malam sendiri—tentu saja, masih sisa daging babi saus jahe dari siang tadi.




Chapter 8

Adikku, meski tidak mudah akrab dengan orang lain, menurutku tetap ada batasnya


“Uuh… Yuu nii-san. Kenapa aku selalu dimarahi oleh Yuuka?”


“Ah… itu. Justru sebaliknya, kenapa kamu berpikir tidak akan dimarahi?”


Setelah simulasi sekolah ala Yuuka diperankan oleh Sakata Yuuichi dan Watanae Yuuka…


Yuuka, karena malu, mengenakan topi sampai menutupi wajahnya, lalu makan malam dalam diam. Saat itulah—Isami melontarkan satu kalimat yang sama sekali tidak perlu.


“Yuuka, maukah kau melepas topinya? Wajahmu yang malu-malu itu… adalah hidangan penutup yang manis dan menawan, yang menghiasi makan malam ini.”


Setelah itu, ia dimarahi habis-habisan. Dan akibat dimarahi berkali-kali oleh Yuuka—Isami kini sedang terisak di kamar pada malam hari.

Sejujurnya, anak ini memang harus mulai melihat ucapan dan tindakannya secara objektif.


“Aku hanya ingin menyemangati Yuuka yang sedang terpuruk… ingin membuat suasana makan malam lebih menyenangkan. Aku cuma berpikir begitu…!”


“Kalau begitu, seharusnya kamu mengatakannya begitu saja. Karena kamu malah memutar-mutar kata seperti sedang merayu, jadinya dimarahi.”

“Aku tidak bisa…! Karena aku sudah terbiasa khawatir pada Yuuka, jadi tanpa sadar memperlakukannya seperti anak kecil. Selain itu, gaya bicara seperti ini sudah melekat karena cosplay dan pekerjaanku di kafe cross-dress. Aku benar-benar tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya!”


Tingkat “kerumitan” adik iparku ini sudah tidak wajar, aku pun bingung harus memberi nasihat apa.


Waktu “misi album” juga sama—aku bisa memahami niatnya ingin menonjolkan sisi imut Yuuka, tapi pada akhirnya yang ia tampilkan hanya foto-foto memalukan yang jadi semacam “aib masa lalu”, dan membuat Yuuka marah. Rasanya, pola pikir Isami ini benar-benar melenceng.


Entahlah, Yuuka juga begitu, mungkin memang kakak-beradik ini sama-sama “alami” dengan cara yang menyulitkan.


“Yuu nii-san!”


Tiba-tiba Isami meninggikan suara, lalu menggenggam erat tanganku.

Dengan mata besarnya yang mirip Yuuka, berkaca-kaca menatapku.


“Kumohon. Dari Yuu nii-san yang begitu dicintai Yuuka… ajarilah aku caranya.”


“Baiklah, aku mengerti. Tapi, pertama-tama lepaskan tanganku dulu? Waktu itu saja, situasi seperti ini sudah ketahuan Yuuka, dan aku dimarahi, ingat?”


“Aku akan melakukan apa saja sebagai balasannya!”


“Jangan bicara dengan cara yang bisa disalahartikan! Kalau Yuuka sampai mendengar kalimat seperti itu di sini—”


Tepat ketika aku mengucapkan itu.


Bam! Pintu terbuka dengan suara keras.


Dan yang berdiri di sana, menatapku dengan tajam—adalah Nayu.


“Aku sudah dengar semuanya… aku akan memanggil Yuuka-chan.”


“Tunggu dulu, Nayu, tenanglah, kita bisa bicarakan baik-baik.”


Tapi tanpa mendengarkan laranganku, Nayu berlari ke lantai dua dengan langkah gaduh. Kemudian… ia kembali, menyeret Yuuka yang sepertinya dipaksa bangun dan masih mengucek matanya.


“Uuuh… ada apa, Nayu-chan? Kepalaku masih berat, aku mengantuk…”


“Yuuka-chan. Lihat kedua orang itu. Kejadian sebenarnya terjadi di kamar.”


Sebelum aku sempat menyela, Nayu terus melanjutkan ceritanya. Dan kemudian, ia mengucapkan sesuatu yang benar-benar keterlaluan.


“Adik perempuan ini melihat! Nii-san sedang… melakukan yobai (menyelinap ke kamar wanita di malam hari) pada Isami!”


“Hm… hmmmmm!? Yo… yobai!?”


Sekonyong-konyong rasa kantuk Yuuka lenyap, matanya terbuka lebar. Di sampingnya, Nayu memasang ekspresi puas.


“Yuu-kun, apa maksudnya ini!?”


“Harusnya aku yang tanya! Apa yang kau maksud, Nayu!?”


“Aku hanya menyampaikan fakta.”

“Bagian mana yang fakta!?”


“Hah? Jangan bercanda. Aku dengar dengan jelas. ‘Tolong ajari aku seperti kau mencintai Yuuka.’ ‘Kalau begitu lepaskan tanganmu dulu, di situasi seperti ini…’ ‘Aku akan melakukan apa saja.’—aku mendengar dengan jelas percakapan cabul itu!”


“Kau hanya menangkap potongan ucapan, lalu menafsirkannya sesuka hati! Itu tuduhan palsu, tahu!?”


“Wah… parah banget. Setelah berusaha mendekati adik tunanganmu, malah melempar kesalahan pada adik kandungmu. Ini jelas pelanggaran hak-hak adik, serius.”


Kenapa ya, di rumahku ini, semua orang yang berstatus adik perempuan begitu merepotkan…


“Yuu-kun… jahat sekali.”


Dan Yuuka, yang sayangnya mempercayai omongan asal Nayu, menatapku dengan wajah murung.


“Kalau sampai ingin menyentuh Isami—maka… le, lebih baik kau menyelinap ke kamarku! Aku juga… a-akan melakukan apa pun!!”


