NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 3 Chapter 1

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 1 

【Rutinitas】

Bagaimana menurutmu tentang tunanganku yang selalu manja padaku?


Acara besar musim panas──festival musim panas telah usai. Mungkin karena terlalu lelah, aku tertidur pulas… dan saat terbangun, cahaya matahari yang terik sudah menembus dari celah gorden.


"…Hm? Sekarang jam berapa?"


Aku melirik jam weker di samping bantal.


Astaga… sudah jam sebelas. Aku perlahan mengangkat tubuh bagian atas, bersiap untuk keluar dari futon──dan saat itu aku menyadarinya. Ada sosok tunanganku yang menempel erat di pinggangku, masih tertidur lelap.


"Yu… Yuuka? Eh, tunggu…"


"…Munyuu. Yuu-kun…"


Ia menekan wajahnya ke tubuhku, sambil bergumam dalam tidur.


Watanae Yuuka, tunanganku──tampak begitu manis dalam tidurnya. Aku buru-buru menjauh sedikit, dan Yuuka tersenyum tipis di bibirnya, tampak tidur dengan bahagia. Rambut hitam panjangnya yang halus terurai di atas gaun rumah berwarna biru muda. Bulu mata panjang itu membingkai mata bulatnya yang indah.


Yang aneh, matanya terlihat agak tajam saat ia memakai kacamata di luar rumah, tapi begitu dilepas di rumah, justru terlihat sayu.


"Uu… uu…"


Saat aku sedang memperhatikannya, Yuuka tiba-tiba mengernyit, seperti sedang mengalami mimpi buruk.


"Yuu-kun… nggak ada… uu…"


Ia memanggil namaku dengan suara pilu, wajahnya tampak hendak menangis. Melihatnya begitu kasihan, aku mendekat ke sisinya.


"…Ehe, Yuu-kun…"


Mendadak wajahnya kembali ceria.


Memang, Yuuka itu bahkan dalam tidur pun gampang dimengerti. Awalnya, aku dan Yuuka hanyalah teman sekelas yang tidak punya hubungan apa-apa. Tapi karena keputusan sepihak dari ayah kami masing-masing, kami dijodohkan──dan mulai tinggal bersama.


Sebelum barang-barangnya datang, Yuuka sempat menempati kamar Nayu, tapi sekarang ia sudah menggunakan kamar ayah di lantai dua sebagai kamarnya. Lagian, kalau dibandingkan Nayu, ayah jauh lebih jarang pulang.


Sejak itu, meskipun kami punya kamar masing-masing di lantai dua, entah kenapa tiap malam Yuuka selalu datang ke kamarku untuk tidur bersama. Awalnya gara-gara waktu itu ia ketakutan karena petir, lalu minta ditemani tidur──dan tanpa kusadari, sekarang sudah jadi kebiasaan sehari-hari. Tentu saja, futon kami digelar agak berjauhan. Kalau tidak, jantungku pasti tidak akan kuat.


Jadi… kejadian pagi ini murni akibat kebiasaan buruk Yuuka saat tidur.


"Nyaa… Yuu-kun…"

"Heh!? Yuuka!?"


Entah mimpi apa yang sedang ia alami, tiba-tiba ia membuka tangan lebar-lebar──dan langsung memelukku erat-erat. Tubuhku ikut terjatuh kembali ke futon. Kepalanya menempel tepat di bawah daguku. Rambutnya mengeluarkan aroma manis yang samar.


Ini berbahaya… pikiranku bisa terbawa suasana… Aku cepat-cepat memejamkan mata, berusaha keras mengalihkan pikiran agar tubuhku tidak bereaksi aneh.


──── Musim dingin saat kelas tiga SMP.


Aku pernah ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis yang dekat denganku. Besoknya, gosip itu langsung menyebar ke seluruh kelas. Syok berat, aku sampai tidak masuk sekolah selama seminggu dan mengurung diri.


Saat itulah aku menemukan sebuah game sosial yang dijalankan perusahaan besar──Love Idol Dream! Alice Stage☆.


Ada hampir seratus karakter idol yang disebut Alice Idol, semuanya bersuara penuh. Event di dalam game maupun event di dunia nyata terus berdatangan. Dan di antara semua idol itu, ada satu sosok yang bagiku bagaikan dewi, malaikat, sekaligus seluruh dunia.


Itulah──Yuuna-chan.


Gadis dengan rambut cokelat diikat kuncir kembar di puncak kepala.

