NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 2 Chapter 16 - 20

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Episode 16 

【Watanae Yuuka】

Awal Kedekatan Gadis Pendiam dan Gyaru 

【Nihara Momono】


Saat liburan musim panas, kami mengikuti kegiatan belajar di luar sekolah berupa perkemahan selama tiga hari dua malam. Aku sedang bersembunyi di balik bebatuan di tepi sungai, menahan napas.


Watanae Yuuka dalam mode “versi sekolah”-nya berdiri terpaku dengan ekspresi terkejut yang jarang terlihat. Sementara itu, Nihara Momono──dengan malu-malu menenteng sebuah mainan tokusatsu berbentuk “pistol.”


Apa-apaan kekacauan ini.


"…Ehm. Jadi kamu penggemar berat tokusatsu? Maksudnya, kau suka karya-karya tokusatsu?"


"Be… betul! Aku suka Cosmo Miracle Man, Kamen Runner, Super Gundan Series… dan tentu saja, aku juga mencintai karya-karya minor!!"


"Be… begitu. Apa kamu punya kakak laki-laki atau adik?"


"A-aku anak tunggal, kok? Jadi bukan karena pengaruh kakak atau adik. Memang dari kecil aku sendiri sudah jatuh hati pada tokusatsu…"


Dengan wajah tegang yang jarang terlihat, Nihara-san menjelaskan hobinya.

Aku sendiri juga tidak pandai terbuka soal hobi, jadi aku bisa mengerti ketegangannya. Padahal biasanya, dengan karakternya, Nihara-san seharusnya bisa bicara ringan saja… agak aneh memang.


"Kalau begitu… karya macam apa yang menurutmu seru?"


Mendengar itu, Yuuka bertanya dengan nada lembut, seakan ingin meredakan ketegangan Nihara-san.


"Rekomendasi terbaruku ini… Kamen Runner Voice. Ceritanya tentang makhluk kegelapan bernama Shrieker yang tumbuh dengan memakan ratapan dan teriakan manusia──untuk melawan mereka, manusia purba menciptakan kekuatan Voice Spirit yang bisa mengubah wujud, lalu bertarung demi kedamaian umat manusia! Itulah Kamen Runner Voice!!"


Entah sejak kapan, Nihara-san mulai bicara dengan sangat cepat. Bukan seperti Nihara-san biasanya──melainkan lebih seperti aku atau Masa kalau lagi mengobrol soal anime.


"Itu… senjata yang dipakai, Voice Spirit Gun ‘Talking Breaker’, kan?"


Tiba-tiba, Yuuka membalas dengan santai.


Watanae Yuuka, yang biasanya dianggap kaku dan sulit didekati, begitu saja menyebut nama senjata dari Kamen Runner… agak surealis rasanya. Sementara itu, mata Nihara-san mendadak berbinar-binar.


"Eh, Watanae-san!? Kau tahu Kamen Runner Voice!?"


"T-tidak terlalu banyak tahu… hanya sedikit saja."


"Tunggu. Kau barusan bilang Voice Spirit Gun ‘Talking Breaker’, kan? Nama ‘Talking Breaker’ memang disebut dalam serialnya, tapi istilah Voice Spirit Gun itu hanya ada di buku panduan atau catatan resmi. Kalau tidak membaca keterangan mainan atau mencari di internet, mana mungkin tahu!?"


Nihara-san kembali bicara dengan cepat. Padahal Yuuka hanya tahu karena pernah terlibat dalam pengisi suara, jadi ia mengenal nama resminya──tapi bukan berarti ia mengikuti serialnya.


"Ehm… maaf. Aku memang tidak terlalu kenal karyanya. Hanya saja, aku pernah sedikit mencoba mainannya."


"Oh, jadi kau mengenalnya lewat mainannya? Itu jarang terjadi! Memang, gimmick Talking Breaker cukup unik, wajar kalau menarik perhatian!! …Ah, maaf. Aku jadi terlalu semangat."


"Tidak apa-apa. Silakan lanjutkan."


Melihat Nihara-san menundukkan suara dengan agak malu, Yuuka tersenyum tipis.


Watanae Yuuka yang biasanya berwajah kaku──kini menampilkan ekspresi lembut. Menatap wajah itu, Nihara-san mengangguk, lalu mengeluarkan sebuah item berbentuk mikrofon berwarna merah muda. Ia menempelkannya ke bagian belakang pistol, membuat moncong senjata itu memancarkan cahaya terang. Kemudian, Nihara-san menarik pelatuk.


『Voice Bullet 【Fairy】──Charming Fairy!!』


Suara Izumi Yuuna menggema di alam terbuka. Burung-burung yang sedang berjalan di tanah pun beterbangan panik.


"Favoritku itu, Fairy Mic. Dalam serial, item ini baru sekali saja dipakai, dan kemungkinan besar tak akan digunakan lagi. Karena memang bukan item utama. Oh iya, mic ini baru berhasil kukumpulkan 

lengkap setelah berjuang ke pusat perbelanjaan di luar kota, lho!"


Ingatanku kembali ke waktu aku pernah bertemu Nihara-san di mal. Dia memang membawa kantong dari toko mainan.


"…Kenapa kau justru menyukai item yang minor begitu?"


"Karena suaranya super imut!"


Kata-kata tak terduga itu membuat Yuuka terbelalak. Entah kenapa, pipinya tampak sedikit memerah.


"Menurutku, atribut Fairy dan suara itu benar-benar sinkron! Tidak seperti atribut lain yang terlihat kuat dan membuat adegan pertarungan meriah──justru suara ini terasa menenangkan, dan itulah yang kusukai."


Dengan mata berbinar, Nihara-san menjelaskan dengan penuh semangat. 


Jujur, aku tidak pernah menyangka ia punya passion sebesar ini. Sosok Nihara-san saat membicarakan sesuatu yang ia cintai──tak ada bedanya dengan kami saat mengobrol soal Arisute.


"Kalau Nihara-san, kukira meskipun kau terbuka soal hobi ini… orang-orang tetap akan menerimanya."


"…Dulu, waktu kecil, aku bisa bicara soal ini dengan santai. Tapi… kalau tidak salah sejak kelas enam SD, aku mulai diejek. Katanya ‘padahal perempuan’ atau ‘kekanak-kanakan.’ Mereka menertawakan aku… dan aku benar-benar tidak bisa terima. Kalau aku sendiri yang diejek, aku tidak peduli! Tapi kalau yang dihina itu para pahlawan kesayanganku──itu sama sekali tak bisa kuterima!!"


Nada bicara Nihara-san semakin meninggi. 

Tanpa sadar, aku pun… merasa sangat bisa memahami ucapannya.


──Aku dan Masa pun sama, kami bisa sabar kalau yang dihina itu diri kami.

──Tapi kalau yang dihina adalah “idola” yang kami kagumi, itu tidak bisa dimaafkan.


Nihara-san juga memiliki perasaan yang sama seperti kami terhadap Arisute. Dan demi menjaga keyakinannya──ia memilih untuk terus menyembunyikan hobinya.


"Teman-temanku memang orang-orang baik. Karena itu, kalau aku sampai bicara soal tokusatsu lalu mereka bercanda mengejeknya… pasti aku akan marah besar. Kalau sampai hubungan jadi rusak, aku juga tidak mau. Baik tokusatsu maupun teman, dua-duanya penting bagiku. Karena itulah──ini tetap jadi ‘rahasia.’"


"…Kenapa kau menceritakan rahasia sepenting itu padaku?"


"Aku kan sudah bilang, aku ingin berbicara jujur denganmu, Watanae-san. Lagi pula, kau itu orangnya dingin, kan? Jadi aku merasa kau tidak akan menertawakan atau menyebarkan hal ini ke mana-mana."


Ucap Nihara-san sambil tersenyum kecil.


"Watanae-san… hanya ketika melihat Sakata, ekspresimu terlihat agak lembut. Sedangkan Sakata sendiri, sejak SMP sudah banyak terseret masalah dan terluka. Aku ingin dia bisa bahagia. Jadi kalau ternyata kau memang menyukai Sakata, aku ingin melakukan sesuatu demi kalian berdua… begitulah maksudku."


"…Hehe. Seperti pahlawan saja, ya."


"Bukan hal yang sehebat itu. Hanya… ikut campur urusan orang lain. Lebih dekat ke ‘menyusahkan dengan maksud baik’. Maaf ya, aku bertindak sendiri."


"…Bukan begitu."


──Aku bisa menebak, kira-kira apa yang akan diucapkan oleh Yuuka setelah ini. Karena aku mengenal sisi aslinya.


"Aku… menyukai Sakata-kun."


Sebagai bentuk ketulusan terhadap Nihara-san yang telah mengungkapkan rahasianya, Yuuka pun membuka rahasia miliknya sendiri. Mendengar itu, Nihara-san tersenyum gembira.


"Seperti yang kuduga."


"Nihara-san. Boleh aku juga bertanya sesuatu?"


"Apa, Watanae-san?"


"Nihara-san juga──menyukai Sakata-kun, bukan?"


Ucapan Yuuka yang tak terduga itu membuatku tertegun. 


Tidak mungkin, kan? Nihara-san bersikap usil padaku hanya karena ia senang melihat reaksiku. Mana mungkin ia benar-benar tertarik pada kutu buku sepertiku──.


"Mm… ya, mungkin. Bisa dibilang aku menyukainya."


……Apa? Aku sampai kehilangan kata-kata mendengar jawaban itu.


"Tuh, kan. Jadi kau juga tidak bisa bicara besar soal orang lain."


"‘Bicara besar’!? Astaga, itu terdengar sangat imut! Katakan lagi, Watanae-san!!"

"Berisik."


Yuuka berbicara dengan gaya santai yang tak pernah kulihat di sekolah. Melihat itu dengan gembira, Nihara-san melanjutkan.