“Kamu sadar tidak, betapa gila kalimat yang baru kamu ucapkan, Yuuka!?”


“Aku tahu… ternyata masalahnya di dada, kan. Isami memang menutupi dadanya saat cross-dress, tapi sebenarnya dia berdada besar. Jadi—kau mengincar yang berdada besar, kan!!”


“Maaf. Kalau begini terus, aku bisa-bisa jadi benci dengan dada besar, sungguh.”


“Fufu… benar-benar. Yuuka ini selalu salah paham.”


Dan saat keadaan makin runyam, sudah kuduga, ada orang yang akan menambahkan komentar yang tidak perlu.


Rambut hitam panjang, kacamatanya masih terpakai, berpiyama, dengan wajah yang sangat mirip Yuuka—adik tiriku, Watanae Isami.


“Yuuka, jangan salah paham. Memang benar aku menghormati Yuu nii-san. Tapi itu karena Yuu nii-san sangat mencintaimu. Ia adalah kakak ipar yang berharga, yang selalu mendukungmu yang sering membuat orang khawatir. Tidak mungkin aku, yang menghormatinya, melakukan kebodohan dengan merebutnya darimu.”


“Sering membuat orang khawatir itu keterlaluan! Aku ini Onee-chan, tahu!?”


“Ya. Jadi, kalau dipikirkan secara logis, pelakunya dalam kejadian ini—sudah jelas, kan?”


Yuuka mengabaikan bantahannya sendiri. Dengan senyum penuh percaya diri, Isami menatap wajah Nayu. Nayu balik menatap tajam, seolah ingin menusuk.


“…Apa maksudmu? Mau menyalahkanku?”


“Tidak, aku tidak bermaksud marah. Aku bisa mengerti kok. Karena takut kehilangan kakak yang paling kamu sayangi… kamu jadi cemburu, kan, Nayu-chan?”


“H-haah!? Jangan bercanda! Sama sekali tidak! Tidak mungkin aku merasa cemburu pada kakak yang tidak berguna ini!”


“Fufu. Wajahmu yang panik itu juga lucu. Mau aku elus kepalamu?”


“…Menyebalkan. Apa-apaan sih, laki-laki sok tampan ala template begini.”


Laki-laki sok tampan ala template.


Ucapan kasar itu rupanya menusuk Isami lebih dalam dari yang kukira.


“…Maaf, bisakah kau tarik kata-katamu? Bagaimanapun juga, aku cukup dikenal di dunia cosplayer cross-dress pria, dan di ‘butler café’ aku adalah butler nomor satu. Kalau aku hanya laki-laki template, mana mungkin aku bisa mendapat posisi setinggi itu, bukan?”


“Terus kenapa? Itu cuma berarti para wanita yang terjebak pesonamu semuanya kasihan dan tidak punya mata yang jeli. Dari sudut pandangku, kau cuma laki-laki sok tampan yang bikin risih. Punya pengikut makanya jadi besar kepala, tapi aslinya kayak raja telanjang. Serius.”


“…Itu tidak bisa aku biarkan.”


Keduanya saling menatap tajam, bunga api seakan berloncatan di antara mereka.


—Begitulah. Perang adik perempuan, antara adik kandung dan adik ipar, pun dimulai.



Keesokan paginya. Gara-gara keributan antar-adik semalam, aku tidur terlalu larut, sehingga baru bangun lewat pukul sepuluh.


Dengan kepala masih setengah sadar, aku menuruni tangga menuju ruang keluarga.


“Pagi…”


Begitu melewati pintu ruang keluarga, yang kulihat bagaikan “dunia lain.”


“Fuwaaah… Nayu-chan, imut banget…”


“…Nyaa. Nayu itu kucingnya Kakak Ipar.”


“…………”


Di sofa, Yuuka duduk dengan wajah benar-benar meleleh.


Di pangkuannya, Nayu berguling-guling sambil mengenakan telinga kucing. Sementara itu, Isami menatap adegan tersebut dengan wajah kaku, pipinya berkedut.


…Aku benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana bisa sampai jadi begini. Telinga kucing itu mungkin aksesori dari cosplay show yang pernah Yuuka lakukan sebelumnya.


“…Nayu-chan. Apa tidak sebaiknya kau turun dari situ? Yuuka bisa kelelahan.”


“Cih!”


“Aku tidak apa-apa! Karena Nayu-chan manja begini padaku… uuh, tidak ada yang lebih imut lagi!”


“Nyaa.”


Nyaa, katanya.


Sebagai kakak yang biasanya hanya tahu sisi galak Nayu, bagiku ini bukan imut, melainkan lebih ke arah menyeramkan. 

Meski Yuuka tampak benar-benar meleleh.


“Aku adalah kucingnya Kakak Ipar.”


“Kyaaa!! Imutnyaa!!”


“Kamu sadar tidak, betapa memalukan hal yang sedang kamu lakukan?”


“Cih. Dibanding laki-laki sok tampan yang ngumpulin wanita lalu sok selebritas, ini masih mending. Menyebalkan.”


“Kuuh… uuh… kalau begitu!”


Karena merasa kehilangan perhatian Yuuka, Isami yang gemetar akhirnya berlari keluar ruang keluarga.


Tak lama kemudian, ia kembali.


“Kalau begitu, aku akan jadi anjingnya Yuu nii-san.”


Isami, yang baru bangun tidur sehingga belum berdandan ala cross-dress, muncul dengan wajah yang benar-benar mirip Yuuka hanya ditambah kacamata.


Di kepalanya ada telinga anjing, lehernya dipasangi kalung berduri, dan di bagian belakang ada ekor. Dengan mata berkaca-kaca, ia menatapku.


“Bagaimana, Yuu nii-san?”


“Itu tidak lucu, hentikan sekarang juga.”