Bajunya girly dengan nuansa pink. Tubuh mungil dan wajah kekanak-kanakan, tapi dadanya luar biasa besar. Dengan mata bulat berkilau, ia menatapku──dan membuka mulut mungilnya.


『Yuuna akan selalu ada di sisimu! Jadi… ayo kita tertawa bersama, ya? 』

────Ah, sial.


Aku berniat mengalihkan pikiran dengan memikirkan Yuuna-chan. Tapi suaranya malah bertumpang tindih dengan suara Yuuka… membuat perasaanku makin kacau. Tidak mungkin bisa kupakai cara ini.


Karena, pada akhirnya──Watanae Yuuka adalah orang yang sama dengan Izumi Yuuna. Pengisi suara dari Yuuna-chan itu sendiri.


"…Yuu-kun, hangat sekali…"


Masih dalam tidurnya, Yuuka bergumam sambil memelukku erat-erat.

Di sekolah, ia hanyalah teman sekelasku yang pendiam dan kaku── Watanae Yuuka. Bagi diriku yang seorang penggemar, ia adalah idola ──pengisi suara Yuuna-chan, Izumi Yuuna. Namun di rumah, ia hanyalah gadis polos yang manja dan suka mencari perhatian.


Bersama tunangan yang punya berbagai sisi ini, hari-hariku memang tidak pernah membosankan, bahkan lebih menyenangkan dari yang kukira. Tapi… situasi seperti ini sungguh membuat jantungku tidak tenang. Aku mohon, jangan sering-sering terjadi.


"Hei, Yuuka. Ayo bangun, sudah siang."


"Munya… kepalaku dingin, nyaaa…"


“Apa maksudmu ‘kepalaku dingin’?”


“Suyaa..entah kenapa, ada yang nggak nempel di atas kepalaku, nyaa…”


Ih, apa maksudnya gini, ya?


Aku perlahan meletakkan tangan di atas kepala Yuuka.


“Itu, nyaa…”

Ia menggumam sambil menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan di bawah tanganku. Apa ini semacam mengelus diri sendiri?


“Suyaa… perut dan punggungku juga dingin, nyaa…”


“Perut dan punggung?”


“Suyaaa… kayanya, pelukan masih kurang, nyaa…”


Begini maksudnya, ya? 


Agak malu, tapi aku melingkarkan tangan ke punggung Yuuka dan memeluknya erat.


“Fuhehehe—… unyaa—”


Yuuka memeluk balik dengan erat juga. Wajahnya benar-benar melembut sampai pipinya kendur. Sampai-sampai dia bersiul kecil sambil bernyanyi… eh!!


“Yuuka… pasti kamu bangun, kan?”


“Tiduuur. Guuuu.”


“Orang yang benar-benar tidur nggak akan bilang ‘tidur’, loh!?”


“Kalau begitu, aku nggak tidur. Guu.”


“Bukan begitu maksudku.”


Aku perlahan menjauh dari Yuuka dan mengangkat badan. Tiba-tiba Yuuka membuka mata dengan bunyi pak! dan menatapku dari bawah dengan pandangan menatap ke atas.


“Kebongkar, ya?”

“Tentu saja kebongkar… ngomong-ngomong, sejak kapan kamu sudah bangun?”


“Sejak Yuu-kun bilang, ‘…Hm? Sekarang jam berapa?’!”


“Bukankah itu awalnya!?”


Saat aku menunjukkannya, Yuuka menjulurkan lidah dan mengedipkan mata ringan untuk mengalihkan perhatian.


Seiring kami terbiasa hidup serumah, cara Yuuka minta manja makin meningkat. Benar-benar… dia anak yang suka minta perhatian.



Begitu kami berdua bangun bersama, kami menyiapkan makan yang sekaligus untuk sarapan dan makan siang, lalu duduk di meja makan.


“Itadakimasu.”


“Itadakimaasu!”


Saat aku menggigit roti panggang, aku menyadari Yuuka yang duduk di seberang menatapku dengan serius.


“Ada apa, Yuuka? Kenapa nggak makan?”


“Hmm. Aku lagi lihat wajah Yuu-kun dan ingat betapa serunya festival musim panas kemarin… ehehe.”


Yuuka menyandarkan dagu pada tangan sambil tersenyum lebar. Melihat Yuuka yang tampak begitu bahagia membuat hatiku ikut hangat.


“Yah, memang banyak yang terjadi… tapi menyenangkan, kan, Yuuka?”

“Iya! Kita makan kapas gula, main tangkap ikan mas!!”


