NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark
📣 IF YOU ARE NOT COMFORTABLE WITH THE ADS ON THIS WEB, YOU CAN JUST USE AD-BLOCK, NO NEED TO YAPPING ON DISCORD LIKE SOMEONE, SIMPLE. | JIKA KALIAN TIDAK NYAMAN DENGAN IKLAN YANG ADA DIDALAM WEB INI, KALIAN BISA MEMAKAI AD-BLOCK AJA, GAK USAH YAPPING DI DISCORD KAYAK SESEORANG, SIMPLE. ⚠️

Munou to Iware Tsuzuketa Madoushi, Jitsu wa Sekai Saikyou Nanoni Yuuhei Sareteita node Jikaku Nashi V1 Chapter 2

 Penerjemah: Nels

Proffreader: Nels


Chapter 2

Kota Sihir

"Seperti yang diharapkan dari Kota Sihir. Tidak bisa dibandingkan dengan kota Plutone."


Hanya dengan satu langkah melewati gerbang, pemandangan yang luar biasa langsung terlihat.


Jalanan dipenuhi oleh orang-orang, kios-kios berjejer rapat, dan para pemilik toko berteriak-teriak.


"Luar biasa, ya. Jumlah orangnya... dan ada banyak sekali ras yang berbeda-beda."


Kota Sihir——Ibukota Asosiasi Sihir dan tempat berkumpulnya Gift dari seluruh dunia.


Pusat dunia.


Di kota Plutone, tidak ada bangunan selain menara yang memiliki lebih dari tiga lantai.


Tetapi, di Kota Sihir, banyak bangunan lima lantai atau lebih berjejeran.


Menara Babel yang menjadi simbolnya memiliki 80 lantai lebih——sungguh mengejutkan karena katanya sampai sekarang masih dalam tahap pembangunan——dibandingkan dengan itu, bangunan lain memang kalah, tapi minatnya pada Kota Sihir yang baru pertama kali dikunjunginya ini tidak ada habisnya.


"Wajar saja, kota ini disebut-sebut sebagai kota terbesar di dunia. Aku juga kaget waktu pertama kali ke sini. Elf dan Dark Elf juga ada di sini seperti biasa."


Melihat mereka berdua terkejut, mungkin Karen teringat masa lalunya, dia menyipitkan matanya seolah bernostalgia.


Lalu, seolah teringat sesuatu, dia menepuk bahu Yulia yang berjalan di sebelahnya.


"Oh iya, Onee-sama, Onee-sama. Katanya Ayah juga berhasil mencari perlindungan hukum ke negara lain bersama para pengikut lama."


"Begitu, ya... Syukurlah."


Sedikit bayangan melintas di wajah Yulia. Kegembiraannya tampak kecil dan diwarnai kesedihan.


Tapi, dia segera menutupi ekspresinya dengan senyuman seolah tidak terjadi apa-apa.


"Daripada itu, aku ingin mendengar cerita Karen. Apa kenaikan peringkatmu lancar?"


"Baru-baru ini, aku naik ke Peringkat Keempat 'Ophanim'. Tinggal dua lagi sampai Peringkat Kedua, di mana aku bisa dapat hak untuk menantang Demon Lord."


"Hebat sekali! Benar-benar hebat, Karen!"


Di Asosiasi Sihir, ada sistem tingkatan yang disebut Peringkat, dari satu sampai dua belas.


Jika mencapai Peringkat Kedua 'Seraphim', seseorang akan mendapatkan hak untuk menantang para Demon Lord yang menguasai Peringkat Pertama 'Lucifer'.


Status sosial tidak diperlukan untuk menjadi Demon Lord. Cukup berkontribusi pada Asosiasi Sihir dan tunjukkan kemampuan.


Demon Lord Schlaht, yang disebut-sebut sebagai yang terkuat di antara para Demon Lord, berasal dari kalangan rakyat biasa.


Sebagian besar rakyat biasa lahir dengan Gift Tidak Berguna, jadi di dunia sekarang ini, dia adalah Demon Lord dengan asal-usul yang sangat langka.


"Kalau tidak salah, para Demon Lord yang sekarang disebut-sebut sebagai yang terkuat sepanjang sejarah, kan?"


"Benar. Makanya menantang mereka itu sangat sepadan."


Jika kalah dari penantang, mereka tidak akan lagi menjadi Demon Lord. Itu artinya, para Demon Lord yang sekarang tidak terkalahkan.


Karena dua belas Demon Lord seperti itu yang berkuasa, Asosiasi Sihir memiliki pengaruh yang sangat besar.


(Para Demon Lord mungkin tidak perlu dikhawatirkan... tapi, dari yang kudengar, beberapa dari 24 direktur Kerykeion seharusnya bekerja sama dengan negara lain.)


24 direktur Kerykeion semuanya berada di Peringkat Kedua 'Seraphim'.


Mereka terdiri dari orang-orang yang tidak bisa menjadi Demon Lord, dan orang-orang yang telah diturunkan dari kursi Demon Lord.


Manusia punya kebiasaan berkumpul dan bergerombol di tempat adanya kekuatan.


Itu akan semakin kentara jika mereka mandek di posisi yang tanggung, dan di dalam hati mereka biasanya tersimpan emosi yang kelam.


"Sudah sampai."


Suara Karen membuat Ars tersadar dari pikirannya.


Sepertinya mereka telah tiba di tempat tujuan selagi dia berpikir.


"Ini markas guild kami."


"Milikmu...?"


Yulia memiringkan kepalanya. Gerakannya seolah berkata dia baru pertama kali mendengarnya.


"Lho, apa aku belum bilang ke Onee-sama?"


"Waktu terakhir kita surat-menyurat, kamu cuma bilang sedang menabung..."


"Oh, begitu. Jadi tidak tahu, ya... Kalau begitu, mungkin lebih baik kukatakan nanti saja biar jadi kejutan."


Melihat Karen yang menengadah ke langit dengan kecewa, Yulia melembutkan sudut matanya dan tersenyum.


"Fufu, sayang sekali, ya. Jadi, sepertinya kamu berhasil membelinya."


"Un, kami semua bekerja sama dan membeli markas guild!"


"Syukurlah kalau begitu. Selamat, ya."


"Dan lagi, ini bukan markas biasa. Guild-ku mengelola bar."


"Haa... bar? Eh, Karen mengelola bar? Apa kamu bisa minum alkohol?"


"Aduh, Onee-sama ini benar-benar putri yang polos... Biarpun tidak bisa minum, aku tetap bisa mengelola bar."


"Begitu, ya... Kukira harus menuangkan minuman untuk pelanggan, atau mengobrol santai sambil minum bersama."


"Onee-sama, itu jenis toko yang berbeda. Di tempat kami, kami hanya menyediakan makanan dan minuman. Yah, kadang-kadang ada orang bodoh yang salah paham, tapi kami minta mereka keluar baik-baik."


Entah apa 'baik-baik' itu benar atau tidak. Hanya pada saat dia mengatakan itu, Ars merasakan hawa membunuh, jadi mungkin dia punya caranya sendiri untuk membuat pelanggan yang merepotkan keluar dari toko.


"Tapi, ini mengejutkan. Karen mengelola toko seperti ini..."


"Mengelola guild itu butuh uang. Makanya, aku memutuskan untuk mengelola bar."


Meskipun bernaung di bawah Asosiasi Sihir, bukan berarti mereka akan diberi uang.


Baik untuk pemeliharaan guild maupun biaya hidup, mereka harus mencarinya sendiri.


"Begitukah? Kalau begitu, aku juga harus berusaha keras membantu."


"Un, un, semangat itu bagus! Aku memang berencana minta bantuanmu nanti. Tapi, Onee-sama harus terbiasa dulu dengan Kota Sihir."


Sambil mendengarkan percakapan kakak beradik yang akrab itu, Ars sekali lagi mengamati toko itu.


Sebuah bar dengan papan nama bertuliskan <Villeut Sisters' Lampfire>.


Dilihat dari nama guildnya, dia sudah menduga, tapi sepertinya mereka sama sekali tidak berniat menyembunyikan keterlibatan Kerajaan Villeut.


"<Villeut Sisters' Lampfire>, ya. Kurasa itu nama toko yang bagus."


"Iya, kan. Ini toko punyaku dan Onee-sama!"


Ars ingin berkata 'bukankah ini markas guild?', tapi dia menahan kata-kata itu.


"Ayo, kalian berdua, jangan cuma berdiri di situ, ayo masuk, masuk!"


Karen membuka pintu dengan gerakan yang sudah biasa, jadi Ars mengikutinya. Mungkin karena hari ini hari libur, hanya ada beberapa pegawai dan tidak terlihat ada pelanggan, suasananya tidak seperti bar.


Saat Ars mengarahkan pandangannya ke bagian dalam toko, seorang wanita muncul dari kegelapan dan wujudnya terlihat jelas terkena penerangan di dalam toko.


Sama seperti pegawai lainnya, dia mengenakan pakaian seperti pelayan dengan rok panjang dan lipatan-lipatan kain yang manis. Mungkin karena rambut biru dan mata birunya, dia adalah wanita cantik yang diselimuti suasana yang agak dingin.


Dia memiliki kulit putih seperti boneka porselen, dan ditambah dengan penampilannya, dia juga seperti dewi yang digambarkan dalam lukisan religius. Tapi, urat nadi yang terlihat di kulit putihnya adalah bukti bahwa dia manusia, dan setiap gerakannya memberitahu bahwa dia adalah makhluk hidup, namun dia adalah wanita yang tetap memancarkan kesan misterius, seolah terus melayang di antara kenyataan dan fantasi.


"Karen-sama, selamat datang kembali."


Setelah berkata dengan nada datar, dia menundukkan kepalanya dalam-dalam ke arah Yulia.


"Yang Mulia Yulia, syukurlah Anda baik-baik saja."


"Elsa, lama tidak bertemu!"


"Ya, sudah dua tahun tiga bulan... jadi, siapa orang di sebelah sana?"


"Ars. Aku datang ke Kota Sihir bersama Yulia karena suatu hubungan. Mohon bantuannya."


Alis Elsa yang berbentuk indah bereaksi saat Ars memanggil Yulia tanpa gelar kehormatan.


Tapi, hanya dengan perubahan sekecil itu, Ars tidak bisa membaca perubahan emosinya.


"...Begitu. Saya Elsa."


Tidak tahu apa yang membuatnya mengerti, tapi perkenalan diri mereka berdua selesai meskipun singkat.


Ars dan Elsa saling menatap tanpa mengalihkan pandangan.


Tapi, tidak ada suasana manis di sana.


Yulia-lah yang memecah suasana aneh yang mulai mengalir.


"Elsa, Ars telah menolongku."


Meskipun tidak ditanya, Yulia melaporkannya dengan gembira, dan Elsa mendengarkan tanpa berkata apa-apa sambil mengangguk pelan berkali-kali. Melihat mereka berdua, Ars merasakan suasana yang lebih mirip seperti teman lama yang bertemu kembali setelah sekian lama, daripada tuan dan pelayan.


"Elsa itu awalnya melayani Onee-sama."


Karen, yang entah sejak kapan sudah ada di sebelahnya, memberitahunya.


"Begitu ya, makanya jarak mereka terasa dekat, atau lebih tepatnya, kelihatannya akrab."


"Elsa itu sangat mengagumi Onee-sama. Tapi, Onee-sama yang tahu aku akan pergi ke Kota Sihir, mengutus Elsa untuk menemaniku karena khawatir. Sekarang dia adalah sosok yang sangat penting untuk pengelolaan guild."


"...Memang, dia tidak terlihat seperti pelayan biasa."


Tidak ada gerakan yang sia-sia. Bahkan sekarang, saat sedang berbicara dengan Yulia, dia sama sekali tidak punya celah.


Dia memiliki sikap yang terlatih yang memungkinkannya untuk segera bereaksi sekalipun diserang pada saat ini juga.


"Memasak, mencuci, pengelolaan guild, sampai pengelolaan bar, semuanya sempurna."


Ars ingin berkata 'Lalu apa yang kamu lakukan?', tapi dia menahannya.


"Begitu... ada beberapa pegawai juga, ya, atau pengawal?"


Bahkan jika diamati oleh mata orang awam, terlihat bahwa para pegawai juga terlatih, meskipun tidak selevel Elsa.


Terlihat sepertinya mereka bisa menang dengan mudah melawan Magic Knight selevel yang dihadapi Ars.


"Mereka bukan sekadar pegawai, bukan juga pengawal. Mereka disebut Schuler."


"Schuler?"


"Guild Master-nya disebut Lehrer, anggotanya disebut Schuler."


"Jadi, guild ini yang menjalankan toko, ya."


"Yah, kecuali beberapa, tapi kebanyakan guild di Kota Sihir memang begitu. Makanya, mungkin seperti keluarga. Sebaliknya, Demon Lord diberi wilayah, jadi sepertinya mereka hidup seperti raja."


Selagi dia berbicara dengan Karen, sepertinya percakapan Yulia dan yang lain sudah selesai, dan Yulia mendekat bersama Elsa.