“Jangan remehkan pengalaman cosplay-ku. Tidak seperti telinga kucing seadanya yang dipakai Nayu-chan, aku berubah menjadi anjing yang sesungguhnya. Aku adalah peliharaanmu, Yuu nii-san… kuuuhn. 

Wan-wan♪”


Sambil mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal, Isami tiba-tiba melompat dan memelukku erat. Tekanan dari dadanya yang besar menembus lenganku hingga menyerang langsung ke otak.


Ah… ini rasanya bikin otak mati…


“Menjijikkan. Ngapain coba mendekati Nii-san? Karena kesal Yuuka-chan direbut darimu?”


“Bersikap dekat dengan kakak ipar itu hal yang wajar sebagai keluarga, bukan? Atau jangan-jangan, Nayu-chan… kau sebenarnya cemburu karena Yuu nii-san akan direbut? Imut sekali kau ini, Nayu-chan.”


“Tidak! Yang cemburu itu Isami kan?”


“Tidak, yang cemburu itu Nayu-chan.”


Nayu dengan telinga kucing, dan Isami dengan kostum anjing lengkap, mulai terlibat adu mulut sia-sia.


Aku hanya bisa menghela napas panjang, benar-benar tidak ada komentar lain.


“…Isami.”


Saat itu juga. Yuuka menurunkan Nayu dari pangkuannya, lalu berdiri tegak.


Dan kemudian, menuju ke arah Isami yang melingkarkan lengannya di tanganku, Yuuka berjalan dengan wajah tanpa ekspresi.


Ah, ini… Yuuka benar-benar marah pada Isami, bukan?


"Isami, sudah waktunya bayar pajak tahunanmu tuh. Siap-siap dimarahi habis-habisan sama Yuuka-chan," ujar Nayu sambil duduk bersila di sofa, menatap Isami dengan senyum mengejek.


Kau ini… benar-benar berwatak buruk, ya.


Isami rupanya juga sadar situasinya gawat, karena ia langsung menjauhkan tubuhnya dariku.


Saat Yuuka tiba tepat di hadapannya──ia merangkul Isami erat-erat.


"E-eh, Yu… Yuuka…?"


"Tadi memang aku kesal karena kau menempel pada Yuu-kun… tapi aku juga salah, karena lebih dulu hanya memanjakan Nayu-chan. Maaf, Isami. Nayu-chan memang menggemaskan, tapi kau juga tetap adik perempuanku yang manis. Itu tidak pernah berubah."


"……Yuuka…"


Isami sempat hendak membuka mulut, tapi akhirnya tak berkata apa-apa, hanya membalas pelukan Yuuka.


Ya, itu lebih baik. Kalau kau bicara, bisa-bisa masalah yang tidak ada pun ikut meledak.


"…Heh. Romantis banget, ya. Heh,"


Nayu menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala, lalu berdiri dengan wajah bosan, berniat keluar dari ruang tamu.

Aku pun mengulurkan tangan, menahan bahunya.


"…Apa, Nii-san? Mau ceramah, ya? Aku nggak mau dengar, tahu."


"Bukan itu. Maksudku, bukan begitu… hmm…"


Aku menatap Nayu yang sedang manyun, lalu setelah sedikit ragu-ragu…Aku mengusap kepalanya pelan.


"Hah?"


Nayu langsung melotot kaget. Aku pun mengalihkan pandangan sambil berbisik pelan:


"Soalnya, setelah dengar kata-kata Yuuka, aku jadi kepikiran… belakangan ini aku memang lebih sering ngobrol dengan Isami dibanding denganmu, kan? Karena kamu selalu bersikap dingin padaku, kupikir ya sudahlah. Tapi mungkin sebenarnya kamu nggak suka. Maaf, kalau begitu…"


"……Nii-san…"


Saat aku terus mengusap kepalanya, Nayu untuk sekali ini menunduk diam… Lalu tiba-tiba menginjak kakiku dengan sekuat tenaga!


"Aduh!? Hei, jangan full power gitu! Gila aja—"


"Itu gara-gara Nii-san ngelakuin hal aneh! Dasar bodoh! Aku nggak pernah peduli soal itu, tahu! Jangan kepedean! Sumpah deh!!"


Wajah Nayu memerah sampai belum pernah aku lihat sebelumnya. Ia meninju-ninju dadaku dengan keras. Sakit banget, serius.


──Begitulah, setelah kejadian itu…


"Yosh, Isami. Sekarang giliranmu, minta maaf ke Nayu."


"……Maaf ya, Nayu-chan."


"Ayo, Nayu. Kamu juga."


"……Salah gue juga, maaf, Isami."


Atas dorongan Yuuka dan aku, untuk sementara "Perang Adik Perempuan" pun berakhir.


Kupikir akan lebih baik kalau mulai sekarang mereka bisa lebih akur…


"Nayu-chan, sebenarnya kamu kan suka Yuu nii-san. Kalau lebih jujur, pasti kelihatan manis."


"Jijik. Stop deh ngomong kayak gitu."


"…Serius, belum pernah ada gadis yang segini frontalnya menentang aku."


"Hei. Beda sama fans-fans kamu yang bisanya cuma bilang 'Keren sekali!' Rasain nih kata-kata jujurku. Hidung tengilmu itu… suatu saat bakal aku patahin. Sumpah."


Tak sampai lima menit, keduanya kembali adu mulut. Aku hanya bisa menarik napas panjang.


──Sepertinya bukan hanya hubungan Yuuka dan Isami yang harus kupikirkan, tapi juga hubungan antara Nayu dan Isami.




Chapter 9 

【Proyek Kampanye】

Yuuna akan datang ke rumahmu!


"Baiklah. Yuuka-chan, Nii-san… aku pergi liburan dulu, ya."


Ucap Nayu sambil meletakkan tangan pada koper, mengenakan sepatunya di depan pintu masuk.


Memang masih dalam masa Obon, tapi kali ini katanya ia pergi berlibur bersama teman yang berbeda dari sebelumnya.


