NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Senpai, Watashi to Uwakishite Mimasen ka?~ [LN] Bahasa Indonesia Volume 1 Bonus Chapter

 Penerjemah: Noire

Proffreader: Noire


Edisi Digital Bonus Cerpen Orisinal


"Pendahuluan - Tsukimiya Airi"


Perceraian ayah dan ibuku selesai saat aku kelas dua SMP.


Keluargaku berantakan karena ibuku selingkuh. Senyuman yang dulu selalu ada, kebersamaan di meja makan, semuanya terasa seperti ilusi.


Setelah itu, ayahku jadi sangat dingin, tidak mau menatap mataku lagi. Katanya, mataku mirip mata ibu.


Padahal aku tidak melakukan kesalahan apa pun. ...Itu alasan yang kejam, kan?


"…Aduh!"


Saat memasak, jari telunjukku teriris pisau.


Aku menjilatnya dengan ujung lidahku. Rasanya seperti besi, sedikit asin.


Saat aku meringis, aku mendengar pintu ruang tamu terbuka.


"Ah, selamat datang, Ayah."


Aku menyambutnya dengan ceria. Tapi Ayah hanya mengabaikanku, melempar tasnya ke sofa. Dia tidak membalas "Selamat datang."


"Aku lagi masak kari, Ayah mau makan—"


Suara pintu yang dibanting keras menghentikan kata-kataku.


Ayah sepertinya menganggapku merepotkan. Setelah kejadian itu, kami jarang bicara, dan sudah hampir tiga tahun kami tidak makan bersama.

Aku mengambil ponselku dan mulai mengetik.


Toshi-kun. Mau makan kari di sini? Aku masak kebanyakan.


Aku tidak menutup ponsel, menatap layarnya. Aku berdoa dalam hati.


Ah, pesannya sudah dibaca!


Maaf, aku ada acara.


Acara?


Acara apa, ya?


Kerja sambilan di toko kue? Tidak, dia tidak kerja hari ini.


Oh, oke! Besok aku bawakan di kotak.


Aku menahan diri untuk tidak bertanya, lalu membalas.


Bertanya-tanya itu seperti wanita yang terobsesi. Aku harus menyembunyikan rasa cemburuku.


Kalau Toshi-kun menganggapku menjengkelkan, semuanya akan berakhir.


"Kapan Toshi-kun akan jadi milikku..."


Aku ingin jadi pacar Toshi-kun.


Aku ingin Toshi-kun hanya melihatku.


Aku ingin dia berjanji akan menjagaku selamanya dan tidak akan meninggalkanku.


Tapi, aku tidak bisa menembaknya. Kalau ditolak, semuanya akan berakhir. Aku ingin Toshi-kun yang menembakku, tapi aku tidak tahu caranya.


Lalu, ponselku berbunyi lagi.


Bisa ketemu hari ini?


Pengirimnya adalah mahasiswa yang baru kukenal di media sosial.


Seseorang yang membutuhkan aku. Seseorang yang membenarkan keberadaanku.


Di mana?


Aku membalasnya dengan singkat, lalu mematikan kompor.



Aku pertama kali berhubungan dengan guru bimbingan konseling.


Dia khawatir dengan kondisi keluargaku, dan dia mau mendengarkan curhatku.


Tapi suatu hari, dia mengundangku ke rumahnya, dan dia melecehkanku.


Aku menolak. Aku ingin pengalaman pertamaku spesial, aku tidak mau disentuh oleh siapa pun selain Toshi-kun.


Tapi, aku pikir kalau aku lari, guru itu akan meninggalkanku.


Dia tidak akan mau mendengarku lagi, tidak akan melihatku lagi—aku takut, jadi aku tidak bisa lari.


Sejak saat itu, aku mulai berhubungan dengan banyak orang.


Mereka membutuhkan aku, menginginkan aku, dan mengasihani keadaanku. Itu terasa menyenangkan.


Tapi jangan salah paham. Aku tidak memberikan hatiku. Aku hanya akan memberikan diriku seutuhnya kepada Toshi-kun. Makanya, aku masih perawan, dan aku tidak menerima bantahan.

Setelah keluar dari hotel dengan mahasiswa tadi, aku merasa puas, tapi juga kosong. Ah, hari ini juga aku "dibutuhkan". Aku merasa yakin bahwa aku pantas hidup. Saat aku santai, aku lengah.


"–Tsukimiya-san?"


Aku ceroboh.


Aku pikir hotelnya jauh, tapi aku malah bertemu dengannya.


"N-Nakajou-kun? Kenapa kamu di sini?"


"Ah... aku habis berdebat dengan Rinka, jadi aku jalan-jalan untuk menenangkan diri."


Kamu jalan terlalu jauh... eh, bukan itu intinya!


Aku memberi isyarat agar mahasiswa itu pergi.


"A-anu. Dia itu sepupuku..."


"Tidak usah bohong. Tsukimiya-san, kamu sudah punya pacar, kan. Kupikir kamu suka Toshiya."


"Aku suka Toshiya."


"Hah?"


"Aku suka Toshi-kun. Jadi, jangan beritahu siapa pun."


Nakajou-kun mengerutkan keningnya.


Aku langsung meraih tangannya dan menariknya ke dadaku.


"Apa ada masalah?"


Nakajou-kun membetulkan kacamatanya dan tersenyum.


"Aku tidak akan bilang siapa pun. Tapi, ada syaratnya."

Dan begitulah, aku berhubungan dengan sahabat Toshi-kun.


Dengan bantuannya, aku berhasil pacaran dengan Toshi-kun.


Tapi, aku tidak pernah membayangkan masa depan yang menunggu. Masa depan yang tidak bisa diubah.


Previous Chapter | ToC | 

0

Post a Comment

close