NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 4 Chapter 11 - 15

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 11 

【Perkembangan Mendadak】

‘Adik laki-laki’ Izumi Yuuna VS Shinomiya Ranmu — Hasilnya…


Mata dibalas dengan mata, gigi dibalas dengan gigi. Bom dibalas dengan bom… begitu kira-kiranya.


Sebagai “adik laki-laki” yang diperkenalkan kepada Shinomiya Ranmu, sosok yang dipanggil menjadi bala bantuan kali ini adalah salah satu pembuat masalah di keluarga kami──Watanae Isami.


……Sungguh nekat, benar-benar nekat memanggil orang ini. 


Rambut hitam panjang yang diikat rapi di belakang kepala. Mata biru laksana permata berkat lensa kontak berwarna. Kemeja putih dipadukan dengan jas hitam resmi, lengkap dengan dasi hitam yang dijepit dengan pin──penampilan bak seorang butler.


Sekilas, ia tampak seperti pria tampan bertubuh tinggi. Memang benar, karena ia masih saudara kandung Yuuka, garis wajah mereka mirip. Namun sebenarnya, anak ini…… bukan adik laki-laki, melainkan adik perempuan.


Ia adalah cosplayer androgini yang kerap berpenampilan lelaki, terkenal di kampung halaman sebagai “butler nomor satu” di kafe cosplay──Watanae Isami, adik kandung Yuuka yang saat ini duduk di bangku SMP kelas tiga.


Seperti biasa, aku sama sekali tidak paham bagaimana caranya ia bisa menyembunyikan tubuhnya yang penuh lekuk feminin saat berdandan ala lelaki. Tak heran… teknik cosplayer terkenal memang luar biasa.


"Anda memiliki wajah yang sangat menawan, Onee-sama. Sampai-sampai saya terpesona. Bisa bertemu dengan wanita secantik ini, sungguh suatu kehormatan. Kakak kandung saya sendiri, seperti yang Anda lihat, lebih ke tipe imut."


"Diamlah, jangan bicara hal-hal yang tidak perlu."


"Ahaha. Apa Onee-sama jadi malu? Sikap Kakak yang menutupi rasa malu dengan marah begini pun menggemaskan. Sungguh, Kakak perempuan yang amat sangat imut."


“Onee-sama”… mungkin itu caranya Isami menjaga agar tidak menyebut nama asli “Yuuka” di depan umum.


Meski begitu, selain soal panggilan, sama sekali tak ada rasa sungkan. Ia justru memperlakukan Yuuka seakan-akan adik kecil──dan tentu saja membuat Yuuka makin kesal.


"Eh, Anda ini siapa…?"


"Apa maksud Anda, Kurumi-san? Kita sudah bertemu beberapa hari lalu, bukan? Fufu… tetap saja Anda menawan. Kalau saja saya seorang produser, saya pasti akan mempertimbangkan unit bertiga, dengan Anda sebagai anggotanya. Karena Anda──begitu cantik dan memesona."


Isami terus saja mengumbar kata-kata manis yang membuat merinding siapa pun yang mendengarnya.


……Jadi, ini yang dimaksud Yuuka dengan “tunggu saja dan lihat” dalam rencananya? Jadi dia sengaja memanggil Isami dari kampung halaman hanya untuk ini? Yuuka benar-benar nekat kali ini……


Dengan gaya ‘adik laki-laki tampan’ yang gemar melontarkan rayuan, aku sama sekali tidak yakin ada yang bisa mengendalikannya.

"J-jadi begini! Beberapa hari lalu, Kurumi-san sudah saya perkenalkan, tapi… e-ehm, Ranmu-senpai! Inilah orangnya! Dia yang biasa saya ceritakan di radio sebagai ‘adik’, Isami!"


"Kakak saya ini selalu merepotkan Anda. Mohon bimbingannya ke depan."


Isami menyunggingkan senyum segar, lalu duduk di samping Yuuka.


Ya… di radio, ‘adik laki-laki’ yang diceritakan Yuuka selalu dilebih-lebihkan, jadi sosoknya hampir menyerupai tokoh populer dari anime. Mungkin malah lebih masuk akal Isami yang tampil dibanding aku sendiri. Wajah mereka mirip sebagai saudara kandung, jadi lebih meyakinkan daripada mengundang teman sembarangan.


"──Ah, Isami-kun. Senang bertemu lagi, ya? Ranmu, inilah anak yang pernah aku temui sebelumnya──‘adik’ Yuuka."


Hachikawa-san sepertinya sudah paham dengan situasi, ikut mendukung “strategi” Yuuka dan Isami. Sementara itu, Shinomiya Ranmu sama sekali tak terlihat terkejut──ia hanya dengan tenang menundukkan kepala.


"Senang berkenalan, aku Shinomiya Ranmu, seorang pengisi suara. Isami-san, terima kasih sudah meluangkan waktu untuk memenuhi permintaanku yang tiba-tiba ini."


"Aih, permintaan dari wanita secantik Kakak ini? Mana mungkin ada lelaki yang sanggup menolaknya?"


Isami dengan santainya menebar rayuan yang bahkan membuatku malu mendengarnya.


Di sisi Yuuka, wajahnya sudah mengernyit habis──aku yakin nanti di rumah, Isami akan dimarahi sampai menangis.

"…Mendengar ucapan seperti itu, justru membuatku semakin merasa tak enak hati. Dengan perasaan seperti itu, sebenarnya Anda boleh saja menolak."


Tetap dengan suara tenang, Ranmu menanggapi. Dan Isami, seperti biasa, hanya melempar senyum percaya diri.


"Mengapa harus menolak? Seperti yang kubilang tadi──mana ada lelaki yang takkan datang jika diminta oleh wanita seindah ini?"


"Namun, Anda──sebenarnya seorang perempuan, bukan?"


────Ucapan itu terlontar begitu saja. Bom yang mengejutkan siapa pun yang mendengarnya. Bahkan Isami, yang biasanya luwes, sempat kehilangan kata-kata. Yuuka sampai menutup mulutnya dengan tangan, jelas-jelas terguncang.


"…Terlalu mudah ditebak. Kau terlalu polos, Yuuna."


Di tengah atmosfer tegang itu, Shinomiya Ranmu menyampaikannya dengan ringan.


"Kalau aku, meski ada hal yang mengejutkan──selama ‘pertunjukan’ berlangsung, aku tidak akan membiarkan itu merusak penampilan. Karena untuk menghibur penonton, untuk mencapai puncak di industri ini──dibutuhkan tekad untuk tidak gentar menghadapi segala hal di luar dugaan."


Dari posisiku, aku hanya bisa melihat punggung Ranmu. Namun aura tekanannya begitu kuat, sampai-sampai bulu kudukku meremang.


──Masa. Mungkin justru bagus kau tidak ikut hadir. Sebab Shinomiya Ranmu, pengisi suara karakter “Alice Keenam”, jauh lebih Ranmu-chan daripada Shinomiya Ranmu itu sendiri──dingin, disiplin, dan pengamat yang tajam.


“Ya ampun… sampai Hachikawa-san pun kau libatkan dalam sandiwara murahan ini. Apa kau pikir hal seperti ini bisa menipuku, Yuuna?"


"……Ya. Maafkan saya."


"Meski begitu──wajah kalian memang mirip. Jadi jelas bukan orang asing. Adik kandungmu, kan?"


"……Ya. Betul. Meskipun begini orangnya, dia memang adik perempuanku."


"Tetapi dia bukanlah ‘adik laki-laki’ yang biasa kau ceritakan. Benar begitu, Yuuna?"


"……Ya. Seperti yang Anda katakan."


Di hadapan daya analisis luar biasa Shinomiya Ranmu, Yuuka tak bisa berkata apa-apa lagi. Apa semua seiyuu handal memang seperti detektif ulung begini?


"Kenapa Anda bisa tahu saya bukan laki-laki? Padahal saya sudah menyamar begitu sempurna sebagai pria tampan. Begitu memesona, lho!"


"Kenapa juga kamu harus mengatakannya sendiri begitu, Isami!? Malu tahu! Dan lagi, ini bukan waktunya bercanda!!"


"Sebaliknya, kenapa kau mengira aku akan terkecoh dan percaya kau lelaki? Bentuk tubuh, getaran suara di tenggorokan, hingga gerak-gerik kecil──semuanya hanya bisa kutangkap sebagai milik seorang perempuan."


"……Tidak mungkin. Aku, perempuan? Padahal aku sudah sempurna 

berperan sebagai pria tampan, sampai-sampai para penggemar perempuan melamarku──aku ini!?"


……Ya ampun. Ada orang yang justru tersinggung di bagian aneh begitu, tapi biarlah. Tapi serius… bisa mengenali perbedaan jenis kelamin hanya dari bentuk tubuh, getaran suara, dan gerakan halus?


Seiyuu itu hebat sekali.……Tapi kurasa itu bukan kemampuan seiyuu pada umumnya, sih.


"Ranmu... jangan salahkan Yuuna. Soal ‘adik laki-laki’ itu, yang memutuskan untuk tidak memberitahumu adalah aku sebagai manajernya. Jadi kalau ada yang harus disalahkan, itu aku."


"Bukan begitu, Kurumi-san! Yang memutuskan membawa Isami ke sini adalah aku, dan yang mencoba menipu Ranmu-senpai juga aku. Jadi, Ranmu-senpai! Kalau ingin marah, jangan ke Kurumi-san, tapi ke aku—"


"…Jangan salah paham."


Fuuuh—Shinomiya Ranmu menghela napas panjang untuk pertama kalinya, seolah melepas beban dari pundaknya.


"Aku tidak bermaksud menyalahkanmu, Yuuna. Kalau kau tidak ingin bicara soal ‘adik laki-laki’, itu hakmu untuk memilih. Hanya saja... aku tidak bisa ditipu. Kalau kau memang tidak ingin menjawab, cukup katakan begitu sejak awal. Hanya itu saja."


"…Baik. Maafkan aku karena sudah mencoba berbohong. Tentang ‘adik laki-laki’ itu, sekarang aku masih belum tahu harus menjelaskannya bagaimana. Tapi aku takut kalau harus jujur begitu saja pada Ranmu-senpai... jadi aku lari dari kenyataan. Maafkan aku."


"…Apa aku benar-benar terlihat seperti senior yang menakutkan?"


Tidak, maksudku, memang menakutkan kok? Bagi orang-orang berjiwa M seperti Masa, mungkin itu malah hadiah.


"Ya, menakutkan!"


"Ehh!? Yu—Onee-sama!? Kau bilangnya terlalu blak-blakan! Maafkan kakakku yang kasar! Tolong jangan sampai membuatnya diblacklist dari industri ini!! Aku akan melakukan apa saja sebagai gantinya!"