"Terima kasih telah menyelamatkan Yang Mulia Yulia."


Setelah berkata dengan sikap sopan sambil menundukkan kepalanya, Elsa mengangkat wajahnya.


"Ini mungkin tidak seberapa sebagai ucapan terima kasih, tapi saya akan menyiapkan makanan, saya akan senang jika Anda bersedia memakannya."


"Tentu saja, aku mau. Aku menantikannya."


Meskipun tidak ada dasarnya, Ars yakin Elsa bisa membuat makanan yang lezat.


"Kalau begitu, mohon tunggu sebentar."


Elsa mengangguk kecil dan menghilang ke dalam kegelapan di bagian belakang.


"Silakan,"


Seorang Schuler wanita menawarkan kursi.


"Ah, terima kasih."


"Kalau begitu, silakan bersantai."


Dia menundukkan kepala sedikit, lalu mengambil sapu dan berjalan menuju tangga ke lantai dua.


Ars mengantar kepergiannya dengan pandangannya, dan saat dia duduk di kursi yang disediakan,


"Ah, tunggu! Elsa, aku juga akan membantu!"


"Kalau Onee-sama membantu, aku juga akan menunjukkan kebolehanku setelah sekian lama."


Yulia dan Karen menyusul Elsa dan menghilang ke bagian belakang.


Tapi, mereka berdua segera kembali sambil menundukkan kepala.


"Aku dimarahi, disuruh menemani tamu."


"Aku dibilang cuma menambah pekerjaan. Benar-benar tidak sopan, kan?"


"Fufu, Karen tidak berubah, ya."


"Aku juga sudah berkembang! Setidaknya aku sudah bisa mencuci sayuran."


Namanya juga kakak beradik, kemampuan memasak mereka sepertinya mirip.


Ars berterima kasih pada Elsa yang telah mengusir mereka berdua.


Jadilah, sambil menunggu makanan, karena bosan juga kalau hanya menunggu, mereka pun mengobrol, dan Karen mulai mengajukan pertanyaan.


"Oh ya, apa Gift-mu, Ars?"


"[Hearing]."


Entah kenapa, Yulia langsung menjawab dengan bangga sambil membusungkan dada.


Ars tersenyum kecut padanya dan menambahkan.


"Itu cuma Gift yang membuat pendengaran jadi bagus."



"[Hearing]? Cuma pendengarannya bagus...?"


Wajar jika Karen bingung saat mendengar itu adalah Gift yang hanya membuat pendengaran jadi bagus.


"M-Memang, kadang ada Gift yang aneh, tapi, [Hearing]... pendengaran lebih baik dari orang biasa... apa itu bisa dipakai menggunakan sihir?"


"Gift ada berbagai macam jenis, dan ada juga Gift Langka atau Gift Garis Keturunan, jadi aku pernah dengar penelitiannya tidak berjalan lancar."


"Memang sih, Gift Langka seperti [Light] milik Onee-sama sepertinya penelitiannya tidak maju."


"Makanya, kurasa tidak aneh kalau [Hearing] bisa menggunakan sihir. Aku yang melihatnya sendiri menggunakan sihir, jadi sudah pasti benar."


"Yah... memang sih... tapi [Hearing], ya. Ada-ada saja Gift yang aneh."


Karen mengangguk berkali-kali seolah terkesan, lalu kembali mengarahkan pandangannya pada Ars.


"Kalau pendengaranmu lebih baik dari orang biasa, pasti kamu banyak kesulitan, kan?"


"Aku tidak merasa begitu kesulitan..."


Memang, waktu kecil [Hearing] menyampaikan berbagai macam suara, jadi itu menyebalkan. Tapi, karena dia dikurung, lingkungan suara di sekitarnya menjadi sempit, jadi ada kemungkinan dia hanya merasakannya sebatas mengganggu saja. Soal itu, mungkin dia harus berterima kasih pada ayahnya.


"Kukira itu lingkungan yang buruk, tapi kalau kupikir-pikir lagi sekarang, mungkin itu lingkungan yang paling cocok."


Setelah berkata begitu, dia sadar bahwa dia mengatakan hal yang tidak nyambung dengan pertanyaan Karen.


Tapi, dia tidak terlihat peduli, dan mata merahnya bersinar lembut.


"Hmm... aku tidak begitu mengerti, tapi jangan terlalu dipikirkan."


"Benar. Sekarang, ayo kita tunggu masakan Elsa selesai dengan tidak sabar."


Yulia bertepuk tangan untuk mengakhiri pembicaraan, dan suasana yang agak muram itu pun buyar.


"Benar juga. Masakan Elsa itu enak lho. Tunggu saja."


Bisa dimengerti dari interaksi barusan, kedua kakak beradik ini sama-sama baik hati dan penuh perhatian pada orang lain. Ars mengira mereka berdua kontras, 'diam' dan 'gerak', tapi namanya juga kakak beradik, mereka sangat mirip.


"Maaf menunggu lama."


Elsa muncul sambil berkata begitu, dengan piring besar di kedua tangannya.


Masakan yang dijejerkan di meja semuanya terlihat lezat.


Daging sapi yang dipotong seukuran sekali gigit lalu dipanggang dan ditusuk sate, sup berwarna keemasan dengan sayuran yang direbus empuk, daging ayam goreng tepung, bahan-bahan yang dibungkus kulit tipis, dan banyak masakan lain yang belum pernah dilihatnya.


"Maaf ini hanya menu bar, tapi rasanya seharusnya tidak buruk."


"Tidak, semuanya kelihatan enak, aku tidak sabar untuk memakannya."


Dibandingkan dengan makanan yang disajikan saat dia dikurung, atau masakan buatan Yulia, ini bedanya bagaikan langit dan bumi.


"Boleh kumakan?"


"Ya, silakan."


Setelah mendapat izin Elsa, Ars dengan gembira mengulurkan tangan ke masakan daging.


Saat dia memasukkan sate daging sapi itu ke mulutnya, sari dagingnya langsung meluap. Tingkat kematangannya pas, teksturnya juga pas, dan merangsang nafsu makan, tapi rasanya agak hambar.


Ini mungkin karena dia memikirkan kondisi tubuh Ars dan Yulia yang baru tiba di Kota Sihir setelah terus-menerus melarikan diri. Ars lebih suka rasa yang kuat, tapi tidak sopan jika menyia-nyiakan niat baik Elsa dengan menunjukkan hal sepele tanpa berterima kasih.


Karena itu, dia pikir menghabiskan makanan sampai butir nasi terakhir adalah sopan santun.


"Yulia, ada nasi menempel di ujung mulutmu."


"Eh, di mana?"


"Di sini."


Karena tidak tega melihat Yulia yang kebingungan entah di kiri atau kanan, Ars mengambil butir nasi itu dan memasukkannya ke mulutnya sendiri.


"Fueh——e-eh!?"


"Uwaa... hebat sekali. Berani, ya. Hyu-hyu!"


Yulia yang wajahnya memerah padam, dan Karen yang menggodanya dengan gembira.


"Hm? Kau mau memakannya sendiri?"


"B-Bukan, bukan begitu!"


"Yulia-sama. Harap tenang. Ars-san juga silakan lanjutkan makannya tanpa perlu khawatir. Dan Karen-sama, tolong diam sekarang dan makan saja."


"Hei, Elsa... kok sepertinya kamu galak sekali padaku?"


"Perasaan Anda saja."


"Begitu? Ya sudahlah kalau begitu..."


Meskipun memasang ekspresi tidak puas, Karen kembali melanjutkan makannya.


Ars tidak bergabung dalam lingkaran mereka bertiga, dan hanya fokus makan.


Mungkin karena melihat sosok Ars yang makan dengan lahap, Yulia menjadi tenang, dan dia melembutkan sudut matanya seolah tersenyum.


"Masakan Elsa dari dulu memang enak, jadi kurasa kamu akan puas dengan semuanya."


"Makanya, bar kami populer. Enak, murah, dan pelayannya cantik-cantik."


Sesuai kata-kata Karen, rasa setiap masakannya memang di luar dugaan, enaknya jauh melampaui bayangan.


Untuk beberapa saat, semua orang makan dalam diam, tapi saat konsentrasi mulai buyar, Karen membuka mulutnya.


"Besok, guild kami akan pergi ke 'Lost Land'... bagaimana dengan kalian, Onee-sama?"


"Aku ingin pergi, tapi Ars bagaimana?"


"Aku juga tertarik. Kalau tidak merepotkan, aku ingin ikut."


Bagian utara benua——yang biasa disebut 'Lost Land', adalah tanah yang ditinggali manusia sampai 1.000 tahun yang lalu, dan merupakan tempat yang diperintah oleh 'Demon Emperor'.


Dikatakan bahwa karena dia dibunuh oleh para Dewa, tempat itu kehilangan ketertiban, dan perang besar maupun kecil terus-menerus terjadi akibat perebutan penerus takhta. Akhirnya, dendam dan obsesi yang mengalir dari mayat-mayat membuat kutukan mengakar di tanah itu, dan kekuatan sihir yang terkumpul dari sisa-sisa medan perang para Dewa dan 'Demon Emperor' mulai melahirkan monster-monster kuat, sehingga tanah itu tidak bisa lagi ditinggali manusia.


Orang-orang menyebut zaman yang mengerikan itu sebagai 'Zaman Kegelapan'.


Di 'Lost Land', ada markas besar Asosiasi Sihir——Menara Babel periode pertama, tapi hancur karena terseret dalam perang para Dewa dan 'Demon Emperor', dan banyak alat sihir serta pengetahuan sihir yang hilang.


Saat ini, pergi ke bagian utara benua dan mengumpulkan pengetahuan seperti buku-buku sihir yang hilang, telah menjadi pekerjaan para penyihir yang bernaung di bawah Asosiasi Sihir.


"Tapi, jarak ke 'Lost Land' itu cukup jauh, kan. Apa kita akan berjalan kaki?"


"Tentu saja tidak mungkin jalan kaki, jadi kita akan pergi menggunakan Gerbang Teleportasi yang dipasang di Menara Babel."


Karen-lah yang menjawab pertanyaan itu.


"Gerbang Teleportasi Menara Babel terhubung dengan 'Lost Land'——tepatnya di salah satu Aliansi Negara Demi-human yang ada di pintu masuknya, Schreier, negara yang dikuasai naga. Kita bisa membeli perlengkapan yang kurang di sana, jadi barang bawaan tidak perlu banyak, dan kalaupun ada yang tertinggal, kita bisa kembali dengan mudah, tapi..."


Karen menggantungkan kata-kata terakhirnya, dan menghela napas sambil menusuk-nusuk daging ayam dengan ujung garpunya.


"Masalahnya, 'Lost Land' itu bukan berarti cuma negara tertentu yang boleh masuk, jadi negara-negara sekitar juga mengirimkan pasukan untuk mendapatkan alat sihir dan sumber daya berharga."


"Tentu saja, pertempuran juga terjadi di antara mereka, ya."


"Benar. Bukan cuma Kekaisaran Earth, ada juga negara yang menduduki sebagian 'Lost Land' dan mengklaim hak teritorial di sana. Perselisihan dengan guild lain juga terjadi, dan kadang perampok menjadikan reruntuhan sebagai markas mereka. Makanya, di 'Lost Land', perebutan pengetahuan sihir itu hal biasa."


"Tempat yang cukup kejam, ya..."


Yulia, yang mendengarkan dengan mata terbelalak, menelan ludah, mungkin karena tegang.


"Makanya hubungan persahabatan dengan negara lain dan kerja sama antar guild jadi penting. Supaya tidak diremehkan oleh rombongan lain, kami juga punya beberapa guild yang beraliansi. Itu untuk membuat mereka berpikir kalau macam-macam dengan kami, urusannya akan jadi repot."


"Guild lain mungkin tidak apa-apa, tapi kalau negara sekitar, kita harus hati-hati dengan Kekaisaran Earth, ya."


Mungkin karena teringat bahwa dirinya sedang diincar, Yulia menunduk dengan wajah serius.


"Memang lebih baik hati-hati, tapi kurasa kita tidak akan bertemu mereka selama kita tidak mendekati tempat yang mereka klaim sebagai wilayah mereka. Soalnya, bagian utara benua——'Lost Land' itu lebih luas dari bagian selatan benua, jadi kita tidak akan sering bertemu."


Karen tersenyum seolah menenangkan Yulia.


"Kita tidak akan tahu sebelum kita pergi ke sana. Kalau ada masalah saat itu, kita tangani saja. Yulia-sama juga tidak perlu khawatir. Ada Elsa ini bersama Anda."


Elsa, yang sampai tadi makan dengan tenang, ikut masuk ke dalam percakapan.


Jika melihat kata-kata Elsa yang tidak menunjukkan emosi dan sikapnya yang acuh tak acuh, orang yang tidak kenal mungkin akan merasa dia dingin.


Tapi, bagi mereka yang sudah lama mengenalnya, sepertinya tidak begitu.


"Onee-sama~, Elsa sepertinya tidak mau melindungiku. Hiks, hiks, dia tidak peduli ya apa yang terjadi padaku."


