NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 4 Chapter 16 - 20

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 16 

【Okinawa】 

Akuarium dan Laut, Semuanya Terlalu Sempurna Sampai Membuat Bingung 

【Hari Kedua】


Hari kedua study tour.


Pagi pertama yang kami sambut di Okinawa ini… meskipun sudah bulan November, masih terasa sedikit hangat. Kebetulan kamar yang kupakai diisi oleh kelompokku dan satu kelompok lain, jadi total ada lima orang laki-laki.


Tiga orang dari kelompok lain itu, sejujurnya hampir tidak pernah berinteraksi denganku, tapi kalau tidak salah mereka bertiga anak klub astronomi. Kami tidak banyak bercakap, tapi karena sama-sama tipe budaya (bukannya atlet atau gaul), suasananya masih terasa aman. Kalau misalnya aku sekamar dengan anak-anak olahraga atau kumpulan laki-laki gaul, pasti langsung tamat.


Kemarin kami makan siang di Kokusai-dori, lalu mengunjungi beberapa kuil. Hari ini semoga juga bisa jadi hari yang menyenangkan──begitu kupikir, ketika tiba-tiba…


"Uoooohhh… Yuuichi… perutku sakit sekaliii…"


Anggota kelompok sekaligus sahabat burukku──Masa, berguling di dalam futon sambil mengerang kesakitan.


"…Kenapa, kau kenapa?"


"Kan sudah kubilang, perutku sakit banget… Aku akan mati? Aku bakal 

mati, ya? Sial, di tempat begini pula… Aku ingin hidup, aku ingin tetap hiduphh…"


Karena teriakannya benar-benar tidak normal, aku buru-buru memanggil guru. Akhirnya Masa──dibawa ke rumah sakit.



"Kurai-kun, ada apa dengannya?"


"Sepertinya keracunan makanan. Padahal kami berempat makan hal yang sama, tapi kenapa cuma dia yang kena, ya."


"Pasti ada yang cuma dia saja yang makan, kan? Yang kelihatan setengah matang dan bikin aku ilfeel, ingat nggak?"


"Ah… iya juga, ada ya kemarin."


Jadi begitulah. Hari kedua study tour, Masa… terpaksa tumbang.


Pagi ini kami seangkatan mendengarkan semacam kuliah umum. Setelah itu lanjut dengan kegiatan kelompok──tapi karena Masa tidak ada, kelompok kami hanya bertiga: aku, Yuuka, dan Nihara-san.


Jujur saja… kalau aku dari awal dikelompokkan dengan anggota yang tidak terlalu akrab, mungkin aku sudah tamat. Tanpa Masa, aku benar-benar sadar betapa penting keberadaannya. Selama ini… terima kasih, Masa. Aku harap kau bisa kembali dengan selamat. Pokoknya──jangan mati.


"──Kenapa bengong, Sakata?"


"Ah, maaf. Aku sedang menegakkan death flag-nya Masa dalam pikiranku."


"Maksudnya apa tuh?"

Aku asal menjawab, dan Nihara-san hanya memiringkan kepala, tampak bingung. Tapi kemudian ia malah berkata ringan, "Ya sudahlah!" sambil menyunggingkan senyum nakal──dan langsung memeluk erat lengan Yuuka. Yuuka pun menatap wajahnya dengan ekspresi datar penuh sikap dingin.


"…Kenapa tiba-tiba? Terlalu dekat, Nihara-san."


"Aduh, ayolah. Coba lihat sekeliling, Yuu-chan. Di sini kan cuma kita bertiga, sama Sakata. Oke, ayo coba ulangi, take 2!"


"…Eh, t-tiba-tiba kenapa!? Terlalu dekat, jadinya aku malu banget… Momo-chan."


Perbedaan antara take 1 dan take 2 itu… keterlaluan. Kecepatan ganti peran sesuai situasi itu macam apa, sih? Ini bukan video game, mana ada orang bisa ganti mode secepat itu…


"Tapi ya, kasihan juga Kurai. Padahal hari ini pasti bakal jadi salah satu hari paling seru di study tour ini."


"Ta-tapi ya… meski aku minta maaf ke Kurai-kun… kalau dipikir-pikir, kalau dia ada, mungkin rasanya bakal terlalu malu banget juga…"


"Ahahaha! Yuu-chan, kamu imut banget. Tapi kan, itu sama aja kayak Sakata juga, kan? Jujur deh, khusus untuk hari ini, bukannya kalian sedikit lega karena Kurai nggak ada?"


"Jangan bercanda, Nihara-san. Mana mungkin aku berpikir… lebih baik sahabatku yang paling dekat tidak ada."


"Padahal nanti mungkin dia bakal jelalatan lihat Yuu-chan pakai baju renang, loh?"


"…………B-bukan berarti aku lebih suka kalau dia nggak ada!"

"Mungkin dia bakal menatapmu sampai kayak mau ‘melahap’, loh?"


"…………Guhh."


Itu serangan yang curang sekali. Dengan cara bicara begitu, mana mungkin aku bisa jawab tegas. Ujung-ujungnya ya cuma bisa, "Guhh," begitu. Lagipula, menatap sampai kayak melahap itu…apa sih yang dia pikirkan tentang Masa. Walaupun, ya, mungkin memang bakal menatap juga sih.


──Dan sambil terus bercanda seperti itu. Kami bertiga pun menuju puncak utama perjalanan ke Okinawa. Sehari penuh di laut──yang birunya sebening safir.



"…Indah sekali laut ini. Menatap debur ombak saja rasanya hati jadi tenang."


Aku bergumam tanpa alasan, sambil berdiri seorang diri──di tepi pantai Okinawa.


Dengan celana renang model trunk, memamerkan tubuh bagian atas yang sebenarnya tidak terlalu berotot. Sambil mendengarkan suara ombak… aku berusaha menjaga ketenangan diri.


Hanya karena berada di pantai, bukan berarti aku harus jadi heboh.

Sakata Yuuichi akan tetap menjalaninya dengan tenang.


"Hoooi, Sakataaa!"


…Saat aku sedang berusaha menenangkan diri, terdengar suara seorang gyaru memanggilku. Aku menarik napas panjang, lalu berbalik menghadap laut sebagai latar belakang.

Di sana—berdiri sosok Nihara Momono, yang beberapa saat lalu sempat mengirim foto selfie dengan pakaian renangnya. Sebuah bikini tanpa tali bahu, entah bagaimana caranya bisa menempel. Desainnya penuh dengan hiasan rumbai yang lucu, tapi… bagian dadanya sama sekali tidak bisa disebut lucu.


Soalnya, bikini itu justru dirancang untuk menonjolkan belahan dadanya. Dan tentu saja, ketika Nihara-san memakai pakaian renang seperti itu—payudara besarnya terlihat lebih menonjol dari biasanya.

Bukan sekadar imut, tapi sudah jadi semacam senjata mematikan bagi laki-laki.


“Gimana? Nih, pose mematikan!”


“—Buh!? Sudah, jangan, hentikan! Jangan menunduk lalu menonjolkan belahan! Mau apa sebenarnya, Nihara-san!?”


“Hmm… aku cuma pengin bikin Sakata kebingungan, terus main-main sama kamu!”


“Kamu dengan entengnya bilang sesuatu sekejam itu, ya… ayo hentikan permainan buruk seperti ini. Tidak baik untuk seluruh pria. Sungguh…”


“Heee… kelihatan seru, ya. Bagus, bagus sekali. Pemandangan yang indah, ya. Hmhm, memang sih, Yuu-kun suka pemandangan seperti itu. Cih!”


Ketika aku sedang digoda Nihara-san, terdengar suara merajuk di belakangku. Dia mencoba menirukan gaya Nayu yang suka bilang “Cih!”, tapi jelas gagal.


Perlahan aku menoleh ke arah suara itu, dan di sana—ada Yuuka dalam pakaian renang. Karena hanya ada kami bertiga, dia melepas kacamatanya dan mengurai rambutnya—menunjukkan dirinya yang asli.


Yang dia kenakan adalah bikini. Berbeda dengan Nihara-san, bikininya digantung dengan tali tipis di bahu. Tidak terlalu terbuka secara ekstrem, tapi… mirip sekali dengan pakaian renang Yuna-chan (SR) yang diperlihatkan musim panas tahun ini.


──Persis sekali dengan tipe yang benar-benar sesuai seleraku.


“…Reaksimu dingin sekali. Jadi, maksudmu, tidak seberdampak besar seperti dada besar Momo-chan, begitu?”


“Bukan itu! Aku sama sekali tidak memikirkan hal yang menyinggung keduanya begitu!?”


“Cih!”


“Kalau tidak bisa menirunya, sudah jangan dipaksakan! Jangan meniru hal-hal buruk seperti itu!!”


Haa… wajahku mulai terasa panas. Karena aku memang berpikir, wajah polos Yuuka sangat cocok dengan bikini yang imut itu. Malu kalau harus bilang langsung, jadi aku diam saja.


Saat aku tetap terdiam, Yuuka cemberut lalu melirik Nihara-san dari bawah.


“Momo-chan jahat… kalau dadamu sebesar itu, aku jadi nggak ada artinya lagi, dong.”


“Eh, bukan berarti aku bikin dadaku tambah gede khusus buat ke laut, lho? Dari dulu memang begini adanya.”