"…Sebaliknya, kurasa yang lebih kasar itu adikmu, kan?"

Shinomiya Ranmu mendesah. Isami kembali memperlihatkan sifat overprotektifnya pada Yuuka, sampai-sampai berlebihan. Memang benar, memperlakukan Ranmu seakan-akan ia debt collector atau orang dunia gelap itu jelas sangat tidak sopan.


"Isami, diamlah… Ranmu-senpai memang menakutkan. Tapi itu karena beliau serius dengan pekerjaannya, dan karena aku yang masih hijau selalu merepotkannya, jadi aku merasa bersalah. Memang menakutkan, tapi... aku juga sangat menghormati dan menyayanginya, itu sungguhan!!"


Kata-kata itu tanpa kepalsuan. Yuuka memang selalu begitu—takut sekaligus mengagumi Shinomiya Ranmu. Sering kali ia menyebut namanya sambil berkata, "Aku ingin jadi seperti dia!"


"Begitu… terima kasih, Yuuna."


Kejujuran Yuuka sampai pada Shinomiya Ranmu juga. Nada bicaranya melunak sedikit, lalu ia bertanya kepada Kurumi dengan lirih.


"—Aku, apa benar-benar menakutkan? Belum lama ini, ada juga anak baru yang sampai menangis. Bahkan Hotta-san sering menggoda, ‘Kau serius menakutkan, tahu!’…"


"…Kau kadang memang tidak sadar, Ranmu. Aku tahu ini aneh kalau aku yang bilang sebagai manajermu, tapi… ada sisi menakutkan darimu."


"…Begitu ya. Akan kuperhatikan."


Ah, terlihat sedikit murung. Serius dan keras, tapi agak ceroboh di luar pekerjaan—Shinomiya Ranmu itu mirip dengan sosok Ranmu-chan sendiri.


"Maaf, Yuuna—mungkin ucapanku tadi terlalu keras."

"T-tidak! Justru aku yang sudah berbuat salah… sungguh, maafkan aku!!"


"Tidak, aku juga… terkadang terlalu keras kepala dengan pikiranku sendiri, sampai menolak pandangan orang lain. Bahkan di ‘AriRaji’ pun aku sering kebablasan bicara. Padahal pilihan hidupmu bukan sesuatu yang patut aku sangkal…"


Lalu Shinomiya Ranmu mulai bercerita—tentang asal usulnya dan keyakinannya.


"Salah satu pendiri 60P Production—Matogi Kei, kau tahu?"


"Ah, ya! Beliau dulu model papan atas, kan? Sekarang berkarya di bidang desain busana, perencanaan acara, dan hal-hal sejenisnya…"


"Benar. Dalam sebuah wawancara, Matogi Kei pernah menyampaikan keyakinannya: ‘Menjadi yang teratas berarti siap mengorbankan segalanya, menyerahkan seluruh hidupmu.’ Aku sangat tersentuh oleh kata-kata itu, dan karena itu aku masuk ke dunia ini. Aku memilih bergabung dengan 60P Production juga karena beliau ada di sana."


Nada suara Shinomiya Ranmu terdengar lebih hangat ketika menceritakan hal itu.


Ternyata, meski terlihat selalu berjalan di jalannya sendiri, dia juga punya sosok yang ia kagumi. Itu membuatnya terasa lebih dekat. Meski bagiku, yang awam di luar dunia dua dimensi, nama mantan top model itu masih terasa asing.


"Itulah sebabnya aku menjadi pengisi suara dengan tekad mempertaruhkan segalanya... demi melangkah lebih tinggi, demi menjadi seperti Matogi Kei. Memang bukan sesuatu yang harus dipaksakan pada orang lain, tapi itu keyakinanku."


"…Ranmu-senpai memang luar biasa."


Yuuka tersenyum lembut. Shinomiya Ranmu dengan semangat yang tenang, dan Izumi Yuuna dengan keceriaan polosnya—benar-benar seperti "bulan" dan "matahari."


"Yuuna. Kau tidak perlu menjelaskan soal ‘adik laki-laki’ kalau memang tidak ingin. Kau juga boleh ikut dalam perjalanan sekolah nanti. Tapi—kalau kau ingin berdiri di panggung yang sama denganku, kalau kau ingin membuktikan bahwa kita bisa sukses bersama dalam konser ini… kau harus punya tekad itu. Mengerti?"


"—Ya! Dengan seluruh kemampuanku, aku akan berdiri di panggung yang sama dengan Ranmu-senpai… dan membuatnya sukses!!"


……dan begitulah. Pertemuan tentang unit baru itu berakhir dengan semacam titik temu.


Tapi jujur saja, aku merasa ini akan jadi tekanan yang besar bagi Yuuka. Itulah sebabnya, aku tidak bisa menahan sedikit rasa khawatir terhadapnya.




Chapter 12

Karena tunanganku selalu berusaha keras, aku ingin mendukungnya


"...Begitu ya, baiklah! Eh? Tidak apa-apa, Kurumi-san! Justru terima kasih sudah bernegosiasi untukku!! Lagipula, berusaha sekuat tenaga untuk konser maupun study tour—itu memang lebih terasa seperti Yuuna, kan!"


Setelah telepon Yuuka selesai, aku menutup manga yang sedang kubaca dan mengangkat wajahku dari sofa tempatku duduk. Lalu—Yuuka menjulurkan lidahnya sambil berkata,


"...Ternyata tetap sulit, jadwal konser di Okinawa tidak bisa diubah."


"Begitu ya... jadi hari itu bakal sibuk, ya."


"Iya. Pergi study tour sekaligus ikut konser, soalnya... Baiklah, semangat! Aku harus berusaha keras!!"


Dengan tangan kanan terangkat tinggi, Yuuka menyemangati dirinya penuh energi. Melihat sikapnya yang begitu gigih, dadaku terasa sesak. Tanpa sadar—aku mengelus kepala Yuuka.


"Eh!? A-anuu... kalau tiba-tiba mengelus kepala begitu, curang, tahu... jadi malu..."


"Bukan begitu!? Padahal biasanya selalu pasang aura 'tolong elus aku', tapi justru di saat seperti ini kamu malah menunjukkan ekspresi begitu... itu jauh lebih curang, kan!?"


Rasa malunya menular, kepalaku jadi panas terbakar—aku buru-buru menarik tanganku dari kepala Yuuka. Tapi begitu kulakukan, Yuuka mengeluarkan suara pelan penuh penyesalan, "Ah..."

Apa-apaan ini, godaan tanpa sadar. Untung saja di sekolah dia punya citra gadis sederhana dan kaku. Kalau sejak awal dia hidup dengan kepribadian manis seperti ini... berapa banyak anak laki-laki yang sudah kehilangan jiwanya padanya? 


Watanae Yuuka, benar-benar menakutkan.



Kemudian, unit baru Arisute yang dibentuk oleh Shinomiya Ranmu & Izumi Yuuna sedikit demi sedikit mulai diumumkan.


Namanya—"Yurayura★Kakumei".


Huruf "Yura" diambil dari "Yuuna" dan "Ranmu", lalu ditambahkan dengan tujuan Shinomiya Ranmu yang mengatakan, "menciptakan unit yang akan membuat revolusi di dunia Arisute."


『Hei, Yuuichi! Sudah lihat pengumuman tadi!? Unit "Yurayura★Kakumei" yang dibentuk Ranmu-sama dan Putri Yuuna! Bahkan mereka akan mengadakan live instore!? Aku... setelah konser ini selesai, aku akan menikah』

『Jangan bikin flag aneh, padahal kamu juga nggak punya pasangan. Aku sudah lihat, memang bikin semangat banget, ya』

『Bukan cuma semangat!? Apalagi konser instore di Okinawa itu jadwalnya bentrok dengan study tour... begini, satu-satunya cara ya kabur dari study tour...!』


────begitulah.


Bahkan teman-teman dekat pun ikut heboh menyambut unit impian ini, sebelum pengumumannya resmi. Sementara itu, Yuuka menghabiskan hari-harinya dengan latihan keras setiap malam.


"Aku pulang... guu"


"Yuuka? Hei, Yuuka?"


Pulang lewat jam sebelas malam, terjatuh di sofa, lalu tertidur begitu saja.


"...Funya..."


"Eh, hati-hati!? Nanti wajahmu masuk ke curry!!"


Kadang saat makan malam berdua, dia tertidur sambil mengangguk-angguk.


"...Munyuu..."


"Watanae? Hei, Watanae? Kamu tidak apa-apa? Wajahmu pucat... apa jangan-jangan badanmu kurang enak?"


Bahkan di sekolah, dia sampai terkantuk-kantuk. Karena berbeda sekali dari biasanya yang serius, sampai-sampai Gousaki-sensei menanyakan keadaannya.


────Ya, ternyata konser itu memang berat. Menyadarinya membuatku benar-benar menghargainya. Tapi sekaligus... aku merasa frustrasi, karena tidak bisa melakukan apa pun untuk membantunya.


"...Lama sekali, ya, Yuuka."


Sambil tiduran di sofa dan memainkan ponsel, aku bergumam entah kepada siapa. Berulang kali mencari di media sosial dengan kata kunci "Yurayura★Kakumei Osaka" sambil gelisah... sudah berjam-jam lamanya.


────Pagi tadi. Yuuka sudah berangkat ke Osaka dengan koper besarnya. "Yurayura★Kakumei"—konser instore pertama di Osaka.


Sebenarnya aku juga ingin ikut. Bahkan ingin menaklukkan kelima konser sekaligus. Tapi... bagaimanapun juga, aku tidak mampu menyiapkan uang sebanyak itu untuk ikut ke semua konser luar kota.


Sejak pertama kali menjadi "Shinigami yang jatuh cinta", inilah rasa frustasi terbesar yang kurasakan—ternyata beginilah rasanya mendukung seorang idola populer.


──── Piririririri♪


"Halo, halo!"


Begitu layar ponselku menampilkan panggilan masuk dari Yuuka... aku langsung mengangkatnya dalam hitungan sepersekian detik. Aku khawatir karena katanya setelah konser Osaka dia akan langsung pulang hari itu juga, tapi sampai sekarang belum juga pulang... syukurlah, akhirnya ada kabar.


"Yuuka, sudah sampai Tokyo? Sudah cukup malam, aku bisa jemput ke sta—"


『...Halo? Yuuichi-kun? Maaf, mengganggu di jam segini... ini Hachikawa.』


"……Eh?"