Karen memasang ekspresi sedih, lalu membenamkan wajahnya di bahu Yulia yang duduk di sebelahnya.


Sudut mulutnya yang menyeringai licik, hanya terlihat dari sudut pandang Ars.


Karena itu, Yulia yang polos sepertinya tertipu, dan sambil mengelus kepala Karen, dia menatap Elsa dengan bingung.


"Tentu saja saya juga akan melindungi Karen-sama——tapi, sebelum belajar pura-pura menangis, saya harap Anda bisa belajar mencuci piring tanpa memecahkannya."


"Ugh."


Karena ketahuan dan ditambah mendapat balasan yang pedas, Karen menekan dadanya dengan wajah kesal, seolah-olah dia telah salah bicara.


"Nah, bermainnya sampai di sini, waktu juga sudah malam. Bagaimana kalau kalian segera beristirahat?"


Diberitahu begitu oleh Elsa, Ars memeriksa jam, dan ternyata waktu sudah lewat tengah malam.


"Benar juga. Hari ini kita sudahi sampai di sini. Kalau kita pergi ke kota naga, mau tidak mau kalian pasti akan mengerti. Mata kalian pasti akan berbinar melihat dunia yang belum pernah kalian lihat."


Karen berkata dengan suara riang.


Mungkin dia menantikan petualangan bersama kakaknya, kegembiraan terpancar dari setiap kata-katanya.


"Kalau begitu, mari kita nantikan hari esok dan beristirahat untuk hari ini."


Yulia juga tersenyum lalu mengangguk dan berdiri dari kursinya.


"Negeri naga, ya... Aku menantikannya karena ini pertama kalinya aku akan melihatnya."


Saat dikurung, dia telah mendapatkan informasi itu melalui [Hearing].


Ada negara yang diperintah oleh naga tertua, dan orang-orang hidup makmur di bawah pemerintahannya.


Itu adalah salah satu tempat yang ingin dia kunjungi setelah mendapatkan kebebasan.


"Saya akan beristirahat setelah membereskan ini, jadi Karen-sama, bisakah Anda mengantar Ars-san ke kamar tamu?"


"Lho, aku bantu ya. Kalau dikerjakan berempat kan cepat."


"Tidak, saya ingin menghindari kejadian kehilangan piring lebih banyak lagi, jadi tolong nanti saja kalau Anda sudah lebih berkembang. Lagipula, Yulia-sama dan Ars-san sudah mengalami banyak hal hari ini, jadi demi hari esok, lebih baik mereka segera beristirahat."


Mendapat penolakan yang tidak bisa dibantah, Karen memanyunkan bibirnya yang mungil dan menunjukkan ketidakpuasannya.


Tapi, mungkin dia berpikir percuma saja berdebat karena dia tidak akan menang, dia pun menurunkan bahunya.


"Kalau Elsa sudah bilang begitu... sisanya kuserahkan padamu."


"Baik, serahkan pada saya."


Karena masalah sudah selesai, Karen yang berbalik, berjalan melewati Yulia dan Ars menuju tangga.


"Aku akan antar kalian ke kamar tamu di lantai dua. Aku tanya untuk memastikan, Onee-sama mau kamar terpisah dari Ars, kan?"


"T-Tentu saja! Ah, tidak, bukannya aku tidak suka Ars!"


"O-Oh?"


Ars, yang tidak mengerti kenapa Yulia panik, memiringkan kepalanya, dan Yulia semakin berkaca-kaca seolah merasa salah bicara.


"Di Kerajaan Villeut, ada pepatah, pria dan wanita yang sudah berusia tujuh tahun tidak boleh duduk bersama! Makanya begitu. Karena itu, lebih baik kamarnya terpisah, tapi sebenarnya bersama juga tidak apa-apa!"


"Aduh~, Onee-sama yang panik juga manis, ya."


"M-mou, ini semua gara-gara Karen bilang yang aneh-aneh!"


"Iya, iya, Onee-sama tenang, tenang. Ars juga jangan dipikirkan, ya."


"Ah, aku tidak begitu mengerti, tapi... akan kuusahakan untuk tidak memikirkannya."


"Kalau begitu, akan kuantar lagi, lantai dua itu kamar tamu dan area tinggal untuk para Schuler biasa. Lantai tiga ada kamar untuk Schuler eksekutif, termasuk Elsa. Terus, ada juga pemandian——tapi ini akan kujelaskan nanti. Sepertinya begitu lebih menyenangkan."


Karen menjelaskan sambil menaiki tangga menuju lantai dua.


Cara bicaranya yang aneh di bagian akhir itu mengganggunya, tapi dia tertarik karena ada pemandian. Saat dikurung, dia hanya diberi seember air dan handuk, dan setiap hari dia menyeka tubuhnya secara berkala.


"Aku akan menantikannya. Daripada itu, berbeda dengan Yulia, aku tidak berniat bergabung dengan guild, apa tidak apa-apa aku merepotkan kalian?"


"Kamu kan penolong Onee-sama. Kamu boleh tinggal di sini sesukamu."


"Aku juga tidak berniat bergantung sampai segitunya. Rasanya ngeri kalau merepotkan terlalu lama."


"Lho, tidak usah dipikirkan. Aku tidak akan mengeluh asalkan kamu membalas budi dengan benar."


Karen, yang sedang berjalan di koridor lantai dua, berhenti di depan kamar tamu dan berbalik.


Dari ekspresinya, tidak jelas apakah dia sedang menggoda atau serius, tapi itu adalah senyuman yang seolah berkata 'tidak perlu sungkan'.


"Ini kamarmu. Bersih lho, karena dibersihkan setiap hari. Kamu boleh menggunakannya sesukamu."


Kamar tamu yang ditunjukkan tidaklah luas, tapi dibandingkan dengan tempatnya dikurung, perbedaannya bagaikan langit dan bumi.


Pertama, tidak bau jamur. Udaranya juga tidak berdebu, dan sepertinya tidak bohong kalau kamar ini dibersihkan setiap hari.


Tidak ada tikus yang berlarian, sepertinya tidak perlu khawatir atapnya bocor, dan serangga pengganggu yang menyeramkan juga sepertinya tidak akan muncul.


Perabotnya tidak banyak. Satu meja, satu kursi, dan sebuah tempat tidur dengan selimut bulu angsa.


Fasilitas yang minimal, tapi ini adalah kamar yang disiapkan dengan baik untuk menyambut tamu.


"Kalau ada yang kurang atau ada barang yang kamu mau, bilang saja ke Elsa."


"Tidak, ini sudah cukup. Terima kasih atas perhatianmu."


"Tidak usah dipikirkan. Kalau begitu, Onee-sama, ayo kita ke pemandian."


Karen mendekatkan hidungnya ke Yulia dan mengendus-endus, lalu meraih lengannya dan membawanya pergi seperti menyeretnya.


"Aku penasaran dari tadi, tapi kamu kok baunya seperti anjing basah. Apa kamu ditangkap bersama binatang? Sedikit——bukan, lumayan, bau lho. Tapi baunya masih terasa sedikit wangi, itu baru namanya Onee-sama... Aku benar-benar iri."


Itu mungkin bau Hellhound yang mereka kalahkan dalam perjalanan ke Kota Sihir.


Wajar jika bau darah dan bau binatang menempel di seluruh tubuh mereka, karena mereka menggunakan bangkai itu sebagai penahan angin dan penghangat.


"Karen! Tidak perlu mengatakannya di depan Ars! Jangan ditarik-tarik!"


"Ars, kamu memasang wajah seolah itu bukan urusanmu, tapi kamu juga bau lho. Nanti aku akan panggil, jadi tunggu ya, jangan tidur."


Ars mengangguk dalam diam kepada Karen yang berbalik sesaat, berpikir lebih baik tidak mencari masalah.


Ars mengantar kepergian mereka berdua yang turun ke lantai satu dengan akrab, lalu mengangkat lengannya sendiri dan mendekatkan hidungnya, kemudian meringis. Setelah itu, Ars masuk ke kamar yang diberikan padanya, mengamati sekeliling ruangan, dan terakhir menatap ke tempat tidur.


"Un... Nanti saja setelah mandi."


Seprai yang putih bersih, dan selimut berisi bulu angsa.


Terlihat empuk dan nyaman, melompat ke atasnya pasti akan terasa sangat membahagiakan.


Tapi, jika dia melompat ke sana dengan tubuh yang belum mandi, dia akan mengotorinya. Rasanya itu tidak sopan terhadap Karen dan yang lain yang telah menyediakan tempat ini, jadi Ars memutuskan untuk duduk di kursi.


"Sudah banyak yang terjadi... tapi dibandingkan saat aku berada di dunia yang sempit itu, waktu yang kulewatkan sekarang terasa lebih berarti."


Hasilnya sangat berbeda dari dugaan, tapi dia berhasil tiba di Kota Sihir dengan selamat.


Besok dia akan pergi ke negeri naga, dan menuju ke bagian utara benua yang dia impikan.


"Sekarang, tinggal informasi tentang 'Mimir, Essence of Magic' yang kuinginkan..."


Dia sama sekali tidak tahu apa-apa tentang Kota Sihir. Tidak mungkin informasi bisa dikumpulkan dengan mudah.


"Terburu-buru juga tidak ada gunanya. Untuk sementara, kunikmati saja petualangan ini."


Semuanya bahkan belum dimulai.


Lost Land, kota naga, dan masih ada berbagai tempat lain.


Negara-negara di sekitarnya juga penuh dengan hal-hal yang tidak dia ketahui.


"Ars~, masih bangun?"


Bersamaan dengan kata-kata riang itu, pintu kamarnya diketuk beberapa kali tanpa sungkan.


Saat dia membuka pintu, Karen yang rambutnya basah berdiri di koridor.


"Ah, Karen. Ada apa?"


"Kamu sudah lupa? Kan tadi aku sudah bilang waktu kita pisah. Aku akan datang memanggilmu nanti."


"Ah! Pemandian, ya. Aku sudah menantikannya."


"Kamu belum pernah mandi?"


"Waktu dikurung, aku cuma membasahi handuk dengan air dan menyeka tubuhku. Soal pemandian, aku cuma punya pengetahuan sebatas pernah mendengarnya."


"Begitu... Kalau begitu, ada kemungkinan kamu bisa pusing karena kepanasan, jadi hati-hati ya, jangan berendam terlalu lama."


Sesaat, bayangan kesedihan melintas di mata merahnya, tapi Karen menyodorkan sebuah ember kecil yang bisa dibawa dengan satu tangan. Saat Ars mengintip ke dalamnya, ada beberapa botol aneh bersama dengan handuk.


"Apa ini?"


"Sabun. Botol ungu untuk keramas, botol putih dipakai setelahnya. Kalau untuk badan pakai botol biru, dan setelah selesai mandi, pakai cairan di botol merah ini——parfum, di badanmu, nanti baunya jadi wangi."


"Hee~... jadi ini sabun, ya."


Dirinya yang dikurung memang tidak pernah menggunakannya, tapi dia pernah dengar ada benda seperti itu. Penasaran seperti apa baunya, dia mendekatkan hidungnya ke rambut Karen dan mengendusnya.


"Tu-, berani sekali? Aku dengar dari Onee-sama sih, tapi jarakmu memang dekat sekali!"


"Hm?"


"Haa~... begitu, ya. Benar-benar tidak tahu apa-apa soal dunia, atau bagaimana ya bilangnya, pantas saja Onee-sama bereaksi seperti itu."


Sambil pipinya memerah, Karen tersenyum lembut,


"Yah, kumaafkan deh. Jadi, apa kamu suka bau ini?"


Dia mengambil sejumput rambut sampingnya dan menawarkannya agar mudah dicium.


"Begitulah. Rasanya seperti bau yang menenangkan."


"Syukurlah kalau begitu. Kalau rambutnya sudah kering, baunya akan lebih keluar."


Sabun diciptakan sekitar 100 tahun yang lalu. Yang menemukan bahan bakunya dan mengembangkannya adalah Kerajaan Ratu Soleil, yang terletak di sebelah timur Asosiasi Sihir.


Metode pembuatannya dirahasiakan, dan Kerajaan Ratu Soleil memonopoli pasar untuk produk kosmetik, termasuk sabun.


Negara-negara lain juga mencoba mengikutinya, tapi sepertinya mereka belum bisa membuat sabun dengan kualitas sebagus Kerajaan Ratu Soleil.


Menurut informasi yang Ars dapatkan melalui [Hearing], itu wajar saja karena pembuatannya membutuhkan sedikit kekuatan sihir dan bahan-bahan yang aneh.


Dia juga berutang budi pada Karen dan yang lain karena telah menyediakan kamar.


Kalau dia pergi ke 'Lost Land' dan menemukan bahannya, mungkin dia bisa memberitahu mereka cara membuat sabun.


"Kalau begitu, akan kuantar ke pemandian, ya."


"Ah, tolong, ya."


Ars teringat sesuatu yang mengganggunya dan memanggil Karen yang mulai berjalan di depannya.


"Ngomong-ngomong, Yulia di mana? Kukira dia yang akan datang..."