“Itu namanya curang! Bagiin dikit, dong. Uuh…”

“…Pft! Hahaha!! Kamu minta dibagiin, itu imut banget! Yuu-chan itu, tetap aja yang paling imut. Nih, coba lihat Sakata… jelas-jelas dia lagi menatapmu dengan tatapan mesum, kan?”


Tiba-tiba aku ditunjuk dan dituduh “menatap Yuuka dengan tatapan mesum.”


Apa-apaan sih “tatapan mesum yang jelas” itu. Aku bahkan tidak tahu bedanya dengan yang tidak jelas.


“Yuu-kun… sungguh? Kamu benar-benar… menatapku sambil deg-degan?”


“Eh… apa aku harus menjawabnya?”


“Ueeeh, Momo-chan~!!”


“Yosh yosh, Yuu-chan… hey, Sakata. Jadilah lelaki sejati, katakan saja langsung, oke?”


“…Apa jawaban yang sebenarnya diinginkan dariku?”


“‘Aku melihat Yuuka, dan aku merasa dia sangat menarik secara seksual’… gitu, kan?”


“Bodoh!? Siapa yang ngomong kayak gitu, pasti terdengar menjijikkan, kan!?”


“Ueeeh! Berarti aku memang nggak menarik, yaa!!”


“Sakata, kamu keterlaluan…”


Apa-apaan, sih. Jelas-jelas ini hanya cari gara-gara. Tapi kalau dibiarkan, suasana makin kacau. Jadi, aku memberanikan diri, menatap mata Yuuka—dan dengan jelas berkata:

“…Yuuka. Pakaian renang itu sangat cocok untukmu. Ya… sungguh, kamu terlihat sangat imut.”


“…Beneran? Ehehee… Yuu-kun bilang aku imut, ya!”


Hanya dengan satu kalimat dariku, wajah Yuuka langsung berseri-seri penuh kegembiraan. Dia pun menarik-narik lengan Nihara-san sambil tertawa riang. Nihara-san mengacak-acak rambut Yuuka dengan sayang, seperti memperlakukan anak kecil.


“Oke deh, karena semuanya sudah beres… yuk, kita nikmati laut sama-sama!”


Begitu dia selesai berkata, Nihara-san tersenyum nakal. 


Entah dari mana, dia mengeluarkan sesuatu mirip kosmetik.


“Yuu-chan. Sebelum berenang, mendingan kamu pakai dulu krim tabir surya. Walau sudah bulan November, tetap aja kena matahari, kan.”


“Oh iya, benar juga… apalagi ada konser nanti, aku harus benar-benar jaga kulitku!!”


“Nah, Sakata. Tolong deh, kamu yang olesin tabir surya ke Yuu-chan, ya?”


“Kenapa tiba-tiba dilempar ke aku!? Dari awal kamu memang sudah menyiapkan skenario ini, kan, Nihara-san!”


Situasi mengolesi tabir surya ke perempuan cuma pernah kulihat di manga atau anime.


“Eh, b-bentar, Momo-chan!? Jadi Yuu-kun yang ngolesin ke aku!?”


“Tentu saja! Yang diolesin deg-degan, yang ngolesin juga deg-degan… 

bukankah itu esensi masa muda? Benar-benar seperti suasana study tour, kan!”


“Tidak ada sama sekali, oke!? Mengolesi tabir surya bukanlah agenda wajib dalam study tour!!”


“Uuuh… malu sekali, Momo-chan…”


“Kalau Yuu-chan nggak mau, ya sudah, biar aku saja yang minta Sakata mengoleskan ke aku, deh?”


“A-aku mau! Tolong oleskan ke aku, Yuu-kun!! Jangan ke Momo-chan!”


Terbawa arus ucapan Nihara-san, Yuuka malah mengajukan diri. Kalau aku menolak di sini, pasti dia balik lagi dengan tuduhan, “Karena dadaku kecil, ya!!” seperti tadi… jadi tidak ada pilihan selain menerimanya. Seperti yang diduga dari Nihara Momono. Dia benar-benar tahu cara menggiring Yuuka.


──Dan akhirnya begitulah. Yuuka berbaring tengkurap di atas alas yang digelar di pasir pantai, lalu membuka kait bikini di punggungnya. Dengan jatuhnya pakaian renang itu di atas alas, punggung Yuuka yang putih dan indah pun terlihat sepenuhnya. Dia menundukkan wajahnya dengan malu-malu. 


Di belakangku, Nihara tertawa penuh semangat. Sementara aku—mengoleskan krim tabir surya di tanganku, lalu menelan ludah dengan tegang. Benarkah aku harus melakukan ini…


“Yu-Yuu-kun… punggungku kelihatan aneh, nggak?”


Sambil menutup wajah dengan kedua lengannya, Yuuka bertanya lirih.

Entah karena malu atau gugup, tubuhnya sedikit bergetar.


“T-tidak aneh kok. Kalau begitu, Yuuka… aku mulai mengoleskannya.”

“Hyah!?”


Tunggu, bisa tidak jangan mengeluarkan suara aneh seperti itu!?


Begitu tanganku menyentuh punggungnya, jangan menggeliat begitu—aku jadi makin malu juga. Punggung Yuuka terasa halus, lembut, dan hangat. Aku perlahan mengoleskan krim tabir surya di sana.


“Nnya… funyu… n…”


“Y-Yuuka, bisakah diam sebentar!? Nihara-san, hentikan saja permainan ini—eh, dia sudah nggak ada!?”


Entah sejak kapan Nihara-san menghilang. Menyatukan kami berdua, lalu pergi tanpa sepatah kata pun… sungguh seperti pahlawan. Tapi ya, menciptakan situasi mengoleskan tabir surya jelas bukan perbuatan seorang pahlawan. Sama sekali tidak layak ditonton anak-anak baik.


“…Rasanya enak banget. Ehehee, terima kasih ya, Yuu-kun…”


Yuuka menoleh sebentar ke arahku, lalu tersenyum malu-malu. Bersamaan dengan kata-katanya, terhembuslah napasnya yang terdengar agak menggoda. Aku tidak sanggup menatapnya langsung, jadi buru-buru mengalihkan pandangan.


“Ka-kalau begitu… aku oleskan juga ke sisi samping tubuhmu, ya…”


“Eh? T-tunggu!? Yuu-kun!?”


────Munyu.


Entah bagaimana, kedua tanganku menyentuh sesuatu yang lembut… sepertinya. Dan ketika kusadari benda itu adalah—payudara Yuuka yang menonjol ke samping, itu tepat setelah dia menjerit.


“Uuuaaahhhhhhh!?”


Sesudah itu—aku jadi bahan olok-olokan Nihara-san tanpa ampun.


Hari kedua study tour pun tetap penuh kekacauan… benar-benar begitu.




Chapter 17 

【Okinawa】

Mari Bicarakan Insiden yang Terjadi di Penginapan Malam Hari

【Hari ketiga】


“Duh, kemarin benar-benar sial banget… sumpah.”


Dengan wajah pucat lesu, Masa mengeluh di sebelahku.


Hari ketiga study tour──saat ini kelompok kami sedang berada di akuarium. Di dalam tangki raksasa, berbagai ikan berwarna-warni dan manta besar berenang dengan anggun.


“Hei, Yuuichi… ayolah, kasih tahu aku. Mereka berdua pakai baju renang kayak apa kemarin? Model seksi kayak Ranmu-sama? Atau tipe imut-imut kayak Putri Yuuna?”


“Oh, Masa. Lihat deh, ada duyung.”


“Kenapa dari kemarin kau terus-terusan no reaction, sih!? Curang banget, monopoli sendirian!!”


Berisik sekali, dasar. Tidak akan kukatakan. Bayangan Yuuka dalam baju renang dibayangkan orang lain saja rasanya sudah nggak enak.


“Hei, kalian ribut apa sih? Kurai, baru sembuh langsung tancap gas banget ya?”


“…Nihara. Tolong dong, ceritain. Mereka pakai baju renang kayak apa?”


“…Wao, langsung frontal gitu. Oke deh, aku laporin ke guru.”


“Eh!? T-tunggu, Nihara! Tadi itu aku lagi linglung, jadi kelepasan ngomong──”


Nihara-san meraih ponsel dan mulai berjalan, membuat Masa panik mengejarnya.


Begitulah, keduanya pun keluar dengan gaduh.


“Yuu-kun, sekarang kita berdua aja loh!”


Yuuka yang sedang melihat-lihat suvenir, muncul dengan senyum lebar.


“Ehehe, hebat ya Momo-chan! Dia bilang, ‘Biar aku kasih kalian waktu berdua, kencan aja deh?’… dan ternyata beneran dilakukan!”


“Eh? Jadi tadi Nihara-san sengaja bikin Masa sibuk, biar kita bisa berduaan!?”


Gila juga, Gyaru tokusatsu dengan kemampuan komunikasi setingkat monster. Aku antara kagum dan pasrah.


Yuuka menarik-narik tanganku sambil bernyanyi riang:


“Ayo, lihat-lihat toko bareng, Yuu-kun! Snow dome ini lucu banget, kan!!”


“Wah, ada lumba-lumba, manta, dan macam-macam ya.”


“Boneka ini juga imut, ya. Ah, tapi… Yuu-kun lebih imut, kok!”


“Eh!? Dibandingin sama boneka pinguin, aku nggak tahu harus jawab apa, loh!”

“Ahaha! …Asyik banget ya, study tour ini.”


