NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Heimin Shusshin no Teikoku Shoukan, Munou na Kizoku Joukan wo Juurin shite Nariagaru V1 Epilogue

 Penerjemah: Nels

Proffreader: Nels


Epilogue


Sehari setelah pertempuran mempertahankan benteng berakhir. Di tengah para prajurit yang sedang mabuk dalam anggur kemenangan, di dalam ruang urusan militer, ada Kolonel Gedol dan Mayor Simant.


"...'Bawa Yang Mulia Kaisar kemari'... Apa Letnan Satu Hazen benar-benar mengatakan itu?"


"B-benar. Tidak salah lagi."


“Ke… kekeke… kekekekekekekehahahahahahaha! Hahahahahahahaha!”


"K-Kolonel Gedol. Ini bukan bahan tertawaan."


Mayor Simant, dengan raut marah, memukul meja.


"Baru kali ini saya begitu mengutuk diri sendiri. Seumur hidup mengabdikan diri pada Yang Mulia Kaisar, tidak disangka akan merasakan penghinaan sebesar ini."


"Ah, maaf. Aku tidak menertawakanmu, Mayor Simant. Tentu saja aku menertawakan si kurang ajar itu."


"...Tetapi, ada fakta bahwa saya juga telah melakukan pembiaran saat itu."


"Apa yang kau katakan? Permainan kata Letnan Satu Hazen itu tidak akan berlaku, kan. Dan kau melakukannya karena terpaksa, tidak bisa melawan. Benar, kan?"


"T-tentu saja."


"Kalau begitu, tidak ada masalah. Fakta bahwa pria itu telah melakukan kejahatan penghinaan terhadap Kaisar adalah benar. Sekalipun dia telah meraih prestasi sebesar apapun, yang menantinya adalah hukuman mati."


"B-begitu, ya! Tidak, sudah pasti begitu, kan."


Mayor Simant merasa lega dari lubuk hatinya.


"Aku tidak menyangka pria itu akan melakukan kesalahan sebodoh ini. Terlebih lagi, setelah dia memberikan hasil terbaik bagi kita."


"B-benar!"


Dalam pertempuran ini, faksi Letnan Kolonel Barosag yang melarikan diri di hadapan musuh, tidak akan bisa mengangkat kepala mereka seumur hidup di hadapan Kolonel Gedol yang bertahan habis-habisan.


Bagaimanapun juga, mereka telah mengabaikan Kolonel Gedol yang merupakan komandan benteng ini dan mundur atas keputusan sepihak. Mungkin mereka berencana agar pihak sini juga akan ikut mundur, tetapi itu adalah sebuah salah perhitungan yang fatal.


Dan setelah ini, entah akan dibiarkan hidup atau dibunuh, semuanya tergantung pada kebijaksanaan Kolonel Gedol dan Mayor Simant.


Apa laporan kemenangan ini sudah sampai pada mereka? Mungkin saat ini mereka sudah pingsan dengan mulut berbusa. Atau, mungkin sambil tertegun, mereka sedang bergegas menuju benteng ini.


"Kekeke... yah, kalau Letnan Satu Hazen bersujud dan meminta maaf sambil menangis, mungkin bisa saja kumaafkan. Tidak, yah, Mayor Simant tidak akan memaafkannya kan."


"Fufufu... benar. Orang itu, setidaknya harus kuminta makan kotoran kuda. Dengan lahap."


Tawa terbahak-bahak Kolonel Gedol dan Mayor Simant menggema keras di sepanjang koridor.


"......"


Saat itu, sambil menyandarkan bagian belakang kepalanya di pintu, pemuda berambut hitam itu menghela napas pendek. Tak lama kemudian, Pembantu Letnan Baz datang dan bertanya.


"Letnan Satu Hazen. Ada apa?"


"Tidak. Bukan apa-apa."


Dengan senyum tanpa beban, Hazen pergi dari tempat itu dengan sigap.



Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close