"Tapi, perasaan sukaku… kurasa berbeda dengan punyamu. Soalnya aku tahu Sakata sejak SMP. Jadi rasanya lebih seperti… aku ingin dia bisa tertawa lepas lagi seperti dulu. Aku ingin dia bisa kembali ceria. Hm… lebih mirip pandangan seorang kakak perempuan, mungkin?"


"Daripada kakak perempuan, lebih seperti pandangan seorang pahlawan, kan?"


Yuuka tersenyum kecil, lalu menatap mata Nihara-san dengan tegas.

Kemudian dengan jelas ia menyatakan:


"Perasaan suka Nihara-san, mau dalam bentuk apa pun, tidak masalah. Tapi yang jelas, aku lebih menyukai Sakata-kun. Jadi apa pun yang terjadi… aku tidak akan menyerah."


Wajah yang biasanya datar, jarang bicara, terkesan kaku. Yuuka yang biasanya ‘mode sekolah’ itu──tiba-tiba mengucapkan hal yang luar biasa.


Setelah sempat terdiam, Nihara-san malah tertawa terbahak.


"Hahaha! Bagus! Bagus! Watanae-san yang asli, imut sekali!!"


"Nihara-san juga, waktu bicara soal tokusatsu… imut, kok."


Terbawa suasana, Yuuka pun ikut tertawa. Dan entah bagaimana, mereka berdua tampak sudah saling mengerti. Keduanya larut dalam percakapan santai cukup lama di tempat itu.



Menjelang selesai makan kari buatan sendiri, matahari sudah hampir tenggelam di ufuk barat. Masa hanya menelungkup di meja tanpa menyentuh kari sama sekali.


Ya wajar saja dia murung. Gousaki-sensei memergokinya main gacha, lalu menyita ponselnya. Itu sepenuhnya salahnya sendiri.


"Saaakaaataaa!"


Selesai membereskan semuanya dan hendak kembali ke tenda, Nihara-san menghampiriku dengan senyum ceria dan suasana hati yang jelas sedang sangat baik. Rambut panjang cokelatnya jatuh ke dada yang terbuka agak longgar.


────"Mungkin bisa dibilang aku menyukainya."


Aku masih teringat ucapan Nihara-san saat berbicara dengan Yuuka di tepi sungai.


Selama ini aku waspada hanya karena penampilannya yang terlihat ‘gaya gyaru’. Tapi setelah mendengar hal itu… tidak bisa dipungkiri, aku jadi agak memikirkannya.


"…Sakata-kun, kau menatapku terlalu lama."


Suara dengan nada ketus terdengar dari belakang Nihara-san. Saat kulihat, di sana berdiri Yuuka yang menatapku tajam dari balik kacamata.


"Hei, tenanglah sedikit, Watanae-san."


"Soalnya dia terus menatap dadamu…"


Yuuka bersikap jauh lebih santai daripada biasanya saat berbicara dengan Nihara-san.

Aku memperhatikan mereka dengan heran, merasa suasana itu begitu segar. Tiba-tiba Nihara-san mendorong Yuuka ke arahku.


"Kya!?"


Yuuka yang kehilangan keseimbangan spontan meraih lenganku erat-erat. Akibatnya──aku bisa merasakan kehangatan lembut tubuhnya melalui lenganku.


"Lihat, Sakata. Tataplah Watanae-san baik-baik. Wajahnya itu imut, kan."


"N-Nihara-san!"


Saat kulirik, Yuuka yang biasanya dingin di sekolah kini terlihat tersipu dengan wajah merah, tampak kebingungan. Padahal di rumah ia sering menunjukkan ekspresi seperti itu, tapi di sekolah jarang sekali. Jadi rasanya ada semacam ‘gap’ yang membuatku salah tingkah.


"Nah, Sakata. Sudah saatnya kau jadi manusia normal, tahu?"


"Manusia normal? Maksudmu, kau pikir aku selama ini tidak normal?"


"Mana mungkin normal, kalau ada seorang siswa SMA yang nafsu pada ‘adik perempuannya’ sendiri."


Ah──benar juga. Aku sudah berhasil melupakan Raimu, tapi sekarang aku malah menjadi pria aneh yang bernafsu pada ‘Nayu’ (palsu), adik perempuan… begitulah Nihara-san menilainya. Dan sepertinya, selain ingin membuatku sadar dari penyimpangan itu, ia juga ingin aku dan Yuuka bisa bahagia.


Karena itu, Nihara-san berusaha menjodohkan kami berdua… Tapi sayangnya, dengan amat sangat disesalkan──


‘Adik perempuan’ itu dan Watanae Yuuka adalah orang yang sama.


"Memang benar, ‘Nayu’-chan itu imut! Matanya bulat, dan wajahnya juga cantik. Tapi coba lihat baik-baik. Meski Watanae-san pakai kacamata jadi agak sulit terlihat, tapi matanya juga bulat, wajahnya pun tidak kalah cantik dari ‘Nayu’-chan, kan?"


Tentu saja tidak kalah. Karena itu wajah yang sama.


──Malam itu.


"Yahho, Sakata dan yang lain~"


Saat aku sedang bersantai di kamar anak laki-laki di camp, tiba-tiba Nihara-san masuk begitu saja. Masa dan anak-anak lain langsung ribut.


"Oh iya, Sakata. Barusan Gousaki-sensei manggil kamu, tahu?"


"Hah? Untuk apa?"


"Tidak tahu. Tapi kelihatannya beliau terburu-buru. Lebih baik kau cepat ke sana, kan?"


Apa ada sesuatu sampai-sampai Gousaki-sensei memanggilku?


Dengan penuh tanda tanya, aku pun keluar kamar… dan di sana berdiri Yuuka dengan pakaian training.


"Y-Yuuka!? Kenapa kau ada di sini?"


"Uhm… soalnya Nihara-san bilang, dia mau memanggil Yuu-kun. Jadi aku disuruh menunggu di sini."


Oh, begitu rupanya. 

Jadi cerita tentang Gousaki-sensei itu bohong. Maksud Nihara-san sebenarnya──membuatku dan Yuuka berdua saja.


"Haa… ternyata Nihara-san lebih suka ikut campur daripada yang kuduga."


"Nihara-san itu baik hati."


Aku mengeluh, tapi Yuuka menjawab lembut.


"Oh iya! Yuu-kun, kemari sebentar!"


Seakan teringat sesuatu, Yuuka menggandeng tanganku dan melangkah cepat. Poni ekor kuda di belakangnya bergoyang ringan setiap kali ia melangkah. Aku hanya mengikuti Yuuka, hingga kami tiba di belakang pondok.


"…Wah."


"Nah, indah sekali, kan? Lihat bintang-bintang itu, berkilauan begitu banyak!!"


Pemandangan langit penuh bintang yang mustahil terlihat di kota. Aku dan Yuuka berdiri berdampingan, membiarkan diri larut dalam keindahan semesta.


"…Aku ingin bisa berteman baik dengan Nihara-san."


Kata Yuuka lirih sambil melepas kacamatanya, menampilkan mata beningnya.


"Itu pertama kalinya aku bisa bicara dengan lepas, tanpa merasa tegang, dengan teman sekelas. Pertama kalinya juga aku bisa berbagi ‘rahasia’. Rasanya… seperti benar-benar punya teman. Aku senang sekali."

"…Begitu, ya."


Sampai berani mengungkapkan kecintaannya pada tokusatsu yang selama ini ia simpan rapat-rapat, Nihara-san rela melakukan itu hanya demi membuat aku dan Yuuka lebih dekat.


──Karena dia tahu apa yang kualami saat SMP, dia berharap aku bisa bangkit kembali.


──Karena dia melihat Yuuka yang biasanya kaku tapi ternyata menyimpan perasaan, dia ingin membantunya.


Seperti kata Yuuka, Nihara-san memang dasarnya berhati lembut. Dan mungkin karena cintanya pada tokusatsu, cara berpikirnya pun mirip seorang pahlawan.


Walaupun penampilannya seperti seorang gyaru, ya.


"Ah, Yuu-kun! Lihat, bintang jatuh!!"


Yuuka tampak bersemangat, ia menarik-narik ujung bajuku dengan antusias. Lalu, ia menyatukan kedua tangannya.


"Semoga aku bisa selalu bersama Yuu-kun. Semoga aku bisa selalu bersama Yuu-kun. Semoga aku bisa… ah, keburu hilang sebelum sempat mengucapkannya tiga kali! Ihhh!!"


Aku tidak bisa menahan tawa melihat Yuuka yang bersuara lantang penuh keluhan sambil menatap ke langit. Kemudian, aku pun ikut menengadah bersama Yuuka, memandang langit yang dipenuhi bintang.


──Yah, setidaknya.


Hanya dengan menciptakan kesempatan untuk melihat langit malam seindah ini berdua bersama Yuuka──aku sudah sangat berterima kasih, Nihara-san.




Chapter 17 

Ada, kan? Orang yang suaranya jadi satu oktaf lebih tinggi saat menelepon?


Beberapa hari setelah kegiatan belajar di luar sekolah selesai. Aku dan Yuuka tidak pergi ke mana pun, hanya menghabiskan liburan musim panas dengan bermalas-malasan di rumah.


"Heii, Yuu-kun! Nihara-san ngajak, lho. Katanya akhir pekan nanti kita pergi ke festival musim panas bareng!!"


Dengan pakaian santai rumahan, Yuuka yang sedang berbaring di sofa mengangkat wajahnya dari layar ponsel, lalu berkata dengan senyum lebar. Rambut hitamnya yang tergerai tanpa diikat bergoyang lembut di sekitar bahu. Tatapan matanya yang sedikit sayu kini bersinar terang, sampai-sampai aku refleks ikut tersenyum melihatnya.


"Pesan di RINE itu juga dikirim ke aku, kok. Isinya, ‘Watanae-san dan Sakata, ayo kita bertiga pergi ke festival musim panas!’ gitu."


Saat perjalanan pulang dari kegiatan belajar di luar sekolah, Nihara-san terus mendesakku, jadi akhirnya aku memberinya ID RINE-ku.