Tidak mungkin aku menyangka yang mengangkat telepon dari nomor Yuuka justru adalah Hachikawa-san—aku begitu terkejut hingga tak bisa berkata-kata. Melihat keadaanku, Hachikawa-san dengan nada agak panik berkata:


『Yuuna, dia tadi tertidur pulas di dalam shinkansen... Beberapa saat lalu kami tiba di Stasiun Tokyo, tapi meskipun sudah kucoba bangunkan berkali-kali, dia sama sekali tidak bangun. Jadi untuk sementara, aku bawa dia dengan taksi ke rumahku.』


Begitu menerima kabar dari Hachikawa-san, aku segera berangkat dari rumah. Setelah menempuh perjalanan sekitar empat puluh menit, aku pun tiba di apartemen Hachikawa-san, alamatnya ia kirim lewat RINE.


"Yuuichi-kun. Maaf ya, sudah merepotkanmu sampai datang ke sini."


Rambut pendek bergelombang lembut dengan ujung berwarna cokelat. Tubuhnya tinggi untuk ukuran perempuan, dengan proporsi ramping bak seorang model.


Sepertinya... dia memang Hachikawa-san, ya?


Aku sempat ragu, karena berbeda dengan biasanya: kalau biasanya Hachikawa-san selalu tampil dengan riasan sempurna, kali ini wajahnya polos tanpa make-up. Dan biasanya ia mengenakan jaket hitam dengan rok ketat khas wanita karier, tapi sekarang ia hanya memakai T-shirt longgar dengan celana pendek santai.


Jika biasanya kesannya seperti "karyawan kantoran yang andal", maka orang di depanku sekarang lebih mirip "mahasiswi."


"…Kenapa menatapku begitu lama, Yuuichi-kun?"


"A-ah, maaf… hanya saja suasana penampilanmu terasa berbeda. Maaf sekali..."


"Oh, begitu ya. Iya sih, aku sudah hapus make-up. Maaf, jadi memperlihatkan wajah tak terawat begini. Rasanya malu sekali sebagai orang dewasa…"


"T-tidak, sama sekali tidak…"


Bukan tidak enak dipandang, malah sebaliknya. Berbeda dengan sosok dewasa yang biasanya ia tunjukkan, kali ini sisi "asli" Hachikawa-san terasa lebih polos, membuatnya terlihat imut meskipun lebih tua dariku.


Dari celah T-shirt longgar, dadanya yang cukup berisi terlihat samar-samar… benar-benar tanpa pertahanan. Tidak ada komentar lain kecuali—terlalu menggoda.


"Maaf agak berantakan, tapi silakan masuk. Yuuna… sudah kubawa ke rumah, tapi dia sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan bangun."


──Masuk ke rumah seorang wanita yang tinggal sendirian, di malam selarut ini? Apa-apaan ini. Bagiku yang hampir tidak pernah berinteraksi dengan gadis dunia nyata, ini terasa seperti sebuah event yang bikin jantung berdebar kencang. Tapi… rasa khawatirku pada Yuuka jauh lebih besar, jadi aku tidak punya pilihan lain.


Akhirnya, dengan ragu aku pun masuk ke rumah Hachikawa-san.


"Zzz…"


──Di sana kulihat, di sudut kamar one-room, di atas futon, ia meringkuk seperti kucing. Tertidur pulas dengan wajah tenang, dialah tunanganku tercinta.


"Ternyata… wajahnya memang wajah orang yang sedang tertidur nyenyak. Karena tadi dibilang tidak bangun sama sekali, aku sempat khawatir jangan-jangan dia pingsan atau bagaimana… tapi syukurlah, aku lega sekarang."


Akhir-akhir ini aku memang sering melihat Yuuka yang kelelahan. Itulah sebabnya tadi aku sempat cemas, bagaimana kalau dia pingsan atau jatuh sakit… hingga sekarang aku merasa lelah sendiri. 

Tapi ya, untung saja hanya kekhawatiran berlebihan.


"Begitu ya. Maaf ya, sampai membuatmu khawatir. Aduh—padahal sudah ada tunangan yang begitu perhatian datang menjemput, tapi anak ini malah tidur nyenyak begitu."


Dengan nada bercanda, Hachikawa-san berkata lalu berjalan menuju kulkas. Setelah itu, ia memberikan sebotol cola padaku yang sudah duduk di depan meja rendah. Sementara dirinya sendiri memegang sekaleng bir, menatapku seakan minta izin untuk meminumnya.


"Umm, rasanya kurang pantas mengingat aku sudah merepotkanmu, tapi… bolehkah aku minum sedikit?"


"Kenapa bertanya dengan gaya manis seperti itu!? Tidak apa-apa kok, ini kan rumahmu sendiri, Hachikawa-san! Lagi pula, Yuuka… Yuuna hanya tertidur lelap setelah selesai tampil."


"Fufu~… kalau begitu, Yuuichi-kun, ayo bersulang!"


Seperti mahasiswa saja.


Mungkin dia memang tipe orang yang bisa memisahkan suasana kerja dan santai dengan jelas. Tapi karena sikapnya kali ini berbeda sekali dari biasanya, aku jadi bingung harus bagaimana menanggapinya.


"──Haaah! Memang, minum setelah kerja itu yang paling nikmat~"


"…Begitu ya. Aku tidak pernah minum alkohol, jadi tidak tahu rasanya."


"Heii, Yuuichi-kun! Jadi, bagian mana dari Yuuna yang kamu sukai?"


"Itu tiba-tiba seperti obrolan cinta khas anak kuliahan!? Tolong hentikan perubahan karakter yang mendadak begitu!"

"Soalnya, aku sedang tidak bekerja~"


Manis sekali!? Jangan manyunkan bibirmu begitu!? Perbedaan sikap Hachikawa-san dari biasanya benar-benar luar biasa.


"Ayo-ayo, ceritakan pada Onee-san ini~ tentang kisah mesra kalian berdua!"


"Itu pertanyaan yang tidak pantas dilontarkan seorang manajer!? Dan kenapa minummu cepat sekali!? Jangan-jangan kamu sudah mabuk!?"


"Aku tidak mabuk~. Kurumi-chan ini kuat minum, tahu~"


Ah… ini sudah ciri-ciri orang yang mulai mabuk. Dan lagi, "Kurumi-chan"? Bukankah dulu dia pernah bilang sesuatu seperti, "Nama Kurumi terlalu imut, jadi tidak cocok denganku"? Tapi dengan suasana santainya sekarang, memang rasanya pas dia dipanggil "Kurumi-chan"…


"…Soalnya, aku ini ya. Kepada Yuuichi-kun—eh maksudnya, kepada 'Shinigami-san yang jatuh cinta'—aku sungguh-sungguh berterima kasih. Sebagai manajer Yuuna."


Sambil meneguk kaleng bir ketiganya, wajah Hachikawa-san tampak semakin hangat dan lembut.


"Tidak-tidak. Jujur saja, menurutku aku ini hanya fan yang sangat aneh—'Shinigami yang jatuh cinta'. Memang aku mencintai Yuuna-chan dan tidak ada niat berhenti, tapi… aku sama sekali bukan sosok yang layak dipuji oleh manajer maupun orangnya sendiri."


“Seperti yang sudah pernah kukatakan… Saat baru masuk ke ‘60P Production’, Yuuna benar-benar tidak percaya diri. Setiap kali gagal, dia langsung terpuruk, sering menangis. Terus terang saja… aku sempat khawatir dia akan segera berhenti.”

Tapi, tahu tidak…


Hachikawa-san menunjuk ke arahku dengan tangan yang memegang kaleng bir, lalu tersenyum sambil berkedip nakal.


“Sejak bertemu dengan ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’, Yuuna berubah. Karena itu, baginya, ‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’ bukanlah ‘shinigami’, melainkan ‘dewa’ yang menuntunnya menuju dunia yang penuh cahaya. Terima kasih, ya—‘Shinigami-san yang Jatuh Cinta’?”


“Tidak, tidak, itu terlalu melebih-lebihkan. Justru aku yang harus berterima kasih. Saat aku berada di titik terendah dalam hidup… Yuuna-chan yang membawaku ke dunia yang terang. Jadi, kalaupun ada yang disebut ‘dewa’, itu justru—Izumi Yuuna-chan.”


Ya. Izumi Yuuna-chan… atau tepatnya, Yuuka yang telah meniupkan nyawa ke dalam sosok Yuuna-chan.


Aku bisa bertemu dengan Yuuna-chan, dan itulah yang membuatku menjadi ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’. Tanpa Yuuna-chan, ‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ tidak akan pernah ada di dunia ini. Karena itulah, orang yang seharusnya berterima kasih adalah aku.


“Sejak sebelum bertemu pun, kalian sudah saling mendukung seperti itu, ya. Menurutku, itu sungguh hal yang indah.”


Sambil meraih botol minuman beralkohol lain—bukan bir kali ini—Hachikawa-san meneguknya dengan senang hati, lalu tersenyum polos.


“Kalau bukan kamu, sudah pasti aku menentang keras sebagai manajer. Hubungan serumit ‘pengisi suara dan penggemar’ yang tinggal bersama, jelas terlalu berbahaya. Tapi sekarang, alasanku mendukung kalian bukan lagi soal ‘pengisi suara dan penggemar’, juga bukan karena aku manajernya. Aku mendukung karena aku sungguh merasa, Yuuna—tidak, ‘Watanae Yuuka’ dan ‘Yuuichi-kun’—saling membutuhkan satu sama lain.”


“…Hachikawa-san.”


Aku ulangi sekali lagi—‘Shinigami yang Jatuh Cinta’ bukanlah sosok hebat. Faktanya, aku dan Yuuka bertunangan pun hanya karena keputusan orang tua. Bahwa dia adalah pengisi suara yang kuidolakan, atau bahwa kami ternyata teman sekelas—semuanya hanyalah kebetulan. Tapi, meskipun hanya kebetulan, kalau kebetulan itu membuat hari-hariku menyenangkan, membuat Yuuka bisa terus tersenyum… Maka aku ingin kebetulan ini terus berlanjut selamanya.


“Hachikawa-san, terima kasih. Aku yakin akan banyak merepotkanmu, tapi aku juga akan terus mendukung Yuuka. Jadi, mulai sekarang pun—”


“……Iya! Aku suuuper dukung kalian berdua, tahu? Jadi Yuuichi-kun, bilang dong… apa yang kamu suka dari Yuuna?”


────Hm? Tunggu sebentar, sikap Hachikawa-san…?


“U-um, apa mungkin… Anda sudah cukup mabuk…?”


“Enggak kok~ aku masih biasa ajaaa~”


“Eh!? Padahal di labelnya tertulis kadar alkoholnya dua digit! Dua digit itu kan berbahaya kalau kebanyakan minum…!”