"Selamat jalan, Nayu-chan! Hati-hati di perjalanan, ya!!"


"Setelah liburan ini selesai, apa kau akan kembali ke rumah Ayah?"


"Hah? Gila, ya? Mau ngusir adikmu sendiri dari rumah, itu bisa dilaporkan, tahu! Masa liburan, kenapa aku harus menghabiskan waktu hanya berdua dengan Ayah, sih? Dasar bodoh. Aku pasti balik ke rumah ini lagi kok."


Tatapan tajam Nayu menusukku.


Ya, meski sebenarnya aku tidak masalah, tapi… kasihan juga sih Ayah.

Sambil berpikir begitu, Nayu tiba-tiba menarik lenganku dan berbisik di telingaku.


"…Nii-san. Selagi aku tidak ada, urusin Yuuka-chan baik-baik, ya. Sekarang Isami juga lagi nggak ada, kesempatan emas, tahu."


Benar, tadi pagi Isami sudah berangkat dengan kereta pertama.

Bawaannya sama banyaknya dengan Nayu yang hendak pergi liburan.

Katanya, ia akan menginap di rumah teman selama beberapa hari, lalu pulang ke kampung halamannya.


"Kalau Isami ada, semuanya jadi ribet lagi… Jadi, tentukan pilihanmu sekarang, Nii-san. Kalau memang laki-laki."


"…Menentukan apa, coba? Lagipula, yang bikin ribet itu termasuk kau juga, tahu?"


"Haa… Nii-san lamban banget, sih. Itu kan jelas──maksudku soal bikin anak, tahu?"


"Kau gila, ya?"


"Yang gila itu Nii-san. Kan Nii-san sendiri? Kalau tidak segera punya anak buat ngikat, Nii-san bisa saja ditinggalkan, tahu. Soalnya Nii-san itu sama sekali nggak bisa diandalkan."


…Aku merasa sangat diremehkan, tapi percuma rasanya kalau harus menanggapi.


──Singkatnya. Setelah Isami pergi, Nayu pun menyusul.


Untuk pertama kalinya setelah sekian lama… aku dan Yuuka akan menikmati waktu berdua saja selama beberapa hari.



"…………"


Sementara Yuuka berada di kamar di lantai dua, aku duduk di sofa ruang tamu, menyesap kopi tanpa henti. Kalau ada Nayu dan Isami, suasana memang ribut dan bikin pusing, tapi… saat tiba-tiba jadi hening, dan aku sadar hanya berdua dengan Yuuka, malah jadi aneh sendiri.


Entah kenapa aku jadi terlalu sadar dan tidak bisa tenang.


"Untuk sementara… nonton anime saja, deh…"


Aku bergumam sendiri sambil meraih remote TV.


"──Baiklah! Sekarang waktunya memperkenalkan pemenang kampanye!!"


Tiba-tiba, Yuuka muncul di lorong dan bersuara lantang tanpa alasan yang jelas.


Kampanye? Apa maksudnya ini? 


Sementara aku masih bingung, ia melanjutkan:


"Dan pemenangnya adalah… drum roll… tadaa!! Yang terpilih dalam kampanye ini adalah… ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’! Kyaaa, tepuk tangan!!"


"Uh, maaf Yuuka. Aku nggak bisa ngikutin… energimu kali ini…"


"Jadi! Hari ini aku──Izumi Yuuna, akan benar-benar jadi ‘Yuuna’, dan mengunjungi rumah ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’!!"


Mengabaikan pertanyaanku, Yuuka menegaskan dengan penuh semangat lalu melompat masuk ke ruang tamu.


Tidak──itu bukan Yuuka lagi. Ia mengenakan wig rambut panjang cokelat, diikat kuncir kembar di atas kepala. Tidak memakai kacamata, sehingga matanya terlihat menurun lembut, bibirnya tersenyum manis seperti kucing. Dengan tunik merah muda, rok mini kotak-kotak, dan kaus kaki panjang hitam──gaya busana klasik nan sempurna.


──Ya. Bidadariku, Yuuna-chan, benar-benar muncul di dunia nyata.


Oke. Aku mati.


"Halo semua! Yuuna datang main, lho!!"


Dengan penampilan Izumi Yuuna yang sempurna, Yuuka berbicara seolah itu sudah sewajarnya. Aku, yang kebingungan, bertanya:


"Uh… Yuuka? Sebenarnya ini apa sih? Event apa lagi kali ini? Dulu kita sempat bikin simulasi sekolah… apa ini lanjutan serinya?"


"Aduh! Shinigami-san jahat banget!! Aku ini Yuuna, tahu! Bukan Yuuka! Masa kamu nyebut aku dengan nama perempuan lain… hmpf, nggak mau ngomong sama kamu lagi!"


Oke. Aku mati lagi.


Sambil merintih dalam kebingungan, aku menatap wajah ‘dia’ yang mendekat.


"Hari ini ada proyek spesial! Kampanye ‘Yuuna akan datang ke rumahmu!’ Nah, pemenangnya adalah penggemar nomor satu Yuuna──Shinigami-san yang Jatuh Cinta! Makanya, Yuuna menembus dimensi dan datang ke sini! Ehe~"


Dengan kata lain… yang ada di depanku ini bukan Watanae Yuuka. Bukan juga Izumi Yuuna sang pengisi suara. Tapi Yuuna-chan yang keluar dari game, langsung ke dunia nyata.


Hukum dimensi terguncang. Kepalaku berputar hebat, serasa sedang bermimpi.


"Mulai sekarang──Yuuna akan membuat hari-harimu penuh kebahagiaan. Jadi, siap-siaplah ya?"

Ya, ya. Aku mengerti, Yuuna-chan.


Aku paham… sekarang aku sedang melampaui semua dimensi dan berada di dunia mimpi. Mungkin aku tidak akan bisa kembali ke kenyataan lagi… tapi tidak masalah, asalkan ada cinta.