Yuuka pun melakukan hal yang sama, menukar ID dengan Nihara-san.

Setelah itu, Yuuka meletakkan ponselnya di atas meja, lalu berdiri sambil bersenandung kecil. Ia memejamkan mata, seolah melayang ke dunia khayalan.


"Ehehehe~. Pergi jalan-jalan sama teman sekolah… apalagi bareng Yuu-kun juga, rasanya menyenangkan banget! Kita harus lihat stan-stan juga ya. Ah, semoga ukuran yukata-ku masih pas, ya?"


Entah kenapa sejak kegiatan belajar itu, Yuuka terus-menerus seperti ini. Kadang-kadang, di sela-sela obrolan, ia tiba-tiba membicarakan Nihara-san.

Pagi hari Minggu, ia bahkan sengaja bangun lebih awal untuk mencoba menonton acara tokusatsu. Pokoknya… dia jadi sangat sadar dengan keberadaan Nihara-san.


Ya, wajar saja. Di sekolah, Yuuka yang super introvert jadi terlihat kaku dan kerap berjarak. Tapi aslinya, dia itu seperti anak anjing kecil. Kalau sudah merasa dekat, dia akan sangat menempel dan tak mau lepas.


"Nihara-san pasti cocok banget pakai yukata! Gaya gyaru dipadu yukata pasti jadi kontras yang bagus banget, kelihatan makin memesona!!"


"Memang sih, pasti bakal terasa kontras."


"…Tapi, kalau Yuu-kun kebanyakan lihat Nihara-san, aku nggak suka, ya?"


Padahal dia sendiri yang memulai pembicaraan, tapi tiba-tiba menatapku dari bawah dengan manja, lalu menarik-narik ujung lengan bajuku.


"Aku nggak akan begitu, kok. Nggak usah khawatir."


"Benarkah~? Soalnya Yuu-kun itu kan, dasarnya sukaaa… lihat bagian dada terus~"


"Itu tuduhan kejam banget!? Sungguh… kamu ini memang cemburuan dari dulu, ya."


"…Kamu jadi benci aku, nggak?"


Yuuka mencengkeram lenganku, lalu menyembunyikan wajahnya di baliknya.


Namun ia mengintip dari atas, hanya menampilkan matanya untuk mengawasi reaksiku.


"Jii~"

"……"

"Jii──"

"……"

"Jiii──! Jiii────!!"


Saat sengaja kuabaikan, dia malah makin keterlaluan dengan “jii jii” terus. Benar-benar, dia ini memang suka cari perhatian.


"Baiklah, baiklah. Aku nggak akan benci kamu. Dan aku juga nggak akan melirik dada orang lain."


"…Ehehe~. Kalau begitu, aku puas!"


Dengan senyum manis yang hampir meleleh, Yuuka mengguncang-guncang lenganku penuh semangat. Festival musim panas saja belum tiba, tapi dia sudah heboh begini.


──── Prrrrrrr♪


Saat itu juga, ponsel Yuuka yang ada di atas meja berdering. Nama yang muncul di layar──Nihara-san. Dan itu panggilan lewat RINE.


"Ni… Nihara-san nelpon!? Gi-gimana dong, Yuu-kun!"


"Ya biasa saja, tinggal diangkat. Mungkin ada urusan."


"Ta-tapi dengan nada suara gimana!? Aku nggak terbiasa ngobrol di telepon sama teman sekolah, aku nggak tau harus gimana… apa aku bilang, ‘Hyaa~ halo, ini Yuuka☆’ gitu!?"


"Cukup biasa saja, seperti biasanya…"

Apa-apaan coba, ‘Hyaa~ halo, ini Yuuka☆’? 


Kalau benar begitu caranya, Nihara-san pasti kaget dan langsung nutup telepon.


"O-oke… biasa saja, biasa saja…"


Sambil bergumam menenangkan diri, Yuuka menyalakan mode speaker dan mengangkat telepon.


『Yaa~ halo, Watanae-saan! Apa kabar nihー!?』


"Normal."


Balasannya super datar, benar-benar cuek luar biasa. Padahal beberapa menit lalu dia masih senyum-senyum heboh membicarakan Nihara-san. Sekarang malah pasang wajah kaku, menatap ponselnya dengan tajam.


『Kenapa balik lagi ngomong kaku gituー?Padahal pas kegiatan kemarin udah agak cair, lhoー』


"Biasa saja."


『Kita udah lumayan akrab, kan? Jahat banget! Bisa bikin aku nangis tau!』


"Berisik, tahu!"


Ah, sempat keluar sifat aslinya.


Di seberang telepon, Nihara-san malah tertawa terpingkal-pingkal mendengar reaksi Yuuka.


『Ternyata Watanae-san, lucu juga ya』


"Jangan anggap orang lain kayak mainan, deh."


『Ahaha! Jadi gini, Watanae-san… untuk festival musim panas nanti, aku udah ngajak Sakata juga』


Begitu mendengar namaku disebut, aku refleks duduk lebih tegak.

Padahal topik ini tadi baru saja kami bicarakan berdua. Tapi tetap saja, mendengar langsung dari mulut Nihara-san terasa agak canggung.


『Jadi rencananya gini, kita bertiga kumpul dulu, kan? Nanti pas waktunya pas, aku bakal “hilang”, biar kalian berdua bisa bebas menikmati waktunya』


"Ta-tapi… kalau begitu, Nihara-san jadi nggak seru, dong?"


『Nggak apa-apa, nggak apa-apa! Kalau Watanae-san dan Sakata bisa jadi makin dekat──buat aku itu udah jadi event terbaik. Malah, kalau bisa langsung kamu “bawa pulang” ke rumah pun oke banget, kan? Kyaa!!』


Nihara-san jelas tidak tahu kalau aku sebenarnya sudah berada di rumah. Yuuka mungkin juga memikirkan hal yang sama, wajahnya jadi terlihat agak rumit.


"U-umm, Nihara-san…"


『Eh, gawat!! Ada siaran spesial Kamen Runner! Maaf ya, detailnya kita bahas lain kali aja. Dah!!』


──Tuut.


Karena “sudah ada urusan mendesak” bernama siaran spesial, Nihara-san memutuskan telepon sebelum Yuuka sempat menyelesaikan kalimatnya.

"Nihara-san itu… memang baik, ya. Padahal dia nggak dapat apa-apa, tapi mendukung cintaku sampai segini."


"Memang. Walaupun nggak semua penggemar tokusatsu kayak gitu sih… tapi Nihara-san itu pola pikirnya mirip pahlawan, kan."


Ngomong-ngomong, waktu Tanabata kemarin Nihara-san menuliskan “Perdamaian Dunia” di kertas permohonan.


Awalnya kupikir itu cuma bercanda, tapi sekarang kalau dipikir-pikir──mungkin itu benar-benar keinginan tulusnya.


"Aku tadinya merasa gaya sunny-type Nihara-san agak bikin nggak nyaman… tapi sekarang, aku malah pengin makin akrab. Aku jadi suka, gitu."


──── Prrrrrrr♪


"…Hah? Katanya mau nonton siaran spesial, kok telepon lagi?"


Baru saja terputus, ponsel Yuuka kembali berdering. Dengan kepala sedikit dimiringkan, Yuuka mengangkat panggilan itu, masih dengan mode speaker.


"Halo? Bukannya kamu lagi nonton siaran spesial?"


『Siaran spesial? Kamu lagi ngomong apa, Yuuna? Lagi pula… sejak kapan kamu pakai bahasa seenaknya begitu?』


Suara indah yang begitu dingin sampai membuat udara seakan membeku terdengar dari speaker. Begitu suara itu terdengar, Yuuka langsung membeku seperti patung.


Aku juga kenal betul suara itu. Tak salah lagi──itu suara pengisi suara Ranmu-chan dari Alice Keenam, Shinomiya Ranmu.

『Yuuna? Kamu dengar? Ini Ranmu.』


"A-a-ada! Iya! Umm… umm…"


Saking gugupnya, Yuuka jadi belepotan. Namun ia memaksakan senyum sales mode-nya, lalu berkata:


"Kyaa~ halo, ini Yuuna☆"



『Yuuna. Kamu harus lebih sadar kalau kamu itu seorang seiyuu. Kalau yang telepon tadi adalah sutradara atau produser, menurutmu apa yang akan terjadi?』


"…Iya. Mohon maaf, saya sangat menyesal──Ranmu-senpai."


Padahal lawan bicara tidak bisa melihat, tapi Yuuka sudah duduk tegap, menempelkan kedua tangannya di atas paha, lalu membungkuk-kan kepala berulang kali.


Yah, wajar sih. Ranmu memang senior satu agensi, jadi dia pasti merasa tertekan. Meski sebenarnya, kalau dari segi usia, mereka berdua seumuran. Tapi entah kenapa──karisma lewat teleponnya sangat besar.


『Seorang seiyuu tidak boleh lengah kapan pun.Harus selalu sadar bagaimana bersikap, agar tidak malu kalau dilihat orang lain.』


"Baik! Mohon bimbingannya!! Saya akan berusaha lebih keras!!"


『…Jawabanmu memang selalu mantap, ya.』


Benar juga, cara bicara Yuuka sekarang berbeda sekali dengan saat menanggapi Nihara-san tadi. Lebih tegas, lebih hidup, bahkan nada suaranya sedikit lebih tinggi. Rupanya bukan hanya di kehidupan nyata, lewat telepon pun dia bisa berubah-ubah tergantung lawan bicara.


Sebaliknya, Shinomiya Ranmu──baik saat bicara dengan rekan kerja, maupun ketika tampil di event atau radio online, kesannya selalu sama. Dingin, tenang, dan sangat profesional.


Izumi Yuuna dan “Yuuna-chan” punya banyak kesamaan. Begitu juga Shinomiya Ranmu dan “Ranmu-chan”… kupikir mereka juga serupa.


『──Baiklah. Jadi aku titip begitu ya.』


"Iya! Mari kita berjuang bersama, Ranmu-senpai!!"