“Waktu main tembak-tembakan, entah kenapa kamu malah menembakkan gabus ke belakang.”


“Aduh! Hal-hal memalukan itu nggak usah diceritain dong!!”


Mungkin karena aku menggodanya, Yuuka mengembungkan pipinya kesal. Tapi tak lama kemudian ia tertawa kecil.


“Festivalnya memang menyenangkan, tapi kencan diam-diam itu, nonton bintang waktu studi keluar, bahkan sekarang makan bareng kayak gini—kalau bareng Yuu-kun, semuanya jadi menyenangkan!”


Yuuka tersenyum seperti matahari. Ketika aku melihatnya, ia mengingatkanku pada idol Alice yang kucintai—Yuuna-chan. Perbatasan antara keduanya terasa goyah.


Sejak ayah cerai dengan ibu dan aku melihatnya murung tanpa semangat, aku berhenti memimpikan pernikahan. Setelah kejadian di musim dingin kelas tiga SMP, aku takut melukai orang atau terluka oleh orang lain, sehingga aku menjauh dari dunia nyata dan bersumpah hanya mencintai dunia dua dimensi. Namun, Yuuka—yang menjadi tunanganku—dengan senyum polosnya berusaha melelehkan hati kerasku.


“Ada apa, Yuu-kun?”


Yuuka menoleh khawatir melihatku tenggelam dalam pikiran. Melihat Yuuka seperti itu, pipiku tanpa sadar melunak.


“Nggak apa-apa. Aku cuma merasa ingin mengucapkan terima kasih…”


Tanpa kusadari kata itu keluar, kata terima kasih. Trauma yang tertancap sejak SMP tak mudah hilang. Tapi kalau bersama Yuuka, mungkin suatu hari nanti—begitu pikirku. Kuhenyakkan rasa itu: Yuuka semakin menjadi sosok yang tak tergantikan bagiku.


“…Aku juga, terima kasih, Yuu-kun.”


Kata itu terucap pelan, lalu Yuuka menatapku dengan sungguh-sungguh. Di matanya tidak ada keruh, indah bak langit cerah.


“Aku memang buruk dalam berhubungan dengan orang… aku sangat nggak paham soal laki-laki. Tapi entah kenapa, cuma sama Yuu-kun aku bisa jadi diri yang jujur. Jadi kalau bareng kamu—aku merasa sangat tenang.”


Dengan suara lembut ia berkata begitu, lalu memancarkan senyum mekar khasnya. 


Malu menatap langsung Yuuka, aku menunduk dan melirik ponsel. Untuk mengalihkan perhatian, aku memutar gacha Arisute di ponsel.


“…Ah.”


Yang muncul adalah ‘Yuuna SR’—ultra-rare bagiku. Aku menyentuh gambar Yuuna-chan di layar pelan. Lalu suara Yuuna-chan terdengar dari ponsel.


『‘Gak apa-apa! Yuuna bakal selalu ada di sampingmu. Pasti, pastiii… akan terus ada!!’ 』


Kata-kata Yuuna-chan meresap ke dalam dadaku. Sesuatu yang hangat memenuhi hatiku.


『‘Gak apa-apa! Yuuna bakal selalu ada di sampingmu. Pasti, pastiii… akan terus ada!!’ 』


Ah… betapa indahnya kalimat itu.

『‘Gak apa-apa! Yuuna bakal selalu ada di sampingmu. Pasti, pastiii… akan terus ada!!’ 』


Terima kasih, Yuuna-chan.


Aku juga berjanji akan selalu bersama Yuuna-chan.


“…Yuu-kun.”


“Hm? Kenapa, Yuuka?”


『‘Gak apa-apa! Yuuna bakal selalu ada di sampingmu. Pasti, pastiii… akan terus ada!!’ 』


Saat suara Yuuna-chan yang keempat terdengar, Yuuka tiba-tiba bangkit dari tempat duduk. Wajahnya memerah, bahunya gemetar, lalu ia berujar:


“Mouu—ngulangin dialog Yuuna berulang-ulang di depan muka aku… ini semacam permainan memalukan, loh… Baaka!”


Begitulah ceritanya.


Aku—Sakata Yuuichi—dan tunanganku, Watanae Yuuka.


Di luar ia terlihat pendiam dan kaku.

Di rumah, ia cukup polos dan natural.

Di sisi lain, ia bekerja keras sebagai pengisi suara Izumi Yuuna.


Bersama dirinya, aku benar-benar tak pernah merasa bosan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close