『Masa. Aku sekarang… lagi bersama Yuuna-chan.』

『Oooh, Yuuichi! Jadi kau juga sudah mencapai dimensi itu, ya!! Sebagai perbandingan, aku ini, 24 jam penuh, Ranmu-sama selalu ada di hadapanku, tahu!!』


Dengan perasaan yang begitu menggebu, aku coba mengirim RINE ke Masa, tapi ternyata dia lebih “tingkat tinggi” lagi.


Ya, meskipun dalam kasus Masa, itu cuma imajinasi semata.


"Hei! Padahal Yuuna ada di sini, jangan main HP dong!!"


Saat aku duduk di sofa dengan tubuh agak membungkuk, Yuuna-chan tiba-tiba menyelinap ke belakang dan memelukku erat. Baiklah, aku mati lagi—.


"…Bikin Yuuna sampai pasang wajah seperti ini, aku nggak akan pernah maafin, tahu. Sebagai hukuman… bilang ‘suka’ seratus kali, baka."


"Hiii!?"


Karena dibisikkan tepat di telingaku, semacam aliran listrik manis yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata menjalar ke seluruh tubuhku. 


Itu semacam versi modifikasi dari kalimat yang pernah diucapkan Yuuna-chan di salah satu event sebelumnya. Aku ini, harus mati berapa kali, sih…

"Ehhehe. Hei, Shinigami-san! Bagaimana? Senang bisa bersama Yuuna?"


"Senang banget, sampai gila rasanya, Yuuna-chan…"


"Begitu, ya! Syukurlah… ehhehe~♪"


Masih memelukku erat dari belakang, Yuuna-chan berbisik ceria di telingaku. Kepalaku terasa mencair. Namun… sekelebat, wajah Yuuka muncul di benakku. 


Tentu aku tahu ia melakukannya demi diriku, jadi aku hanya bisa merasa bahagia. Tapi kenapa Yuuka, hari ini, memilih untuk melakukan hal ini──.


"‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’. Bisa dengarkan sebentar… dalam keadaan seperti ini?"


Saat aku sedang berpikir begitu. Yuuna-chan menempelkan dahinya ke punggungku, lalu berbisik pelan.


"Yuuna itu ya, di ‘Pemungutan Suara Pertama Alice Delapan Idol’, dapat peringkat 39."


"Ya, aku tahu. Selamat, Yuuna-chan."


"Terima kasih, ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’… Menurut Yuuna, semua ini bisa tercapai berkat dirimu. Karena itu hari ini──Yuuna ingin menyampaikan rasa terima kasih dengan benar."


Ucapan terima kasih dari Yuuna-chan, ditujukan untuk ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’. Karena ingin benar-benar menyampaikan itu──Yuuka repot-repot menyiapkan situasi ini.


"Yuuna-chan… terima kasih. Tapi itu salah. ‘Shinigami yang Jatuh 

Cinta’ tidak punya kekuatan sebesar itu. Semuanya, semuanya… adalah hasil dari kerja keras Yuuna-chan sendiri."


"…………Waktu ‘aku’ merasa terpuruk seberat apa pun, ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’ selalu mendukungku… Itu, betapa bahagianya aku rasakan."


Aku merasa suara Yuuna-chan bergetar, lalu nada bicaranya berubah. Namun aku sengaja tidak menyinggung hal itu──dan hanya mendengarkan kata-katanya.


"Sebelum jadi pengisi suara… aku sama sekali tidak percaya diri. Lalu aku memberanikan diri ikut audisi ‘Arisute’, dan akhirnya jadi Izumi Yuuna… Tapi tetap saja, aku sering gagal, sering terpuruk."


"Tapi, suara Yuuna-chan itu… pernah menyelamatkan hatiku yang putus asa saat musim dingin di kelas tiga SMP. Itu bukan hanya kegagalan. Suara Yuuna-chan──tanpa diragukan lagi, sudah menolong ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’."


"…Yang ditolong itu aku, kok."


"Aku yang merasa ditolong."


Kami saling bertukar kata seperti itu. Lalu perlahan aku menoleh ke belakang──melihat Yuuna-chan, atau tepatnya.


Menepuk lembut kepala Yuuka Watanae yang matanya berkaca-kaca.

Rambut cokelat yang dikuncir kembar, berupa wig, bergoyang lembut.


"Yuuka. Terima kasih, selalu."


"A-aku juga… Yuu-kun, benar-benar… terima kasih. Aku sangat suka padamu."


Begitu ia berkata, Yuuka tersenyum. Senyumnya itu, mirip Yuuna-chan, namun sekaligus…senyum asli Yuuka, yang polos dan tulus.


──Sampai-sampai aku pun, tanpa sadar, ikut tersenyum juga. Selalu begitu.



"Yuu-kuuun. Yuu. Yuu-kuuun. Yu, yu, yuu~♪"


Yuuka berguling manja di pangkuanku, sambil bersenandung memanggil namaku tanpa arti khusus.


Sudah berganti dari mode Yuuna-chan, kini ia dengan rambut hitam panjang yang halus, mengenakan gaun biru muda. Melihat Yuuka yang terus tersenyum bahagia seperti itu, aku jadi malu sendiri… sehingga pura-pura sibuk memainkan smartphone.


"Bagaimana? Apa pendapatmu setelah Yuuna main ke rumah?"


"Aku merasa nyawaku terancam… saking berharganya, aku hampir mati."


"Ehhehe~. Kalau kau senang, itu yang paling penting!"


"…Sebenarnya tanpa melakukan hal khusus pun, hanya dengan keberadaan Yuuka, setiap hari sudah menyenangkan, kok."


Aku baru sadar setelah mengucapkannya, lalu buru-buru menutup mulut. Barusan aku… mengucapkan sesuatu yang sangat memalukan, bukan?