“Enggak berbahaya kok~ aku masih sadar~”


Selamat! Hachikawa-san telah berevolusi menjadi mabuk berat! Dan kemudian… dalam keadaan benar-benar mabuk, Hachikawa-san tertawa cekikikan sambil mendekat ke sisiku. Dia langsung memeluk erat lenganku, lalu mengguncang-guncangnya kuat-kuat!

“Haaah, enaknya ya jadi Yuuna! Aku juga mau punya pacar~!!”


“Tunggu, tunggu!? Hachikawa-san, terlalu dekat, terlalu dekat!! Minum air dulu, cepat!”


“Berisik banget sih… sudahlah, ceritakan saja pada Onee-san, kisah cinta mesra kalian berdua itu~”


“Jangan, jangan!? Tolong jangan terlalu membungkuk ke depan begitu! Dengan kaus itu, bisa kelihatan… kelihatan semua!!”


“…………GYAAAAAA!?”


Dan pada saat yang benar-benar terburuk yang bisa dibayangkan—

Yuuka bangkit dari futon dengan wajah terkejut, lalu menatap ke arahku dan Hachikawa-san sambil menjerit.


“Manajerku bersama tunanganku, jadi bahan gosip majalah mingguan!? Tolong!! Ada yang bisa selamatkan aku!?”


“Tunggu, tunggu, tenang dulu Yuuka! Hachikawa-san, tolong lepaskan… eh, dia malah ketiduran!! Aah, sudah lah… yang butuh pertolongan sekarang justru aku, tahu!?”


────Lalu, sementara aku berusaha menenangkan Yuuka yang panik dan menjelaskan situasinya, malam setelah konser ‘Yurayura★Kakumei’ di Osaka pun semakin larut…




Chapter 13 

Soal Menemani Tunangan Memilih Baju Renang, Sulit Menentukan Sikap yang Tepat


“Halo, halo! Ah, Kurumi-san… tidak, tidak, justru aku yang harus minta maaf karena tertidur pulas di shinkansen dan merepotkanmu… ah, bukan begitu! Aku tahu kok kalau kau tidak berniat macam-macam pada Yuu-kun… iya, iya, jangan terlalu minta maaf begitu…”


Sepertinya itu telepon dari Hachikawa-san. Pasti dia sedang menyampaikan permintaan maaf soal insiden tempo hari: ‘begitu membuka mata, manajernya terlihat seperti sedang berusaha menggoda tunangannya sendiri’. Padahal sama sekali salah paham.


Sepertinya masih akan berlangsung agak lama, jadi aku menekan tombol jeda pada rekaman “Kamen Runner Voice dB” yang sedang kami tonton bersama, lalu mengambil ponselku.


Eh… tanpa kusadari, ternyata ada banyak notifikasi RINE yang menumpuk.


──── Yang pertama, dari Nayu.


『Okinawa, ya… aku juga mau ikut. Nii-san, biayai aku dong. Aku juga ingin liburan ke Okinawa.』

『Tidak mau. Kenapa aku harus membiayai liburanmu? Aku sama sekali tidak mengerti alasannya.』

『…Cih. Sudahlah. Bukan berarti aku benar-benar ingin pergi ke Okinawa bersamamu juga.』

『Hm? Jadi sebenarnya maksudmu kamu ingin pergi berlibur denganku?』


……Nayu membiarkan pesanku hanya berstatus terbaca tanpa balasan, jadi percakapan berakhir di situ.


──── Yang kedua, dari Isami.


『Haaah… aku khawatir sekali. Yuuka kan belum pernah pergi ke Okinawa. Apa dia tidak akan tersesat? Kalau sampai tersesat di pulau terpencil, dia tidak akan bisa pulang… tidak, lebih parah lagi, Yuuka itu cantik, jadi mungkin saja terseret dalam suatu insiden!? Yuu nii-san, tolong bujuk Yuuka agar membatalkan perjalanan sekolahnya, ya!?』


……Aku yang kali ini membiarkan pesannya terbaca tanpa balasan, jadi percakapan pun berakhir di situ.


──── Yang ketiga, dari Nihara-san.


『Hei, hei, Sakata~ Lihat ini! Aku beli untuk perjalanan sekolah, lho!!』

『…Tolong jangan tiba-tiba mengirim foto selfie pakai baju renang. Lagi pula, sekarang ada banyak hal yang membuatku tidak ingin memicu kecemburuan Yuuka soal urusan perempuan.』


『Eh? Aku berharap reaksimu lebih seru, tapi sikapmu terlalu dingin, tahu. Maksudmu tidak mau memicu Yuuka? Ada apa, selingkuh? Ayo lah, aku kan pernah bilang, kalau lagi kangen oppai, mampirlah ke aku saja. Dasar bodoh.』

『Yang bodoh itu kamu. Kalau begitu justru bisa jadi masalah besar, kan…』

『Nggak apa-apa lah. Aku juga pengin main sama kamu, ayo lah, ayo lah.』

『Ujung kalimatmu yang aneh itu, harusnya sudah ada yang menegur.』

『Ah iya. Kamu tahu nggak, Yuu-chan bakal pilih baju renang seperti apa? Hm… kalau bikini, pasti cocok banget sama semangat cerianya Yuu-chan, bakal super imut. Tapi kalau sengaja pilih model one-piece, justru kelihatan manis dan anggun juga sih. Sakata, menurutmu mana yang lebih bagus?』


……Aku kirimkan stiker seadanya, lalu obrolan pun berakhir di situ.


Tapi──oh, benar juga. Sudah saatnya mulai mempersiapkan perjalanan sekolah, ya…


“──Ya, tidak apa-apa! Aku sudah sehat sepenuhnya!! Nanti aku juga akan hubungi langsung, tapi tolong sampaikan pada Ranmu-senpai kalau aku minta maaf sudah bikin khawatir… baik, terima kasih banyak!!”


Tepat ketika aku selesai membalas RINE, Yuuka pun mengakhiri teleponnya dengan Hachikawa-san. Dan──tampak sekali ia jadi agak murung, seperti anak anjing kecil.


“Yuu-kun… soal kemarin, maaf ya? Kurumi-san tadi banyak sekali minta maaf padaku, jadi aku merasa aku yang terlalu heboh waktu itu…”


“Tidak, tidak… wajar saja Hachikawa-san minta maaf berkali-kali. 

Yuuka sama sekali tidak salah.”


“Kurumi-san juga bilang begini: ‘Semuanya salahku! Tentu saja Yuuna, juga Yuuichi-kun, sama sekali tidak salah!!’ Lalu juga: ‘Sebagai orang dewasa aku harus introspeksi, dan ke depannya bertindak dengan cara yang tidak memalukan sebagai seorang profesional…’ begitu katanya.”


Yang kedua itu terdengar berat sekali!?


Benar-benar khas manajer Hachikawa Kurumi-san, yang jelas memisahkan antara “on” dan “off” dalam pekerjaan.


Waktu off, dia bisa seperti mahasiswi yang ceria, minum-minum lalu tumbang. Tapi begitu mode kerja dinyalakan, dia serius dan penuh dedikasi.


Yuuka, Nihara-san, Isami, Kurumi-san… perempuan di sekitarku semuanya, besar atau kecil, punya jurang perbedaan sikap yang ekstrem.


“Tapi, tahu nggak… aku sendiri justru yang salah. Karena terlalu memaksakan diri, aku sampai tertidur pulas dan diantar pulang. Jadi kalau terus-terusan dia minta maaf, aku malah jadi merasa bersalah.”


“Soal itu, justru cara menebusnya adalah dengan menjaga kesehatan dan tidak terlalu memaksakan diri lagi. Itu yang paling menenangkan untuk manajermu, aku rasa… dan aku pun akan selalu khawatir kalau Yuuka sampai jatuh sakit.”


“Ya… aku akan hati-hati. Maaf ya, Yuu-kun, sudah bikin kamu khawatir.”


Tidak perlu menatapku dengan mata memelas begitu sambil minta maaf. Selama Yuuka tetap sehat, itu sudah lebih dari cukup bagiku.

──Saat itu aku teringat pada pesan RINE dari Nihara-san.


“Oh iya, Yuuka. Sudah waktunya mulai menyiapkan barang-barang untuk perjalanan sekolah, kan?”


“Ah. Benar juga. Karena terlalu sibuk dengan konser, aku jadi lupa menyiapkan apa pun untuk perjalanan sekolah… padahal aku sudah bilang pada Ranmu-senpai kalau aku akan bisa menyeimbangkan semuanya! Aku harus memastikan keduanya sukses dan menyenangkan!!”


Dengan penuh semangat begitu, Yuuka tersenyum ceria.


“Kalau begitu, Yuu-kun! Kata pepatah, ‘kesempatan yang datang harus segera dimanfaatkan’… ayo kita pergi belanja sekarang juga, buat persiapan perjalanan sekolah?”


“Eh, tiba-tiba sekali… kita mau beli apa?”


“Hmm… banyak yang perlu dipersiapkan sih, tapi yang paling utama itu, ya…”


Dengan ekspresi menggoda, ia menempelkan telunjuk ke bibir. Yuuka tersenyum malu-malu, lalu berkata:


“Baju renang yang Yuu-kun suka… mungkin?”



Setelah menonton sampai akhir rekaman yang tadi sempat terjeda dan beres-beres sebentar, aku dan Yuuka pun berangkat ke pusat perbelanjaan, sekitar tiga stasiun dari rumah.


Aku jadi teringat… dulu, ketika aku belum tahu sisi “asli” Yuuka, aku pernah tak sengaja bertemu Nihara-san di sini. Kami sampai harus putar otak supaya tidak ketahuan kalau sebenarnya kami sedang “kencan.” Siapa sangka, waktu itu aku sama sekali tidak menyangka Nihara-san ternyata penggemar tokusatsu, apalagi bisa jadi sangat akrab dengan Yuuka.


Sekarang, bahkan kalau sampai satu kelompok di perjalanan sekolah pun, mereka tidak akan canggung lagi. Memang benar, hidup itu penuh kejutan.


“Kalau begitu, Yuu-kun. Aku akan beli baju renang yang bikin kamu deg-degan… siap-siap ya?”


“U-uh…”


Dengan rambut lurus sebahu yang berayun lembut, mengenakan topi baseball yang ditarik rendah menutupi wajah, tanpa kacamata── penampilan santai khas rumah──Yuuka masuk ke toko baju renang. 


Begitu dia masuk, aku buru-buru mengeluarkan ponsel dan berdiri bersandar ke dinding, sambil berpura-pura memancarkan aura ‘Aku sama sekali tidak tertarik dengan isi toko’.