Sambil menatap snow dome lumba-lumba merah muda──Yuuka berbisik lirih, seolah ingin mengabadikan momen itu.


…Aku berharap, study tour pertamanya sekaligus yang terakhir ini bisa dipenuhi kenangan indah untuk Yuuka. Aku sungguh-sungguh berharap begitu. Dan kurasa, sudah mulai jadi kenyataan. Karena aku sendiri pun sudah merasa──ini adalah study tour paling menyenangkan dalam hidupku.



“Oi, Yuuichi! Ayo perang bantal!!”


“Kau serius? Sekarang masih jam tujuh loh? Perang bantalnya terlalu cepat, Masa.”


Bantal bahkan belum dipakai, futon juga belum digelar, tapi dia sudah menyiapkan bantal untuk dilempar. Lagian, teman sekamar lain di sini nggak dekat sama kita. Dia mau perang bantal sama siapa? Masa cuma berdua main lempar bantal denganku? Seperti lempar bola, tapi bantal? Gila, nggak banget…


“──By the way, Yuuichi. Besok konser Yurayura★Kakumei, gimana caranya kita kabur?”


Mendadak Masa mendekat dan berbisik di telingaku. Jangan bicara soal rencana kabur dengan nada seolah itu hal wajar, oi.


“Kalau kabur, kau mau apa? Kau punya tiketnya?”


“Ya enggak, tapi… besok Ranmu-sama dan Putri Yuuna turun ke Okinawa loh? Minimal aku mau berada di dekat mereka, menghirup udara yang sama.”

“Penggemar tingkat hardcore banget, sumpah.”


Kalau dia tahu ‘Putri Yuuna’ itu sebenarnya anggota kelompoknya sendiri di study tour, pasti langsung pingsan.


Tentu saja, aku tidak bisa bilang.


…Ngomong-ngomong, besok akhirnya hari konser, ya. Semoga Yuuka baik-baik saja. Jangan sampai dia terlalu gugup──


“……Permisi.”


Saat itu juga. Terdengar suara ketukan pintu, dan langsung setelahnya──seorang siswi masuk ke kamar laki-laki kami.


Rambutnya diikat ponytail. Kacamata berbingkai tipis. Satu-satunya perbedaan adalah, bukan berseragam sekolah, melainkan mengenakan yukata. Itu adalah──Watanae Yuuka. Versi sekolahnya. Sedikit bermata sipit, tanpa ekspresi, susah ditebak emosinya.


“Eh, Watanae-san!?”


Masa langsung melotot, tak menyangka. Tiga anak lain juga langsung ribut, melihat Yuuka muncul tiba-tiba.


Memang, kalau yang mereka tahu hanya sisi ‘Watanae Yuuka di sekolah’, pasti nggak kebayang anak ini bakal masuk ke kamar laki-laki di study tour.


“Sakata-kun, bisa ikut sebentar?”


“Eh, ada apa?”


“…Bisa ikut sebentar?”


Tanpa menjelaskan apa pun, Yuuka menegaskan suaranya.


Hei hei, ini mencurigakan banget, kan? Ini study tour loh. Kalau dipikir secara normal──ini bisa terlihat kayak event di mana seorang perempuan datang mau mengaku cinta ke laki-laki yang dia suka. Orang lain pasti menganggap begitu.


“────Yuuichi.”


Saat aku masih bingung, Masa menepuk bahuku. Lalu──dia menyeringai sinis.


“Kasihan juga kau… jelas banget wajahnya itu ekspresi ‘aku mau menasehatimu habis-habisan’.”


“…Hah?”


Ya. Ah… memang, kalau dipikir-pikir. Sosok Yuuka yang menatapku dari bawah dengan wajah tanpa ekspresi──bagi orang yang tidak mengenalnya, mungkin hanya terlihat seperti sedang melotot karena marah.


Daripada menimbulkan kesalahpahaman aneh, itu justru lebih menguntungkan. Jadi untuk sementara, aku memutuskan mengikuti suasana itu.


"Serius… ehm. Mau ke mana, Watanae-san?"


"……Sedikit, keluar sebentar."


"Keluar? Ada urusan apa?"


"……Pokoknya. Kasih aku waktumu."


────Keluar, ayo. Kasih liat mukamu. 

Itu benar-benar gaya bicara orang yang lagi marah. Tapi ya, itu solusi paling tepat yang bisa terpikir. Aku yakin Yuuka mengucapkannya tanpa banyak berpikir, begitu saja.


…Begitulah. Aku pun keluar kamar bersama Yuuka.


"Jadi, ada apa, Yuuka?"


"Yuu-kun, sini! Ke kamar ini…… sekarang lagi kosong!!"


"……Kosong?"


"Iya, makanya…… aku ingin, melakukannya."


Eh. Berdua di kamar kosong…… mau ngapain?──eh, jangan-jangan.

Apa kita mau…… begitu?


"……Momo-chan yang bilang padaku. Kalau ada kamar cadangan buat yang sakit."


"Ah… iya, benar juga. Masa kemarin sempat pakai itu."


Di sela percakapan singkat itu, jantungku sudah berdegup kencang. Soalnya, malam-malam di study tour, berduaan dengan tunangan di kamar kosong itu…………syukurlah aku tadi sempat mandi dulu.


────Yuu-kun. Yuk, buat kenangan berdua…… hanya kita.


Jadi, memang itu maksudnya kan? Apakah di study tour ini, aku akan menaiki tangga kedewasaan…… Sungguh, anak kelas dua SMA luar biasa sekali……


"Kalau begitu…… aku mulai ya, Yuu-kun?"


Kepalaku sudah tidak bisa bekerja dengan normal lagi. Lalu, dengan berani Yuuka──di kamar berdua itu…… mulai menari.


…………Hah?


"Eh? Jadi…… ini semacam ritual perkawinan gitu?"


"Ritual perkawinan!? Uu…… berarti masih jelek, ya? Kalau begitu, aku coba ulangi lagi── harus selesai sempurna sebelum besok tampil!"


"Besok tampil!? Jadi malam ini kita ngapain!?"


"Eh, ya latihan, dong!? Kan besoknya── tampil di instore live beneran!"


……Instore live?


Ah, jadi maksudnya ‘tampil’ itu. Akhirnya semua nyambung juga di kepalaku.


Jadi alasan Yuuka memanggilku ke sini…… supaya aku menonton latihan koreografinya untuk besok. Itu toh maksudnya.


Ya ampun…… bisa tidak dari awal kau bilang begitu, Yuuka? Aku jadi dag-dig-dug tidak jelas.


────Lalu, aku kembali fokus. Yuuka menari mengikuti lagu Yurayura★Kakumei. Aku memang sudah pernah lihat versi pendek di situs resmi, tapi…… rasanya sekarang gerakannya jauh lebih hidup. 


Yuuka…… memang berlatih keras sekali. Waktu konser Osaka saja, dia sampai kelelahan, tidur pulas di kereta pulang, bahkan sempat dititipkan di rumah Hachikawa-san untuk istirahat.


"……Aku sendiri yang bilang harus bisa menyeimbangkan study tour dan aktivitas ini."


Setelah selesai satu lagu, Yuuka menarik napas panjang lalu berkata.


"Aku tidak mau mengecewakan para penggemar, juga Ranmu-senpai── aku harus lakukan dengan baik. Jadi…… maaf, padahal kamu ingin santai, tapi malah aku libatkan."


"……Tidak apa-apa. Aku akan selalu menemanimu. Karena aku ini, calon ‘suamimu’…… sekaligus ‘Shinigami yang jatuh cinta’."


"Iya! Terima kasih, Yuu-kun…… ‘Shinigami-san yang jatuh cinta’!! ──Yuuna bisa bertahan karena kamu ada di sisinya. Makanya, aku benar-benar berterima kasih."


────Kalimat itu. Itu adalah dialog Yuuna-chan dalam anime pendek promosi Yurayura★Kakumei. Tapi entah kenapa…… terdengar begitu menyatu dengan Yuuka sendiri.


"Yuuna pun, Yuuka juga…… akan berusaha keras! Jadi…… ayo kita tertawa bersama, ya?"



──Dan akhirnya, hari yang dinanti tiba.


Hari keempat dari study tour lima hari empat malam. Hari di mana Yurayura★Kakumei mengadakan instore live di Okinawa. Langit Okinawa hari itu cerah tanpa sehelai awan.


Entah kenapa, terasa seperti mencerminkan tekad yang sudah Yuuka bulatkan…… aku hanya bisa merenung begitu. Garis besar rencana hari ini kira-kira seperti ini:


① Yuuka berangkat ke tempat janjian, aku ikut menemaninya

② Hachikawa-san menjemput Yuuka dengan mobil, lalu menuju lokasi live

③ Aku kembali ke rombongan study tour, dan bersama Nihara-san mengalihkan perhatian Masa, sambil menjalani satu hari penuh

④ Setelah live selesai, Hachikawa-san mengantar Yuuka pulang, lalu kami bertemu kembali dengan mulus


"Kalau begitu, biar aku saja yang urus supaya tidak ketahuan. Sakata, pastikan kau antar Yuu-chan dengan baik, ya. Dan Yuu-chan…… semangat! Aku dukung penuh!!"


"Iya! Aku berangkat dulu, Momo-chan!!"


Disemangati Nihara-san, Yuuka mengangkat tangan dengan penuh semangat.


"Terima kasih banyak, Nihara-san. Sudah mau membantu."