Saat aku melamun sambil mengutak-atik gacha Arisute tanpa suara, ternyata pembicaraan mereka sudah selesai. Aku mengangkat wajah sedikit.


『Ngomong-ngomong, Yuuna. Sekarang kamu di rumah, kan?』


"Ah, iya! Betul!!"


『Kalau begitu… adik laki-lakimu ada di situ?』


Nada suara Shinomiya Ranmu mendadak berubah. Suasana di antara mereka berdua jadi terasa menegang.


"Umm… kenapa dengan adikku?"


『Kalau dia ada, bisakah kamu memanggilkannya?』


"E-eh? Untuk apa?"


『Aku hanya ingin tahu seperti apa adik yang begitu kamu puja itu. Dan aku ingin memastikan… apakah dia tidak akan jadi penghalang bagimu, Yuuna, untuk naik ke puncak sebagai voice actress Alice Idol.』


Permintaan gila yang bikin bulu kuduk berdiri. Sebagai si “adik” yang dimaksud, aku jujur merasa ngeri.


"…Tidak mau!"


Namun Yuuka menjawab dengan suara yang mengejutkan tegas.


『Kenapa?』


"Soalnya masalah adikku itu urusan pribadi. Sekalipun lawannya Ranmu-senpai… itu bukan sesuatu yang bisa diatur seenaknya! Aku memang sangat menyayangi adikku, tapi aku juga akan berjuang keras sebagai seiyuu!! Dia tidak akan jadi penghalang. Justru──adikku adalah pasangan penting yang selalu mendukungku!"


『…Pasangan? Yang kamu maksud tetap adikmu, kan?』


"Iya, betul! Aku sedang membicarakan adikku!"


Tidak, tidak, tidak. Itu jelas bukan nada bicara seseorang yang sedang membicarakan tentang “adik”-nya, kan?


『Benarkah tidak apa-apa? Kamu itu kan penggemar fanatik ──“Shinigami yang Jatuh Cinta”, kalau tidak salah? Waktu menerima surat dari orang itu saja, emosimu naik-turun, bukan? Walaupun dia hanya “adik”… tetap saja aku khawatir.』


Maaf. Baik “Shinigami yang Jatuh Cinta” maupun “adik” itu── semuanya merujuk padaku.


『…Ya sudahlah. Kalau biasanya kamu jarang menyatakan pendapat, tapi kali ini bisa berbicara sejauh itu──

aku akan memilih mempercayai kata-katamu.』


Shinomiya Ranmu menghela napas perlahan. Lalu, untuk terakhir kalinya──ia menambahkan dengan nada tegas:


『Tapi ingat. Kalau sampai kamu terlena dengan urusan “adik”-mu, lalu menyepelekan Alice Idol──sebagai senior, aku tidak akan tinggal diam.』


"…Baik. Aku akan menjaga keduanya──baik “adikku” maupun Alice Idol. Itu janji!"


Dengan nada setegas suara Shinomiya Ranmu, Yuuka──Izumi Yuuna ──memberikan jawabannya.


Begitulah, akhirnya percakapan mereka pun selesai.


"Haaaah, capek banget!!"


Yuuka meregangkan tubuhnya lebar-lebar, lalu menjatuhkan diri ke sofa. Ia memeluk bantal yang ada di dekatnya, lalu berguling-guling di atas sofa. Memang, dia selalu punya perbedaan yang jelas antara on dan off.


"Hebat sekali auranya… memang pantas disebut pengisi suara Ranmu-chan."


"Kan, mirip sekali dengan Ranmu-chan, ya? Ranmu-senpai itu sangat disiplin terhadap Alice Idol, keren banget, dan aku sangat menghormatinya… tapi serius, tadi bikin tegang banget!!"


Masih berbaring di sofa, Yuuka menepuk-nepuk lututku yang ada di sampingnya. Rasanya berbeda dengan sikap kaku Yuuka saat berbicara dengan Nihara-san lewat telepon.


Berbeda juga dengan sikapnya yang seperti adik polos ketika berbicara dengan Shinomiya Ranmu. Yang ada di sini hanyalah Yuuka apa adanya──sepenuhnya rileks.


Tanpa sadar, aku pun tersenyum melihatnya. Karena di luar sana ia selalu berusaha keras. Maka setidaknya di rumah──biarlah ia bersantai sesuka hatinya. Yuuka.




Chapter 18 

 Ikut Festival Musim Panas Bersama Dua Gadis, Apa Ada yang Perlu Diperhatikan?


"Yuu-kun, lihat deh~"


Aku sedang duduk di ruang tamu, menonton TV dengan pakaian biasa: kaos putih, kemeja biru tua, dan celana jeans. Tiba-tiba, dari arah lorong, Yuuka mengintip kepadaku.


Rambutnya kali ini dikuncir dua berwarna cokelat. Di kedua sisi wajahnya ada helaian rambut menjuntai layaknya antena, dan mulutnya membentuk lengkungan imut seperti kucing.


…Ya, jelas ini mode Yuuna-chan.


"Kenapa tiba-tiba jadi mode Izumi Yuuna, Yuuka?"


"Hehe~ lihat ini baik-baik~"


Dengan nada riang, Yuuka melompat ke ruang tamu. Ia memakai yukata. Kain berwarna merah muda lembut, dihiasi motif bunga putih. Desainnya manis sekali. Yuuna versi yukata itu menggenggam lengan bajunya, lalu berputar sekali penuh.


"Gimana, Yuu-kun?"


"Dulu kan pernah ada kostum ‘Yuuna Yukata (Normal)’. Warna dan desainnya persis sama, bahkan pose dengan lengan bajunya sampai mirip. Replika ini benar-benar tingkat dewa. Aku terharu, sumpah!"


"Yuu-kun, kamu bodoh ya?"


Rautnya merengut, pipinya mengembung, lalu ia berpaling dariku. 

Sepertinya jawabanku tidak sesuai harapannya. Padahal, jujur saja… aku hampir mati deg-degan. Bukan hanya karena penampilan yukata-nya yang menawan, tapi juga sikapnya yang polos, bangga sekali memperlihatkan dirinya. Persis seperti Yuuna-chan.


…Kalau kupikir lagi, bahkan tanpa kaitan itu pun, sosok Yuuka yang riang seperti ini membuat mataku tak bisa lepas darinya. Gara-gara terpesona begitu, aku malah tidak bisa menjawab dengan jujur barusan.


"…Ehm, maaf Yuuka. Aku… aku rasa itu sangat cocok untukmu."


"Satu kalimat lagi!"


"Satu kalimat lagi? Uhm… sangat memikat?"


"Ah, hampir! Petunjuknya… ka-wa?"


"Kawa? Kawaguchi?"


"Itu siapa!? Bukan itu maksudku! Ka-wa-i——"


Interogasi gaya begini benar-benar luar biasa. Sampai-sampai tindakannya saat memaksa jawabanku terasa lebih imut daripada yukatanya sendiri.


"…Kamu cantik (Kawaii). Cantik sekali, dan sangat cocok."


"Ehehe~ segitunya, ya?"


Padahal dia sendiri yang menyuruhku bilang begitu, tapi kini malah tersipu sendiri. Dengan wajah berseri, Yuuka kembali berputar sekali penuh.


"Lihat kan. Setelah ini kita kan janjian sama Nihara-san buat ke 

festival musim panas? Mungkin bakal ketemu anak kelas lain juga. Jadi tentu saja aku harus tampil versi sekolah. Makanya, sebelum itu aku mau kamu lihat dulu versi Yuuna!"


"Begitu ya. Terima kasih, Yuuka."


Tak lama lagi, aku dan Yuuka berangkat terpisah. Kami akan bertiga dengan Nihara-san untuk berkeliling festival musim panas. Karena jarang sekali bisa keluar berdua di tempat ramai, aku sungguh menantikan acara ini.


Jadi sebenarnya, aku harus berterima kasih pada Nihara-san.



Di pintu masuk arena festival, aku bersandar di tiang sambil memutar gacha Arisute, menunggu mereka datang.


"Tada, Sakata!"


Seseorang menepuk bahuku dari belakang. Aku terkejut, menoleh, dan melihat Nihara-san tersenyum jail dari balik tiang.


"Nihara-san… kenapa datang dari belakang?"


"Soalnya kamu kelihatan asyik main HP. Jadi kupikir seru juga kalau bikin kaget."


Setelah berkata begitu dengan polos, Nihara-san maju ke hadapanku.

Rambut panjang cokelatnya digelung menjadi sanggul. Beberapa helai rambut terurai di tengkuk, memberikan kesan agak sensual. Bagian dada yukata kuningnya agak longgar, memperlihatkan kulit putih di sela-selanya… aku jadi bingung harus menatap ke mana. Dengan tampilan memukau itu, Nihara-san memainkan yo-yo air di tangannya sambil tersenyum riang.


"Tunggu, kenapa kamu sudah beli yo-yo air duluan?"


"Karena aku terlalu semangat, jadi nggak tahan deh~. Tapi kan masih banyak waktu buat main lagi. Santai aja!"


Sikapnya yang ceria membuatku sadar kalau dia benar-benar sosok “orang yang hidup di bawah sinar matahari”.


Meski begitu, Nihara-san juga punya dunia pribadinya sendiri──yakni kecintaan pada tokusatsu──yang ia jaga sepenuh hati. Dan di sisi itu, kurasa kami agak mirip.


"…Maaf bikin nunggu."


Dari belakang Nihara-san yang sedang asyik, Yuuka berjalan mendekat dengan langkah mantap. Yukata merah muda dengan motif bunga putih, ditambah kacamata dan kuncir kuda seperti di sekolah. Dengan ekspresi datarnya, ia menatap ke arahku.


"…Selamat malam, Sakata-kun."


"Ah, iya. Malam, Watanae-san."


"Aduh, kalian ini kaku sekali! Ayo cepat, kita lihat-lihat stand!"


Begitulah, kombinasi yang tak biasa──aku, Yuuka, dan Nihara-san──mulai berkeliling festival.


