Penerjemah: Chesky Aseka
Proffreader: Chesky Aseka
Chapter 5
Tachigi Naoto – Bagian 1
Tachigi Naoto
Setelah selesai berbicara dengan kelas tentang Pertarungan Antar Kelas, aku mulai membereskan barang-barangku ke dalam tas sekolah. Sebagian besar teman sekelasku tetap tinggal di dalam kelas, berdiskusi dengan teman-teman mereka tentang tugas mana yang ingin mereka ambil.
Kami telah membagikan formulir untuk menuliskan preferensi mereka, tetapi sebenarnya kami sudah memutuskan tugas mana yang akan diberikan kepada sebagian besar siswa. Aku akan memimpin tim misi khusus, Yuuma akan memimpin tim pencari lokasi yang ditentukan, dan Sakurako serta Kaoru akan bersama-sama memimpin tim pengumpul permata sihir. Setiap pemimpin telah merencanakan untuk menempatkan siswa ke dalam tim yang paling sesuai dengan kemampuan dan gaya bertarung mereka. Kami juga memutuskan bahwa party elit Majima akan menangani tugas membasmi monster. Siswa yang tidak memiliki keterampilan penting akan ditempatkan ke tim mana pun yang masih memiliki ruang tersisa.
Kejutan terbesar dalam pertemuan hari ini adalah ketika aku mengetahui bahwa salah satu siswa bermasalah kami, Kuga, ternyata level 6. Peningkatan seperti itu tidak terjadi dalam semalam, jadi kemungkinan dia tidak memperbarui levelnya di pangkalan data sekolah untuk waktu yang lama. Ini kabar baik; kami harus menempatkannya di tim baru agar kemampuannya bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
Aku menoleh ke arah siswa bermasalah lainnya, yang saat itu sedang berbicara canggung dengan Kaoru. Majima telah membujuknya untuk menerima tugas yang paling tidak ada harapan dari kelima tugas, mungkin karena menganggapnya sebagai keputusan tanpa risiko. Kami tidak kehilangan apa pun. Jika beruntung, kami mungkin bisa mendapatkan poin untuk peringkat terakhir. Tapi aku tahu betapa berbahayanya bagi siswa level 3 untuk turun cukup jauh ke dalam dungeon demi mendapatkan poin itu. Kuharap Narumi memahami risikonya dan tidak bertindak gegabah. Kalau tidak... Kaoru pasti sedang memikirkan hal yang sama.
Kudengar bahwa dia dan Kaoru sudah saling kenal sejak kecil, tetapi kupikir mereka sudah tidak berhubungan lagi karena aku tidak pernah melihat mereka berbicara di kelas. Namun, ekspresi cemas di wajah Kaoru membuatku mempertanyakan itu.
Tak lama kemudian, Tsukijima tiba-tiba menyela pembicaraan mereka. Dia memang sering bertingkah di kelas, dan belakangan ini terus-menerus mengejar Kaoru. Aku mencatat dalam pikiranku untuk berbicara dengannya jika dia terus bersikap seperti ini.
Baiklah, waktunya, pikirku. Waktunya masuk ke sarang singa. Kamu pasti bisa melakukannya.
Aku menyampirkan tas sekolah ke bahu dan mempersiapkan diri secara mental untuk apa yang akan kulakukan. Tepat saat itu, aku mendengar suara ceria dan lembut bergema di ruangan. Mataku langsung tertuju ke sumber suara itu, dan aku mengaktifkan Super Hearing.
“Hei! Bagaimana kabarnya, ‘suar harapan’?”
“Aku masih tidak percaya mereka semua mengorbankanmu untuk tugas itu!”
Aku melihat Nitta, seorang gadis cerdas yang tampak dewasa sekaligus kekanak-kanakan, serta Oomiya, seorang gadis penuh empati yang bekerja dua kali lebih keras daripada siapa pun demi Kelas E. Mereka berdua berbicara dengan Narumi seperti teman dekat. Melihat ini, aku teringat bahwa aku sempat memperhatikan Nitta duduk dan mengobrol dengan Narumi saat latihan beberapa waktu lalu. Aku tidak bisa menghapusnya dari pikiranku!
“Ngomong-ngomong, kamu ada rencana hari Minggu?” tanya Nitta. “Aku berpikir untuk pergi berbelanja bersama.”