Ya, soalnya…yang dijual di toko itu hanya baju renang wanita, bahkan ada juga pakaian dalam wanita. Kalau ada pria mondar-mandir di dalam, bisa-bisa malah dicurigai atau dilaporkan. Mungkin kalau aku jalan berdua dengan Yuuka, jelas-jelas menunjukkan aku ini pacarnya, orang-orang tidak akan berpikiran macam-macam.


Tapi… aku tidak punya cukup keberanian untuk masuk ke dalam. Jadi, sampai Yuuka selesai belanja, aku akan berpura-pura jadi ‘orang yang kebetulan ingin main ponsel di dekat toko ini’.


“Eh, Yuu-kun! Kenapa kamu tidak ikut masuk ke dalam!?”


Yuuka keluar lagi, suaranya penuh protes. Aku buru-buru mengangkat ponsel dan menoleh ke sekeliling dengan panik. 

Syukurlah… belum ada yang melaporkanku.


“Ada apa ya? Aku ini cuma orang yang kebetulan ingin main ponsel di dekat sini, kok. Tenang saja, tidak ada yang mencurigakan…”


“Justru mencurigakan banget!? Nggak masuk akal, kan, orang sengaja main ponsel di depan toko lingerie!? Kalau begitu, bukannya lebih aman kalau kamu ikut masuk saja bersamaku?”


“Tidak, tidak, tidak! Masuk ke toko feminim seperti itu lebih menakutkan daripada rumah hantu bagiku!!”


"Ekstrem sekali!? Aduh... soalnya kalau kamu tidak melihatku mencoba, aku tidak bisa memilih baju renang yang sesuai dengan seleramu, Yuu-kun! Kalau kamu tidak ikut masuk ke toko, aku jadi repot! Kalau kamu terus bersikap keras kepala begitu... aku akan berteriak keras-keras, tahu!?"


Menyeramkan!? Itu semacam ancaman bakal dituduh pelecehan seksual palsu, kan!? Kalau sudah sejauh ini, tidak ada pilihan lain... dengan penuh rasa takut, aku pun melangkah masuk ke dalam toko bersama Yuuka.


"Hiii... entah kenapa aku melihat banyak warna pink dan biru yang mencolok sekali..."


"Justru cara bicaramu itu yang lebih mencurigakan, Yuu-kun!? Pokoknya, aku sudah memilih beberapa setelan... tunggu saja di depan ruang ganti, ya?"


Lalu—Yuuka masuk ke dalam ruang ganti. Tinggallah aku seorang diri di dalam toko lingerie.


Dalam situasi seperti ini, ekspresi wajah apa yang sebaiknya kutunjukkan... mengeluarkan ponsel terasa mencurigakan, tapi kalau melirik ke sana kemari malah terlihat makin mencurigakan.


Akhirnya, aku tidak tahu harus bagaimana dan hanya bisa menatap tirai ruang ganti... tapi ini juga terasa tidak pantas. Karena di balik selembar kain itu... Yuuka sedang berganti pakaian, kan?


Menyadari itu, perasaan seperti berdosa mendadak menyeruak dalam hati. Cepatlah keluar, Yuuka...


"—Jajaaaan! Bagaimana, menurutmu...?"


"Y-Yuuka, kamu sedang pakai apa!?"


Tirai tersibak, dan yang muncul adalah Yuuka mengenakan baju renang model one-piece... tapi bagian perutnya terbuka lebar, sehingga terlihat sangat seksi.


"B-bagaimana menurutmu... bikin deg-degan, kan?"


"Ya jelas bikin deg-degan! Tapi bukankah kita datang untuk membeli baju renang buat study tour!? Kalau Watanae Yuuka muncul dengan baju renang seperti itu, semua orang pasti meragukan kewarasannya! Ditolak!!"


"…Iya juga, sih. Memang tidak pantas dipakai untuk study tour, ya. Oke, ide dari Nayu-chan dicoret."


Jadi ini lagi-lagi ulahnya dia! Apa adikku itu memang ingin menghancurkan otakku...? Sungguh keterlaluan.


"Kalau begitu, bagaimana dengan ini? Yang ini sama sekali tidak seksi!"


"Itu bukan inti masalahnya, tahu!?"


Tirai kembali terbuka, dan kali ini Yuuka mengenakan wetsuit seperti yang dipakai untuk diving.


"B-bagaimana menurutmu... bikin deg-degan, kan?"


"Tidak sama sekali! Memangnya kenapa bisa mereka jual ini di sini!? Hei, kita kan sedang mencari baju renang untuk berenang di laut Okinawa? Kalau untuk diving sih masih masuk akal, tapi untuk berenang di laut jelas ini ditolak..."


"…Iya, aku juga merasa aneh. Tapi kenapa sih Isami berpikir kalau ini bakal cocok untukmu, Yuu-kun?"


Jadi itu ide dari Isami...


Kupikir alasannya pasti karena dia terlalu protektif, takut Yuuka digoda laki-laki di Okinawa. Jadi ia menyarankan hal aneh begini. Benar-benar menyesatkan.


"Kalau begitu... bagaimana kalau ini? ...Ah, tidak. Ini jelas tidak bagus... iya, tidak bisa."


"Kenapa kamu sendiri langsung kehilangan semangat begitu!?"


Yuuka keluar lagi, tapi kali ini dengan wajah masam. Dan baju renangnya... aku merasa pernah melihatnya.


"...Oh, aku tahu. Ini pasti ide dari Nihara-san, kan?"


Aku teringat. Itu sama persis dengan yang dia kirim lewat foto selfie tadi—baju renang bikini tanpa tali di bahu, dengan frill yang imut, tapi desainnya justru menonjolkan belahan dada. Memang agak terbuka, tapi dibandingkan dengan ide dari Nayu dan Isami, ini masih jauh lebih masuk akal. Lalu kenapa Yuuka sendiri merasa ini tidak cocok...?

"Yuu-kun... kenapa kamu langsung tahu kalau baju renang ini idenya Momo-chan...?"


"...Ah."


Seolah-olah dari belakang Yuuka, aku bisa melihat api merah menyala membumbung—mungkin hanya halusinasi.


Gawat, gawat!


Setelah masalah dengan Hachikawa-san, aku tidak ingin Yuuka salah paham soal hubungan dengan perempuan lain... tapi ternyata aku malah menggali lubang untuk diriku sendiri.


"B-bukan begitu, Yuuka! Itu tadi... Nihara-san yang tiba-tiba—"


"Kamu menilainya dari dada, kan!!"


——Hah!?


"Eh... maksudmu apa?"


"Hmph! Jangan pura-pura tidak tahu. Baju renang ini memang didesain untuk menonjolkan dada. Jadi—artinya Yuu-kun berpikir... 'Yuuka yang dadanya kecil tidak cocok memakai ini. Tapi kalau Nihara-san pasti cocok. Jadi pasti ide dari Nihara-san'... begitu, kan!!"


"Kenapa logikanya jadi meloncat sejauh itu!? Sama sekali tidak benar! Lagipula, tolong hentikan suara kerasmu di dalam toko ini!?"


"…Karena Yuu-kun, sih. Kamu itu... menilai orang dari dada..."


"Itu tuduhan ngasal! Bisa bikin orang salah paham, jadi tolong berhenti!"

──Dan begitulah kejadiannya. Akhirnya, kesalahpahaman berhasil diselesaikan, dan Yuuka pun membeli baju renang yang cocok untuknya.


Pada akhirnya, karena dia bersikeras, aku yang dipaksa memilih baju renang sesuai seleraku. Tapi melihat Yuuka yang tersenyum puas... ya sudahlah, tidak masalah.


Sebagai catatan. Nayu mendapat telepon teguran dariku, sementara Isami ditegur langsung oleh Yuuka.




Chapter 14 

【Spoiler Ariraji】

Masalah Izumi Yuuna dan Shinomiya Ranmu yang Terlalu Liar


Begitu sekolah usai, aku hanya meninggalkan pesan singkat pada Yuuka: “Hari ini aku ada urusan, ya!” Lalu, masih dengan seragam, aku segera meloncat masuk ke kereta. Kereta berguncang gotogoto di rel. Dari jendela, langit senja tampak berwarna oranye yang indah. Sore yang tenang—persis seperti hatiku saat ini. 


Setelah turun dari kereta, aku berjalan berdasarkan ingatan hingga sampai ke sebuah apartemen, lalu menekan bel di salah satu unit.


“Eh, kaget... ada apa, Yuuichi-kun?”


Yang membuka pintu adalah Hachikawa-san di luar jam kerja, tanpa riasan. Sama seperti pertemuan sebelumnya, ia hanya mengenakan T-shirt longgar di bagian dada dan celana pendek santai. 


Tetap saja, penampilannya jauh berbeda dari mode kerjanya—terlihat seperti mahasiswi.


“Maaf, Hachikawa-san. Bolehkah aku masuk sebentar saja?”


“...Hah?”


Wajahnya tampak penuh tanda tanya, tapi aku tidak bergeming.


“Hmm... yah, kalau Yuuichi-kun sih tidak apa-apa. Toh kamu sudah punya tunangan, jadi tidak akan melakukan hal aneh. Tunggu sebentar, aku rapikan dulu.”


Tidak lama kemudian, aku diizinkan masuk ke apartemen Hachikawa-san. Di atas meja rendah, ada bir kalengan serta sashimi dan keju—mungkin teman minumannya.


“Maaf, jadi mengganggu di tengah waktu minum malam, ya...”


“Tidak apa-apa, toh aku sendirian. Jadi, ada apa?”


Kata-kata lembut orang dewasa itu membuatku semakin mantap. Aku pun langsung melakukan jumping dogeza.


“Mohon maaf sebesar-besarnya... bolehkah saya meminjam komputer Anda...!?”


“.........Apa?”



“Selamat datang, semuanya, konnichialice! Love Idol Dream! Alice Radio☆—dimulai, loh!!”


Begitu suara Yuuna-chan terdengar dari laptop, jantungku hampir melompat keluar.


Inilah radio internet dari anime populer Arisute, biasa disebut Ariraji. Hari ini edisi spesial, dengan mengundang Yurayura★Kakumei, unit yang saat ini sedang mengadakan tur mini live dari toko ke toko.


Sebenarnya, Yurayura★Kakumei lahir dari popularitas interaksi Izumi Yuuna dan Shinomiya Ranmu di Ariraji. Jadi sudah wajar kalau mereka diangkat besar-besaran di acara ini. Sebagai penggemar, aku tidak bisa berkata lain selain “senang banget!”


“...Ehm, Yuuichi-kun? Jangan-jangan kamu jauh-jauh ke sini cuma buat mendengarkan Ariraji terbaru?”