"Aah... Onee-sama, ya. Kalau Onee-sama, etto, aku menyuruhnya pergi ke kamar duluan."


Itu adalah jawaban yang ragu-ragu, tapi Ars tidak terlalu memikirkannya.


"Begitu. Tapi, melihat kalian berdua, benar-benar terlihat kalau kalian kakak beradik yang akrab."


"Tentu saja. Dia Onee-sama kebanggaanku. Dan aku adalah adik kebanggaan Onee-sama."


Pemandiannya sepertinya ada di bawah tanah. Setelah turun ke lantai satu, mereka menuruni tangga di dekat dapur.


"Di balik pintu masuk ini adalah ruang ganti."


Karen berhenti di tengah koridor dan menunjuk ke sebuah pintu geser.


"Lain kali, ayo kita mandi bersama. Biarkan aku menggosok punggungmu."


Dia pernah dengar bahwa di pemandian umum di Ibukota Kekaisaran, orang-orang yang akrab akan mandi bersama.


Tapi, pemandian itu dipisah berdasarkan jenis kelamin, dan Ars tidak menyadari hal itu.


"Etto... aah, ini benar-benar... kalau jadi orang yang mengalaminya sendiri, baru terasa betapa merepotkannya."


Wajah Karen memerah padam karena ajakan yang tiba-tiba itu dan dia terlihat bingung.


Ars tersenyum padanya.


"Kita kan sudah seperti teman. Tidak perlu sungkan."


Di senyumannya yang menyegarkan itu, tidak terasa ada maksud tersembunyi. Karen, yang menerima niat baik yang polos itu, tanpa sadar mengangguk.


"I-Iya, ya. Teman? Kalau begitu, apa itu wajar? Aku tidak begitu mengerti, tapi, kalau begitu, nanti tolong bantuannya, ya."


"Aku menantikannya."


"K-Kalau begitu, aku permisi dulu, ya. Besok, ayo kita sama-sama berusaha."


"Ya, selamat tidur."


Setelah mengantar kepergian Karen, Ars membuka pintu geser dan masuk.


Di ruang ganti ada rak yang cukup untuk sekitar lima orang, dan di bagian dalam ada pintu geser lagi.


Ars memasukkan pakaian yang dilepasnya ke rak, dan membuka pintu geser sambil membawa ember yang diberikan Karen di satu tangan.


"Mh, jadi ini uap panas..."


Saat dia mengibaskan uap panas yang menyelimuti wajahnya dengan tangan——,


"Hm, ternyata ada orang."


Yang muncul di depan Ars adalah seorang wanita cantik telanjang bulat dengan wajah tertegun.


"Ke-Kenapa... kamu ada di sini, Ars?"


Yulia, dengan rambut peraknya yang basah, berdiri dengan mata terbelalak.


Mungkin dia baru saja keluar dari bak mandi, uap putih mengepul dari tubuhnya yang terlatih pas, dan berpadu dengan kecantikan surgawi seolah-olah disentuh oleh tangan para Dewa, menciptakan pemandangan yang fantastis.


Tetesan air mengalir dari rambut sampingnya yang menempel di pipi, mulai meluncur tanpa hambatan di atas kulitnya yang segar, dari leher ke tulang selangka, dan akhirnya menghilang tersedot ke dalam bayangan dadanya yang berisi.


Dia segera menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.


Tapi tetap saja ada batasnya, dan dengan menutupinya, itu malah semakin memancarkan suasana yang sensual.


"A-Anu... kamu dengar? Kenapa kamu ada di sini?"


Yulia memerah sampai ke leher, sebaliknya Ars berdiri tegak dengan gagah.


"Hm? Aku diberitahu pemandiannya sudah kosong."


"B-Begitu, ya..."


Yulia tersenyum kaku dan kehabisan kata-kata.


"Jadi, tidak adakah yang ingin Anda katakan?"


Wanita berambut biru——Elsa, masuk ke tengah-tengah seolah melindungi Yulia.


Dia juga menutupi tubuhnya dengan tangan, tapi tubuhnya yang berisi tidak bisa disembunyikan.


"Menurutku tubuh kalian indah dan terlatih. Kalian berdua boleh percaya diri."


"A-Ah, terima kasih. A-Aku senang?"


"Yulia-sama, ini bukan saatnya mengucapkan terima kasih. Lagipula, saya tidak meminta pendapat tentang tubuh! S-Saya bertanya, apa tidak ada yang Anda pikirkan tentang situasi ini?"


"Pemandiannya luas, ya. Aku menantikannya karena ini pertama kalinya aku masuk. Mungkin itu saja."


"Kkh... Orang ini..."


Elsa memasang ekspresi seperti baru saja mengunyah serangga pahit.


Sejak bertemu, ekspresinya selalu tenang, sampai-sampai Ars berpikir apa otot wajahnya sudah mati. Jadi, dia merasa segar melihat Elsa bisa membuat wajah seperti itu.


Meski begitu, Ars sama sekali tidak mengerti apa yang ingin dia tanyakan.


Dia mati-matian mencari jawaban yang benar di kepalanya, dan menemukan satu jawaban.


Dia pernah dengar ada kebiasaan orang-orang yang akrab untuk saling menggosok punggung di pemandian.


Katanya, dengan begitu, jarak di antara mereka akan memendek, keintiman meningkat, dan mereka bisa menjadi akrab.


"Kalian berdua, kalau belum membersihkan badan, mau kubantu?"


"I-Itu, terima kasih, sih, tapi, anu... Elsa, apa kita minta tolong dia menggosok punggung kita?"


"Yulia-sama, harap tenang. Kenapa kesimpulannya jadi begitu?"


Sambil menghela napas melihat Yulia yang panik, Elsa mengarahkan pandangan tajam padanya.


"...Ars-san, kami sudah selesai membersihkan diri, dan sudah bersih sampai ke setiap sudut, jadi kami menolak."


"Begitu, ya. Kalau begitu, lain kali saja."


Saat Ars berkata dengan nada menyesal, sudut bibir Elsa menegang dan wajahnya semakin memerah.


Lalu, Elsa sepertinya akhirnya sadar kalau pembicaraan mereka anehnya tidak nyambung.


"Saya ada pertanyaan, boleh?"


"Tanyakan saja apa pun."


"Saya dengar Ars-san dikurung, apa Anda punya kesempatan untuk berinteraksi dengan wanita?"


"Aku tidak pernah bertemu siapa pun selain ibuku yang sudah meninggal. Memangnya kenapa?"


"Begitu... saya mengerti. Sebenarnya saya ingin menjelaskan pada Anda perbedaan antara wanita dan pria——sampai Anda mengerti apa itu rasa malu dan lawan jenis, tapi kalau lebih lama lagi, Yulia-sama nanti kedinginan, dan Ars-san juga pasti kedinginan. Kalau begini terus, kita bertiga bisa masuk angin. Mari kita sepakati untuk membicarakannya lagi nanti."


Wajah Elsa yang berbicara cepat itu kemerahannya sama sekali tidak pudar, tapi dia gemetar, jadi mungkin dia kedinginan.


Memang, mengobrol lama sambil telanjang bulat begini bisa berpengaruh untuk besok. Dan yang terpenting, dia merasakan tekanan aneh yang tidak diketahui darinya.


"Aku tidak begitu mengerti... tapi baiklah."


"Kalau begitu, kami permisi dulu. Ayo, Yulia-sama, kita pergi."


"B-Baik. Kalau begitu, Ars, selamat tidur."


Yulia, meskipun terlihat malu, menundukkan kepalanya sedikit dan mencoba melewati samping Ars. Elsa berjalan seolah melindunginya.


"Ya, selamat tidur. Lain kali, ayo kita mandi bersama. Saat itu, biarkan aku menggosok punggung kalian."


Seolah-olah sedang berhadapan dengan teman prianya, Ars mencoba menepuk bahu Elsa saat mereka berpapasan, tapi Elsa menghindar dengan kecepatan yang tidak terlihat oleh mata.


(Hee... dugaanku memang tidak salah. Tidak, mungkin lebih dari itu.)


Ars tanpa sadar merasa kagum. Tapi, tangannya yang kehilangan arah akhirnya malah mengelus punggung Elsa. Saat itu, Elsa melompat dengan aneh seolah-olah dijatuhkan ke pemandian es.


"Hyauu!?"


Elsa, yang mengeluarkan jeritan yang sangat manis itu, terpeleset dan menyeret Yulia, mempertontonkan kejatuhan yang hebat.


"..."


Di depan mata Ars, mereka berdua mengekspos segalanya dalam pose yang tidak pantas. Yulia memasang ekspresi seolah sudah pasrah, sementara Elsa menatap langit-langit dengan mata seperti ikan mati.


"O-Oi, kalian tidak apa-apa...?"


Karena mereka berdua tidak bergerak sedikit pun, Ars mendekat karena khawatir, tapi,


"T-Tidak apa-apa."


Di tengah Ars mengulurkan tangannya, Elsa dengan cepat berdiri dan menyelamatkan Yulia yang masih tertegun.


"Kalian berdua tidak terbentur kepala atau semacamnya, kan?"


"Bukan masalah besar."


"Tidak, tapi... tadi bunyinya keras sekali? Yulia juga entah melihat ke mana."


Yulia, dengan wajah tetap merah, matanya melihat ke sana kemari, panik dan kebingungan.


"Tentu saja, kami akan meminta Anda bertanggung jawab. Anda sudah siap untuk itu, kan?"


Elsa sepertinya sudah menyerah untuk menutupi tubuhnya, dia mencondongkan tubuh ke arah Ars dengan mata tajam, sementara dadanya berguncang hebat.


"O-Oh... tentu saja."


Kalah oleh auranya yang luar biasa, Ars pun mengangguk.


"Baiklah, karena sudah mendapat persetujuan, kami permisi. Ayo, Yulia-sama."


Elsa menarik tangan Yulia dengan cara berjalan yang aneh, mengeluarkan tangan kanan dan kaki kanan secara bersamaan.


"Elsa, semuanya terlihat."


"Maafkan saya, padahal ada saya. Tapi, katanya dia bersedia bertanggung jawab."


Setelah mereka berdua pergi dari pemandian dengan terburu-buru, Ars yang tertegun hanya bisa tersenyum kecut sambil meletakkan tangannya yang kehilangan arah ke belakang kepalanya.


"Kukira Elsa itu orang yang lebih dingin, tapi ternyata dia orang yang cukup menyenangkan."


Dia tidak menyangka Elsa adalah wanita yang suasana hatinya bisa begitu gembira sampai kepribadiannya berubah hanya karena masuk pemandian.


Menemukan sisi tak terduga Elsa, bahwa dia memiliki bagian yang menggemaskan seperti anak kecil, membuat Ars tanpa sadar tersenyum.



Tirai malam terbuka, dan dengan munculnya matahari, orang-orang menyambut hari yang baru.


Ars juga bukan pengecualian. Dia mengintip ke luar dari jendela, dan memandangi menara raksasa.


Matahari tumpang tindih dengan Menara Babel, simbol Kota Sihir.


Sinar matahari pagi berhamburan seperti percikan api, dan cahaya menghujani kota.


Itu tidak mungkin fenomena alam. Pemandangan mistis yang seperti sihir.


Itu adalah pemandangan sehari-hari di Kota Sihir, dan yang terkejut dengan fenomena yang terjadi setiap hari itu hanyalah orang-orang yang datang dari luar.


"Jadi ini yang namanya Hujan Meteor Pagi yang kudengar dari rumor... Pantas saja orang-orang dari negara lain datang untuk melihat ini."


Itu mungkin fenomena yang terjadi karena sinar matahari terpantul oleh sihir 'Penghalang' yang dipasang di Menara Babel.


Atau, ada kemungkinan penyihir yang suka iseng telah merekayasanya.


Itu tidak berdampak buruk pada tubuh manusia, jadi mungkin bukan hal yang perlu diselidiki.


"Ars, sudah bangun?"


Ars berbalik mendengar suara pintu diketuk, dan yang terlihat oleh matanya adalah Karen.


Dia mengenakan zirah kulit, di bawahnya rok setinggi lutut sebagai perlengkapan yang ringan, dan jubah menutupi bahunya.


"Ah, selamat pagi."


"Iya, selamat pagi~. Jadi, apa persiapannya beres?"


"Aku dari awal memang tidak punya apa-apa selain baju ganti. Aku bisa berangkat kapan saja."


"Kalau begitu, ayo kita ke bawah. Semuanya sudah berkumpul."


"Yulia bagaimana? Apa dia masih tidur?"


"Kalau Onee-sama, tadi dia sedang melihat Hujan Meteor Pagi, jadi kutinggal. Sudah kubilang untuk menyudahinya secukupnya, jadi mungkin sekarang dia ada di lantai satu bersama Elsa."


Saat dia turun ke lantai bawah bersama Karen, lebih dari 10 orang Schuler telah berkumpul.


Di antara mereka, ada juga sosok Yulia dan Elsa. Entah sedang memperkenalkan diri atau memang sudah saling kenal, kerumunan orang terbentuk di sekitar Yulia.