Sambil membereskan barang-barangku dan bertanya-tanya seberapa dekat hubungan mereka, aku mendengar sesuatu yang begitu mengejutkan hingga tanpa sadar aku membanting mejaku. Nitta memiliki kecerdasan yang cukup untuk meraih peringkat pertama dalam ujian minggu lalu. Namun, dia malah menghabiskan waktu dengan Narumi. Nilai STEM Narumi memang tidak buruk, tetapi biasa saja. Kemampuannya di dungeon menyedihkan, dan wajahnya pun bukan sesuatu yang enak dipandang. Sampai sekarang aku mengira Nitta berbicara dengannya karena kasihan. Oomiya juga berbicara dengannya. Padahal dia adalah siswa terpandai ketiga di kelas (setelah aku)! Mereka terlihat sangat akrab. Dia tampak jauh lebih ceria dibandingkan beberapa hari lalu ketika dengan tekad serius dia mengumumkan bahwa dia akan membentuk kelompok belajar. Apakah ada sesuatu tentang Narumi yang tidak kulihat?
Lupakan. Fokus pada apa yang akan kamu lakukan.
Aku mengosongkan pikiranku. Jika aku membiarkan pikiranku melantur, tujuan utama kami akan berada dalam bahaya. Aku melangkah keluar dari kelas dan menuju tujuanku, menyadari betapa besarnya taruhan yang sedang dipertaruhkan.
* * *
Aku mengikuti jalan yang dikelilingi pepohonan yang membentang di dalam area sekolah dan menuju ke bagian utara. Kepadatan gedung klub dan fasilitas pelatihan yang tinggi di daerah ini membuat banyak siswa mengenakan pakaian olahraga dan baju zirah, berlatih dengan penuh semangat.
Tak lama kemudian, aku berbelok ke kanan dan berjalan ke arah timur selama beberapa menit. Pemandangan di sini benar-benar berbeda, karena ini adalah area tempat klub-klub yang memiliki kata “Pertama” dalam namanya berada. Para pengunjung pertama kali sering merasa gugup saat melihat gedung-gedung klub di sini—mansion mewah dengan pagar tinggi yang mengelilingi lahan luas mereka.
Wow. Bahkan jika kami membuat klub sendiri, bagaimana kami bisa menyaingi orang-orang yang berlatih di tempat seperti ini? pikirku.
Biaya untuk merawat properti semacam ini pasti luar biasa, hanya mungkin dilakukan berkat sumbangan murah hati dari para bangsawan ternama dan organisasi besar. Aku melewati beberapa bangunan seperti itu sebelum akhirnya tiba di tujuan.
Ini tempatnya—gedung Klub Sihir Pertama.
Melalui celah pagar batu, aku bisa melihat sebuah rumah bergaya Barat dengan dinding putih yang indah dan atap berwarna zamrud. Seorang pria bersetelan berdiri di depan gerbang besi. Dia pasti sudah diberitahu tentang kedatanganku, karena setelah hanya melihatku sekilas, dia langsung membuka gerbang dan dengan singkat memerintahkanku untuk mengikutinya. Aku menuruti perintahnya.
Bambu tumbuh di sepanjang jalan menuju pintu masuk rumah, menciptakan keteduhan dan membuat udara terasa kering. Cahaya sihir menerangi bambu dari bawah, memberikan suasana yang fantastis.
Tempat ini lebih tenang dari yang kukira, pikirku.
Gedung-gedung klub yang kulewati tadi dipenuhi teriakan dan percakapan para siswa yang sedang berlatih. Namun, tampaknya ada semacam sihir peredam suara yang mencegah kebisingan mencapai bagian dalam. Pria bersetelan itu membawaku masuk ke dalam mansion. Aku menaiki tangga, berjalan di atas karpet berwarna-warni, melewati lantai dua, dan masuk ke dalam ruang tamu. Seorang wanita mungil dengan rambut merah panjang yang dikepang ke samping duduk santai di sofa, tersenyum padaku. Dia mengenakan jubah gelap dengan sulaman bunga yang bersinar dengan cahaya ungu misterius.
“Senang bertemu denganmu, Nao.” Suaranya lembut dan hangat saat dia memanggil namaku.