"Y-y-yuu-kuuun!!"


Tapi sudah terlambat. Mendengar ucapanku, mata Yuuka langsung 

berkilauan, dan ia menekan wajahnya kuat-kuat ke perutku. Napas Yuuka yang hangat membuat perutku geli.


"…Aku juga bahagia. Bisa jadi tunanganmu, Yuu-kun, aku sungguh… benar-benar bahagia."


"…Ya."


Aku mengusap kepala Yuuka dengan lembut. Rambut hitamnya yang halus menyapu ujung jariku.


──Saat Nayu dan Isami ada, meski suasana kadang terlalu ramai, pada akhirnya tetap terasa menyenangkan. Tapi saat hanya berdua dengan Yuuka, seperti ini──entah kenapa, hatiku terasa hangat dan damai.…tanpa sadar, ekspresiku jadi melunak.


"Ah, Yuu-kun tersenyum~!!"


Yuuka yang jeli langsung menyadarinya, menatapku dengan mata berbinar.


"Kau juga tersenyum, kan Yuuka?"


"Tentu saja. Kalau orang yang kusuka tersenyum, ikut tersenyum itu sudah wajar banget, kan."


Mengucapkan itu dengan nada bercanda, Yuuka lalu menampilkan senyum paling cerah──dan berkata:


"Yuuna maupun Yuuka. Akan selalu, terus ada di sisimu! Jadi… mari kita terus tertawa bersama, ya?"


Sebenarnya aku sudah lebih dari cukup dibuat tertawa. Tapi ya… semoga ke depannya, kami bisa terus tertawa bersama. 

Begitulah yang aku rasakan.




Chapter 10

Orang yang Pernah Mengikuti Comiket Bersama Tunangan, Tolong Ceritakan Jalur Mana yang Kamu Lewati


Panas yang menyengat. Sinar matahari yang terasa menusuk.


Di tengah kondisi itu, aku yang mengenakan kaus putih, celana jeans, dan topi hitam──sedang berdiri mengantre bersama Yuuka, dalam barisan yang panjangnya tidak masuk akal. Keringat terus-menerus mengalir deras karena panas yang begitu hebat.


“Ehehe~! Bersama Yuu-kun, ke Comiket~♪”


Di sampingku, Yuuka bersenandung sambil menggoyangkan tubuhnya dengan riang gembira.


Waktu kencan diam-diam kemarin, ia sempat menyamar menjadi Izumi Yuuna, menurunkan rambutnya, dan mengenakan topi hingga menutupi sebagian wajah. Namun, kali ini adalah Comiket. Tepatnya hari kedua. Kalau ia tampil dengan gaya mirip Yuuna-chan, justru bisa lebih menarik perhatian. Lagipula, memakai wig sekaligus topi bisa menyebabkan serangan panas.


Karena itu, hari ini Yuuka memilih pakaian kasual rumah yang tidak terlalu mencolok, sementara aku yang menutupi wajah dengan topi. Kalau kebetulan bertemu dengan Masa, justru aku yang akan kerepotan kalau ketahuan.


“Yuu-kun. Umm… sebenarnya agak sulit untuk kukatakan, tapi…”


Sambil memilih kata, Yuuka sedikit menjauh dariku. Ujung rok yang ia kenakan berayun pelan.

“Kamu tidak boleh terlalu dekat denganku, oke?”


“Kenapa memangnya, Yuuka? Kalau-kalau ada orang yang mengenal kita lalu melihat, memang bisa berbahaya, jadi aku tidak akan terlalu menempel padamu.”


“Bukan itu maksudku!”


Dengan kedua lengannya membentuk tanda silang, Yuuka memasang wajah cemberut.


“...Karena kamu sedang berkeringat. Kalau sampai tercium bau keringat dan membuatmu ilfeel, aku tidak mau.”


Dulu ia juga pernah berkata hal yang mirip. Katanya, di dunia dua dimensi tidak ada bau, jadi kalau sampai ia dibenci gara-gara bau keringat, itu menakutkan.


Sungguh. Untuk hal sepele seperti itu, aku sama sekali tidak akan merasa kecewa. Lagipula, sejauh ini Yuuka… hanya pernah tercium harum yang menyenangkan.


“Ngomong-ngomong, ternyata Comiket itu antreannya panjang sekali, ya!”


“Ini pertama kalinya Yuuka ikut Comiket, kan?”


“Iya! Comiket pertamaku… bersama Yuu-kun♪”


Dengan wajah ceria, Yuuka mengatakannya seolah sedang bernyanyi. Aku pun tak bisa menahan tawa.


Di musim dingin kelas tiga SMP, aku bertemu dengan Arisute. Lalu di musim dingin kelas satu SMA, aku pertama kali ikut Comiket. Waktu itu, aku datang bersama Masa. 

Maaf ya, Masa. Kali ini aku tidak bisa datang bersamamu.


Saat itu, karena pengalaman pertama, aku hanya bisa terhanyut dalam hiruk-pikuk suasana, lalu pulang begitu saja. Tapi kali ini, aku berbeda. Aku sudah mengecek daftar lingkaran (circle) yang ingin kukunjungi. Aku juga sudah merancang rute agar bisa berkeliling dengan efektif. Sambil mengantar Yuuka yang baru pertama kali ikut… aku akan pastikan bisa mendapatkan semua yang kucari!


“Ah! Yuu-kun, lihat deh!!”


Mendengar suara Yuuka yang penuh semangat, aku menoleh ke arah yang ia tunjuk.


“Ah… Arisute.”


Tinggal sedikit lagi menuju pintu masuk. Di sana, papan iklan elektronik menampilkan beberapa iklan gim ponsel. Salah satunya ──adalah Arisute.


“Hebat sekali! Bisa dipromosikan di acara sebesar ini… ehehe, rasanya jantungku berdebar-debar!!”


“Iya… rasanya haru juga, ya. Arisute akhirnya bisa sejauh ini.”