"Nee, nee, mau makan permen kapas nggak?"


Tanpa menunggu jawaban, Nihara-san langsung berlari ke stand dan dengan semangat memesan, "Tiga, ya!" Melihat tingkahnya, Yuuka menatap dengan pandangan lembut.


"Kenapa tersenyum begitu, Yuuka?"

"Entahlah… kurasa Nihara-san itu imut, ya."


Akhir-akhir ini, Yuuka benar-benar jadi pendukung berat Nihara-san. 


Saat aku merasa hangat melihat hal itu──tiba-tiba wajah Yuuka tampak muram.


"…Ada apa, Yuuka?"


"Nee, Yuu-kun. Bisa nggak kamu dengar dulu tanpa marah?"


"Tanpa basa-basi begitu pun, aku tidak mungkin marah padamu, Yuuka."


Begitu aku menjawab tanpa ragu, Yuuka terlihat lega, lalu melunak.


"Aku ya… ingin menceritakan semuanya pada Nihara-san. Bahwa sebenarnya aku ini tunanganmu. Juga bahwa pengisi suara Fairy Mic, yang Nihara-san suka, sebenarnya adalah aku."


Mendengar pengakuan tak terduga itu, aku benar-benar kehilangan kata-kata.


"…Kenapa, Yuuka?"


"Soalnya, Nihara-san sudah memberitahuku 'rahasia' yang sangat ia hargai, kan? Lalu, dia juga peduli padaku, bahkan mendukung cintaku denganmu. Justru karena itu… aku merasa tidak enak."


"Tidak enak?"


"Aku masih punya banyak 'rahasia' yang belum kubagi pada Nihara-san. Terutama… sampai sekarang, Nihara-san masih mengira aku yang berpenampilan sebagai Izumi Yuuna itu adalah 'Nayu-chan', bukan?"


Nihara-san mengira aku ini orang aneh yang tergila-gila pada adik sendiri, 'Nayu' (palsu). Dan ia juga tahu bahwa Watanae Yuuka menyukaiku. Makanya, demi membuatku dan Yuuka bahagia──katanya sih, ia jadi "sok sibuk" membantu.


Masalahnya adalah──Yuuka yang sedang ia coba dekatkan denganku dan 'Nayu' (palsu) yang ia coba jauhi dariku demi kebaikanku, ternyata orang yang sama.


"Kalau sampai orang yang dia kira 'adikmu' itu ternyata adalah Watanae Yuuka yang selama ini dia dukung… dan dia nggak tahu, bukankah itu menyedihkan? Jadi… aku ingin bisa berbagi rahasia dengannya juga. Dengan begitu, aku bisa lebih dekat lagi dengan Nihara-san."


Bagi Yuuka yang karena sifatnya sulit bergaul nyaris tak pernah punya teman dekat──Nihara-san jelas merupakan sosok teman yang sangat berharga. 


Melihat Yuuka yang melirik reaksiku, aku mengangguk mantap.


"Ya, waktu karyawisata aku juga memperhatikan. Nihara-san bukan tipe orang yang suka menyebarkan rahasia. Kalau kamu benar-benar ingin begitu──aku juga akan siap."


"…Iya! Terima kasih, Yuu-kun!!"


"…Heeeh? Kalian berdua lagi akrab banget, ya~!"


Di saat itu, Nihara-san kembali sambil membawa tiga permen kapas. Ia menyodorkannya pada kami berdua, lalu tersenyum cerah.


"Ayo, makan bareng-bareng! Festival musim panas ini harus kita nikmati sepuasnya!"



"…Eh!? Padahal tadi hampir dapat! Kenapa malah sobek, sih!?"


"Ahahaha! Sakata emang payah~. Nih, biar Momono-sama tunjukin keahlian sejati dalam menangkap ikan emas!! ──Ahhh!!"


"Nihara-san juga nggak beda jauh, kan."


Sementara aku dan Nihara-san heboh, Yuuka dengan tenang sudah berhasil menangkap delapan ekor ikan emas, tanpa sekali pun gagal. Itu jelas bukan hal biasa. Mungkin karena terbakar rasa saing, Nihara-san menantang.


"Hmmm. Kalau begitu… ayo adu di tembak-tembakan, Watanae-san!"


"Boleh."


Dengan wajah datar penuh percaya diri, Yuuka menerima tantangan itu. Mereka pun pindah ke stand tembak-tembakan.


Giliran pertama, Nihara-san.


"…Yaaah!!"


Pelurunya meluncur bagus, hampir mengenai boneka, tapi cuma menyentuh pipinya lalu mental ke dinding belakang.


"Aduh, sayang banget! Padahal aku yakin dengan skill menembakku!"


Kini giliran Yuuka. Ia menerima senapan dari Nihara-san, mengokang, lalu menembak──…dan pelurunya entah kenapa malah menghantam dahiku.


"Aw!? Apa-apaan itu barusan!?"

"Ahahahaha! Keren banget, Watanae-san! Gimana bisa? Pelurunya malah terbang ke belakang! Gila, sumpah!"


"…Berisik, ah."


Sambil mengomel pada Nihara-san yang tertawa terpingkal-pingkal, Yuuka menempelkan sapu tangan ke dahiku.


"Maaf, Sakata-kun. Kamu nggak apa-apa, kan?"


"Iya, nggak apa-apa kok. Lagipula cuma peluru gabus."


Nihara-san menatap kami dengan senyum penuh arti.


"…Kamu lagi ngeledek, ya?"


"Nggak tuh, Watanae-senpai! Cuma, wah, aku sih nggak bisa bikin peluru terbang ke belakang. Itu teknik langka banget. Kayak kerasukan dewa~."


"Jelas-jelas ngeledek, kan!"


Nada suara Yuuka mulai mendekati aslinya, dan Nihara-san langsung menggoda. Meski masih agak kaku dibanding saat di rumah, Yuuka tampak benar-benar bisa rileks dan menikmati suasana. Aku pun merasa hangat melihatnya.


"…………"


"Nihara-san, kenapa?"


"Eh!? I-iya, nggak ada apa-apa kok! Beneran!!"


Padahal jelas tadi dia menatap topeng Kamen Runner di stand topeng. Tapi karena tidak seperti Yuuka, aku belum pernah menerima 'rahasia' langsung darinya, jadi kuputuskan untuk pura-pura tidak tahu.


Saat melihat-lihat stan, tampak deretan topeng Kamen Runner, Cosmo Miracle Man, dan banyak lagi dipajang. Sepertinya itu topeng dari seri Super Corps terbaru, ya… tunggu.


Tanda di dahi itu, bukankah sama dengan logo di jaket yang dipakai Nihara-san di pusat perbelanjaan!? Ternyata, pakaian itu juga salah satu barang resmi karakter…


Memang khas Nihara Momono. Diam-diam, tanpa ketahuan orang lain, ia menikmati hobinya sendiri.


“Sebentar lagi waktunya kembang api, ya.”


Sambil menyentuh rambutnya yang diikat gaya bulat seperti dango, Nihara-san berkata. Atraksi utama festival musim panas hari ini tentu saja pesta kembang api.


Dari area lapang di tepi sungai, berbagai macam kembang api akan diluncurkan, mewarnai langit malam dengan cahaya nan cerah. Kembang api, huh…


『…Indah sekali. Ah, tapi ya? Sebagai Yuuna, hal yang paling membahagiakan adalah… bisa melihat pemandangan seindah ini bersamamu!』


Ucapan karakter Yuuna-chan dalam sebuah event tiba-tiba terlintas di benakku. Memandangi kembang api bersama Yuuna-chan mungkin akan terasa agung, layaknya Big Bang penciptaan dunia. Tapi menatap kembang api bersama tunanganku pun, pasti… sama indahnya.


“…Oke deh! Kayaknya aku baru ingat ada urusan penting! Maaf ya, kalian berdua duluan aja. Bye!!”

“Hah? Tunggu… Nihara-san!?”


Benar-benar tanpa alasan jelas, ia tiba-tiba berkata begitu──lalu mengabaikan panggilanku dan menghilang secepat kilat di kerumunan orang.


Apa-apaan itu, cara kabur seenaknya seperti pahlawan yang tiba-tiba mendeteksi musuh.


“…Apa dia sengaja mau ninggalin kita berdua aja?”


“Andai begitu pun tetap terasa aneh. Kalau bukan, ya makin aneh lagi.”


Sungguh. Gyaru ceria──atau lebih tepatnya, gyaru yang juga otaku tokusatsu──memang suka melakukan hal-hal di luar dugaan.


──── Saat itulah.


“Hei, hei, hari ini Momono nggak datang?”


“Kayaknya dia bilang ada urusan gitu.”


Aku dan Yuuka buru-buru bersembunyi di balik stan ketika melihat sekelompok lima-enam anak laki-laki dan perempuan sekelas sedang berjalan bersama. Kalau tidak salah, mereka itu orang-orang yang dulu ikut karaoke bersama setelah diajak Nihara-san.


“Kalau gaya biasanya Momono, dia pasti semangat banget datang ke festival begini.”


“Dia kan tipikal orang yang begitu kepikiran langsung bergerak! Trus enjoy habis-habisan. Enak ya, kelihatannya nggak pernah ada masalah.”


“Biasanya juga ketawa-ketawa aja. Entah karena nggak punya pendirian, atau malah nggak punya hobi sama sekali.”


“Eh, justru orang kayak gitu bisa jadi… punya hobi ekstrem yang disembunyikan.”


“Apaan tuh? Jangan mikir aneh-aneh, yang ekstrem tuh kepala lo sendiri!”


Nihara-san nggak punya masalah, nggak punya pendirian… huh.


Padahal mereka sering nongkrong bareng, tapi Nihara-san sama sekali nggak pernah cerita soal “rahasianya.” Kalau ada yang menghina karya tokusatsu, dia jelas nggak bakal bisa memaafkan. Dan itu bisa bikin hubungan pertemanan mereka jadi renggang.