"Ya. Nggak mungkin aku tinggal diam sementara temanku sedang berusaha keras. Hero di dalam diriku nggak bakal mengizinkan itu. Lagipula, Kurai juga sudah bertingkah seenaknya lalu kena marah, jadi buat menutupi jejak pun kayaknya nggak terlalu sulit."


Masa memang orang yang konsisten dengan ucapannya. Ia bahkan berencana pergi ke lokasi instore live meski tanpa tiket. Tapi sebelum kami sempat berangkat, dia sudah lebih dulu mencoba kabur dari study tour──dan tentu saja langsung ketahuan oleh Gousaki-sensei. Sekarang dia sedang habis-habisan dimarahi.


"Pergi cepat saja. Kalau sampai ketahuan malah repot. Soal yang di sini──serahkan saja pada aku, si Momono-sama!"


Diantar dengan penuh percaya diri oleh teman yang bisa diandalkan itu…… aku dan Yuuka pun keluar dari study tour.

Kami berlari kecil menuju tempat yang sudah disepakati sebelumnya bersama Hachikawa-san.


"Yuu-kun, Momo-chan…… terima kasih. Dan maaf juga…… ini semua karena keegoisanku."


"Itu bukan egois. Kami juga ingin pergi ke study tour bersama Yuuka──dan aku juga menantikan live itu."


Sambil menggenggam tangan Yuuka…… aku tiba-tiba teringat pada Yuuna-chan. Saat aku berada di titik terendah dalam hidupku, idol Alice──Yuuna-chan──yang menyelamatkanku.


Di dalam Arisute, dia memang bukan member dengan popularitas tinggi. Aku tidak pernah membayangkan kalau suatu saat dia akan difokuskan seperti ini…… bahkan dalam mimpi sekalipun. Apalagi, bahwa aku sendiri bisa terlibat langsung untuk membantunya demi konser penting ini──itu sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiranku.


"Yuuka. Memang aku tidak bisa ikut ke lokasi. Tapi…… aku akan selalu mendukungmu sepenuh hati. Baik Yuuna-chan, Izumi Yuuna──maupun Watanae Yuuka."


"Iya, aku tahu! Terima kasih selalu, Yuu-kun──‘Shinigami-san yang jatuh cinta’!!"


Dan akhirnya, aku dan Yuuka tiba di tempat pertemuan. Waktu juga pas sekali. Kalau Hachikawa-san menjemput dengan mobil, maka waktunya akan cukup untuk sampai tepat sebelum live dimulai. Study tour dan instore live…… sepertinya masih bisa berjalan beriringan. ────setidaknya, begitulah yang kupikir.


"……Hachikawa-san kok lama ya? Kita sudah menunggu lebih dari sepuluh menit."

"Ada apa, ya? Semoga Kurumi-san baik-baik saja…… ah. Tunggu sebentar, Yuu-kun."


Saat itu, ponsel Yuuka berdering. Dia pun segera mengangkatnya.


"Halo, Kurumi-san? Ada apa──eh? Ban mobil kempes, jadi terjebak di jalan? ……Apa benar waktunya tidak akan sempat?"


Sambil mendengar isi telepon itu, wajah Yuuka perlahan berubah muram.


Mobil terjebak? Tidak bisa sampai tepat waktu? Ini jelas──sebuah masalah besar, bukan?




Chapter 18 

【Okinawa】

Karakter Favoritku, Sang Seiyuu yang Selalu Pantang Menyerah

【Hari keempat】


“B-bagaimana ini, Yuu-kun… mobil Kurumi-san bannya kempes, dan kami tak bisa sampai ke lokasi konser tepat waktu…!”


“…Yuuka, coba tenang dulu. Kalau panik begitu, kita jadi tidak bisa berpikir jernih.”


Kata-kata itu bukan hanya untuk menenangkan Yuuka yang setengah panik, tapi juga untuk menguatkan diriku sendiri. Untuk bisa menyeimbangkan perjalanan sekolah dan instore live, yang paling keras berusaha adalah—tanpa diragukan lagi—Yuuka. 


Karena itulah, saat ada masalah tak terduga, wajar bila ia jadi kelabakan. Justru karena itu, akulah yang harus tetap tenang.


“Kalau naik bus dari sini… tidak, tidak mungkin. Kalau menunggu bus berikutnya, pasti terlambat. Kita hanya bisa cari taksi… ayo ke jalan besar, Yuuka!”


Aku menggenggam tangan Yuuka yang sudah berkaca-kaca, lalu menariknya ke arah jalan utama. 


Saat Yuuka dan Hachikawa-san berjuang keras, aku hanya bisa melihat—tanpa benar-benar bisa membantu. Untuk Yuuka yang menanggung tekanan dari tantangan baru. Untuk Yuuka yang ingin menjaga perjalanan sekolah pertamanya sekaligus panggung pertamanya bersama unit barunya. Karena keduanya penting, dia mengerahkan seluruh tenaga untuk bisa menjalani keduanya.


Sementara aku hanya bisa memberi kata-kata semangat, atau sekadar mengantarnya. Apa gunanya menyebut diriku “suami masa depan”? Apa gunanya julukan “Shinigami yang jatuh cinta”? Ketidakmampuanku sendiri terasa menyedihkan.


“Taksi… kenapa sih. Sama sekali tidak ada…!”


Dari jalan utama, aku menoleh ke kiri dan ke kanan, tapi tak ada satu pun taksi yang lewat. Entah memang waktunya tidak tepat, atau memang jalan ini jarang dilewati taksi.


“Yuu-kun… terima kasih, ya. Sudah ikut terseret dalam keegoisanku… maaf.”


Bahunya bergetar sedikit saat ia berkata begitu sambil menunduk.


—Aku sudah bertekad akan membuat banyak kenangan indah di masa SMA… jadi aku ingin kau menikmatinya bersamaku.

—Dengan segenap kekuatanku, aku pasti akan sukses berdiri di panggung yang sama dengan Ranmu-senpai!!


Yuuka memang selalu berusaha sekuat tenaga. Selalu serius, selalu tersenyum, dan benar-benar berjuang tanpa henti. Kalau semua usaha itu berakhir dengan kegagalan seperti ini… tidak mungkin. Itu tidak boleh terjadi.


Hei, Dewa. Bukankah aku sudah memohon di hari pertama perjalanan sekolah?


……Jangan main-main. Aku tidak akan pernah menyerah. Meski aku lemah dan tidak bisa diandalkan. Biarpun Kau tidak mengulurkan tangan, aku tidak akan pernah melepaskan tangan Yuuka sampai akhir.

“──Permisi! Ada yang bersedia memberi tumpangan!?”


Aku, yang biasanya tak pernah menonjol dan ingin hidup seolah jadi udara, melakukan hal yang tak pernah terpikirkan. Tapi sekarang, aku tidak bisa peduli soal harga diri atau gengsi.


“Y-Yuu-kun!? Apa yang kau…”


“Permisi! Tolong berhenti! Permisi!!”


Yuuka menatapku dengan mata terbelalak… ya, wajar saja, ini memang bukan gayaku. Tapi tetap saja, aku berteriak sekuat tenaga ke arah jalan, sampai rasanya tenggorokanku mau pecah.


“Permisi! Tolong… kumohon, berhenti!!”


────Saat itulah, sebuah mobil berhenti tepat di hadapan kami. Dan dari kaca samping yang perlahan terbuka, muncullah wajah yang kukenal.


“Ah! Kakak yang waktu itu!!”


…Itu adalah gadis kecil yang tersesat di hari pertama perjalanan sekolah.



“Terima kasih banyak… sungguh, ini sangat menolong kami.”


“Tidak masalah. Kami bahkan belum sempat berterima kasih waktu itu… jadi kalau bisa membantu, kami justru senang.”


“Betul sekali. Kami memang harus mengembalikan mobil sewaan hari ini sebelum berangkat meninggalkan Okinawa… bisa membalas budi di saat terakhir seperti ini benar-benar melegakan.”


Sang ayah yang menyetir dan ibu yang kini duduk di kursi penumpang depan berkata sambil tersenyum ramah. Di kursi belakang mobil sewaan itu, ada aku, Yuuka, dan gadis kecil yang duduk di tengah.


“Kuu-chan juga senang bisa ketemu lagi!”


“…Iya. Onee-chan juga, senang bisa bertemu lagi.”


“Eh? Onee-chan… kok kelihatan lesu, ya?”


Gadis kecil itu, yang tadinya tersenyum riang, menoleh ke arah Yuuka dengan kepala sedikit dimiringkan. Aku ikut menoleh, dan kulihat Yuuka menampakkan wajah penuh kecemasan dan ketegangan setelah semua masalah tadi.


“……Yosh, yosh.”


Gadis kecil itu lalu mengulurkan tangan, mengusap kepala Yuuka—persis seperti yang Yuuka lakukan padanya waktu ia tersesat.


“Semangat ya, Onee-chan!”


“…Iya, terima kasih. Aku jadi jauh lebih bersemangat!”


Yuuka berkata begitu, lalu menepuk kedua pipinya dengan ringan. Api semangat kembali menyala di dalam matanya.


“Ah… ada pesan dari Ranmu-senpai.”


Ucapnya sambil menatap layar ponsel, lalu tersenyum tipis. Ia lalu menunjukkan pesan itu padaku.