Aku tersenyum bersama Yuuka. Namun, di dalam dadaku, terasa sedikit sesak.


Kalau dipikir-pikir, itu hal yang wajar. Karakter yang ditampilkan dalam iklan hanyalah “Delapan Alice”. Padahal, jumlah idol Alice hampir seratus orang. Jadi, wajar kalau hanya dipilih delapan saja. Tetapi melihat Yuuka menatap iklan yang tidak menampilkan Yuuna-chan… entah kenapa membuatku merasa agak rumit. Bagiku, Yuuna-chan adalah sosok yang tidak tergantikan. Itu tidak akan berubah. Tapi sebagai Izumi Yuuna, pengisi suara yang memberikan nyawa pada karakter itu… bukankah tetap terasa sedikit sepi? Aku jadi khawatir begitu.


“Yuu-kun!”


Tiba-tiba pipiku disentil oleh Yuuka. Ia kemudian tersenyum manis.


“Terima kasih, sudah mengkhawatirkanku. Tapi tahu tidak? Walaupun aku tidak terpilih sebagai salah satu dari delapan, aku tahu masih banyak yang tetap mendukungku. Jadi, aku benar-benar baik-baik saja!”


“…Yuuka, kamu ini esper kah?”


“Kalau bisa memilih, aku lebih suka jadi tipe fairy daripada esper… eh, bukan begitu maksudku! Wajahmu itu terlalu mudah ditebak, Yuu-kun!”


“Ugh… karena ini menyangkut Yuuna-chan, jadi aku mungkin terlalu terbawa suasana.”


“Ehehe~. Tapi aku justru suka Yuu-kun yang begitu… karena kamu selalu perhatian.”


Ucapan “aku suka” yang keluar begitu saja darinya selalu membuatku geli dan hangat di hati. Ungkapan sayang dari Yuuka memang selalu lugas.


──── Tak lama kemudian. 


Antrean semakin maju, hingga akhirnya kami memasuki gedung. Memang tidak ada lagi terik matahari, tetapi hawa panas di dalam gedung tidak kalah menyengat.


“Luar biasa… begitu banyak orang datang, semua yang mengisi stan 

berusaha keras dengan karya mereka… benar-benar hebat sekali.”


“Yuuka juga, sebagai seiyuu, kamu sudah sangat bekerja keras, kan?”


“Tapi, melihat banyaknya orang lain yang juga berjuang begini… justru membuatku semakin bersemangat! Aku juga harus meningkatkan levelku sebagai seiyuu!!”


Dengan mata berbinar, Yuuka mengepalkan tangannya dengan penuh semangat. Melihatnya begitu berapi-api, aku merasa gemas sekaligus bangga.


“Kalau begitu, bagaimana kalau kita mulai dari arah sini dulu?”


“Iya! Karena ini pertama kali bagiku… tolong bimbing aku dengan lembut, ya?”


“Umm… sebaiknya jangan pakai ungkapan itu, nanti bisa menimbulkan salah paham.”


“Ehehe. Baik~.”


Dengan tawa polos Yuuka seperti itu──aku pun mulai berkeliling booth bersamanya.



“Permisi, saya ambil satu ini!”


Begitu sampai di booth yang kutuju, aku langsung membeli tanpa sempat melihat isinya. Setelah membayar lima ratus yen dan mendapatkan doujinshi, aku pun segera bergerak menuju booth berikutnya. Dan lagi-lagi, langsung membeli doujinshi tanpa ragu!


“Yuu-kun, kamu tahu isinya apa? Dari tadi tidak pernah sekalipun membaca sekilas.”

“Isinya hanya sebatas yang pernah kubaca cuplikan di internet. Tapi aku tahu pasti, karya ini seratus persen akan memuaskan.”

Sambil berkata begitu, aku menunjukkan doujinshi yang baru kubeli kepada Yuuka.


『【Kabar Gembira】Yuuna-chan, Tidak Ada kata Selain Imut.』

『Yuuna × Ranmu Cinta Aneh Nan Manis ☆』

『Yuuna-chan (Istri)』


“Tuh, kan.”


“Tuh, kan… bukan begitu! Semuanya buku Yuuna!!”


“Tidak apa-apa. Aku hanya beli yang isinya sehat, kok.”


“Dengan wajah serius begitu, apa sih yang kamu katakan… Baka…”


Mungkin malu karena doujinshi yang berfokus pada karakternya sendiri, Yuuka menutupi wajah dengan tangan.


Wajar saja, karena Yuuna-chan memang belum pernah jadi pemeran utama di versi resmi. Namun──di Comiket, selalu ada orang yang menjadikan Yuuna-chan sebagai favorit utama. 


Sampai-sampai membuat buku khusus untuknya… banyak sekali penggemar sejati semacam itu. Tidak mungkin aku melewatkan karya dari para sesama penggemar itu. Aku harus──mengumpulkan semua doujinshi yang menjadikan Yuuna-chan tokoh utama!


……Meskipun begitu. Tentu saja, jumlah circle yang membuat buku Yuuna-chan tidak sebanyak circle yang menampilkan Ranmu-chan dan “Delapan Alice.”


Setelah berkeliling beberapa tempat, semua target belanjaku pun sudah terpenuhi.

“Maaf menunggu, Yuuka… ada buku yang menarik untukmu?”


“Eh!? Ti… tidak ada kok, aku tidak lihat apa-apa~”


“Kenapa bicaramu jadi kaku begitu?”


Jelas sekali Yuuka sedang mencoba mengalihkan perhatian. Aku pun melirik ke arah yang tadi ia lihat. Ternyata itu booth dari Dog Fight Rendezvous, sebuah gim sosial yang sangat populer di kalangan pemain perempuan. Karyanya menampilkan karakter laki-laki yang merupakan personifikasi anjing petarung. 