"Ini belum semuanya, tapi yang ikut ekspedisi kali ini hanya segini."


"Ada lebih banyak lagi?"


"Soal itu rahasia. Bukannya aku meragukan Ars, tapi skala guild itu sama artinya dengan kekuatan tempur, jadi bakal repot kalau bocor ke guild musuh. Makanya, kami harus hati-hati supaya tidak keceplosan sehari-harinya."


Mungkin agar tidak menyinggung perasaannya, Karen menjelaskannya dengan sangat hati-hati dan sopan, tapi Ars bisa memahami situasinya dengan baik, jadi tidak mungkin ada ganjalan di hatinya.


"Itu wajar saja. Sampai ada istilah 'Perang Guild'."


"Benar kan. Gawat sekali kalau guild peringkat atas menantang perang. Aku sudah melihat banyak guild yang dihancurkan karena itu. Tapi, menang atau kalah itu tidak ditentukan oleh jumlah penyihir, tapi kualitasnya. Makanya, yang lebih penting bukanlah jumlah anggota guild, tapi jangan sampai lawan tahu penyihir seperti apa yang kita miliki."


Di guild ada hierarki, dan diberi peringkat berdasarkan tingkat kontribusi pada Asosiasi Sihir.


Guild yang diberi peringkat akan mendapat berbagai keuntungan dari Asosiasi Sihir.


Penerbitan permintaan khusus, penyediaan alat sihir, izin melihat buku sihir, peminjaman tanah.


Peringkat atas didominasi oleh guild-guild para Demon Lord di peringkat satu digit, dan setelahnya diisi oleh guild-guild dari 24 direktur Kerykeion yang mengelola Asosiasi Sihir.


"Untuk menembus peringkat atas atau bertahan di sana, penguatan kekuatan tempur itu penting. Daripada membajak penyihir, sepertinya lebih cepat menyerap guild lain dengan paksa, tapi bagaimana aturannya soal itu?"


Ke depannya, 'Guild Villeut' kemungkinan besar akan diincar oleh guild lain.


Karena Yulia, yang memiliki Gift Langka [Light] yang diinginkan semua orang, telah bergabung.


"Mereka bisa saja menantang bertarung secara sepihak, tapi kita tinggal tidak menerimanya saja. Meski begitu, celahnya ada banyak, tapi aku tidak berniat kalah dari orang-orang yang menggunakan cara licik. Siapa pun yang macam-macam dengan kami, tidak akan kumaafkan, itu saja."


Tanpa terlihat takut, jawaban Karen penuh dengan percaya diri.


"Begitu... kalau begitu sepertinya tidak masalah."


"Ars, selamat pagi!"


Mungkin pembicaraannya dengan para Schuler sudah selesai, Yulia berlari mendekat.


"Selamat pagi. Sepertinya lelahmu kemarin sudah hilang, ya."


"Iya, capeknya tidak tersisa sama sekali. Daripada itu, apa Ars melihat Hujan Meteor Pagi?"


"Indah sekali. Berkat itu aku jadi bangun. Lain kali, kita lihat bersama?"


"Tentu saja! Pemandangan dari kamar Ars pasti akan menunjukkan keindahan yang berbeda, ya."


Ekspresi Yulia yang menggenggam kedua tangannya di depan dada dipenuhi kebahagiaan.


Lalu, dia melihat ke arah Ars dan Karen bergantian dan menunjukkan senyum cerah.


"Fufu, aku senang Ars dan Karen kelihatannya akrab."


Mendengar kata-kata Yulia, Karen membusungkan dada seolah itu hal yang wajar.


"Dia kan orang yang menolong Onee-sama. Tidak mungkin aku mengabaikannya. Baik sebagai Lehrer 'Guild Villeut', maupun sebagai mantan putri Kerajaan Villeut."


Melihat sosok adiknya yang telah dewasa itu, Yulia menyipitkan matanya seolah silau.


"Karen, kamu sudah dewasa, ya. Padahal dulu kamu nakal sekali sampai tidak terkendali, dan selalu merepotkan pelayan."


"Apa separah itu?"


Saat Ars bertanya, Yulia mengangguk berkali-kali dengan gembira, terlihat sangat senang.


"Iya, benar sekali. Kalau memecahkan vas, dia menyalahkan pelayan, kalau mencoret-coret, dia menyalahkan pelayan, dan puncaknya, dia menendang pantat diplomat negara lain dan menyalahkan Perdana Menteri."


"...Hebat juga itu tidak berkembang menjadi masalah diplomatik."


"Semua orang sangat baik dan memaafkannya karena itu ulah anak kecil. Tapi, Karen malah besar kepala dan tindakannya jadi semakin ekstrem. Akhirnya, dia dimarahi Ayah, dimasukkan ke penjara, dan menangis menjerit-jerit."


"Hei, Onee-sama, jangan dirusak dong! Padahal tadi aku terlihat penuh wibawa!"


"Karen kan kemarin juga bilang di depan Ars kalau aku bau. Bukan cuma itu. Kamu juga menipuku soal pemandian, kan."


Dia pikir adiknya akan menjabarkan keburukannya, tapi sepertinya Yulia masih kesal soal kejadian kemarin.


Meski begitu, dia tetap memasang senyum tenang laksana seorang ibu yang penuh kasih, yang malah membuat bulu kuduk merinding.


Karen sepertinya merasakan hal yang sama, dia mundur selangkah dan bibirnya berkedut.


"Ugh, habis... itu kan benar——bukan, Onee-sama itu selalu wangi. Yang kemarin itu mungkin cuma perasaanku saja. Lagipula, aku kan sudah minta maaf soal keisengan itu. Boleh dong, dimaafkan?"


Karen berkata begitu, tapi Yulia tetap tersenyum, ekspresinya tidak berubah seolah memakai topeng.


Ars tidak tahu apa yang sedang dipikirkannya, jadi dia mencoba memeriksa detak jantung dan denyut nadinya dengan [Hearing], tapi semuanya normal dan tidak ada perubahan, yang malah membuatnya semakin takut.


Ruangan yang seolah akan hancur oleh tekanan aneh itu tiba-tiba terpecah.


"Apa yang sedang kalian lakukan..."


Tersadar oleh suara yang terheran-heran itu, mereka bertiga mengarahkan pandangan ke tempat yang sama.


Elsa berdiri di sana dengan tenang. Seperti biasa, ekspresinya datar, dia juga memasang ekspresi yang tidak bisa ditebak apa yang sedang dipikirkannya, tapi dibandingkan dengan Yulia barusan, emosinya jauh lebih mudah dibaca.


"Elsa! Syukurlah kamu datang!"


Karen memeluk penyelamatnya dan membenamkan wajahnya di dada Elsa yang berisi.


Elsa, yang tidak bergerak sedikit pun meskipun tiba-tiba dipeluk, mengelus punggung Karen dan menghela napas.


"Karen-sama, yang lain sudah saya suruh berangkat duluan. Astaga... apa yang kalian bertiga bicarakan sampai berlama-lama begini."


"T-Tidak ada apa-apa. Ayo kita juga berangkat. Onee-sama juga tidak apa-apa, kan?"


Seperti yang diduga, bahkan seorang Karen pun sepertinya tidak punya keberanian untuk mengungkit topik tadi.


"Fufu, Karen ini panik sekali, manisnya."


Tidak tahu apa yang dipikirkannya di balik senyumannya, tapi Yulia, yang telah menghilangkan aura menakutkannya, mengangguk pada Karen.


"Aku bisa berangkat kapan saja. Ars tidak apa-apa?"


"Hm... Ah, kota naga, ya. Aku menantikannya."


"Baiklah, kalau sepertinya tidak ada masalah, ayo kita pergi."


Mengikuti kata-kata Elsa, mereka keluar dari bar yang merupakan markas 'Guild Villeut'.


Setelah mereka berempat mulai berjalan menuju Menara Babel, Ars menanyakan hal yang mengganggunya.


"Ngomong-ngomong, tadi ada beberapa Schuler yang tinggal, apa mereka tidak ikut?"


"Hari ini mereka jaga rumah. Kita tidak bisa membiarkan bar libur terus kan. Lagipula, repot juga kalau markas dikosongkan lalu diberantakin orang. Makanya, biarpun hari libur, pasti ada beberapa orang yang tinggal."


Mendengar kata-kata Karen, Ars mengerti, 'benar juga'.


"Apa Ars tahu?"


Yulia-lah yang mengajaknya bicara.


"Tahu apa?"


"Aku belum melihat anak-anak sejak datang ke kota ini, apa kamu tidak merasa aneh?"


"Kalau dipikir-pikir..."


Dia baru sadar setelah diberitahu, tapi sejak mengunjungi Kota Sihir dia belum melihat sosok anak-anak.


Orang-orang yang berpapasan dengannya sekarang pun, meskipun rasnya berbeda-beda, semuanya orang dewasa.


"Kalau anak-anak, mereka ada di area pemukiman tempat Menara Babel berada, atau di distrik khusus di utara."


Karen-lah yang menjawab pertanyaan mereka berdua.


"Kalau dipikir-pikir, aku belum banyak menjelaskan tentang Kota Sihir pada kalian berdua, ya."


Karen mengangkat bahu sambil berjalan.


"Tempat kita berada sekarang ini adalah distrik hiburan di selatan. Kalian pasti tahu karena ada bar, tapi ini adalah tempat yang keamanannya tidak terlalu baik di Kota Sihir. Tapi, karena harga tanahnya bisa dibeli murah, jadi menurutku kesannya tidak buruk. Tapi, tetap saja bikin kesal karena harga tanahnya beda sepuluh kali lipat dibanding kota lain."


Katanya, Kota Sihir dibagi dengan rapi. Selain di sini, jika ingin mencari barang-barang seperti alat sihir, bisa ke distrik komersial di timur, jika ingin senjata dan zirah, bisa ke distrik industri di barat, lalu ada distrik khusus di utara tempat tinggal orang-orang kaya yang dikelilingi penjagaan ketat dan tembok tinggi, dan area pemukiman di tengah tempat Menara Babel berada.


"Guild kami juga begitu, tapi ada banyak orang yang punya anak di guild. Orang-orang seperti itu tinggal bersama anak-anak mereka di area pemukiman."


Setelah selesai mendengarkan cerita itu, Ars melihat ke arah Yulia di sebelahnya.


"Begitu katanya. Sepertinya ini kota yang cukup menarik."


"Iya, ya. Kalau Ars tidak keberatan, aku ingin pergi ke distrik komersial bersamamu."


"Boleh. Kalau ada waktu, kita pergi. Aku tidak sabar melihat barang apa saja yang dijual."


"Fufu, aku sangat menantikannya."


"Lho, kalau Onee-sama pergi, aku juga ikut," kata Karen sambil memeluk lengan Yulia.


"Tapi, hari ini kita akan pergi ke 'Lost Land'. Akrab itu memang menyenangkan, tapi langkah kalian terhenti."


Mendengar teguran Elsa dari belakang, mereka bertiga bergegas menuju Menara Babel.



——Menara Babel.


Ini adalah tempat disimpannya literatur berharga, buku sihir, dan alat sihir yang dikumpulkan dari seluruh dunia.


Selain itu, Peringkat diperlukan untuk melihat buku sihir, dan jika ingin melihat buku sihir yang lebih berharga, syaratnya adalah Peringkat Pertama——ada buku sihir yang hanya bisa dilihat oleh Demon Lord.


Jika Gift seseorang cocok dengan buku sihir, kemungkinan besar dia bisa mempelajari sihir baru saat itu juga.


Itulah sebabnya, para penyihir yang bernaung di bawah Asosiasi Sihir semuanya bertujuan menaikkan Peringkat mereka agar bisa melihat buku sihir dengan bebas.


"Tempat yang indah, ya."


Ars dan yang lain sekarang berada di dalam Menara Babel, di tempat yang disebut 'Lantai Bawah'.


Tersadar oleh suara Yulia, Ars menengadah ke atas. Ruangan itu terbuka sampai ke atas, dan langit-langitnya begitu tinggi sampai terlihat berkabut.


Saat dia mengalihkan pandangannya ke bawah, dia kewalahan melihat banyaknya orang. Entah apa mereka benar-benar berjalan dengan tujuan, puluhan orang berlalu-lalang dengan sibuk di depan Ars dan yang lain.


"Apa para Demon Lord juga tinggal di Menara Babel?"


Karen bereaksi terhadap kata-kata Ars.


"Tidak, mereka tidak tinggal di sini. Para Demon Lord diberi wilayah oleh Asosiasi Sihir, dan mereka memerintah di sana. Jadi, yang tinggal di Menara Babel hanya penyihir sampai Peringkat Kedua. Tapi, lantai 70 sampai 80 ditetapkan sebagai Wilayah Demon Lord, jadi tidak ada yang bisa masuk."


"Ada apa di Wilayah Demon Lord?"


"Sepertinya ada literatur berharga dan buku sihir yang dikumpulkan oleh para Demon Lord dari generasi ke generasi dari seluruh dunia. Aku cuma dengar dari rumor, jadi tidak tahu apa itu benar atau tidak, dan yang bisa masuk ke sana hanya para Demon Lord. Makanya, detailnya tidak ada yang tahu."