『Aku sudah dengar dari Hachikawa-san. Sepertinya kalian dalam kesulitan. Tapi… bukankah kau bukan tipe orang yang akan menarik kembali kata-katamu? Aku akan menunggu di venue, Yuuna. 』

Itu bukan hanya kata-kata yang terasa penuh tekanan. Pada saat yang sama, itu juga merupakan dukungan dari seorang senior yang percaya pada juniornya bernama Izumi Yuuna—dan memilih untuk menunggu.


“…Terima kasih banyak. Berkat Yuu-kun, aku bisa tetap tidak mengingkari diriku sendiri. Karena itu, aku tidak akan menyerah—dan setelah ini pun, aku pasti akan berusaha sekuat tenaga.”


Dengan suara tenang namun berisi, Yuuka berkata begitu. Lalu, setelah menatap wajahku dalam-dalam… ia menampilkan senyum yang merekah indah, bagaikan bunga yang sedang mekar penuh.


“‘Shinigami-san yang jatuh cinta’ ternyata memang ‘dewa’, ya? Soalnya kau selalu membawaku ke dunia yang penuh cahaya.”


“…Aku bukanlah sosok hebat seperti itu. Kau selalu bersinar dengan usahamu sendiri, Yuuka. Dan berkatmu juga, aku bisa menjadi diriku yang sekarang.”


“Kalau begitu… akupun bisa bilang, aku yang sekarang juga berkat Yuu-kun, kan?”


──Terima kasih, Yuu-kun yang kucintai.


Bisikan lembut Yuuka itu terasa begitu menenangkan di telingaku. Aku sendiri merasa hal-hal yang bisa kulakukan untuknya sebenarnya tidak seberapa. Tapi, kalau itu bisa membuat Yuuka terus tersenyum—maka itu sudah cukup bagiku.



Setelah keluarga gadis kecil itu mengantar kami hingga dekat lokasi instore live, aku dan Yuuka segera berlari menuju bagian belakang panggung.


“──Yuuna! Yuuichi-kun!!”


Sosok Hachikawa-san, yang sebelumnya sudah kuhubungi lewat RINE, berlari menghampiri kami.


“Hachikawa-san, bagaimana dengan mobilnya?”


“Sudah beres. Aku sudah hubungi pihak bengkel, jadi itu sudah ditangani. Kalian berdua… maaf, ya. Karena aku gagal di akhir, kalian jadi kerepotan.”


“Tidak! Justru… akulah yang harus minta maaf! Aku yang banyak memaksa, dan akhirnya malah merepotkan kalian!!”


Dengan nada tegas, Yuuka menyampaikan permintaan maafnya lalu membungkukkan badan dalam-dalam.


Melihat itu, Hachikawa-san menepuk pelan bahu Yuuka, kemudian bertanya dengan suara lembut.


“…Tak masalah kalaupun kau merepotkanku berkali-kali. Karena aku ini manajermu. Yang lebih penting, Yuuna—kau yakin bisa tampil baik di konser ini?”


“Iya! Entah kenapa, aku merasa… kali ini aku bisa membuat konser terbaik!!”


Senyum Yuuka saat mengucapkannya—sama sekali berbeda dengan wajah cemas dan tegang yang kulihat di mobil tadi.


Sekarang, ia tampak lebih cerah dan bersinar daripada biasanya—dengan senyum paling indah yang pernah kulihat.


“Kalau begitu, Yuu-kun. Aku… pergi bersiap dulu, ya.”


“Iya, semangatlah. Aku akan selalu mendukungmu.”


Setelah itu, Yuuka berangkat bersama Hachikawa-san untuk bersiap. Selesai mengantarkan pandangan pada punggungnya yang menjauh, aku mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan pada Nihara-san.


『Nihara-san, di sana tidak ada masalah?』

『Tentu saja! Ada masalah di sana? Kalian agak lama soalnya. Tapi tenang…di sini aman kok! Sakata, semangat dukung Yuu-chan ya!!』


…Memang selalu bisa diandalkan. Terima kasih, Nihara-san.


Aku mengembuskan napas lega, lalu mendongak menatap gedung tempat konser akan digelar. Di sini, Yurayura★Kakumei akan tampil.

Izumi Yuuna akan berdiri di panggung.


Aku memang tidak punya tiket, jadi tidak bisa menonton langsung—tapi tetap semangatlah. Aku akan selalu mendukungmu.


Sambil mengirimkan doa itu pada seiyuu karakter favoritku, ‘Shinigami yang jatuh cinta’ pun membalikkan badan, melangkah menjauh dari venue.


“──Kau ini, adiknya Yuuna, bukan?”


Suara jernih nan indah terdengar dari belakang. Aku spontan menoleh, dan yang kulihat adalah—


“Shinomiya Ranmu…-chan.”


“Jadi kau tahu namaku. Aku hargai itu, ‘adik laki-laki’-san.”


Dengan nada tenang, Shinomiya Ranmu berjalan perlahan ke arahku.

Rambut ungu panjangnya bergoyang hingga sejajar pinggang.


“Senang akhirnya bisa bertemu. Untung kau ada di sisi belakang gedung. Kalau di depan, sebelum konser, aku tidak bisa muncul karena akan langsung diserbu para penggemar… jadi aku takkan bisa menemuimu.”


Ia berkata datar, lalu tersenyum memikat. Busana yang dikenakannya adalah kostum baru untuk unit kali ini—atasan tanpa lengan dengan dada terbuka lebar, dipadu rok berkilauan. Lengan kirinya tertutup sarung panjang hingga menutupi lengan atas.


Dalam balutan ungu yang menjadi warna dasarnya, satu-satunya yang berwarna merah adalah choker di lehernya—bergetar seperti api yang menyala.


“…Bagaimana bisa langsung tahu kalau aku ‘adik’nya?”


“Adiknya Yuuna juga begitu, tapi… kalian semua tidak pandai ‘berakting’. Kalau aku, apa pun yang terjadi, aku tidak akan merusak ‘peran’ku. Tidak akan pernah.”


Dengan nada datar, Ranmu menyampaikan itu, lalu menundukkan kepala kecil.


“Pertama-tama, izinkan aku berterima kasih. Memang Yuuna sendiri yang berusaha keras, tapi jelas ada bantuan darimu juga. Fakta bahwa konser ini tidak batal—aku sungguh berterima kasih.”


“…Aku tidak melakukan hal istimewa. Yang selalu berusaha adalah Yuuna sendiri.”


“Kau rendah hati, rupanya.”


Entah kenapa, Ranmu tersenyum tipis seolah geli. Lalu dengan tatapan mata yang begitu jernih, ia menatapku dalam-dalam.


“…Boleh aku bertanya satu hal saja? Bagimu, Izumi Yuuna itu—sosok seperti apa?”


──Sebenarnya, sejauh apa yang sudah ia ketahui? Aku tidak tahu. Tapi entah mengapa, pada orang ini… aku merasa harus menjawab dengan jujur. Dengan perasaan itu, aku menanggapi pertanyaannya dengan sungguh-sungguh.


“Kalau harus kusebutkan dengan satu kata… dia adalah ‘sosok yang sangat berharga’ bagiku.”


“…Sosok yang sangat berharga.”


Hanya sesaat. Aku merasa seolah mata Shinomiya Ranmu──sempat bergetar. Namun segera setelah itu, ia kembali menampilkan ekspresi biasanya.


“Itu maksudmu sebagai Izumi Yuuna? Atau… dalam arti yang lebih besar lagi?”


“Bukan hanya sebagai Izumi Yuuna. Aku menganggap seluruh dirinya, termasuk kesehariannya, sebagai sesuatu yang sangat berharga. Karena selama ini aku selalu banyak ditopang olehnya──jadi setidaknya, aku ingin bisa menopangnya juga walau sedikit. Apa itu bisa disebut jawaban?”


“…………”


Shinomiya Ranmu tampak hendak mengatakan sesuatu──namun akhirnya menutup rapat mulutnya tanpa sepatah kata pun. Lalu, dengan tiba-tiba ia membalikkan tubuh.


“──Jawaban itu sudah cukup. ‘Adik’-san.”


Sambil melangkah menuju pintu belakang venue, Shinomiya Ranmu 

berkata lirih:


“Oh iya… soal staf, biar aku yang menjelaskannya dengan baik. Bagaimana kalau kau ikut menonton live kami juga?”


“Eh?”


Aku merasa──seperti Ranmu tersenyum saat itu. Meski ia tidak lagi menoleh ke arahku.


“Karena keberadaanmu, panggung hari ini bisa terwujud. Terima kasih. Justru karena dirimulah──aku rasa kau berhak menyaksikan panggung ini sampai akhir. Kalau kau mau… biarkan mata itu mengukirnya sebelum pulang. Panggung terbaik yang akan kami rajut──aku dan Yuuna.”


Aku tidak bisa bergerak dari tempatku berdiri, sampai sosok Shinomiya Ranmu benar-benar menghilang dari pandangan.


Setelah itu, aku sempat melirik arloji di pergelangan tangan──lalu mengeluarkan ponsel. Aku mengirim pesan permintaan maaf lewat RINE kepada Nihara-san.


『Maaf, Nihara-san. Sepertinya masih akan memakan waktu agak lama… jadi aku titip semuanya padamu, ya.』


Unit yang beranggotakan Izumi Yuuna dan Shinomiya Ranmu──『Yurayura★Kakumei』. Panggung mereka akhirnya… akan segera dimulai.