“Eh… tunggu. Itu, bukannya Momono?”


Tiba-tiba, salah seorang dari kelompok itu bergumam. Aku pun mengikuti arah telunjuknya dengan pandangan──dan kemudian melihatnya.


“Hm… gimana ya. Kalau pakai topeng Talking Breaker… memang bisa kasih kesan berubah wujud sih. Tapi beda sama versi mainan, detailnya kurang rapi… Tapi ya sudahlah, mumpung ada, beli aja kali…”


Nihara-san. Sepertinya lengah setelah berpisah dari kami, sekarang ia sedang berdiri di depan stan topeng sambil komat-kamit menimbang sesuatu.


“Itu kayaknya Momono deh?”


“Tapi dia ngapain, sih?”


“Kenapa malah topeng segala?”

Anak-anak dalam kelompok itu mulai berbisik-bisik.


“Yuu-kun, kalau begini terus, Nihara-san bisa ketahuan…”


Yuuka berkata dengan nada cemas. Tapi aku pun sedang memikirkan hal yang sama.


Bagi seorang gyaru yang tidak ingin ketahuan sebagai penggemar garis keras tokusatsu──ini adalah────benar-benar situasi paling gawat.




Chapter 19 

【Insiden】

 Karena si gyaru sedang dalam kesulitan, aku pergi menolongnya bersama tunanganku


Untuk membuatku dan Yuuka bisa berduaan, Nihara-san memilih bergerak sendiri. Namun, perhatiannya terpaku pada stan topeng tokusatsu dan ia berhenti di sana untuk memilih-milih.


Kebetulan buruk, sekelompok teman-temannya lewat di dekat situ. Mereka saling berbisik, bingung apakah harus menyapanya atau tidak.


『Dua puluh menit lagi, pesta kembang api akan dimulai. Bagi yang berkumpul di alun-alun, harap mengikuti urutan──』


Saat itu──pengumuman pesta kembang api terdengar menggema.

Terkejut oleh suara itu, Nihara-san menoleh ke arah alun-alun.


“…Eh?”


“Ah. Ternyata benar, itu Momono!!”


Itu menjadi awal masalah. Karena tatapan mereka bertemu, teman sekelasnya semakin yakin bahwa dia adalah Nihara Momono, lalu mulai menyapanya.


“Eh, Momono. Katanya kamu ada urusan, kan? Kok malah di sini?”


“Ah, i-itu… ahaha! Maaf, maaf. Maksudnya ada janji duluan sama teman, jadi barusan ke festival bareng dia.”


“Heeh? Jangan-jangan pacar?”

“Ahaha, sayang sekali, bukan! Lagian ada teman perempuan juga, kok.”


“Terus, temannya mana?”


“Tadi sempat kepisah. Bayangin aja, berani-beraninya ninggalin Momono-sama sendirian. Keterlaluan banget, kan?”


Meskipun pasti gugup dengan perkembangan mendadak itu, Nihara-san tetap berusaha menutupi dengan jawaban aman supaya bisa lolos.


“Terus, kenapa malah lihat-lihat topeng?”


“Eh? Ah, nggak kok, cuma… kayak nostalgia aja gitu? Jadi aku keasyikan bengong lihat-lihat.”


“Hahaha! Astaga, ini kan Kamen Runner? Aku ingat dulu waktu kecil sempet nonton, tapi sekarang tampilannya jelek banget, ya!”


“Adikku masih nonton tuh. Udah kelas 5 SD tapi masih beli mainannya. Parah, kan?”


“…Ahaha.”


Nihara-san tertawa. Tawa yang jelas-jelas dipaksakan. Padahal, ketika karya tokusatsu yang dia cintai dilecehkan begitu, pasti dalam hatinya berkecamuk──rasa kesal, sedih, dan berbagai emosi lain. Meski begitu, dia tetap menahan diri, berusaha melewati situasi itu dengan sabar──.


“Jadi gimana, Nona? Mau beli atau tidak? Dari tadi kelihatan galau antara dua pilihan itu.”


Suasana seketika membeku. Aku dan Yuuka, yang mengintip dari samping stan, juga refleks menegang. Meminta si kakek penjual topeng untuk membaca situasi jelaslah mustahil.

Tidak ada yang bisa disalahkan. Tapi jelas keadaan ini──mengarah ke hal yang tidak baik.


“Yuu-kun…”


Yuuka menggenggam ujung bajuku erat-erat. Dengan wajah hampir menangis, ia menggigit bibirnya.


“Eh? Momono, kamu beneran mau beli ini?”


“A-aku… i-itu…”


“Lagipula, kamu kan nggak punya adik. Buat apa coba topeng murahan ini?”


“Eh, Kamen Runner itu masih suka teriak ‘Iiih!’ gitu, kan? Terus musuhnya pengen taklukin dunia, lalu ditendang kalah? Haha.”


“Ka… Kamen Runner Voice itu…”


Suara Nihara-san mengecil, hampir tak terdengar. Ia menunduk, menggigit bibir, menahan semua perasaan yang berkecamuk.


“Voice? Apaan tuh? Kamu tahu, Momono?”


“Paling juga karena ada tulisan di balik topengnya. Mana mungkin Momono ngerti soal ‘Iiih!’ segala. Nggak cocok, nggak cocok!!”


──Kalau mereka menghina aku sih nggak masalah!

──Tapi kalau yang mereka hina itu para pahlawan yang aku cintai… aku sama sekali nggak bisa memaafkan!!


Aku teringat kata-kata Nihara-san. Aku pun sama: kalau ada yang meremehkan Yuuna-chan, aku jelas tidak akan bisa terima. Tapi mungkin, aku hanya akan diam, meski merasa kesal. 

Karena aku takut terluka. 


Nihara-san juga sekarang sedang diam, menahan perasaannya. Sekilas memang mirip denganku. Tapi maknanya berbeda. Dia tidak takut jika dirinya yang terluka. Yang dia takuti adalah──karena hobinya dihina, dia jadi membenci teman-temannya sendiri.


“Yuu-kun… aku mau ke sana. Menolong Nihara-san.”


Yuuka merapikan kacamatanya dan melangkah maju. Di matanya tampak api tekad yang menyala. Aku bisa merasakan kuatnya keinginan Yuuka──untuk melindungi sahabat yang sangat dia hargai. Karena itu──


“Yuuka, tunggu dulu.”


Aku menghentikannya, lalu perlahan keluar dari balik stan, melangkah ke arah mereka. Ketika sahabat ‘istriku’ sedang kesulitan. Ketika ‘istriku’ ingin berjuang. Mana mungkin sang ‘suami’ hanya diam saja──itu tidak masuk akal, kan?



“Sa… Sakata!?”


Melihatku tiba-tiba muncul di hadapannya, Nihara-san membelalakkan mata. Begitu pula dengan yang lain, suasana jadi ramai dengan bisik-bisik heran.


"Eh? Bukannya itu Sakata?"


"Jarang banget, ya? Soalnya kelihatannya kamu bukan tipe yang suka festival."


Benar-benar komentar yang menyakitkan.

Memang sih, kalau bukan karena bersama Yuuka, aku jelas tipe orang yang tidak akan pernah datang ke festival. Tapi mungkin karena biasanya aku tidak menonjol, hal itu justru menguntungkan. Tidak ada yang menduga kalau orang yang datang ke festival bersama Nihara adalah aku.


"Sakata, kamu datang sama siapa? Jangan-jangan sendirian...?"


"…Iya. Sendirian."


Aku merasa mereka menatapku dengan tatapan penuh belas kasihan, tapi aku menahan diri dan membiarkan mereka mengira aku hanya 'datang sendiri.'


Kalau tidak begitu, akan sulit menjelaskan kenapa aku bisa bermain dengan Yuuka dan Nihara.


"Ah. Eh, Sakata, coba lihat ini? Yang 'Ii!' itu. Kamu tahu, kan?"


Seorang gadis bergaya gyaru yang bahkan lebih mencolok dari Nihara menunjuk sebuah topeng sambil berkata. Mendengar itu, Nihara-san tersenyum... tapi senyumannya terlihat sedih.


"Aku tahu. Itu Kamen Runner Voice, kan?"


Suara yang keluar agak bergetar, tapi aku tak peduli dan melanjutkan kata-kataku.


"Ke-kenyataannya, belakangan ini Kamen Runner jadi semacam batu loncatan untuk para aktor terkenal. Terus, ceritanya juga dibuat cukup serius dan katanya menarik banget... aku pernah dengar begitu."


Aku berusaha berbicara dengan nada aman, dan teman sekelas yang lain pun ikut nimbrung.

"Ah iya. Aktor favoritku juga pernah bilang debutnya lewat Kamen Runner."


"Tapi ya... meskipun begitu, apa anak SMA masih nonton beginian?"


Salah satu laki-laki melontarkan pendapat yang agak meremehkan.

Aku menelan ludah keras-keras.


Sejujurnya──komunikasi kayak begini itu kelemahanku. Tapi aku tidak bisa mundur sekarang.


"Me-menurutku nggak masalah. Mau SMA atau orang dewasa, kalau suka ya dinikmati aja."


"Sakata, kamu tahu banyak soal Kamen Runner?"


"Nggak juga... jujur aku nggak begitu paham."


Aku bisa merasakan bibirku bergetar. Tapi tetap saja──aku terus bicara.


"Aku punya teman yang benar-benar suka banget sama tokusatsu. Kalau dengar dia cerita, jujur aku sering nggak ngerti maksudnya apa. Tapi, rasa senangnya itu sampai ke aku. Jadi aku pikir, setiap orang boleh punya kesukaannya masing-masing. Dan soal kesukaan itu... umur atau jenis kelamin nggak ada hubungannya. Begitu, menurutku."


Aku tahu omonganku agak berantakan. Tapi──setidaknya hal ini ingin kusampaikan pada Nihara-san. Bahwa mempertahankan kecintaan terhadap sesuatu yang disukai... itu adalah hal yang sangat indah.