"Kedengarannya tempat yang menarik, tapi sayang sekali kita tidak bisa masuk."


"Padahal katanya sampai baru-baru ini, orang bisa pergi sampai ke atap, kecuali beberapa lantai tertentu. Tapi katanya sejak suatu hari, aturannya jadi ketat."


"Memangnya ada apa?"


"Katanya sih, pengetahuan sihir tentang Gift yang sedang diteliti para Demon Lord dicuri... Tapi, tidak ada buktinya, jadi tidak tahu juga apa itu benar-benar dicuri, dan hampir dianggap tidak berdasar, paranoia, atau 'tidur saja'. Para Demon Lord yang tidak terima akhirnya jadi kalap mencari pelakunya."


Karen mengangkat bahu dengan wajah seolah ingin berkata 'konyol sekali'.


"Asosiasi Sihir jadi kacau balau. Katanya ada juga Demon Lord yang bilang itu ulah Gereja Hukum Suci, dan hampir terjadi perang."


"Bagi penyihir, pengetahuan sihir itu terkadang lebih penting daripada nyawa."


Ars, yang telah menguping berbagai hal dengan [Hearing], sebenarnya tidak dalam posisi untuk mengatakannya, tapi kalau sampai mencuri pengetahuan sihir dari para Demon Lord, pelakunya pasti sangat ahli.


Para Demon Lord pasti tidak tinggal diam saja.


Mereka pasti sudah mengambil tindakan pencegahan menggunakan berbagai sihir, seperti [Detection], [Surveillance], [Trap], dan [Barrier].


Kalau pengetahuan sihirnya tetap dicuri, kemungkinan besar lawannya adalah penyihir yang sebanding dengan Demon Lord.


Jika menggunakan metode eliminasi, wajar jika Gereja Hukum Suci, tempat Ten Holy Heavens of Sacred Law bernaung, dicurigai.


"Yah, katanya sih perang bisa dihindari karena ketahuan Gereja Hukum Suci juga jadi korban, tapi gara-gara itu, negara-negara sekitar juga mulai mengaku jadi korban, dan sekarang, penyihir yang mencuri pengetahuan sihir dari seluruh dunia itu——disebut 'Mimir, Essence of Magic'."


Di sini juga 'Mimir, Essence of Magic'.


Bahkan saat Ars dikurung, kalau dia menguping dengan [Hearing], "Mimir, Essence of Magic" memang selalu membuat keributan. Masih tidak puas dengan itu, sungguh merepotkan bahwa dia telah menyebabkan kekacauan besar yang melibatkan negara-negara di seluruh dunia.


"Aku ingin tanya, apa 'Mimir, Essence of Magic' ada di Kota Sihir?"


"Rumornya sih kadang kudengar, tapi tidak ada orang yang bilang pernah melihatnya."


"Sayang sekali. Padahal aku ingin bertemu dengannya..."


"Lho, jangan-jangan, kamu sedang mencari 'Mimir, Essence of Magic'?"


"Ya. Tapi, sepertinya tidak ada cara lain selain mencarinya secara perlahan-lahan."


"Begitu, ya~. Menurut informasi terbaru, Kerajaan Ratu Soleil di timur katanya menjadikan 'Mimir, Essence of Magic' sebagai buronan berhadiah. Katanya sih rahasia negara mereka dicuri, dan Ratu sangat marah karena itu bisa menyebabkan pelanggaran serius. Soal itu, negara lain juga ikut-ikutan, dan sepertinya ada desakan agar dia dijadikan buronan internasional."


"Aku ingin menemukan 'Mimir, Essence of Magic' sebelum dia tertangkap."


Penyihir "Mimir, Essence of Magic" yang menggemparkan dunia, bahkan [Hearing] milik Ars pun tidak bisa menangkap "suara"-nya. Tapi, Ars pasti akan menangkapnya dengan tangannya sendiri, dan mendapatkan pengetahuan sihir yang telah dikumpulkannya.


"Lalu, apa ada buku sihir yang bisa dibawa keluar dari Menara Babel bahkan oleh penyihir Kelas D?"


Penyihir yang bernaung di bawah Asosiasi Sihir memiliki hierarki 12 tingkat yang disebut Peringkat, tetapi pada saat yang sama, mereka juga diberi penanda Kelas.


Peringkat Pertama adalah Penyihir Kelas S, Peringkat Kedua adalah Penyihir Kelas A, penyihir Peringkat Ketiga sampai Kelima adalah Penyihir Kelas B, Peringkat Keenam sampai Kesembilan adalah Penyihir Kelas C, Peringkat Kesepuluh sampai Kedua Belas adalah Penyihir Kelas D.


Yang memberi penanda Kelas pada penyihir adalah negara-negara yang tidak terbiasa dengan Peringkat. Peringkat adalah hierarki yang dibuat sendiri oleh Asosiasi Sihir, dan negara lain membedakan kekuatan penyihir berdasarkan Kelas. Baik Kelas maupun Peringkat sudah ada sejak lama, jadi di Asosiasi Sihir keduanya bisa dimengerti, tapi ada juga negara yang hanya mengerti Kelas.


"Sayang sekali, tapi sejak dulu, bahkan Demon Lord pun dilarang membawa buku sihir ke luar. Tapi, menyimpan pengetahuan di kepala dan membawanya ke luar itu mungkin. Pengetahuan itu bisa disampaikan ke rekan, mengajari mereka cara memakai sihir, atau disampaikan ke negara asal untuk memperkuat kekuatan tempur."


Entah baik ataupun jahat, asalkan punya niat untuk belajar, Kota Sihir tidak akan menolak. Itulah sebabnya, penyihir dari seluruh dunia datang untuk belajar, demi kemajuan negara asal mereka, atau demi mencapai ambisi mereka untuk menjadi Demon Lord.


"Sepertinya aku harus menyerah soal membawanya ke luar. Aku sudah mengerti garis besarnya. Terima kasih penjelasannya."


"Tidak apa-apa. Tanyakan saja apa pun. Kalau itu dalam jangkauan pengetahuanku, akan kuberitahu."


Sambil mengobrol seperti itu, mereka tiba di sebuah tempat di bagian timur laut Lantai Bawah Babel.


"Jadi ini Gerbang Teleportasi."


Di depan Ars ada sebuah bangunan aneh yang terlihat seperti hanya kerangka tanpa pintu yang berdiri. Di tempat yang seharusnya ada pintu, ada sesuatu seperti selaput tipis yang beriak, dan orang-orang yang menyentuhnya menghilang seolah-olah ditelan.


"Katanya 1.000 tahun yang lalu, ada Gerbang Teleportasi di Menara Babel periode pertama, tapi sepertinya itu hancur dalam perang antara 'Demon Emperor' dan para Dewa, dan yang ini adalah yang dipulihkan sekitar 300 tahun yang lalu."


"Ini beroperasi dengan menyerap kekuatan sihir, kan."


"Benar sekali. Begitu disentuh dengan tangan, kekuatan sihir penggunanya akan otomatis tersedot dan Gerbang Teleportasi akan aktif. Anggap saja kekuatan sihir itu seperti biaya tol."


Gerbang Teleportasi adalah salah satu pengetahuan rahasia Asosiasi Sihir. Pembuatnya sudah meninggal, tapi metode pembuatannya masih ada.


Ars sudah pernah mendengarnya beberapa kali.


Alat sihir kolaborasi "Gerbang Teleportasi" oleh para penyihir hebat yang memiliki Gift [Enchantment] dan [Blacksmithing].


Itu dibuat 1.000 tahun yang lalu, jadi pengetahuan yang didapat Ars dengan [Hearing] hanya sebatas metode perawatan.


Untuk mengetahui metode pembuatannya, dia harus menaikkan Peringkatnya sampai bisa melihat dokumennya, atau, kalau Gerbang Teleportasi ini rusak, mereka pasti akan memperbaikinya, jadi kalau dia menghancurkan benda yang ada di depannya ini, dia mungkin akan dapat informasinya.


"Tapi, bukannya aku menginginkannya sampai segitunya."


Kecuali kalau di masa depan dia akan tinggal di kastel, dia tidak membutuhkan Gerbang Teleportasi sebesar ini. Akan bagus kalau bisa dibuat versi kecilnya, tapi mungkin tidak ada orang yang punya keahlian sehebat itu.


Mungkin Dwarf yang tinggal di tempat yang disebut Kekaisaran Bawah Tanah ada yang bisa membuatnya...


"Kupikirkan saja nanti kalau memang perlu."


"Maaf mengganggu di saat kamu sedang mengerti sendiri, tapi apa ada pertanyaan lain?"


"Saat ini tidak ada."


"Kalau begitu, karena kamu sudah mengerti, silakan duluan."


"Eh, oi——"


Ars, yang punggungnya didorong, menghilang ke dalam Gerbang Teleportasi.


Melihat sosoknya itu, Karen tertawa terbahak-bahak.


"Ahaha, D-dia pasang wajah kaget. Wajahnya seperti waktu membakar goblin."


"Siapa pun yang pertama kali menggunakan Gerbang Teleportasi pasti akan memasang wajah seperti itu. Itu hanya terjadi di awal, jadi itu adalah wajah sekali seumur hidup——itu pasti akan jadi kenangan indah bagi Ars-san karena terekam dalam ingatan seseorang."


Nada suara Elsa juga terdengar diwarnai kegembiraan.


Berbeda dengan mereka berdua, Yulia menunjukkan reaksi yang berbeda dan menatap adiknya dengan pandangan mencela.


"M-mou, Karen ini... nanti minta maaf ke Ars, ya."


"Tidak mau. Dia kan selalu pasang wajah 'aku tidak akan goyah oleh apa pun'. Rasakan, kan. Sesekali pasang wajah seperti itu bagus juga untuk melatih otot wajah."


"Astaga, kamu ini..."


"Kalau khawatir, Onee-sama juga pergilah."


Karen meletakkan tangannya di kedua bahu kakaknya dari depan, lalu mendorong Yulia dengan sekuat tenaga.


"Ah... Karen! Kamu ini, ya!"


"Waduh, Onee-sama juga pasang wajah yang bagus."


Karen melambai pada kakaknya yang menghilang. Senyumannya menawan seperti bunga yang mekar, tapi juga memancarkan aura jahil seperti iblis kecil.


"Kalau begitu, karena sudah berhasil mengantar mereka berdua, ayo kita juga per——"


Karen yang berbalik merasakan dorongan di dadanya.


"Tu-!?"


Sambil terhuyung-huyung, Karen berhasil menahannya. Di depannya, ada Elsa yang berwajah datar.


"Karen-sama, berapa kali pun mengalami hal yang sama, Anda selalu terkejut dengan ekspresi yang berbeda, jadi Elsa merasakan kegembiraan yang tak terduga."


"Kkh, Elsa! Kamu ini, apa maksudmu!?"


"Katanya Karen-sama yang mengantar Ars-san ke pemandian wanita, ya. Gara-gara itu, tubuh saya dilihat sampai ke setiap sudut. Untungnya, Ars-san sepertinya bersedia bertanggung jawab, tapi kalau salah langkah sedikit saja, saya bisa menghabiskan sisa hidup saya sendirian."


"Eeh... soal itu aku memang merasa bersalah, tapi... tidak perlu dipikirkan sampai segitunya, kalau Elsa, kan, bisa pilih-pilih pria sesukamu."


Bahkan dari sudut pandang Karen, Elsa itu cantik. Tidak, siapa pun yang melihatnya pasti akan memujinya cantik.


Sensualitas yang terpancar dari kecantikannya yang sempurna memancarkan madu manis dan menarik mata pria.


Saat mereka masih di Ibukota Kerajaan, lamaran untuk Elsa tidak pernah berhenti, karena orang-orang ingin mengagumi parasnya yang rupawan itu.


Hanya dengan kakaknya Yulia dan Elsa berjalan berdampingan saja, orang-orang sudah akan menghela napas kagum.


"Kamu kan masih muda, bagaimana kalau kamu pikirkan lagi? Ke depannya juga pasti akan banyak pria yang mendekat."


"Saya bukan wanita yang tidak setia."


"Tapi, kurasa maksud Ars bilang 'bertanggung jawab' itu bukan seperti itu."


"Sekali pria mengatakannya, seharusnya tidak ada kata kedua. 'Saya tidak tahu'. 'Saya tidak siap'. Tidak bisa begitu saja. Saya rasa tidak akan terjadi, tapi, saat itu tiba, saya akan meminta maaf pada Yulia-sama, memenggal kepala Ars-san, dan saya akan berkabung seumur hidup."


'Ini gawat', pikir Karen.


Dia tidak menyangka keisengan yang dilakukannya karena iseng akan menjadi situasi seperti ini.


Karen juga sama, tidak ingin tubuh telanjangnya dilihat oleh pria, tapi, ini adalah sisi yang tak terduga.


Dia mengira, dari sifat Elsa, dia akan menanggapinya dengan santai, atau memberikan respons yang lebih dewasa.


"Elsa... apa kamu sepolos itu?"