☆Izumi Yuuna Mengagumi Shinomiya Ranmu☆


…Aku berdiri di balik panggung, menggenggam kedua tangan erat-erat di depan dada. Lalu──kutarik napas dalam-dalam.


Jika hanya memejamkan mata, hatiku masih… tetaplah aku, Watanae Yuuka, yang hanya mengenakan pakaian Yuuna. Tapi begitu klik, aku membalikkan saklar dalam diriku──aku bukan lagi Watanae Yuuka, melainkan Izumi Yuuna.


“…Baiklah!”


Tunik berwarna merah muda, rok mini bermotif kotak-kotak, lalu kaus kaki setinggi paha berwarna hitam. Bukan hanya pakaian, aku juga mengenakan wig cokelat dengan rambut diikat kembar di puncak kepala──aku sudah menjadi Yuuna. Karena memakai lensa kontak, penglihatanku pun jelas tanpa kacamata. Aku mengendurkan bahu, lalu mencoba tersenyum──seperti Yuuna. 


Tidak apa-apa──berkat Yuu-kun, aku merasa bisa tersenyum dengan sangat alami.


“──Yuuna. Sudah saatnya.”


“Wah!?”


Tiba-tiba bahuku ditepuk dari belakang──a, aku kaget sekali!?


Tolong jangan muncul tanpa suara begitu, Ranmu-senpai!


“Bisa menyeimbangkan antara studi tur dan live. Sepertinya berhasil.”


“Belum kok. Sampai live selesai, aku tidak bisa bilang sudah berhasil.”

“…Fufu. Benar juga, itu memang betul.”


Ah. Ranmu-senpai tersenyum! Jarang sekali aku melihat Ranmu-senpai tersenyum seperti ini… apa tadi ada sesuatu yang baik terjadi?


“Yuuna. Menurutku, kau memiliki bakat. Aku tidak pandai berbasa-basi… jadi ini benar-benar dari hati.”


“Eh? A-ah, terima kasih banyak! Kalau Ranmu-senpai mengatakannya begitu… rasanya aku jadi sungguh-sungguh tersanjung…”


Karena malu, tanganku tanpa sadar menggaruk bagian belakang kepala sambil menggeliat canggung. Ranmu-senpai menatapku lurus dengan matanya yang tegas.


“──Masih ingat saat aku bercerita tentang Matogi Kei dulu?”


“Iya. Mantan top model yang Ranmu-senpai kagumi, juga salah satu pendiri 60P Production… kan?”


“Benar. Prinsipnya──‘Menjadi yang teratas berarti siap membuang segalanya, mengorbankan seluruh hidup demi mimpi.’ Saat pertama kali mendengar itu, aku pikir──hebat sekali. Karena itu aku bersumpah, meski harus mengorbankan sesuatu dan membuang diriku sendiri, aku akan terus berjuang demi mimpi. Itulah sebabnya aku ada di sini sekarang.”


Itu benar-benar terdengar seperti Ranmu-senpai.


Aku tulus merasa kagum. Aku tidak akan bisa meniru cara hidup seperti itu, meskipun aku berusaha sekuat tenaga…


“Tapi, Yuuna. Kau berbeda. Kau tidak membuang segalanya. Kau justru berusaha merangkul semua yang berharga──dan tetap bersinar.”


“…Entahlah. Aku tidak pernah benar-benar memikirkan prinsip hidup hingga bisa diucapkan dengan jelas.”


Aku bahkan tertawa sendiri setelah mengatakannya. Dari kacamata Ranmu-senpai, mungkin itu terdengar “terlalu manis”! Tapi──itulah diriku, jadi mau bagaimana lagi?


“Tapi… meski hanya bisa kuungkapkan samar-samar. Aku ingin, baik aku sendiri, para penggemarku, maupun semua orang yang kusayangi ──bisa terus tersenyum setiap hari. Dan kalau bisa, aku ingin berusaha menambah senyum itu lebih banyak lagi──itu yang kupikirkan.”


“…Cara hidupmu benar-benar berbeda dariku. Tapi kau──cukup berjalan di jalan yang kau yakini. Meski aku tidak tahu hasil seperti apa yang akan menunggu di ujungnya.”


Namun──Ranmu-senpai memberi jeda sejenak, sebelum berkata layaknya sebuah pernyataan perang.


“Tak peduli jalan apa yang kau pilih. Aku pasti akan melangkah lebih tinggi darimu. Karena aku sudah bersumpah hidup seperti Matogi Kei──aku akan naik lebih tinggi daripada siapa pun.”


…Aku selalu merasa Ranmu-senpai luar biasa. Aku sungguh mengagumi, ingin bisa bersinar sepertinya.


Tapi──aku bukan Ranmu-senpai. Aku mengagumi, aku menghormatinya… tapi aku tidak ingin menjadi dirinya. Aku ingin tetap menjadi diriku sendiri. Berusaha dengan caraku sendiri. Agar sedikit demi sedikit──aku bisa menyusul Ranmu-senpai.


“Ayo, sebentar lagi dimulai. Kalau begitu, Yuuna──hari ini mari kita bersinar bersama.”


“…Iya! Ranmu-senpai!!”


Lalu aku meletakkan tanganku di atas tangan Ranmu-senpai yang terulur. Kami berdua mengangkat suara, lalu menengadah sambil mengangkat tangan ke langit.


“『Yurayura★Kakumei』──Stage Start!!”


Jadi, Yuu-kun… tolong dukung aku, ya? Mulai sekarang──aku akan bersinar.




Chapter 19

 Gadis Biasa yang Menjadi Tunanganku, Ketika Menjadi Seiyuu Hanya Memancarkan Cahaya


『Oke. Untuk hari ini, serahkan saja padaku! Sebagai ucapan terima kasih, nanti kamu juga harus oleskan tabir surya padaku, ya~』


Kenapa begitu? 


Aku benar-benar tidak mengerti maksud permintaan ucapan terima kasih itu. Tapi… terima kasih banyak atas semua yang sudah kau lakukan hari ini, Nihara-san.


Sambil memikirkan itu, aku mematikan ponsel dan menatap ke depan.

Yurayura★Kakumei, single pertama mereka, sedang mengadakan tur instore live perayaan rilis di lima wilayah secara bertahap.


Hari ini adalah sesi kedua… pertunjukan di Okinawa. Karena ini instore live, acaranya tidak terlalu besar, tapi kursi penonton sangat padat. Para penggemar mengenakan T-shirt Alice Stage sambil memegang cai-rium, menunggu dengan wajah penuh antusiasme.…Kalau aku tahu bisa ikut, pasti aku juga membawa cai-rium.


Aku menarik napas panjang di tengah-tengah kerumunan penonton. Memang, karena ini keikutsertaan mendadak, persiapanku kurang matang, tapi… sejujurnya aku bersyukur pada Shinomiya Ranmu.


Karena seharusnya aku tidak bisa menonton pertunjukan Okinawa ini, tapi kini bisa melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kebahagiaan sebesar ini… tidak ada yang lebih besar bagi Shinigami yang jatuh cinta.


Tiba-tiba, lampu di panggung meredup. Para penggemar mulai meneriakkan sorakan yang hampir terdengar seperti jeritan, meski belum ada siapa pun di atas panggung.


Aku tidak memiliki cai-rium, tapi tetap mengangkat tinju, mengikuti aliran semangat itu.


“──Love Idol Dream! Alice Stage☆. Jadi semua orang di sini mencintai Alice Stage, ya…?”


“Tentu saja, Ranmu-senpai! Semua orang di tempat ini sangat mencintai Alice Stage!!”


“Imuttttt!” “Ranmu-sama!!” “Yuuna-chan!!”──Kami semua berteriak bersama dengan penonton.


“Tapi hari ini, di Alice Stage, hanya ada aku dan Yuuna, ya.”


“Iya. Karena hari ini──kami datang ke Okinawa sebagai unit baru, aku dan Ranmu-senpai, untuk tampil live!”


“Begitu… panggung ini pasti menjadi langkah besar untukku meloncat menuju puncak.”


“Tunggu dulu!? Standarnya terlalu tinggi!!”


Seisi ruangan langsung pecah dalam gelak tawa. Aku pun ikut tertawa karena suasana itu. 


Semangat ya, Yuuna-chan… aku akan terus memperhatikanmu di sini.


“Baiklah, saatnya pergi. Yuuna──bersiaplah dan naik ke panggung.”


“Uu… Ranmu-senpai, kalau kau bilang begitu, perutku jadi sakit, lho.”


“『Love Idol Dream! Alice Stage☆』──Unit baru Yurayura★Kakumei, instore live! di Okinawa!!”


Begitu suara kami bersatu, dua malaikat menuruni panggung.


“Semuanya, selamat datang di Alice. Aku Ranmu, peran Shinomiya Ranmu.”


Shinomiya Ranmu membalikkan rambut panjang ungunya, mengenakan kostum seksi dengan warna dominan ungu, lalu membungkuk dalam-dalam.


“Semuaaa! Selamat datang di Alice!! Aku Yuuna, peran Izumi Yuuna. Senang bertemu dengan kalian!”


Yuuna mengibaskan rambut kuncir dua berwarna cokelat sambil mengenakan tunik pink yang imut, dan mengangkat tangan kanan dengan semangat.


“Dan kami──adalah Yurayura★Kakumei.”


Sekali lagi, mereka memperkenalkan nama unit secara serempak. Sorak-sorai “Yurayuraaa!” “Buat revolusi juga dong!!” terdengar dari berbagai arah.