Dia adalah nona Otoha Isshiki, pewaris keluarga viscount yang keluargaku keluargaku layani selama beberapa generasi. Saat ini, dia adalah siswa tahun kedua di Kelas A, ketua Klub Sihir Pertama, dan salah satu dari Delapan Naga. Dengan kata lain, dia adalah penyihir terkemuka di SMA Petualang sekaligus pemimpin salah satu fraksi terkuatnya. Ada sesuatu yang aneh namun menyenangkan saat mendengar seseorang yang begitu berpengaruh memanggilku dengan julukan yang sama seperti ketika kami masih kecil.
Dia memberi isyarat ke sofa di seberangnya dengan tangannya, yang tertutup sarung tangan renda hitam. Aku membungkuk, lalu duduk.
“Sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu, nona,” kataku.
“Memang. Empat tahun, kalau tidak salah,” jawab Nona Otoha.
Sekitar empat tahun telah berlalu sejak Nona Otoha meninggalkan rumah untuk masuk ke SMP Petualang. Meskipun itu waktu yang lama, rasanya tidak begitu. Aku berharap aku sempat mengatur reuni kami dengan lebih layak.
Aku memperhatikannya. Kulit Nona Otoha tampak sehat, berbeda dari saat dia pergi dulu—pucat dan tampak lemah. Peningkatan fisik dari kenaikan level jelas telah memperkuat tubuhnya.
“Aku senang melihatmu dalam keadaan baik. Aku sering mendengar berita tentang pencapaianmu di mana pun aku pergi.”
“Memang banyak yang harus kukerjakan, jujur saja.”
Nona Otoha adalah sosok yang terkenal tidak hanya di Jepang, tetapi juga di dunia. Bakatnya begitu luar biasa hingga banyak orang percaya bahwa suatu hari nanti dia akan mendapatkan gelar count setelah mewarisi gelar viscount dari ayahnya. Semua itu membuatnya sangat sibuk, sehingga sulit untuk menjadwalkan pertemuan dengannya. Untuk bisa bertemu denganku secara pribadi, dia harus menggunakan Teleport untuk kembali dari kedalaman dungeon, tempat dia sedang melakukan penyerbuan bersama rekan-rekannya di Klub Sihir Pertama. Dia adalah seseorang yang selalu dikelilingi pelayan, jadi sangat kecil kemungkinannya dia akan muncul di depan umum bersama siswa Kelas E seperti aku. Sudah lama aku menunggu kesempatan untuk menemuinya saat tidak ada anggota klubnya di sekitar.
“Bagaimana denganmu, Nao? Kamu mengatakan bahwa ada sesuatu yang mengkhawatirkanmu.”
“Ya, ada hal yang sangat penting yang ingin kubicarakan denganmu. Tapi...” Waktu sangat berharga, jadi aku ingin langsung ke pokok pembicaraan. Namun, seorang pria dan seorang wanita bersetelan berdiri di belakang Nona Otoha. Mereka tampak berusia sekitar dua puluhan, jadi mereka bukan siswa. Siapa mereka?
“Oh, jangan khawatir tentang mereka. Mereka bisa menjaga rahasia.”
“Baiklah, kalau begitu...”
Aku datang ke sini untuk meminta bantuan Nona Otoha terkait situasi genting Kelas E, dan aku tidak ingin kelas atas atau siswa yang lebih tua mengetahui apa yang kulakukan. Jika kabar ini tersebar, mereka mungkin akan menargetkanku. Karena Nona Otoha telah menjamin kedua pengikutnya, aku memutuskan untuk berbicara secara terbuka di depan mereka.
Aku pun mulai menjelaskan diskriminasi yang dihadapi Kelas E. Aku memberi tahu dia tentang perilaku merendahkan yang ditunjukkan kelas atas kepada kami saat pameran klub, serta bagaimana perundungan mereka semakin kasar dari waktu ke waktu. Aku juga mengatakan kepadanya bahwa administrasi sekolah mengabaikan masalah ini.
Setelah aku selesai berbicara, dia menundukkan kepala, seolah sedang berpikir. Meskipun aku merasa bersalah karena memanfaatkan sifat welas asihnya, aku tidak punya pilihan lain. Aku harus menceritakan semuanya.
“Aku mengerti. Apakah ada hal lain yang kamu inginkan dariku?”
Ada. Aku memintanya untuk menggunakan pengaruhnya agar Kelas E diperbolehkan mendirikan klub. Kelas atas telah melarang kami untuk membuat klub setelah Akagi kalah dalam duelnya melawan Kariya. Oomiya sudah mencoba meminta bantuan OSIS, tetapi mereka malah menutup pintu di hadapannya. Namun, jika seorang anggota Delapan Naga seperti ketua Klub Sihir Pertama turun tangan untuk kami, keadaannya akan berbeda. Meskipun OSIS memiliki kekuatan besar, bahkan mereka tidak bisa begitu saja mengabaikan permintaan dari Nona Otoha.