"Permisi! Saya mau beli topeng 'Kamen Runner Voice' ini!!"


Saat kami masih bicara, seorang gadis lain datang membeli topeng itu.

Rambut hitam panjangnya tertiup angin. Mata besarnya yang sedikit sayu menatap dengan lembut. Senyumnya ramah dan menenangkan. Itu──Yuuka.


"Paman, Kamen Runner Voice memang menarik, jadi populer sekali?"


"Hm? Wah, paman cuma jualan topeng, jadi nggak terlalu tahu, nak."


Yuuka, dengan yukata bermotif bunga berwarna merah muda lembut, menerima topeng itu lalu mengenakannya di sisi kepalanya.


"Sayang sekali kalau nggak ditonton. Ceritanya tentang makhluk kegelapan yang memakan ratapan dan jeritan manusia! Untuk melindungi manusia dari ancaman itu, leluhur menciptakan kekuatan 'Seirei Suara'──dan dengan itu, pahlawan bertarung! Itulah Kamen Runner Voice, keren banget!!"


"Zaman paman kecil dulu, yang populer itu Goninman! Memang zaman berubah, ya..."


Penjual topeng bercerita penuh nostalgia. Tapi aku sendiri hanya bisa waswas, takut semua orang sadar siapa dia sebenarnya.


Memang dia tidak memakai kacamata dan tidak mengikat rambut dengan ponytail, tapi dia jelas Watanae Yuuka yang ada di kelas. Dan meski dia tidak mengenakan wig cokelat, wajahnya hampir persis Izumi Yuuna. Untungnya──kekhawatiranku itu tidak terjadi.


"Wow... bahkan perempuan secantik itu ternyata suka Kamen Runner juga."


"Kayaknya aku coba nonton deh. Tapi bukannya itu tayangnya pagi-pagi?"


"Kalau gitu percuma, kan? Kamu nggak bisa bangun pagi."

Pembicaraan pun beralih. Mereka lebih tertarik membicarakan gadis cantik misterius itu (Yuuka) ketimbang Nihara-san. 


Begitu saja── hubungan Nihara-san dengan tokusatsu pun lenyap begitu saja dari topik.



"...Makasih, Sakata."


"Enggak. Aku sebenarnya nggak ngelakuin apa-apa juga."


Setelah berpisah dari teman-teman sekelas, kami berdua berjalan menaiki tangga batu yang sepi. Tiba-tiba Nihara menarik ujung bajuku pelan-pelan...


"Sakata... sebenarnya aku nggak cuma suka Kamen Runner aja. Aku bener-bener suka tokusatsu."


"Begitu, ya. Kalau aku sendiri... aku paling cinta sama 'Love Idol Dream! Alice Stage☆'."


"…Aku nggak tahu detailnya sih. Tapi itu kan yang sering bikin kamu sama Kurai ribut heboh, kan?"


Akhirnya, kami berdua saling jujur. Kami bertatapan lalu tertawa kecil. Dan ketika sampai di ujung tangga batu──


Di sana berdiri seorang gadis dengan kacamata dan rambut ponytail, mengenakan yukata merah muda bermotif bunga, dan memakai topeng Kamen Runner Voice di kepalanya.


"...Watanae-san?"


"Aku suka Sakata-kun. Nihara-san suka tokusatsu. Begitu kan, kita sudah saling berbagi rahasia."

Dengan wajah datar seperti biasa, Yuuka mengucapkan kalimat itu. Nihara-san sempat melirikku, lalu mengangguk pelan dengan agak malu-malu. Yuuka masih menatap Nihara-san──kemudian tersenyum tipis.


"Terima kasih, Nihara-san. Karena sudah mempercayaiku... karena sudah mendukung cintaku dengan Sakata-kun. Maka dari itu, aku ingin──jujur menceritakan semuanya padamu."


Dia melepas topengnya. Lalu melepas kacamatanya. Kemudian, ia melepaskan ikatan kuncir kudanya yang terikat dengan scrunchie──


"Eh... bukannya tadi kamu gadis yang di depan kios? Tapi... warna rambutnya beda. Jangan-jangan, Nayu-chan?"


Begitu Nihara bergumam, suara ledakan terdengar──kembang api mekar di langit malam. Wajah asli Yuuka yang diterangi cahaya kembang api menampilkan sebuah senyum ceria.


"Voice Bullet 【Fairy】──Charming Fairy!!"


Yuuka menirukan salah satu suara dari Talking Breaker dengan suaranya sendiri. Lalu, sambil menggaruk pipinya dengan malu-malu, ia berkata:


"Eh-heh. Gimana, berhasil kuperankan dengan baik?"


"A-apa!? Asli? Eh, maksudnya gimana? Watanae-san──Nayu-chan!? Serius!?"


Kembang api berturut-turut menghiasi langit dengan cahaya yang gemerlap. Yuuka pun menundukkan kepala kepada Nihara yang tampak kebingungan.


"Maaf ya, aku sembunyikan. Sebenarnya──aku, Watanae Yuuka, 

adalah seorang pengisi suara. Dengan nama Izumi Yuuna──aku yang mengisi suara Fairy Mic."


"Se, serius!?"


"Dan juga..."


Yuuka melirik ke arahku. Sebagai balasan, aku mengangguk mantap.


Seorang 'suami' tidak seharusnya menghalangi 'istri'-nya yang ingin menyampaikan hal penting pada temannya, kan?


"Aku bukan Nayu-chan sungguhan. Aku Watanae Yuuka. Aku bertunangan dengan Sakata Yuuichi──Yuu-kun. Kami sudah lama tinggal bersama. Dan... dan... aku mencintai Yuu-kun lebih dari siapa pun di seluruh jagat raya!"


...Yang terakhir itu apa-apaan dah? Malu banget rasanya. Pipiku terasa panas, sementara Yuuka menunduk dan menyatukan tangannya di depan Nihara.


"Aku senang banget kamu sudah banyak mendukungku, tapi... maaf! Sebenarnya aku sudah sejak lama jadi tunangannya Yuu-kun, dan di rumah aku... sangat manja padanya."


"..................Pfft! Ahahaha, lucu banget!! Jadi Watanae-san aslinya beneran gadis polos yang natural, ya?"


"Hah? Bagian mana yang lucu? Aku cuma jujur bilang yang sebenarnya, soalnya aku nggak mau menyembunyikan apa-apa!"


"Ahahaha! Benar juga. Iya... terima kasih ya, sudah jujur padaku, Watanae-san."


Lalu Nihara-san mengulurkan tangannya. Yuuka sempat meliriknya 

sebentar, kemudian menggenggam tangan itu.


Serangkaian kembang api yang terus mekar di langit menerangi sosok keduanya.


"Yah, aku lega sekarang. Jadi ternyata Sakata bukan menjual jiwanya ke adik perempuan, hahaha. Terus... perasaan cintamu juga tersampaikan dengan baik, Watanae-san, aku ikut senang banget! Oh iya, tentu aja? Mulai sekarang aku juga bakal dukung hubungan kalian berdua... jadi siap-siap aja ya, dan ayo berteman baik denganku?"


"Ya! Senang bisa berteman denganmu juga, Nihara-san."


Yuuka tertawa ceria dengan wajah polosnya. Nihara-san pun tertawa lepas seperti anak kecil.


Kupikir gadis-gadis dunia nyata itu selalu penuh konflik dan menakutkan. Tapi melihat pemandangan setenang ini──rasanya hatiku ikut hangat.


"Sakata? Tentu aja, kamu juga harus akrab denganku, tahu?"


"Eh, kenapa?"


"Kan kamu sudah tahu 'rahasia' kalau aku ini pecinta tokusatsu sejati, kan? Terus aku juga sudah dengar 'rahasia' kalau Sakata dan Watanae-san itu bertunangan──jadi kita berbagi rahasia, hubungan kita bisa dibilang aliansi, kan?"


"Ya, yah... asal kamu mau jaga rahasia, sih, nggak masalah..."


Yuuka menatap aku dan Nihara-san dengan wajah serius. Sementara itu, Nihara-san, sambil menyeringai, berkata:


"Tenang aja. Aku nggak bakal merebut Sakata kok."


"...Beneran?"


"Kalau gitu, Watanae-san istri sahnya Sakata. Terus aku──jadi istri kedua gimana? Kayak... kalau Sakata lagi kangen sama payudara, baru deh dia nyari aku."


"Tidakkkkkkk!? Yuu-kun mesumnya, payudara bodohhhh!!"


"Hei, aku nggak ngapa-ngapain, lho!?"


Begitulah, akhirnya masalah itu selesai──walaupun...entah kenapa, aku jadi merasa kalau ke depannya, gangguan dari Nihara-san justru bakal makin sering. Sedikit banyak, aku jadi agak khawatir soal itu...




Chapter 20 

【Kabar Super Membahagiakan】Tunanganku, Terlihat Sangat Bahagia Saat Menonton Kembang Api


“Yosh, selesai.”


Begitu kami pulang dari festival musim panas, Yuuka langsung mengisi satu ember penuh air dan menaruhnya dengan bunyi don di halaman rumah. Rambut hitam panjangnya ia ikat menjadi kepangan──dan entah kenapa, dengan gaya itu kesan Yuuka jadi berbeda dari biasanya.


“Baiklah! Yuu-kun, sekarang kita mulai festival kembang api… babak kedua!!”


Dengan tangan di pinggang dan dada dibusungkan, Yuuka berkata penuh percaya diri. Melihat tingkahnya itu, aku tanpa sadar tertawa kecil, lalu meletakkan satu set kembang api yang kubeli tadi di sebelah ember.


“Babak kedua sih, tapi… soalnya kembang api besar di festival tadi hampir tidak sempat kita lihat. Jadi ini sebenarnya babak pertama, kan?”


“Ya ampun, detail banget. Kalau gitu, sebut saja ‘festival kembang api malam’, atau ‘festival kembang api rahasia’!”


“Kenapa malah jadi kedengarannya aneh begitu!?”