“Unit ini awalnya dimulai dari radio, ya?”


“Iya! Interaksi aku dan Ranmu-senpai di radio sempat viral!! Lalu berkembang… hingga menjadi proyek unit kali ini!”


“…Kau pikir itu lucu, ya? Kalau bicara begitu, kau terlihat berani sekali. Dalam arti tertentu, aku kagum.”


“Ehehe… ya, itu memang sifatku yang ceroboh? Tapi dari situlah proyek ini dimulai. Nanti kami akan terus membawakan cerita-cerita 

menyenangkan!!”


“Ucapan yang terlalu ceroboh… Ngomong-ngomong, kemarin Hotta-san bilang ‘Kalian berdua hati-hati dengan ucapan kalian’ dengan nada serius.”


────Eh? Rasanya kali ini, tempo percakapan mereka lebih sinkron dibanding Alice Radio biasanya.


Lucu, tapi berbeda dari biasanya yang terasa hampir siaran kacau kalau Hotta tidak ada… kali ini terasa hangat. Ini mungkin tanda bahwa chemistry mereka semakin baik… begitu kurasa.


“Jadi! Saatnya live, Ranmu-senpai!!”


“Iya. Ini live kedua setelah Osaka. Aku berharap kali ini lebih meriah dibanding sebelumnya.”


“Ma-ka-nya, tolong jangan naikkan standar seperti itu! Sebelum Yurayura★Kakumei, aku hampir tidak pernah tampil di panggung live… jadi aku sangat gugup, lho!?”


“Oh begitu. Kalau begitu… jangan gugup, mari kita bikin meriah.”


“Itu juga permintaan yang terlalu berat, Ranmu-senpai!?”


“…Kalau begitu, mari kita mulai live-nya. Dengarkan lagu dari Yurayura★Kakumei.”


““──Dreaming Ribbon””



Jika diungkapkan dengan sopan, suara nyanyian Yurayura★Kakumei… benar-benar mukjizat dunia ini. Suara Shinomiya Ranmu yang kuat dan keren berpadu dengan suara Izumi Yuuna yang imut dan ceria──harmoni sempurna. Telinga terasa bersih… seakan seluruh tubuh meleleh. Dan itu belum semuanya. Performa mereka juga luar biasa. Dibandingkan Ranmu yang sudah terbiasa tampil live, gerakan Yuuna mungkin tidak sehalus, tapi…karena napas mereka seirama──tarian mereka tidak pernah meleset. Seolah mereka menceritakan sebuah kisah sambil berinteraksi.


Mereka bernyanyi sambil menari, membangun dunia Dreaming Ribbon.


“…Itu Yuuna-chan.”


Pemandangan itu bukan berlebihan.


Yuuna-chan dan Ranmu-chan tampak seperti hadir langsung di dunia nyata──karakter dan pengisi suara menyatu dengan sempurna.


Entah kenapa, aku merasakan mata aku panas──segera kuseka dengan tangan. Sejak mereka naik ke panggung, aku sadar aku tidak bisa melakukan apa pun untuk Yuuka.


Sebenarnya, Yuuka selalu berusaha dengan kekuatannya sendiri. Live kali ini pun, satu-satunya hal yang bisa aku bantu hanyalah menghentikan mobil yang menuju ke tempat acara agar mereka bisa tiba tepat waktu──itu saja. Tapi… setelah berbicara dengan Shinomiya Ranmu, aku menyadari sedikit sesuatu.


Sesuatu yang sangat kecil. Bukan hal yang besar.


Mengucapkan “kerja bagus” kepada Yuuka yang lelah. Mengingatkan Yuuka yang sedang berusaha agar tidak terlalu memaksakan diri.

Sesekali mengelus kepalanya. Di hari libur, menonton TV bersama, pergi berbelanja.


Hari-hari sederhana yang aku lalui dengan Yuuka, yang tampak biasa, mungkin sedikit banyak menjadi penopang baginya.

Karena bagiku juga… hari-hari sederhana itu terasa seperti dukungan untuk melangkah keluar dari masa lalu yang penuh luka.


──Sebelum mereka bertemu, mereka sudah saling mendukung satu sama lain, ya.


Aku teringat kata-kata yang pernah diucapkan Hachikawa-san. Aku diselamatkan oleh keberadaan Yuuna saat masa-masa sulit. Dan Yuuka juga… saat ia berusaha keras dalam kesedihan, sepertinya ia diselamatkan oleh keberadaan Shinigami yang Jatuh Cinta.


Kalau begitu──sebelum bertemu, setelah bertemu, dan seterusnya.

Saling mendukung, dan menjalani hari-hari yang menyenangkan bersama, itu terasa benar. Mungkin… itulah yang disebut pasangan suami-istri. Aku berpikir begitu.


“────”


Sejenak, pandangan Izumi Yuuna dan aku bertemu. Aku yakin dia menyadari aku ada di sana──tapi ia tidak goyah, dan segera menatap seisi ruangan.


────Dia tidak memperlakukanku istimewa. Bukan karena aku calon suaminya atau karena aku Shinigami yang Jatuh Cinta.


Hal itu membuatku──sangat bahagia. Aku benar-benar bisa merasakan bahwa Yuuka, sebagai Izumi Yuuna, seorang pengisi suara profesional… menghargai semua penggemarnya. Karena dirimu, aku akan terus mendukungmu. Terima kasih, Yuuna-chan──selalu membuat semua orang tersenyum.



“──Itu tadi dari Yurayura★Kakumei.”


“Dreaming Ribbon!”


Aku menepuk tangan dengan semangat, hingga terdengar di seluruh ruangan. Para penggemar lainnya juga memberikan tepuk tangan yang hampir pecah untuk mereka berdua.


Di tengah kerumunan penonton itu, Shinomiya Ranmu… untuk pertama kalinya tersenyum tipis sambil menatap mereka.


“…Terima kasih. Mohon dukung terus Yurayura★Kakumei ke depannya juga, ya.”


Lalu, Shinomiya Ranmu──masih dengan senyum di wajahnya── menatap Izumi Yuuna. Ketika Yuuna menyadari tatapan itu, ia pun… membalas senyum ke arah penonton.


Yang ada di hadapannya──bukan “Watanae Yuuka” yang pernah aku lihat sebelumnya. Bukan “Izumi Yuuna” yang selalu kulihat lewat layar.

Bukan juga Yuuna-chan yang diperankannya.


…Semua itu bercampur menjadi satu, terlihat seperti “Yuuka” versi lain, yang berbeda dari semua sebelumnya.


“Hari ini sangat menyenangkan! Mulai sekarang, aku akan berusaha sekuat tenaga sebagai Yurayura★Kakumei… dan kalau kalian semua bisa banyak tersenyum, aku akan sangat senang!!”


Dengan kata-kata itu, Yuuka tersenyum di atas panggung seperti bunga yang mekar. Penampilannya begitu indah──hingga sulit diungkapkan dengan kata-kata.




Chapter 20 

【Kabar Luar Biasa】

 Malam Terakhir di Okinawa Bersama Tunanganku…


Setelah live di toko selesai dengan lancar, aku dan Watanae Yuuka kembali ke perjalanan sekolah kami──dan mengejutkan, tak seorang pun curiga sama sekali.


Sungguh luar biasa, Nihara-san. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana dia bisa menutupi semuanya.


“Haaah… aku pengen banget nonton live-nya, Yuichi….”


Sambil makan malam, Masa menghembuskan napas panjang. Maaf ya… aku sendiri yang pergi menonton.


“Hei, ikan ini enak banget, kan?”


“Iya, aku setuju! Ini enak banget, kayak belum pernah coba sebelumnya!”


“Wah, beneran! Masakan Okinawa memang luar biasa enak ya!!”


Yuuka tiba-tiba menyelip ke dalam lingkaran gadis-gadis di kelas yang sedang mengobrol santai. Mata mereka membulat, kaget melihat Yuuka yang biasanya pendiam, sekarang begitu ceria. Mungkin karena semangat dari live tadi belum hilang, sehingga Yuuka tak bisa menahan ekspresi aslinya.


Menyadari hal itu, Yuuka terlihat malu, menundukkan kepala, dan dengan nada biasa yang tenang, ia berbisik:


“…Enaknya kebangetan, sampai aku kehilangan kontrol.”


──Besok sebelum tengah hari, kami akan pergi ke bandara dan meninggalkan Okinawa. Empat malam lima hari terasa lama sebelumnya… tapi ternyata begitu sampai, rasanya cepat sekali berlalu.


“Wah… laut malam itu terasa begitu misterius. Kalau sendirian mungkin takut, tapi… hehe, karena Yuu-kun ada di sini, sama sekali nggak takut!”


Malam terakhir di Okinawa itu, aku dan Yuuka berdua──menyusuri pantai yang sepi, bergandengan tangan.


Nihara-san bilang, “Akhir perjalanan sekolah itu harus banget deh kencan malam-malam di pantai!” dan sekali lagi mempermudah segalanya. Teman yang terlalu perhatian… tapi bisa diandalkan.


“Hei, boleh nggak kita mendekati laut sedikit? Tapi jangan lepas tangan ya?”


“Aku nggak akan melepasnya. Gelap begini, bahaya kalau nggak dekat.”


“…Iya. Tapi meskipun nggak gelap, aku tetap mau Yuu-kun dekat denganku.”