Melihat tumpukan doujinshi, aku sadar──sepertinya memang itu seleranya Yuuka. Sampul yang ia lihat bergambar seorang pria berwajah garang yang mengangkat dagu karakter bocah berambut pirang.


Ah… jadi begitu.


“Yu… Yuu-kun! Ayo pergi sekarang! Kenapa kamu malah lihat itu!!”


“Kalau kamu mau, beli saja. Dari dulu aku sudah agak curiga. Lagipula, perempuan yang suka karya BL itu hal yang wajar.”


“…Kamu tidak akan ilfeel?”


“Tentu tidak. Aku sudah berjanji dalam hati: aku tidak akan pernah menolak apa pun yang disukai orang lain.”


Saat festival musim panas bersama Nihara-san──aku kembali bersumpah pada diriku sendiri.


Hal yang kusukai harus kujaga. Dan hal yang disukai orang lain, tidak boleh kutolak.


“…Umm. Tunggu sebentar, ya?”


Dengan ragu, Yuuka pun ikut mengantre di booth itu, lalu membeli doujinshi incarannya.


Melihat senyum bahagia Yuuka──aku sungguh merasa bersyukur bisa datang bersama dengannya.



Setelah sama-sama mendapatkan apa yang dicari, kami pun berkeliling di area lain. Dan kali ini, sekadar karena penasaran, kami datang ke ──lapangan cosplay.


“Waa… di sini juga orangnya ramai sekali, ya.”


Yuuka berkata dengan nada kagum. 


Lapangan cosplay dipenuhi cosplayer yang menyamar sebagai berbagai karakter, serta banyak fotografer yang mengarahkan kamera mereka. Waktu pertama kali ikut Comiket, aku dan Masa sudah kewalahan hanya dengan berkeliling booth.


Jadi, ini juga kali pertama bagiku datang ke lapangan cosplay.


“Bagus, bagus sekali! Sekarang, posisikan Talking Breaker sedikit lebih ke bawah supaya wajahnya kelihatan… ya, tepat sekali!! Oke, saya akan ambil gambarnya──saksikanlah, orang yang akan mengubah show time-mu, satu-satunya pengembara…”


Klak, klak, klak.


Setelah beberapa kali menjepret, gadis yang memegang kamera itu tiba-tiba berdiri dengan semangat──


Lalu dengan penuh keyakinan, ia melakukan pose transformasi.

“──Datang! Kamen Runner Voice!! Aku akan melesat jauh ke depan!!”


“Kenapa fotografernya yang malah melakukan pose… Nihara-san.”


“Uwah!?”


Saat kusapa, Nihara-san tampak sangat panik, lalu buru-buru menoleh. Begitu sadar bahwa itu aku, ia menghela napas lega dengan dalam.


“Ternyata Sakata, ya… sempat bikin kaget saja. Ah, ternyata Yuu-chan juga ada! Wah, senangnya bisa ketemu kalian di sini!!”


“Momo-chan! Ehehe, kebetulan sekali! Tapi… luar biasa, cosplayer itu. Benar-benar mirip Kamen Runner Voice…”


Aku bisa mengerti kenapa Yuuka begitu kagum. Cosplayer yang difoto Nihara-san mengenakan kostum Kamen Runner Voice buatan sendiri, lengkap dengan pose khas dari serialnya──tingkat detail dan keasliannya luar biasa.


“Orang ini sudah bertahun-tahun membuat kostum Kamen Runner. Begitu tahu dari blog kalau ia akan tampil di Comiket hari ini, aku tidak bisa menahan diri… jadi datang khusus untuk memotretnya.”


“Wah, semua orang memakai berbagai macam cosplay, ya. Orang di sana itu karakternya dari Dog Fight Rendezvous, dan orang di sana benar-benar merekonstruksi Ranmu-chan dengan sempurna…”


“Kyaaaaaaaaaaaa!!”


Saat itulah. Teriakan histeris bernada tinggi menggema di seluruh lapangan cosplay.


“Hm? Sepertinya ada keramaian besar di sana. Yuk, kita lihat 

sebentar? Yuu-chan, Sakata.”


“Ah, tunggu, Momo-chan—”


Akhirnya aku, Yuuka, dan Nihara-san pun bergerak menuju tengah lapangan, tempat teriakan itu belum juga reda.


Di sana, dikelilingi kerumunan besar fotografer perempuan, seseorang berdiri sambil menampilkan senyum tipis──seorang pria tampan yang terlihat sangat cocok dengan pakaian butler. Tidak… harus kuperbaiki. Itu bukan pria tampan biasa, melainkan seorang wanita cantik yang sedang melakukan cross-dress sebagai pria.


“Fufu… semuanya, jangan terlalu berteriak keras begitu. Perasaan kalian sudah tersampaikan. Lagipula… kalau bersuara sekencang itu, suara imut kalian bisa jadi serak, lho.”


“Iyaaaaaaaaa!! Isami-sama, Anda sungguh memesonaaaaa!!”


Para penggemar perempuan menjerit histeris. Bahkan, ada dua orang yang sampai jatuh pingsan.


“…Ugh.”


Melihat adiknya berada dalam situasi menghebohkan itu, Yuuka menampakkan ekspresi jengkel.


“Yuu-kun, Momo-chan. Ayo cepat pergi? Aku tidak mau ikut terseret dalam—”


“…Eh? Bukankah itu Yuuka? Apa yang kau lakukan di sini?”


Begitu Isami mengucapkan itu, sorakan luar biasa yang tadi bergemuruh──mendadak terhenti. Dengan hati-hati, aku dan Yuuka pun menoleh ke belakang.

Isami menatap lurus ke arah kami──dan kemudian tersenyum segar dengan sangat ramah. 


Sepertinya… bagian berikutnya akan menjadi arc “Kehisruhan di Lapangan Cosplay.”


Jujur saja, aku sungguh berharap bisa terhindar dari semua ini.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close