“Sebuah duel? Oh, ya, itu semacam tradisi bagi siswa tahun pertama di sekolah ini,” kata Nona Otoha.
Tradisi? pikirku. Jangan bilang ini terjadi setiap tahun! Pengakuan ini semakin menguatkan kecurigaanku bahwa Kelas D bertindak atas perintah seseorang yang lebih berkuasa di balik layar. Mungkin Nona Otoha tahu sesuatu, mengingat posisinya sebagai ketua klub.
“Baiklah, aku mengerti. Ngomong-ngomong, Nao... menurutmu, apa tujuan sekolah ini?”
Tujuan sekolah? Aku kesulitan melihat bagaimana pertanyaan ini berhubungan dengan masalah yang sedang kami bahas, jadi aku menjawab, “Untuk mengembangkan petualang terbaik demi kemajuan masyarakat Jepang, seperti yang dikatakan kepala sekolah dalam pidatonya saat upacara pembukaan.”
“Memang benar. Namun, ada tujuan lain.” Nona Otoha perlahan bangkit dari sofa dan menatap keluar jendela dengan ekspresi muram.
Apa lagi yang bisa menjadi tujuan sekolah ini selain menyiapkan siswa untuk menjadi petualang?
“Kamu harus memahami keadaan negara kita saat ini terlebih dahulu.”
Kami hidup di era penuh gejolak. Dulu, kekuatan ekonomi, kekuatan militer, dan akses terhadap sumber daya adalah faktor utama dalam politik dunia. Namun, munculnya medan sihir buatan telah memberikan petualang kuat pengaruh besar di panggung dunia, mengacaukan keseimbangan kekuasaan dan membawa ketidakstabilan global.
Secara alami, setiap negara telah berinvestasi besar-besaran dalam pelatihan petualang, dan Jepang tidak terkecuali. Negara ini telah menggelontorkan dana yang sangat besar untuk program pelatihan petualang, menghasilkan banyak petualang kuat. Contoh paling terkenal adalah Kotarou Tasato, pemimpin Colors, yang telah naik ke pangkat baron. Pemerintah menganugerahkan gelar kebangsawanan kepada petualang dengan keterampilan dan pencapaian luar biasa, dengan harapan dapat mengikat kesetiaan mereka kepada negara. Inilah inti dari program petualangan negara kami. Para petualang yang baru saja mendapat gelar bangsawan ini, yang dikenal sebagai kaum bangsawan baru, dengan cepat mengumpulkan kekuatan melalui kekayaan dan sumber daya manusia dari Klan Penyerbu yang mereka pimpin—dan pemerintah mendukung hal ini.
Di sisi lain, para bangsawan lama yang garis keturunannya bisa ditelusuri hingga periode Meiji atau sebelumnya, masih mempertahankan hak dan keistimewaan mereka. Banyak perusahaan yang bergantung pada bangsawan lama karena hak istimewa ini, yang memberi mereka kekuasaan besar. Namun, belakangan ini, banyak perusahaan mulai beralih kesetiaan mereka ke bintang baru dari kalangan bangsawan baru. Bahkan mantan tuan samurai yang dulu setia kepada bangsawan lama telah berpindah pihak. Pergeseran ini menjadi ancaman yang mengerikan bagi kaum bangsawan lama dan idealisme mereka tentang hak keturunan serta tradisi.
Mereka kemudian mengambil dua langkah untuk mengatasi ancaman ini.
Pertama, mereka bertekad untuk melatih para pewaris mereka agar menjadi petualang kuat yang dapat menyaingi kaum bangsawan baru. Dengan kekayaan mereka yang luar biasa, mereka membeli perlengkapan terbaik dan menyewa petualang tangguh untuk meningkatkan level pewaris mereka dalam skala yang tidak bisa disaingi oleh rakyat biasa. Itulah alasan mengapa banyak bangsawan di SMA Petualang membawa pengikut dan pelayan mereka ke sekolah.