"Saya sudah memutuskan bahwa pria yang melihat kulit saya hanyalah satu orang seumur hidup saya."


"Kurasa pemikiran itu bagus. Aku juga merasakan hal yang sama. Tapi... kan bisa saja ada kemungkinan kamu tidak sengaja terlihat oleh orang lain karena kecelakaan atau semacamnya."


"Saat itu, saya akan bunuh diri dan meminta maaf pada Ars-san."


Jawaban langsung. Sama sekali tidak ada tanda-tanda berpikir. Itu adalah kalimat yang sangat gagah dan menyegarkan.


"Tekadnya benar-benar sudah bulat..."


Karen bergidik. Elsa tidak terlihat sedang bercanda atau berbohong.


Rencana masa depan di dalam kepalanya pasti sudah selesai.


Elsa adalah wanita yang sempurna.


Dia pasti sudah memikirkan segalanya, mulai dari jumlah anak, tata letak rumah, sampai soal hari tua.


"Lagipula, kan cuma dilihat telanjang sebentar... apa itu tidak terlalu berlebihan...?"


Pasti Elsa hanya melebih-lebihkan untuk membuat Karen merenung.


Benar. Pasti begitu. Dia memutuskan untuk meyakini hal itu.


Karena itu, Karen menepuk bahu Elsa dengan ringan dan tersenyum.


"Tenanglah. Kalau cuma sebentar, tidak masalah."


"Bukan 'sebentar'."


Elsa membiarkan bayangan melintas di mata birunya, dan kemarahan yang tenang terpancar di bibirnya yang sensual.


"Semuanya."


"Hik——"


Karen, dengan wajah pucat, didorong oleh Elsa dan menghilang ke dalam Gerbang Teleportasi.


Begitu Gerbang Teleportasi digunakan, kekuatan sihir akan disedot secara paksa, dan sihirnya akan langsung aktif.


Secara perasaan, tidak sampai satu detik, dan orang akan langsung terlempar ke tempat yang terhubung.


"Kyan!?"


Karen, yang melompat keluar dari Gerbang Teleportasi seolah-olah berguling dari punggungnya, jatuh ke tanah dengan pose yang tidak elit, kontras dengan jeritannya yang manis.


Karena bentuknya seperti gagal teleportasi dengan heboh, terdengar suara tawa tertahan dari orang-orang di sekitarnya.


"...Kenapa Karen juga pose-nya begitu?"


Ars tanpa sadar bergumam.


Tapi, yang bereaksi adalah orang di sebelahnya——orang yang melompat keluar dengan pose yang sama seperti Karen.


"Uu, malu sekali."


Yulia menyandarkan dahinya ke bahu Ars dan membenamkan wajahnya, seolah melarikan diri dari pandangan orang-orang di sekitarnya.


"Ini yang namanya karma, ya... Ars juga, maaf ya. Sudah membebanimu dengan orang aneh itu, kamu bakal repot mulai sekarang."


"Oh? Tidak usah terlalu dipikirkan. Aku malah senang karena ini pertama kalinya aku pakai Gerbang Teleportasi. Akan kuanggap ini pengalaman berharga."


"Bukan itu maksudnya... selain itu, aku juga merasa bersalah pada Onee-sama——tidak, kalau kalian berdua sepertinya akan akrab, jadi soal itu tidak perlu kupikirkan, ya."


"Dari tadi kau ini bicara apa."


"Bukan apa-apa. Aku cuma baru sadar dengan sungguh-sungguh kalau memang lebih baik berhenti iseng."


Dia mengatakan hal yang patut dipuji dengan pose yang memalukan, tapi sejujurnya, Ars tidak berpikir dia benar-benar merenung.


Kalau ada hal serupa lagi, dia pasti akan mengulanginya.


Saat Ars bingung harus berkata apa pada gadis yang tidak kapok itu, Elsa muncul.


Dia melirik sekilas ke arah Karen yang masih tergeletak, lalu memeriksa jam sakunya dan membuka mulut.


"Sepertinya semuanya sudah tiba dengan selamat. Masih ada waktu sampai waktu berkumpul, jadi bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar di kota. Yulia-sama, Ars-san, apa ada tempat yang ingin kalian kunjungi?"


Di belakangnya, Karen berdiri, dan tumben sekali dia diam dan tenang.


Ars penasaran apa yang terjadi di antara mereka berdua, tapi suasananya tidak memungkinkan untuk bertanya.


Jadi, Ars memutuskan untuk mengutarakan permintaannya.


"Aku ingin melihat belati. Dan kalau bisa, aku juga ingin beli baju."


Baju itu tentu saja untuk 'lulus' dari penampilannya yang lusuh.


Dia tidak terlalu peduli dengan pandangan orang lain, tapi Yulia dan yang lain yang membawa Ars juga mendapat pandangan aneh.


Demi kehormatan mereka, sebaiknya dia membeli baju.


"Kamu kan bisa menggunakan sihir sehebat itu, jadi kurasa Ars tidak perlu senjata."


Diberitahu begitu oleh Yulia, Ars mengangkat bahunya.


"Ini untuk keadaan darurat kalau kekuatan sihirku habis. Selain itu, aku ingin menghemat kekuatan sihir kalau lawannya tidak perlu sampai pakai sihir."


Tidak ada salahnya memiliki banyak cara untuk menyerang. Selain itu, aku juga harus memeriksa kecocokannya dengan [Hearing]. Sebaiknya aku membiasakan diri dengan senjata di sekitar sini.


"Kalau begitu, mungkin <Badger's Nest>. Di sana ada semuanya."


"Aku tidak terpikir barang yang kuinginkan, jadi ayo kita ke sana dulu."


Setelah Yulia menyetujui usulan Karen, pandangan pun terpusat pada Elsa yang tersisa.


"Sepertinya pendapatnya sudah sama, jadi mari kita pergi ke <Badger's Nest>."


Negeri Naga, Schreier, adalah kerajaan yang dikuasai oleh Beastmen, Dragonewt, atau yang biasa disebut Demi-human.


Itu adalah negara anggota Aliansi Demi-human, dan menjalin hubungan persahabatan dengan Asosiasi Sihir.


Sebagai bagian dari pertukaran, Gerbang Teleportasi di Menara Babel terhubung dengan Ibukota Negeri Naga, Schreier, yaitu Altaal.


Ars sekali lagi memastikan situasi di sekitar tempat Gerbang Teleportasi diletakkan.


Memang ada banyak orang, tapi tidak ada hal yang menarik perhatian. Sepertinya ini adalah tempat yang dibangun khusus untuk Gerbang Teleportasi.


Saat mereka berempat keluar, ada jalan raya besar, dan toko-toko berjejer seolah mengapitnya.


Sedikit lebih jauh di depan——di sekitar bagian tengah, ada alun-alun dengan air mancur.


Di tengah air mancur ada patung naga raksasa, dan di sekelilingnya ada para Dragonewt dengan fisik yang diberkahi dan memiliki kekuatan sihir yang luar biasa. Entah apa mereka sedang memanjatkan doa, mereka yang berkumpul di alun-alun itu serempak menundukkan kepala ke arah patung. Saat Ars terpana oleh pemandangan yang tidak biasa itu, Karen membuka mulut.


"Itu ibadah. Sudah menjadi rutinitas harian Dragonewt untuk berdoa di pagi dan malam hari, di alun-alun air mancur pusat atau di kapel yang ada di empat penjuru Altaal."


"Oh, jadi itu... Aku kaget karena baru pertama kali melihatnya."


"Aku juga kaget waktu pertama kali. Oh ya, hati-hati ya, karena bakal repot kalau mengganggu ibadah mereka."


"Ya, akan kuingat baik-baik."


"Kalau begitu, karena sudah mengerti, ayo kita pergi. Tempatnya dekat, kok."


Mereka berjalan menyusuri jalan raya dengan Karen di depan.


Akhirnya, mereka tiba di <Badger's Nest>, yang memasang papan nama bergambar badger.


Dindingnya terbuat dari kaca sehingga bagian dalam toko terlihat dari luar. Di dalam toko, zirah dan pedang yang megah dipajang, dan barang-barang kecil berjejer di rak.


"Ini adalah toko cabang dari guild yang beraliansi dengan kami. Mereka akan memberikan banyak diskon."


Karen membuka pintu dan masuk dengan gerak-gerik seolah sudah biasa.


Ars dan yang lain mengikutinya masuk dan disambut oleh aroma bunga.


Senjata dan zirah dengan dekorasi manis diletakkan di pintu masuk, dan ada rak yang diletakkan seolah mengapit lorong.


Rak itu terdiri dari tiga tingkat. Tingkat atas berisi cincin dan kalung, tingkat tengah berisi botol-botol kecil berisi cairan, dan tingkat bawah berisi kosmetik. Semuanya memancarkan sedikit kekuatan sihir, jadi sepertinya itu adalah alat sihir.


Yulia memandangi rak aksesoris dengan mata berbinar, terlihat senang.


"Ars, apa kamu tidak berpikir ini sangat indah?"


"Benar. Semuanya dibuat dengan detail. Yang ini sepertinya cocok untuk Yulia."


Yang ditunjuk Ars adalah hiasan rambut berwarna putih, berbentuk bunga lili.


"Benarkah? Apa cocok untukku...?"


"Pasti akan terlihat indah di rambut perakmu——yang ini mungkin bagus juga."


Berikutnya, Ars mengambil head-dress anggrek bulan.


Ukurannya beberapa kali lebih besar dari yang tadi, tapi sepertinya tidak akan terasa aneh jika Yulia memakainya.


Ars menempelkan head-dress anggrek bulan itu ke sisi kepala Yulia.


"Tuh, kan, indah."


"Ars lebih suka yang mana?"


"Soalnya cocok. Aku suka Yulia yang memakai keduanya."


"Fufu, aku sangat senang, tapi cara bicaramu itu licik."


"Begitu? Padahal aku cuma bilang yang sebenarnya."


"B-Begitukah... Kalau begitu, apa sebaiknya aku beli keduanya, ya..."


Yulia mulai menimbang-nimbang keduanya dengan serius, jadi Ars menjauh agar tidak mengganggunya.


Saat itu, di ujung pandangannya, dia melihat Elsa berdiri mematung.


Saat dia mengikuti arah pandangannya untuk melihat apa yang sedang dilihat Elsa, ternyata ada banyak boneka plush yang diletakkan di sana.


Menerima tatapan tajam Elsa, rasanya boneka-boneka plush itu sampai keringat dingin.


Meskipun seharusnya tidak hidup, entah kenapa, terjadi fenomena aneh di mana perasaan mereka tersampaikan.


"Kamu mau?"


Saat Ars bertanya, bahu Elsa bereaksi kaget.


"Tidak, saya hanya suka melihatnya. Lagipula, pajangan semanis ini kasihan kalau diletakkan di kamar saya yang suram."


"Bukankah pajangan itu ada justru untuk menghiasi kamar yang suram?"


"...Memang ada benarnya juga."


"Lagi pula, mungkin kamu akan menyukainya kalau sudah diletakkan. Kalau ternyata kamu merasa tidak perlu, kan bisa diberikan ke anak Schuler?"


"Anak... benar juga. Mungkin sebaiknya saya membelinya untuk anak-anak saya di masa depan. Karena seharusnya saya punya dua anak perempuan."


Ars memiringkan kepalanya mendengar cara bicara Elsa yang aneh.


Tapi, sesuatu segera terlintas di benaknya.


Mungkin adik, atau kakaknya, atau kerabat dekatnya ada yang akan melahirkan.


"Ah, boneka plush seperti ini pasti akan disukai anak perempuan."


"Jika suami saya bilang mau, saya tidak akan menolak. Ayo kita beli. Sebenarnya saya ingin Ars-san juga ikut mengeluarkan uang, tapi kali ini biar saya yang bayar."


Elsa benar.


Saat dikurung, dia tidak ada urusan dengan hal itu, tapi dia pernah dengar ada yang namanya hadiah melahirkan di kalangan bangsawan. Dia memang belum pernah bertemu dengan saudari Elsa, Otto-san, tapi ini juga semacam takdir. Karena sudah memberi saran, mungkin sebaiknya dia menemaninya sampai akhir.


Tapi, Ars yang kabur hanya punya satu keping koin emas peninggalan ibunya yang telah meninggal.


"Maaf, ya. Aku sedang tidak punya banyak uang..."


Saat Ars berkata dengan nada menyesal, Elsa berkedip beberapa kali lalu tersenyum.


Ars sempat terpesona sejenak melihat ekspresi langka Elsa.


Dia bisa memasang ekspresi lembut seperti itu, perasaan tenang itu sangat membekas di hatinya.


"Saya tahu. Tapi, mulai sekarang Anda akan mencari nafkah dengan benar, kan?"


"Ya, aku berniat mencari nafkah dengan benar. Serahkan saja padaku."


"Kalau begitu, tidak perlu dipikirkan. Untuk saat ini, sebaiknya Anda mengandalkan saya. Hal-hal seperti ini memang harus saling mendukung."


Elsa, yang berkata begitu, kembali menatap boneka plush itu.