Sambil mengobrol ringan seperti itu, aku dan Yuuka masing-masing mengambil kembang api, lalu menyalakannya dengan pemantik.


Shuuuaaa… suara berdesis terdengar, bunga api yang berwarna-warni menyembur dari kembang api di tangan kami. Selanjutnya kami mainkan kembang api tikus berputar.


“Waaah! Yuu-kun, lariii, ini ngejar aku!!”


Dengan teriakan panik, Yuuka bersembunyi di belakangku untuk menghindari kembang api yang melompat-lompat di tanah.


Waktu kembang api berdua saja. Memang tidak seheboh festival kembang api di alun-alun, tapi entah kenapa… justru terasa menenangkan.


“Kalau begitu, terakhir kita main yang ini… kembang api lidi (senko hanabi)!”


Sambil berkata begitu, Yuuka menyerahkan satu batang padaku. Kami berdua berjongkok, lalu menyalakan ujung kembang api lidi itu.Dengan rambut kepang, yukata bermotif bunga, dan wajahnya yang diterangi cahaya api kecil, Yuuka tampak berbeda──dan itu membuat jantungku berdetak lebih cepat dari dugaan.


“...Hei, Yuu-kun?”


Masih menatap bunga api kecil yang berjatuhan, Yuuka berbisik pelan.


“Terima kasih untuk hari ini… dan maaf. Karena aku sudah membocorkan ‘rahasia’ kita pada Nihara-san.”


“Bukan, aku yang harus minta maaf. Karena selama ini aku membiarkan -mu terus berpura-pura jadi ‘adik perempuan’.”


Setelah saling mengucapkan itu, kami kembali diam, hanya menatap api kecil di ujung kembang api lidi.


Punya siapa yang lebih dulu padam, ya? Rasanya punyaku yang akan jatuh duluan… atau malah punyanya Yuuka?


“Kira-kira yang mana duluan ya, yang padam?”


Seakan bisa membaca pikiranku, Yuuka tersenyum tipis.


“Mau adu siapa yang lebih lama? Kembang apiku atau punyamu?”


“Boleh.”


“Yang kalah kena hukuman, ya.”


“Eh, tunggu. Kok mendadak ada aturannya? Itu curang──”


Karena sibuk membantah, ujung kembang apiku malah jatuh lebih dulu.


“Yup, Yuu-kun kalah~!”


“Eh, itu nggak adil, kan?”


“Enggak tuh, adil kok~”


Sambil masih memegang kembang api yang menyala, Yuuka memberi isyarat dengan jari agar aku mendekat.


Apa maksudnya hukuman kali ini? Aku pun mendekat…


────chuu.


“──!?”


Sentuhan lembut di bibirku membuatku reflek berdiri kaget. 


Sementara itu Yuuka, masih berjongkok, menatapku dengan pipi memerah.


“Ya! Hukuman buat yang kalah adalah… dicium pemenangnya~!”


Sambil tersenyum malu-malu, wajah Yuuka terlihat──sama seperti Yuuna-chan, tapi… terasa juga berbeda. Bagaimanapun, itu senyum yang membuatku jantungku berdebar hebat.


“Aku ingin, mulai sekarang, rumah ini selalu jadi tempat di mana Yuu-kun bisa tersenyum bahagia.”


Yuuka bergumam pelan, membuatku hanya bisa menjawab dengan jujur.


“Sejak kamu datang, nggak ada satu pun hari yang nggak menyenangkan.”


“...Benarkah?”


“Bahkan aku sudah nggak ingat lagi, gimana dulu aku melewati hari-hari sebelum kamu ada. Kalau kamu pergi… pasti jadi membosankan banget.”


“Ehehe~. Kalau begitu tenang aja! Aku ini, sama sekali nggak akan──pernah meninggalkanmu, Yuu-kun!!”


Tepat saat itu, kembang api lidi Yuuka jatuh ke tanah.


Setelah memasukkan sisa batang kembang api ke dalam ember, Yuuka berdiri perlahan. Lalu──berbalik menghadapku. Dengan senyum paling cerah, ia berkata:


“Yuuka akan selalu, selalu ada di sisimu! Jadi──ayo terus tertawa bersama, ya?”


☆Situasi Rumah Keluarga Watanae☆


Sejak mulai tinggal bersama Yuu-kun, tanpa terasa──sudah hampir empat bulan!


Hanya dengan memikirkannya saja, senyumku tidak bisa berhenti. Rasanya pipiku sampai mau jatuh saking bahagianya. Tapi memang… sejak kami berdua mulai tinggal bersama, sudah banyak sekali hal yang terjadi.


Aku pernah masuk mandi bersama Yuu-kun dengan memakai baju renang sekolah, karena ingin membasuh punggungnya. Aku juga pernah pergi jalan-jalan dengan Yuu-kun, lalu mengenakan sweater dengan punggung terbuka yang agak sensual karena dia memintanya.

Aku bahkan sudah mencoba banyak cosplay, semua demi membuat Yuu-kun senang.…………Aku, apa ini nggak berlebihan, ya!? 


Baru sekarang aku berpikir dengan tenang, jangan-jangan Yuu-kun malah ilfeel? Jangan-jangan aku dianggap anak aneh!? T-tapi tidak, aku juga punya banyak kenangan lain yang wajar, kok! Waktu Yuu-kun tidak bisa datang menonton konserku, aku mengadakan panggung khusus hanya untuknya. Saat studi lapangan, kami menatap langit penuh bintang bersama, dan itu indah sekali. Festival musim panas memang penuh insiden, tapi tetap menyenangkan. Dan kembang api berdua di rumah… itu jauh lebih menyenangkan lagi.


Sejak mulai tinggal bersama Yuu-kun──hidupku benar-benar hanya diisi oleh hal-hal menyenangkan. Padahal dulu aku sempat jadi “otaku cerewet” yang gagal bergaul dengan teman, sampai akhirnya berhenti sekolah.


Sebagai pengisi suara Yuuna, aku pernah berusaha sekuat tenaga tapi malah gagal dan terpuruk. Saat itu yang selalu mendukungku adalah seorang penggemar Yuuna──“Shinigami yang jatuh cinta”.

Tapi aku sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa orang itu akan menjadi tunanganku.


……Hanya saja. Walaupun sekarang sudah tinggal serumah, tolong hentikan kebiasaan mengirim surat penggemar itu. Malu tahu. Baka.


Kalau dipikir-pikir, aku juga harus berterima kasih pada ayah. Waktu beliau tiba-tiba membawakan lamaran, aku sampai bersumpah tidak akan bicara lagi seumur hidup. Tapi karena ternyata orangnya adalah Yuu-kun──aku akan memaafkan dengan hati yang besar.



“……Halo, Ibu?”


『Oh, itu kamu, Yuuka! Bagaimana kabarnya? Makan teratur, kan?』


“Ya, aku sehat, kok.”


『Tunangannya tidak berlaku kasar atau main tangan padamu, kan!?』


“Tidak sama sekali!? Ibu ini kenapa, sih! Yuu-kun itu Ibu kira orang macam apa!?”


『Laki-laki itu serigala, tahu? Kalau tidak hati-hati… kamu bisa celaka』


Aku benar-benar tidak paham maksudnya apa. Ibu memang dari dulu tipe yang terlalu khawatir. Kurasa sekali saja bertemu langsung, beliau pasti langsung lega.


Meskipun setelah itu mungkin malah ganti ngomel, “Mana cucunya!? Sudah ada cucu belum!?”


“Ayah ada? Kalau ada, tolong sambungkan.”


『Ayahmu ya. Tunggu sebentar』


Sepertinya ibu meletakkan gagang telepon di meja untuk mencarinya, suaranya hilang.Aku pun menunggu beberapa saat, sampai akhirnya──


『……Halo. Yuuka, sehat-sehat saja?』


Klik.


Aku langsung menutup telepon tanpa basa-basi. Tapi sepertinya ayah sudah menduganya…… karena tak lama kemudian, panggilan balik pun masuk.


『Jangan langsung ditutup begitu dong.Nanti aku sedih…huu huu』


“Mana mungkin! dia itu nggak pernah nangis. Pasti lagi ngeledek aku, kan?”


『Soalnya, waktu kamu marah itu, kamu terlihat paling lucu, Yuuka』


“Jangan meremehkan aku.”


Aduh, bikin kesal sekali.


Sungguh, dia perlu belajar sopan santun dari Nayu-chan. Anak itu sama sekali tidak pernah menganggapku sebagai “kakak”nya!


“……Haa. Isami, ayah ada tidak?”


『Entahlah. Tapi ngomong-ngomong, laki-laki yang jadi pasanganmu itu──seperti apa orangnya?』


“Baik hati, manis, tampan, kadang agak bodoh, sedikit mesum… tapi aku sangat mencintainya!”


『Maaf, tetap tidak paham』


Dasar menyebalkan. Lewat telepon memang tidak mungkin bisa menjelaskan seberapa baiknya Yuu-kun.


『Oh iya. Ibu dan Ayah sudah berdiskusi… dan akhirnya diputuskan kalau sebagai keluarga Watanae, kami harus datang untuk memberi salam resmi pada calon suami masa depanmu. Jadi kemungkinan… minggu depan kami akan ke sana』


“……Ayah dan Ibu, maksudnya?”


『Aku juga ikut』


“Kamu tidak usah. Lebih baik diam di rumah saja.”


『Tidak bisa begitu. Karena dialah yang akan jadi kakak iparku ──aku harus memastikan dengan mataku sendiri, apakah dia benar-benar pria yang layak untuk Yuuka, pria yang cukup mempesona untuk mendampingimu』


“Dengarkan aku! Tolong sambungkan ke Ayah sekarang juga!?”


Astaga. Kenapa anak ini sok jadi pengatur begini, sih.


……Semoga Yuu-kun tidak kaget nanti. Soalnya meskipun aku ini kakaknya, harus kuakui──Watanae Isami itu anaknya benar-benar luar biasa, sangat, amat, super merepotkan.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close