Kedua, mereka memastikan tidak ada lagi petualang seperti Tasato yang bisa naik ke jajaran bangsawan baru. Mereka menyusup ke sekolah dan akademi yang melatih rakyat biasa, lalu menghancurkan mereka sebelum mereka menyadari bakat mereka atau memaksa mereka tunduk. Untuk mencapai tujuan ini, kaum bangsawan lama telah mengambil alih Dewan Direksi SMA Petualang.
“Ini konyol!” seruku setelah Nona Otoha menjelaskan semuanya. “Mereka membahayakan masa depan negara!”
“Benar, tapi keputusan mereka menunjukkan betapa gentingnya situasi yang kita hadapi.”
Kaum bangsawan lama lebih dari apa pun menghargai kelangsungan garis keturunan mereka—garis keturunan yang mungkin akan punah dengan bangkitnya bangsawan baru. Kepentingan pribadi dan hak istimewa mereka menjaga posisi mereka tetap kuat, meskipun fondasi itu goyah. Demi mempertahankan kekuasaan mereka, mereka rela menggunakan cara-cara licik. Duel di Arena, larangan bergabung dengan klub... Semua itu terjadi karena campur tangan kaum bangsawan lama dan sekutu mereka. Di saat yang sama, mereka memperkuat status dan pengaruh mereka di dalam sekolah. Delapan Naga dibentuk untuk tujuan ini.
Nona Otoha menghela napas perlahan setelah menjelaskan semuanya. “Itulah tujuan kedua sekolah ini.”
Tentu saja, kaum bangsawan lama telah memasang lebih banyak jebakan di jalur Kelas E.
“Pertarungan Antar Kelas akan segera dimulai,” kata Lady Otoha. “Ngomong-ngomong, apakah kamu tahu tentang aturan tak tertulis?”
“Aturan tak tertulis?” ulangku. “Tidak, aku tidak tahu.”
“Aku menduganya,” katanya sambil mengangguk. “Baiklah, aku akan memberitahumu rahasianya. Ada aturan yang memungkinkan siswa mendapatkan bantuan untuk menyelesaikan tugas mereka. Banyak bangsawan di Kelas A mungkin akan membawa banyak pelayan mereka ke dalam dungeon. Nao, apakah ada orang yang bisa membantu kelasmu?”
“Apa?! Bagaimana ini bisa dianggap adil?! Oh... Aku mengerti. Ujian ini memang tidak dimaksudkan untuk adil...”
Sekolah hanya bisa mengawasi siswa di dungeon melalui terminal mereka, jadi tidak ada cara untuk mengetahui apa yang sebenarnya mereka lakukan. Jika dipikirkan lagi, ini masuk akal. Dalam kondisi seperti ini, siswa bisa melakukan apa saja tanpa ketahuan. Rancangan ujian ini jelas bukan untuk menjadi kompetisi yang adil antar kelas.
Lututku terasa lemas saat keputusasaan mulai menguasai pikiranku. Semua kerja keras dan tekad kami sampai sekarang tiba-tiba terasa sia-sia. Tidak peduli seberapa keras kami berusaha, kami tidak akan bisa naik ke puncak.
“Oh, tapi ada cara untuk naik ke puncak,” kata Nona Otoha, seolah-olah dia membaca pikiranku.
“A-Ada? Bagaimana?” tanyaku dengan nada penuh harap.
Nona Otoha menggerakkan pergelangan tangannya dengan ringan, memberi isyarat kepada dua pelayan yang berdiri di belakangnya. Seketika, mereka menarik lengan baju mereka ke belakang, memperlihatkan tato di lengan mereka.
“Ukir simbol-simbol ini di kulitmu dan bersumpah setia kepadaku. Jika kamu melakukannya, dewan direksi tidak mengganggumu.”
Itu adalah jenis sihir kontrak terlarang yang diukir langsung pada tubuh seseorang. Kontrak semacam ini dilarang secara internasional karena melanggar hak asasi manusia, dan pemerintah menegakkan larangan ini dengan ketat. Mengapa para pelayan ini memilikinya?
Pada saat itu, gadis di depanku bersandar ke depan dengan senyum tipis di sudut bibirnya. Mata gelapnya menatap mataku, dan suaranya terdengar lembut serta menggoda. “Aku bisa memberimu tempat di Kelas D. Aku bisa merekrutmu ke dalam Klub Sihir Pertama... Bagaimana?”
Nona Otoha yang dulu kukenal sebagai sosok yang cantik dan baik hati kini lebih terlihat seperti monster.



Post a Comment