“Maaf. Komputerku, juga ponselku... semuanya sudah disetel oleh tunanganku supaya tidak bisa mengakses Ariraji.”


“Kenapa begitu?”


“Itu yang ingin kutanyakan! Katanya sih malu... tapi bukankah itu tidak masuk akal!? Rasanya seperti dia menyuruhku mati!!”


“Ujung-ujungnya ekstrim sekali... aku jadi merasa terseret dalam pertengkaran suami-istri, nih.”


Tentu saja, aku merasa bersalah pada Hachikawa-san. Tapi kalau aku pergi ke rumah Masa, yang tidak tahu aku tinggal serumah dengan Yuuka, pasti dia bakal curiga: “Kenapa nggak dengar di rumah aja?”


Kalau ke rumah Nihara-san—teman sekolah yang tahu situasinya—itu jelas lebih tidak pantas.


Akhirnya, satu-satunya orang yang tahu keadaan kami sekaligus bisa bersikap dewasa hanyalah Hachikawa-san. Maka, aku tidak punya pilihan lain selain meminta tolong padanya.


“Ngomong-ngomong, kenapa tidak ke warnet saja?”


“...Lain kali begitu saja, deh.”


Maafkan aku. Karena panik, aku sampai lupa ada pilihan itu dan malah datang ke rumah orang.


“Bowling? Untuk kencan agak ribet, ya? ...Ah, bowling, maksudnya. Maaf, kukira menggali minyak. Perkenalkan, Hotta Deru, pemeran karakter Hotta Deru! Konnichialice~ Hari ini aku yang jadi pembawa acara. Staf, kalian tega sekali, ya?”


Peringkat ke-18 di Alice Ranking, idol penyembuh lahir dari keluarga 

raja minyak—itulah Deru-chan. Seiyuunya, Hotta Deru dari agensi 60P Production, mengucapkannya dengan suara setengah malas. Separuh mungkin bercanda, tapi separuhnya pasti serius.


“Deru pernah bilang, ‘sembilan puluh persen serius’ sih. Soalnya, dia memang sudah banyak berkorban.”


Kali ini giliran Hachikawa-san menambahkan komentar. Rasanya seperti mendengar audio commentary. Eh, sejak kapan kaleng bir ketiga sudah di tangannya...?


“Baiklah, jadi begitu. Seperti biasa, aku diundang sebagai saksi mata. Kalau begitu, mari kita panggil saja—unit baru, namanya... Yurayura★Kakumei!!”


Lagu Yurakaku versi karaoke mengalun sebagai BGM.


“Ranmu-senpai! Ayo kita bentuk unit!”


“Ya, dengan senang hati... Yuuna.”


“‘Bergoyang bak cahaya yang berkelip, membawa revolusi ke dunia Alice Idol—Yurayura★Kakumei, on stage!’”


Tepuk tangan meriah pun kutujukan ke arah laptop. Aku sama sekali tidak peduli bagaimana ekspresi wajah Hachikawa-san di belakang.


“Baiklah, jadi mari kita sambut unit baru yang lahir dari Ariraji—Yurayura★Kakumei! ”


“Unit? Aku tidak keberatan, tapi… dengan tekad yang setengah hati, kau tidak akan sanggup berdiri di sampingku. ──Aku pemeran Ranmu, ‘Shinomiya Ranmu’. Terima kasih untuk hari ini.”


“U-Unit, ya!? A-aku akan berusaha sekuat tenaga, karena Yuuna itu… 

ingin tertawa bersama semua orang!! ──Aku pemeran Yuuna, ‘Izumi Yuuna’! Terima kasih banyak sudah mengundangku!”


‘Alice yang Keenam’──peringkat keenam dalam popularitas ‘Arisute’, cantik dingin nan anggun, Ranmu-chan. Dan peringkat ke-39 Alice Ranking (tapi bagiku pribadi dia nomor satu yang mutlak). Seorang gadis polos, ceria, kadang-kadang lugu, yang seolah mewujudkan definisi “imut” itu sendiri, bagaikan mitos yang menjelma jadi idola──Yuuna-chan.


Kedua karakter itu diperankan oleh seiyuu yang sama menonjolnya: Shinomiya Ranmu yang stoik dan cool, serta Izumi Yuuna yang penuh energi tapi juga ceroboh alami.


Kombinasi senior-junior dari agensi ‘60P Production’ ini tampil berpasangan. Aku pun yakin──siaran ‘Ariraji’ kali ini akan jadi episode legendaris, penuh gejolak dan revolusi.



“──Baiklah, pertanyaan pertama. Nama unit ‘Yurayura★Kakumei’, bagaimana cara kalian menentukannya?”


“Ya! Bagian ‘Yurayura’ itu aku yang mengusulkan!! Dari ‘Yuu’ di Yuuna, dan ‘Ra’ di Ranmu-senpai… jadi ‘Yurayura’ deh!”


“Kenapa harus ‘yurayura’?”


“Eh… e-itu, sebenarnya tidak ada makna khusus… lebih karena terdengar enak diucapkan, mungkin!”


Jawaban polos Izumi Yuuna itu membuat Hotta Deru tertawa lepas. Ya, menurutku bagus kok. Jawaban asal begitu malah… sangat Yuuna-chan sekali!


“Bagian ‘Kakumei aku yang mengusulkan. Saat ditanya apa tujuan unit ini, yang langsung terlintas di benakku adalah──membuat revolusi di dunia ‘Arisute’. Supaya kami tidak lupa tujuan itu dan terus melangkah maju, aku memutuskan untuk menjadikannya nama unit.”


“Alasannya… berat banget!? Memang sih, sangat Ranmu sekali, tapi tingkat keseriusannya luar biasa ya…”


Komentar Hotta Deru memang tepat, tapi justru alasan yang “berat” itu membuatnya terasa khas Ranmu-chan.


Jika dipikir, kombinasi nama itu memang sempurna untuk pasangan Yuuna dan Ranmu.


“Omong-omong, ini bocoran dari manajer mereka… awalnya Yuuna sempat usul: ambil ‘Ra’ dari Ranmu dan ‘Yuu’ dari Yuuna, jadi ‘Rayu’! Atau malah jadi ‘Raayu’! …tapi entah kenapa ujung-ujungnya disebut ‘La-yu (ラー油, minyak cabai)’ katanya.”


“Gyaa!? Kenapa sih manajer cerita begituuu!?”


Dan si manajer yang membongkar cerita itu, sejak tadi malah asyik minum-minum di belakang.


“Baiklah, pertanyaan berikutnya──haah. Jadi, kenapa unit ‘Yurayura★Kakumei’ ini bisa terbentuk?”


“Kenapa nadanya malas begitu!? Kita lagi siaran lho, Hotta-san!!”


“Yah, soalnya kan… yang harus susah-susah menutupinya nanti aku juga. Idola minyak bumi ini kok jadi pemadam kebakaran, coba.”


“Bagus sekali analoginya, Hotta-san.”


“Kenapa nadanya santai begitu, Ranmu!? Kalian berdua sama-sama 

bersalah, tahu!”


Hotta Deru mulai terdengar seperti komedian spesialis “marah-marah”. Mungkin justru sisi “pejuang yang suka sengsara” seperti ini yang bikin penggemarnya makin jatuh hati.


“Baiklah, Yuuna-chan dulu yang jawab. Silakan──”


“Eh, aku yang harus bilang!? ──B-baik. Jadi, alasannya adalah… karena aku terlalu sering membicarakan tentang ‘adik laki-laki’ yang paling imut, paling keren, dan paling aku cintai di dunia, waktu siaran ‘Ariraji’ dulu!!”


“Pffft!!” 


Aku refleks menyembur tawa. Bahkan Hachikawa-san yang ikut mendengarkan di belakang sampai terbatuk-batuk.


Ya wajar saja… pernyataan itu memang punya daya ledak luar biasa.


“‘Sering tidur bareng’, ‘aku mencintainya lebih dari siapapun di jagat raya’, ‘aku ingin menikah dengannya’──dan sebagainya. Begitulah sederet salah ucap soal ‘adik laki-laki’ yang bikin Izumi Yuuna langsung terkenal.”


“Eh, jadi aku terkenal gara-gara salah ucap!?”


“Baik, tolong tunggu dulu, acaranya masih lanjut… nah. Lalu yang langsung menantangnya adalah──Shinomiya Ranmu. Dengan tekad stoik penuh semangat, ia menanggapi dengan pernyataan aneh seperti: ‘Aku mencintai pekerjaan idol lebih dari apapun di alam semesta’, ‘Aku sudah menikah dengan profesi idol’, dan seterusnya.”


“……Itu bukan pernyataan aneh. Begitu kau menjadi pengisi suara idol Alice, sudah sepatutnya kau siap menempuh jalan hidup bersama 

profesi ini──”


“Ya ya, tolong tenang dulu, acaranya masih berjalan… Singkatnya, dua seiyuu dengan obsesi berbeda──Yuuna dengan ‘adik laki-lakinya’, dan Ranmu dengan ‘idol’──sering bertengkar di siaran. Namun justru interaksi seperti air dan minyak ini memicu respons besar di internet. Hasilnya, terbentuklah unit ‘Yurayura★Kakumei’ ini…… haah.”


“Ngomong-ngomong, setelah rekaman itu, Deru ngajak minum bareng. Kami akhirnya minum sampai kereta terakhir, deh.”


Terdengar selingan cerita pribadi dari belakang.


Yah, wajar sih. Kadang memang butuh alkohol buat melepas stres. Aku jadi makin simpati sama Hotta Deru.



“──Baiklah. Tak terasa sudah tiba di penghujung acara… Jadi, setelah menyelesaikan live perdana di Osaka dan akan segera melanjutkan tur instore ke Okinawa, mari kita dengarkan sepatah dua kata semangat dari masing-masing anggota.”


Akhirnya Deru memberi giliran pada keduanya untuk menyampaikan pesan penutup.


Pertama, Shinomiya Ranmu.


“Baiklah, aku dulu… Terima kasih atas kesempatan berharga ini. Meski aku keberatan disebut ‘logika aneh’ tadi. Yang jelas, aku akan terus mempertaruhkan hidupku demi pekerjaan sebagai idol. Hanya mereka yang siap dengan tekad yang sama──boleh mengikutiku. Aku pasti akan terbang tinggi menuju puncak… nantikan saja.”


Tepuk tangan terdengar dari ruang rekaman. Lalu giliran Izumi Yuuna.


“Ya! Umm… terima kasih banyak atas dukungannya, semuanya!! Dan juga, untuk ‘adikku’──aku sudah bilang jangan pernah dengarkan radio ini! Jadi pasti dia tidak mendengarkan sama sekali! Berkat kalian, aku bisa debut sebagai unit!! Yaaay!!”