──Kamu jangan tiba-tiba bilang hal-hal begitu. Situasinya bikin jantung berdebar.


Yuuka mendekati laut, melepas sepatu dan kaus kaki. Ia memasukkan ujung kakinya ke air, bermain dengan riang.


“Habisnya, perjalanan sekolah ini benar-benar menyenangkan…”


“Iya. Aku juga yakin, perjalanan sekolah ini akan selalu aku ingat 

seumur hidup.”


Lalu kami duduk di pasir, mendengarkan suara ombak dan membiarkan angin malam yang sejuk membelai tubuh.


“Tapi nggak nyangka, Yuu-kun bisa nonton live… Ranmu-senpai pasti sudah tahu kalau Yuu-kun bukan adik kandungnya, kan?”


“Hmm… mungkin dia sudah tahu dari sebelum bertemu, kalau bukan adik kandung yang sebenarnya.”


Orang itu… Shinomiya Ranmu, memiliki aura yang sulit diukur.


“…Aku sangat menghormati Ranmu-senpai, dan sungguh… aku mengaguminya,”


Yuuka bersandar perlahan di bahuku sambil berbisik.


“Tapi… aku nggak bisa hidup seperti Ranmu-senpai. Aku ingin berusaha sekuat tenaga menjadi seiyuu, tapi aku juga sangat menyayangi Yuu-kun, Momo-chan, Nayu-chan, dan Isami juga… Aku nggak bisa memilih satu saja. Mungkin ini egois, tapi begitu adanya.”


“…Tidak, itu bukan pemikiran yang salah.”


Ranmu-senpai bertekad meninggalkan segalanya untuk mencapai puncak. Yuuka, yang memilih menjaga semua hal yang ia cintai sambil berusaha bersinar──aku rasa itu juga tekad yang luar biasa.


“Shinomiya Ranmu bersumpah untuk hidup disiplin demi menjadi top model dan menyempurnakan karier seiyuu dan idol. Izumi Yuuna bertekad menjaga keluarga, fans, dan teman-temannya supaya semua tersenyum. Cara pandang berbeda, tapi keduanya benar.”


“Hahaha… tapi aku masih jauh dari bisa disandingkan dengan Ranmu-senpai.”


“──Bagaimanapun perasaanmu, aku… tetap akan mendukungmu, Yuuna-chan, karena kau ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’.”


Aku menatap Yuuka di sampingku dengan sungguh-sungguh.


“Dalam keadaan apapun, aku akan mendukung pilihanmu. Itu pasti… tidak akan berubah.”


“Uh… iya… terima kasih.”


Dengan malu, Yuuka menunduk sambil memainkan pasir dengan ujung kakinya. Seperti anak kecil… padahal siang tadi ia berhasil membawa live itu sukses sebagai seiyuu.


“Ini, Yuuka.”


“──Eh?”


Aku menyerahkan kotak kecil yang muat di kedua tangan Yuuka. Yuuka menatapnya dengan heran, lalu matanya mulai berbinar.


“Yuu-kun, boleh kubuka?”


“Uh… iya…”


Dengan tatapan penuh harap seperti itu, aku merasa tekanan meningkat.


“Ah… ini yang aku inginkan!”


Di dalam kotak ada snow globe. Di dalamnya ada miniatur lumba-lumba berwarna pink yang berenang.

“Aku lihat kamu lama di toko suvenir di akuarium… jadi kupikir kau ingin ini. Aku belikan sebagai hadiah untuk melepas lelah dari live tadi.”


“Suka! Yuu-kun, aku suka banget!! Hehe… senang banget, sukaaa…”


Tidak, ini sebenarnya bukan apa-apa. Aku merasa agak malu… pipiku panas.


“Yuk, Yuuka… kita kembali ke penginapan, ya?”


“Ehhh, nggak. Aku mau mainin hadiah ini duluuu.”


“Eh, tunggu!? Kalau terlalu lama──”


Karena malu, aku berdiri ingin cepat kembali, tapi Yuuka yang belum ingin pulang, menggenggam pakaianku. Aku kehilangan keseimbangan… dan jatuh ke arahnya.


“────Auu?”

“…………Eh?”


Hasilnya──aku menimpa Yuuka, dan bibir kami… bersentuhan.


“Maaf, Yuuka!!”


Aku panik, segera menjauh, menutupi bibirku dengan tangan. Rasanya… lembut dan hangat, masih terasa.


“Yuu-kun…”


Mendengar suara itu, aku spontan menoleh ke belakang.


──Di atas pasir, Yuuka duduk dengan posisi seperti gadis duduk, menempelkan jari telunjuknya ke bibirnya dengan ragu-ragu, matanya sedikit menyipit… sambil menatapku dari atas ke bawah.


“Yuu-kun… berani banget… tapi… rasanya enak…”


“Eh, t-tunggu! Itu… tadi cuma kecelakaan! Benar-benar kecelakaan!!”


“Kalau gitu… kita ulangi, kecelakaan lagi, ya?”


“Apa maksudmu!? Kecelakaan itu bukan sesuatu yang bisa dijanjikan untuk diulang, kan!?”


──Di tepi laut pada malam itu, dengan percakapan memalukan seperti ini, dalam perjalanan sekolah kelas dua SMA kami…


Aku berharap, suatu saat nanti ketika kami mengenang kembali momen itu, kenangan itu akan menjadi… kenangan yang berkilau seperti snow globe.




☆Watanae Yuuka Mengidamkan Natal Putih☆


『──Yuuka. Kalau kamu nekat seperti itu, sampai celaka, kamu mau bagaimana? Untung Yuu nii-san ada di sana, tapi kalau cuma kamu sendiri, pasti bakal jadi bencana besar, kan? Yuuka harus lebih sadar tentang sifat kekanak-kanakanmu──』


“Berisik! Isami, Baaaka!!”


Aku kesal, jadi langsung menutup panggilan LINE. 


Dasar. Padahal aku sudah cerita kalau aku berusaha keras di perjalanan sekolah dan live in-store. Menganggap orang lain seperti anak kecil… hmpf, padahal aku lebih dewasa.


Aku menelungkup di sofa ruang tamu sambil mengibaskan kaki. Tiba-tiba, muncul pop-up LINE yang masuk di ponsel.


Ah… kali ini dari Nayu-chan.


『Yuuka-chan, perjalanan sekolahnya menyenangkan? Aku nggak iri sama Okinawa atau apapun. Asal kamu dan Nii-san bisa mesra, sudah cukup buatku. 』


──Ternyata Nayu ingin pergi berlibur bersama Yuu-kun juga, ya.

Seperti biasa, dia tidak bisa bersikap jujur terhadap Yuu-kun. Hehe… memang adik ipar yang manis.


Sambil tersenyum sendiri, panggilan LINE berikutnya masuk.…Dari Kurumi-san.


『Yuuna, selamat ya. Sudah sampai rumah dengan selamat?』


“Iya! Baru saja sampai, dan Yuu-kun sedang mandi duluan!!”


『Begitu… Perjalanan sekolah dan live tentu melelahkan, ya? Sampai live in-store berikutnya ada jeda, jadi istirahatlah dengan tenang, ya? 』


“Iya, aku akan istirahat dengan baik! Tapi aku──sangat bersemangat!!”


『Hmm, dari suaramu terdengar jelas… Tapi kok begitu heboh, ada hal menyenangkan, ya?』


“Hehe… mau dengar ceritanya?”


『…Pasti itu cerita mesra, kan? Kalau lagi off sih ingin dengar lebih detil, tapi hari ini masih ada pertemuan… nanti saja ya.』


“Masih ada kerjaan sekarang!? Terima kasih banyak sudah bekerja sampai larut… terima kasih selalu, Kurumi-san!”


Setelah selesai menelepon Kurumi-san via LINE, aku berbaring telentang di sofa. Sudah lewat jam delapan malam, tapi dia masih ada meeting… Kurumi-san, jaga tubuhmu, ya.


…Ah, iya. Sebentar lagi Natal, kurang lebih satu bulan lagi! Natal pertama yang kuhabiskan dengan orang yang kusukai──wah, rasanya romantis sekali.


Sampai tinggal bersama Yuu-kun, aku belum pernah pacaran dengan laki-laki… jadi rasanya deg-degan banget. Padahal satu bulan lagi, lho.

Di Okinawa, aku ingin cuaca hangat supaya bisa ke pantai.


──Tapi bulan depan, semoga dinginnya luar biasa. Mungkin karena terlalu banyak baca manga shoujo, tapi ini Natal pertamaku dengan orang yang kusukai.

Kalau bisa… semoga jadi Natal Putih. Dan aku akan membuat Natal itu menjadi tak terlupakan bagi Yuu-kun!


…Pasti sifatku yang suka bermimpi seperti ini, Isami bilang “kekanak-kanakan”. Aku tahu, tapi apa boleh buat… hmpf.


“──Yuuka, bak mandi sudah kosong.”


Kyaa!! Tiba-tiba di ruang tamu muncul seseorang seperti pangeran, menakjubkan!! Tentu saja… Yuu-kun!


Hanya habis mandi saja, tapi kenapa bisa begitu menawan… aku suka.


Hmm… aku sadar bersikap kekanak-kanakan. Tapi tetap saja, aku ingin menjadikan Natal ini sebagai Natal Putih terbaik yang tak akan dilupakan Yuu-kun… rasanya tidak bisa tidak terpikirkan begitu.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close