Padahal aku mendengarkannya dengan cermat, Yuuna.


“…Memang aku masih jauh dibandingkan Ranmu-senpai, masih seiyuu pemula. Aku mungkin tidak punya keyakinan sehebat ‘mengorbankan hidup demi pekerjaan!’ seperti itu. Tapi aku ingin melihat semua orang tersenyum──baik orang-orang terdekat maupun para penggemar yang jauh di sana. Kalau senyum itu bisa sedikit saja bertambah, aku akan sangat bahagia… Dengan doa seperti itu, aku terus menjalani pekerjaan sebagai seiyuu. Karena itu, aku juga akan berjuang sepenuh hati dalam kegiatan unit ini! Ayo kita semua bersama-sama… tertawa!!”


──Sambil ikut perjalanan studi sekolah, aku juga akan tetap berpartisipasi di konser!!


Sebagai seiyuu, sekaligus menghadapi kenangan sekali seumur hidup berupa perjalanan studi, Yuuka bersumpah untuk menghargai keduanya dan berjuang keras. Mendengar salam penuh tekad itu di “Ariraji”, entah kenapa aku merasa mataku panas.


“Kalau begitu, nantikan terus kiprah ‘Yurayura★Kakumei’! Sampai di sini dulu untuk hari ini!! Bersama kalian…”


“Shinomiya Ranmu dan” “Izumi Yuuna!” “Dan aku, Hotta Deru. Sampai jumpa lagi, semua!!”


─────────────────────────────────────


Blu-ray “Retire Now! Magical Girls” sedang laris manis terjual.

Pada edisi produksi perdana volume terakhir, disertakan mini-drama “Hujan Pekat, Air Mata jadi Permata”.

Bonusnya berupa replika grimoire milikku, dengan harga mengejutkan empat digit──6030.

Mari saksikan dengan mata kepala sendiri aksi terakhir kami──

Bagi yang tidak membeli, Tuhan akan menjatuhkan palu penghakiman.

Ah, anak Tuhan──selalu hidup dalam kesepian.



“────Ya, ya betul. Hm? Boleh, akan kutanyakan ya.”


Saat aku masih tenggelam dalam suasana setelah mendengarkan siaran itu, terdengar suara Hachikawa-san di belakang, sedang menelepon seseorang. Lalu, sambil terhuyung-huyung tak stabil, Hachikawa-san menyodorkan smartphone padaku.


“Nih, Yuuichi-kun! Telepon untukmu!!”


“Telepon? Eh, bukankah Anda sudah terlalu mabuk!? Astaga, itu lagi minuman beralkohol dengan kadar dua digit!! Hachikawa-san, ternyata kehidupan pribadi Anda cukup berantakan ya!?”


“Berisik… aku mau tidur sebentar…”


Ia memaksa menyodorkan smartphone itu padaku, lalu rebahan di sudut ruangan one-room. Ya ampun, ini rumah sendiri sih, tapi tetap saja bebas banget orang ini…


Ya sudah──aku pun menerima telepon itu.


“Halo, halo?”


『──Aku tidak akan pernah memaafkanmu, Yuu-kun』


Itu… suara dari telepon kutukan.

Suara yang barusan kudengar di “Ariraji”, tapi kali ini terasa penuh amarah yang membekukan jiwa.


“…Jangan-jangan, ini Yuuka-san?”


『…Jangan-jangan. Yuu-kun-san, menyelinap ke rumah Kurumi-san, lalu mendengarkan ‘Ariraji’ yang seharusnya terlarang, bukan begitu?』


“B-bagaimana bisa kau tahu…!? Atau, bagaimana kau tahu aku ada di sini…!?”


『Kurumi-san yang sedang mabuk, menelponku』


“Kenapaaa!? Tipe mabuk yang tidak bisa membedakan mana yang boleh dan tidak boleh diucapkan, ya!! Dengan begini aku sudah tidak bisa pakai cara yang sama lagi!”


『…Apakah itu akan menjadi kata-kata terakhirmu,Yuu-kun-san?』


Sekilas bayangan Yuuka ber-kacamata dengan ekspresi dingin terlintas di kepalaku. Tapi kali ini nada bicaranya berbeda──bukan Yuuka di sekolah, bukan juga Yuuka di rumah. Ini adalah wujud baru, ‘Yuuka penuh amarah’, yang membuat bulu kudukku merinding.


“T-tapi dengar dulu, Yuuka? Kalau dipikir pakai logika… aku ini penggemar nomor satu Yuuna-chan──‘Shinigami yang jatuh cinta’, tahu!? Kalau aku sampai tidak boleh mendengarkan episode legendaris dengan promosi ‘Yurayura★Kakumei’ ini… bukankah itu tidak adil!?”


『…Apakah itu benar-benar kata-kata terakhirmu, Yuu-kun-san?』


“Seram, seram!! Maaf, maaf!! Aku minta maaf sudah beralasan macam-macam!!”

Akhirnya aku kalah mental dan hanya bisa minta maaf terus di telepon. Yuuka menghela napas panjang… lalu berteriak lantang.


『Yuu-kun dasar… super Baka!!』




Chapter 15 

【Okinawa】

Tentang Berusaha Menikmati Perjalanan Studi

【Hari Pertama】


Pertengahan bulan November. Perjalanan studi lima hari empat malam yang kupikir masih lama lagi──akhirnya dimulai hari ini.


"Yuu-kun! Cepat, cepat!!"


Dari arah pintu depan, Yuuka mendesak dengan suara riang.


"Tunggu sebentar, aku sedang mengunci pintu. Eh, Yuuka, kamu sudah yakin tidak ada barang yang ketinggalan?"


"Aman kok! Dari kemarin aku sudah lima kali cek barang-barangku, tahu!!"


Lima kali? Banyak juga dia meriksa.


Dari nada suaranya saja sudah jelas sekali betapa dia bersemangat ──sampai aku jadi ikut tertawa kecil.


Setelah memastikan rumah sudah terkunci, aku menuju pintu depan. Di sana berdiri Yuuka dengan kuncir kuda, kacamata, dan seragam sekolah seperti biasa──namun jelas tak bisa menahan pancaran "aura bahagia," wajahnya berseri penuh senyum.


"Yuuka… wajahmu kebanyakan senyum, tahu."


"Eh? I-itu wajar kan! Soalnya ini perjalanan studi! Perjalanan studi!! 

Bahkan kalau nggak tidur semalaman pun aku tetap semangat~♪ Shuu-ga-ku-ryo-koo~♪"


Seheboh itu, bahkan anak SD pun mungkin tidak segitunya.


Ya, aku juga sama-sama menantikannya sih. Lagipula, melihat Yuuka bersenang-senang itu menyenangkan.Tapi aku yakin, begitu berkumpul dengan semua orang, dia akan langsung masuk mode "sekolah."


"Baiklah. Kalau begitu, ayo berangkat."


"Ya! Yuu-kun, mari kita jadikan perjalanan studi ini menyenangkan! Tentu saja──aku juga akan berusaha keras untuk penampilan di instore live!!"


Ya──tujuan kami sekarang adalah Okinawa. Menikmati perjalanan studi lima hari empat malam sebaik mungkin. Dan pada hari keempat, ikut serta dalam instore live Yurayura★Kakumei──serta membuatnya sukses. Itu target Yuuka.


Jujur saja, menyeimbangkan perjalanan studi dan live jelas bukan hal mudah. Tapi… kalau Yuuka bilang dia ingin berusaha, aku tak punya pilihan lain selain mendukungnya sepenuh hati. Karena aku adalah "suami" masa depan Yuuka. Dan juga penggemar nomor satu dari Yuuna-chan yang diperankannya──"Shinigami yang jatuh cinta."



"Uoooh! Gila, Yuuichi, pesawat terbang beneran!!"


"Ahaha! Kurai, kamu lucu banget! Belum terbang saja sudah kelewat heboh!"


"Diam kau, Nihara! Beginilah… yang bisa menikmati paling banyak, dialah pemenangnya!!"


Saat duduk di pesawat menunggu keberangkatan, Masa yang duduk di sebelahku dan Nihara yang duduk di belakang mulai ribut.


Di samping Nihara-san, Yuuka duduk dengan wajah tanpa ekspresi, menatap keluar jendela.


Ke mana hilangnya semangat yang tadi pagi di rumah? Perubahannya terlalu drastis sampai rasanya seperti orang yang berbeda.


Yuuka sedang mengenakan earphone yang terhubung ke ponselnya. Kemungkinan besar──dia sedang mendengarkan lagu Yurayura★Kakumei. …Kalau itu Shinomiya Ranmu, dalam kondisi yang sama pasti akan langsung membatalkan perjalanan studi.


Dia sendiri pernah bilang begitu, dan aku tahu dari interaksinya dengan Izumi Yuuna bahwa dia tidak pernah menyeleweng dari keyakinannya. Namun Izumi Yuuna──atau lebih tepatnya, Watanae Yuuka, memilih jalan berbeda dari Shinomiya Ranmu. Dia memutuskan untuk menyeimbangkan perjalanan studi dan live.


Sejak saat itu, dia benar-benar serius berlatih setiap hari demi memastikan live sukses. Dia bahkan bilang, karena waktu latihan akan berkurang selama perjalanan studi, dia harus mengimbanginya dengan latihan mandiri.


Baik Izumi Yuuna maupun Shinomiya Ranmu──keduanya tidak salah.

Meski cara berpikir mereka berbeda──keseriusan mereka sama.


『──Sebentar lagi pesawat akan tinggal landas. Mohon kenakan sabuk pengaman Anda──』


"Hei, Yuuichi! Inilah saatnya!! Kita akan terbang ke Okinawa!"


"Kau ini, anak SD apa? Tolong tenang sedikitlah."


"Ooi, Watanae-san. Pesawat mau terbang nih… eh, gerakan tanganmu imut banget, tahu?"


Saat menoleh ke belakang, aku melihat Yuuka sedang mendengarkan musik di mode pesawat. Dia tampak mengetuk-ngetukkan pergelangan tangan mengikuti irama, bahkan seperti sedikit menari.


"…Apa, Sakata-kun? Jangan menatap begitu, ya."


Begitu mata kami bertemu, Yuuka melepas satu sisi earphonenya dan berkata dengan nada dingin. Mungkin dia malu karena ketahuan sedang latihan gerakan. Tapi dari luar, sikapnya itu terlihat seperti "salt mode" yang benar-benar ekstrem. Nihara-san hanya tertawa sambil bilang, "Nggak apa-apa kan, nggak ngurangin apa-apa juga~," lalu terus menggodanya.


Dalam suasana penuh semangat itu──pesawat yang kami tumpangi pun akhirnya terbang menuju Okinawa.



"Uooooooh!! Okinawa, Yuuichi!! Aku makin semangat!!"


"Ya ampun, kamu semangat banget… Orang lokal nanti menganggap kita aneh, jadi tolong agak tenanglah."


Waktu kegiatan kelompok di hari pertama. Melihat Masa berjalan di Kokusai-dori sambil menggoyang-goyangkan buku panduan perjalanan yang sudah digulung, aku agak mundur.


Lihat saja Yuuka dan Nihara-san. Mereka juga bersenang-senang, tapi tidak dengan berteriak-teriak sepertimu.


"Perjalanan Okinawa yang mempesona… kira-kira takdir seperti apa yang menunggu kita ya? Lagipula ada banyak tempat yang jadi lokasi suci anime di sini. Seru kan, Yuuichi?"

"Anime yang bersetting di Okinawa, apa aja ya… kalau di pulau-pulau terpencil sih aku bisa ingat beberapa. Selain itu mungkin laut, akuarium, ya seputar itu…"


"…Mau kubahas soal pahlawan lokal Okinawa, gimana?"


Uwah, kaget!


Dengan suara yang hanya bisa kudengar, Nihara-san tiba-tiba melontarkan komentar khas seorang gadis penggemar tokusatsu.


"Bisakah jangan mendekat tanpa suara lalu berbisik di telingaku? Aku kira tadi ada orang aneh yang gangguin, sampai bikin kaget."


"Soalnya kalian berdua asyik ngobrol sendiri sih. Ajak aku juga dong, ini kan kegiatan kelompok?"


"…Baiklah, ayo seru-seruan bareng, Nihara! Aku yang bakal meramaikan obrolan soal anime dengan setting Okinawa!!"


"…Yah. Justru lebih masuk akal kalau kita bicara soal pariwisata, kan? Ngobrol soal anime sih boleh aja, tapi pertama-tama harusnya bahas mau makan siang apa, gitu nggak sih?"


Orang yang tadi berbisik soal pahlawan lokal, sekarang malah tiba-tiba mengeluarkan argumen yang masuk akal.


Ya sudahlah, lupakan ucapannya barusan… Memang benar sih, karena waktu kedatangan pesawat sudah lewat jam tiga sore, lebih baik memang langsung cari makan siang.


"Watanae-san, ada makanan yang ingin kamu coba?"


"…………"


Sementara Masa dan Nihara-san ribut sendiri, aku menoleh dan menyapa Yuuka──


Dia sedang menempelkan buku panduan perjalanan ke bibirnya sambil senyum-senyum, bahkan terlihat seperti hampir bernyanyi kecil. Bahkan matanya yang biasanya terlihat tajam karena kacamatanya, kali ini ikut melunak seakan sedang tertawa.


"…Yuuka. Hei, Yuuka, sebentar."


"…Hm? Ada apa, Yuu-kun?"


Begitu kudekati dan bicara pelan, mata Yuuka langsung berbinar, seperti anak anjing yang menemukan tuannya. Padahal jelas dia tidak punya ekor, tapi entah kenapa aku bisa membayangkan dia sedang mengibaskannya dengan riang.


"…Kalau Masa lihat, dia pasti kaget. Kamu senyum-senyum kayak gitu, seolah lagi di rumah sendiri."


"…Mau bagaimana lagi. Aku senang banget soalnya. Buu~."


"Buu~," katanya.


Melihat Yuuka versi sekolah—dengan kuncir kuda dan kacamata—mengembungkan pipinya manja begitu, benar-benar terasa aneh. Tapi seaneh itu pun, jelas sekali kalau Yuuka benar-benar menikmati perjalanan ini sepenuh hati.


──Bagiku, perjalanan studi SMP dulu adalah masa ketika aku masih sok-sokan jadi anak populer. Waktu itu, aku sampai percaya diri berlebihan kalau pasti bisa jadian dengan Nonohana Raimu, gadis yang kusukai saat itu… dan sekarang, kalau kuingat lagi, aku rasanya mau banting kepala ke tembok karena malu. Tapi──bagi Yuuka, yang bahkan tidak bisa ikut perjalanan studi sama sekali, kenangan itu pun tidak ada. Bagi Yuuka, kali ini adalah satu-satunya perjalanan studi yang bisa ia jalani.


Wajar saja kalau dia ingin membuatnya jadi kenangan yang lebih indah daripada siapa pun. Karena itu, aku menyampaikan dengan suara kecil:


"Kalau begitu, ayo kita makan enak dulu… biar jadi kenangan pertama."


"…Iya! Goya champuru, rafute… ayo kita makan yang banyak dan bersenang-senang bareng, Yuu-kun!!"


…Kalau ada orang yang bisa bersenang-senang sebegitu tulusnya di sisiku, aku yakin seratus persen perjalanan studi ini juga bakal jadi menyenangkan bagiku.



"Wow, lihat deh! Shisa, itu shisa!! Kira-kira ada nggak ya, raja shisa di sini!?"


"Shisa itu bukan keluarga kerajaan, kurasa."


Nihara-san heboh sekali melihat shisa, sementara Yuuka menanggapinya dengan seloroh yang dingin. Masa sendiri malah berteriak, "Dari sini harusnya kelihatan lokasi suci itu…!!" lalu entah ke mana berlari. Dia benar-benar menikmati dengan gayanya sendiri…


────Kami sekarang berada di sebuah kuil kuno peninggalan Okinawa. Alasan tempat ini masuk dalam jadwal kegiatan kelompok adalah karena Yuuka yang memintanya.


Katanya, kuil ini salah satu power spot terkenal di Okinawa, dan Yuuka ingin sekali datang ke sini sebagai ritual keberuntungan untuk live nanti.

"Hah? Mana Kurai?"


"Dia terlalu bersemangat, terus lari dan menghilang."


"…Oh. Kalau begitu, sekarang yang tersisa hanya aku, Momono-sama──dan pasangan kekasih kita ini."


"Pa, pasangan kekasih!? Momo-chan… memang sih! Memang begitu, tapi!! Begitu kamu bilang langsung, aku jadi malu banget…!"


"Yuu-chan, duh imut banget~. Kalau begini… aku si pengganggu harus mundur saja, ya. Kayaknya aku lebih baik jalan-jalan cari Kurai deh, sekalian Momono-trip~."


Setelah meninggalkan kalimat itu, Nihara-san buru-buru berlari ke arah lain. Yang tersisa hanya aku dan Yuuka, berdua saja.


"…Gimana sekarang, Yuuka?"


"…Akhirnya kita berdua saja, ya? Yuu-kun."


────Hei, jangan begitu dong. Kata-kata mematikan semacam itu kalau kamu ucapkan tiba-tiba… jantungku bisa berhenti, serius.


"U-untuk sekarang, ayo kita berdoa dulu? Kita harus memohon agar live lusa berjalan sukses…"


"Iya! Apalagi sekarang aku bisa berdua dengan Yuu-kun… eheh. Aku yakin tempat ini membawa keberuntungan banget!"


Dengan tawa polosnya, Yuuka dan aku mulai menaiki tangga kuil. Jalan di tanah asing sambil bersama Yuuka yang berseragam sekolah… rasanya aneh sekaligus istimewa.


──Namun begitu sampai di puncak tangga,

"…Mama! Papa!! Di mana? Mamaaa!!"


Ada seorang anak perempuan yang menangis setengah sesenggukan sambil mondar-mandir. Mungkin masih kelas rendah SD? Sepertinya turis juga. Anak kecil yang tersesat di tempat seperti ini pasti ketakutan sekali…


"──Permisi! Apakah ada yang kehilangan anak perempuan di sini!?"


…………Dengan suara yang menggema mengejutkan, Yuuka berteriak lantang. Suara sebening laut Okinawa, begitu jernih dan indah. Suara Yuuna-chan, gadis yang paling aku cintai di seluruh alam semesta ──suara tunanganku yang sudah sangat akrab di telinga.


Anak perempuan itu pun, mungkin karena terkejut dengan hal yang tiba-tiba itu, langsung berhenti menangis. Ketika tangannya diletakkan di atas kepala si anak──Yuuka mulai mengusap dengan lembut, sambil menenangkannya.


"Tak apa-apa kok. Ibumu pasti datang. Ibu yang sangat menyayangimu tidak akan meninggalkanmu begitu saja dan pergi ke mana pun."


"…Benarkah?"


"Iya. Kakak janji. Jadi, mau tunggu sebentar saja bersama kakak?"


──Aku jadi teringat pada masa awal kami mulai tinggal bersama. Saat itu Yuuka ikut kegiatan sukarela di sebuah taman kanak-kanak. Sama seperti sekarang, ia menenangkan anak yang menangis hingga berhenti. 


Biasanya, di luar rumah Yuuka agak canggung berkomunikasi, jarang banyak bicara. Tapi kalau ada anak kecil yang sedang kesulitan… dia selalu menunjukkan keberanian dan ketulusan yang luar biasa. Benar-benar, aku selalu merasa Yuuka itu──anak yang penuh kebaikan.

"…Kuu-chan!"


"Ah, Mama! Papa!!"


Beberapa saat kemudian──sepasang suami istri yang sepertinya orang tua anak itu berlari menghampiri. Wajah si anak langsung cerah, ia berlari ke arah keduanya, lalu memeluk erat mereka.


"Maafkan kami, terima kasih banyak! Kuu-chan… syukurlah kamu baik-baik saja."


"Benar-benar terima kasih. Kami sedang berlibur, tapi tadi sempat terpisah… kami tak tahu bagaimana harus membalas kebaikan ini…"


"…Tidak apa-apa. Saya hanya melakukan hal yang wajar. Kuu-chan, syukurlah ya."


"Iya! Terima kasih, Onee-chan!!"


Sambil tersenyum ceria, anak itu melambaikan tangan pada Yuuka── lalu pergi meninggalkan kuil bersama orang tuanya.


Yuuka yang melambaikan tangan kembali menampilkan senyum lega… entah kenapa, dalam pandanganku, ia terlihat seperti dewi kuil ini.


"…Baiklah, kalau begitu, Yuu-kun! Ayo semangat lagi──kita lanjut berdoa!!"


Dengan riang ia mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi, lalu melangkah penuh semangat. Aku pun tanpa sadar… merasakan wajahku ikut mengendur, tersenyum sendiri.


Entah bagaimana, aku sungguh yakin──perjalanan sekolah kali ini akan jadi kenangan terbaik. Aku merasakan hal itu, tulus, dari lubuk hatiku yang terdalam.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

Post a Comment

Post a Comment

close