"Dua anak perempuan, tiga anak laki-laki... tergantung Ars-san, mungkin lebih... Kalau beda umurnya dekat, daya tahannya... Ada kemungkinan kembar dua atau tiga juga... Kalau begitu, fungsionalitasnya... Apa lebih baik kembar dan serasi, ya... Saya bingung."


Ars tersenyum kecut pada Elsa yang mulai bergumam.


Jumlah anaknya bertambah. Sepertinya saudari Elsa, Otto-san, punya banyak anak.


Wajahnya saat memilih boneka plush itu serius, dan tatapannya dipenuhi kasih sayang yang dalam.


"Tegas, tapi juga lembut, ya. Seperti yang diharapkan dari orang yang menangani semua pengelolaan guild."


Bisa dimengerti kenapa Yulia dan Karen memercayainya.


Dan, Ars tidak sadar bahwa 'jaring' di sekelilingnya sedang ditutup.


Karena sampai akhir, percakapan mereka berdua tidak pernah nyambung.


"Uwaa... kalau sudah sampai tahap itu, tidak bisa dihentikan lagi. Semoga saja Ars tidak mengatakan hal aneh dan ditusuk."


Karen menguping pembicaraan Ars dan Elsa dengan perasaan cemas dan berdebar-debar.


Seolah lari dari tanggung jawab, dia menggelengkan kepalanya sekali, lalu mendekati Ars sambil berpura-pura tenang.


"H-Haaai. A-Ars, belati dan semacamnya ada di sebelah sini~"


"Hm... Ah, terima kasih. Ngomong-ngomong, kau agak aneh."


"Tidak usah pedulikan aku! Cepat pilih senjatamu!"


"A-Ah. Iya, mengerti, tapi kenapa aku harus dimarahi."


Didorong oleh Karen, Ars menemukan rak tempat belati dan pedang pendek diletakkan, lalu berhenti.


Pedang pendek dan belati yang dipajang tidak berdebu, harganya bervariasi, tapi biarpun murah, barang itu dirawat dengan hati-hati satu per satu, tidak ada bedanya dengan barang mahal. Mungkin barang-barang itu dipoles setiap hari. Itu adalah pemandangan yang membuat kasih sayang pembuatnya sangat terasa.


Dengan satu koin emas Kekaisaran, dia bisa membeli dua belati perunggu, atau satu belati tembaga.


Peringkat di atas itu——Besi, Perak, Emas, Mithril, harganya sudah pasti tidak terjangkau.


"Bagaimana, apa kamu menemukan sesuatu yang kamu inginkan?"


Saat ditegur, dia melihat ke samping dan Yulia berdiri di sana.


"Aku ingin dua belati seharga satu koin emas Kekaisaran... tapi aku sama sekali tidak mengerti soal menilai senjata."


"Serahkan padaku. Aku sudah sering menyentuh senjata dan zirah sejak dulu, jadi aku cukup mengerti."


Yulia, yang telah menyentuh beberapa belati, mengambil satu belati perunggu dan menyerahkannya.


"Semuanya kelihatannya ringan dan kuat, tapi belati yang ini aliran kekuatan sihirnya bagus."


"Hee... memang ringan. Dan aku juga bisa merasakan sedikit kekuatan sihir."


Senjata, zirah, dan aksesoris juga begitu. Katanya, pandai besi yang memiliki Gift [Blacksmithing] menggunakan bubuk batu sihir saat proses pembuatan dan menyuntikkan kekuatan sihir, sehingga memungkinkan membuatnya ringan namun tetap kuat.


"Lalu, kalau dibandingkan dengan yang itu, tingkat transmisi sihirnya sepertinya lebih rendah, tapi di antara yang ini, yang ini kelihatannya paling kuat."


Tingkat transmisi——Dengan mengalirkan kekuatan sihir, ketajaman senjata meningkat. Zirah juga sama, daya tahannya meningkat dan menjadi kuat. Tapi, jika tingkat transmisinya rendah, aliran kekuatan sihir menjadi buruk, tidak hanya kekuatan senjata/zirah yang menurun, tapi kelebihan kekuatan sihir tidak bisa dilepaskan dan senjata/zirah itu tidak tahan lalu hancur.


"Kalau begitu, aku beli dua ini."


"Iya. Kurasa tidak salah. Selain itu, aku ada permintaan pada Ars..."


Sambil menyentuh-nyentuh rambut sampingnya dengan gelisah, pipi Yulia memerah.


Ars memiringkan kepalanya melihat reaksi aneh itu.


"Hm? Ada apa?"


"Onee-sama~, kapan kamu mau panggil Ars?"


Karen, si nona pembuat onar, muncul sambil berkata begitu.


"Lho, apa aku mengganggu...?"


"Tidak juga, tapi ada apa?"


Entah kenapa, Karen memasang wajah bingung mendengar jawaban Ars.


"Lho, Onee-sama belum bilang?"


"Ugh, sulit mencari waktu yang pas."


"Astaga... mau bagaimana lagi."


Karen meletakkan kedua tangannya di pinggang seolah heran, lalu mengarahkan pandangannya pada Ars.


"Tadi aku bicara dengan Onee-sama. Kami pikir, tidak mungkin kamu pergi ke 'Lost Land' dengan pakaian seperti itu."


"Memang sih, tapi sepertinya uangku tidak akan tersisa setelah membeli belati. Terpaksa kali ini aku menyerah."


"Makanya, Onee-sama ingin memberimu hadiah sebagai ucapan terima kasih."


"Hadiah?"


"A-Anu, aku juga belum berterima kasih karena sudah ditolong, jadi... bolehkah aku memberimu hadiah perlengkapan?"


Yulia menatapnya dari bawah. Dihadapkan padanya yang seperti itu, tidak mungkin Ars bisa berkata tidak.


"Boleh, nih?"


"Boleh. Ayo, ke sini."


Ars ditarik oleh Karen yang sudah tidak sabar.


Dia diantar ke tempat di mana berbagai macam jubah, zirah kulit, perlengkapan ringan hingga berat diletakkan.


Kebanyakan untuk wanita. Barang untuk pria diletakkan di sudut toko seolah terpinggirkan.


Dilihat dari barang-barang yang dipajang di toko, sepertinya ini toko yang utamanya untuk wanita.


"Sama seperti senjata, aku juga tidak mengerti soal zirah, jadi boleh kuserahkan pada kalian berdua?"


"B-Baik! Serahkan padaku! Akan kupilihkan zirah yang cocok!"


"Mau bagaimana lagi~. Kalau begitu, memilihnya kuserahkan pada Onee-sama, aku akan memberi pendapat saja."


Karen, yang berkata begitu, menyipitkan matanya dan mendekatkan wajahnya.


"Kenapa?"


"Aku cuma berpikir apa lebih baik disesuaikan dengan warna rambut dan warna mata. Ars kan rambutnya hitam dan matanya Mata Iblis Merah Kehitaman, apa Gift-mu sistem hitam? Atau sistem merah?"


Dikatakan bahwa Gift bisa memengaruhi perubahan warna rambut dan warna mata.


Itu disebut diagnosis sederhana, dan metode menentukannya berdasarkan warna lingkaran sihir adalah salah satunya, tapi para penyihir juga terkadang menentukan sistem sihir dari Gift berdasarkan warna rambut dan warna mata.


Dalam kasus seperti Yulia, di mana pengaruh sistem putih terlihat kuat pada warna rambut dan warna matanya, sensitivitasnya terhadap Gift sangat tinggi. Dikatakan bahwa sensitivitas yang tinggi sangat penting dan sangat diperlukan bagi penyihir, karena hal itu memengaruhi jumlah sihir, jumlah kekuatan sihir, dan manipulasi sihir.


"Tidak, kurasa bukan sistem hitam..."


"Hmm... kalau begitu, pasti berat, ya."


Nada suaranya sedikit menurun, dan Karen menatapnya dengan pandangan seolah bersimpati.


Hitam dikatakan sebagai bukti tidak berguna——bukti orang biasa.


Itulah sebabnya hitam menjadi sasaran penghinaan oleh para penyihir, tapi ada alasan lain juga, yaitu karena Gift seperti [Necromancy] termasuk sistem hitam, dan sering dikaitkan dengan rambut hitam atau mata hitam, sehingga dihindari.


Hitam adalah sinonim untuk kriminal dan orang tidak berguna, karena itu, sedikit orang yang suka mengenakan warna hitam.


"Tidak seberat yang kau katakan. Berkat itu, ada banyak hal yang kudapatkan."


"Begitu, ya. Jadi, sistem apa? Ayo kita sesuaikan dengan warna itu."


"Tidak, hitam saja."


"Eh, boleh?"


"Ya. Kalau tidak ada hitam, warna lain juga tidak apa-apa, tapi..."


"Warna itu memang tidak populer, tapi sepertinya mereka menyediakannya... tapi, apa benar tidak apa-apa?"


"Aku berpikir, kalau sekalian pakai serba hitam, lawan juga akan lengah."


"Hmm, memang ada benarnya, sih. Tapi, kalau kau bisa pakai sihir, bukannya malah akan diwaspadai?"


"Aku sudah bawa!"


Yulia, yang dari tadi Ars kira diam, ternyata sedang memeluk zirah dengan kedua tangannya.


Sepertinya dia sudah selesai memilih selagi Karen dan Ars berbicara.


Dia menata jubah, zirah kulit, zirah tembaga, dan pakaian biasa di atas meja panjang di dekatnya agar mudah dilihat.


"Pakaian biasa ini saja."


"Lho, seleramu bagus juga. Kekuatan pertahanan pakaian biasa tentu saja jauh lebih rendah dibandingkan zirah tembaga. Tingkat transmisi sihirnya juga lebih rendah dari jubah... tapi, itu lebih baik daripada zirah mana pun, dan kalau dipakai oleh orang yang ahli dalam manipulasi kekuatan sihir, daya tahannya bisa melebihi Mithril."


Setelah penjelasan Karen selesai, Yulia mendekati Ars dengan antusias.


"Menurutku pakaian biasa itu sangat cocok untuk Ars! Akhir-akhir ini, orang yang membeli pakaian biasa lebih banyak daripada zirah, jadi kurasa tidak masalah!"


"Hee, kalau begitu, aku pilih ini."


"Mumpung ada kamar pas, kenapa tidak ganti baju di sini saja?"


Karen menunjuk ke kamar pas, jadi Ars memutuskan untuk berganti pakaian.


Saat dia melangkah masuk ke kamar pas, Karen menyodorkan sesuatu.


"Lalu, ini dariku. Sebagai ucapan terima kasih sudah menyelamatkan Onee-sama. Kamu bisa menyimpan dua belati di sini. Ini tipe sabuk, jadi gampang dipakainya. Tipe ini mengharuskanmu memutar tangan ke pinggang saat mencabut pedang, jadi awalnya mungkin sulit, tapi kalau gaya bertarungmu berpusat pada sihir, lebih baik kamu membiasakan diri dari sekarang."


"Ini sangat membantu. Maaf sudah merepotkanmu untuk segalanya."


"Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Sebagai gantinya, kamu harus bekerja keras di 'Lost Land', ya."


"Dimengerti."


Dia melepaskan mantelnya yang sudah usang, yang telah lama menemaninya.


Lalu, saat dia berganti ke pakaian biasa yang baru dibelinya, kesannya berubah total.


"Ternyata penampilan itu penting, ya..."


Ars menggeram melihat dirinya yang terpantul di cermin seukuran tubuhnya di depannya.


Kesan dekil yang dimilikinya sampai beberapa saat lalu telah hilang, dan suasana lusuhnya pun lenyap sama sekali.


Pakaiannya yang serba hitam membuatnya terlihat jauh lebih gagah.


Saat dia keluar dari kamar pas, para wanita, dimulai dari Yulia, menunggu dengan mata berbinar.


"Cocok sekali. Pilihanku tidak salah. Kesanmu jadi sangat berubah, ya."


"Kau pikir begitu?"


"Iya, Ars yang sebelumnya juga keren, tapi sekarang jadi jauh lebih keren."


Ars tersenyum kecut mendengar pujian Yulia.


Kalau sekarang entahlah, tapi yang sebelumnya, penampilannya sama sekali tidak bisa dibilang keren.


Penilaian Yulia terhadap Ars sangat lunak, jadi berbahaya jika menanggapinya dengan serius.


"Lho, warna hitam bikin terlihat gagah, jadi ternyata tidak seburuk yang kukira."


"Ars-san, Anda tampan. Saya tidak peduli Anda mau pakai baju apa pun, tapi kalau memikirkan saat anak-anak ingin masuk sekolah yang bagus, penampilan harus diperhatikan. Kalau begini, wawancara orang tua dan anak pasti tidak masalah."


Elsa menyipitkan matanya seolah terkesan dan mengangguk berkali-kali.


Ars tidak tahu dari sudut pandang apa, tapi sepertinya Elsa sedang memujinya dengan caranya sendiri.


Syukurlah sepertinya para wanita menyukainya.


Mereka mungkin tidak peduli dengan pakaian Ars, tapi kalau begini, setidaknya Ars tidak akan membuat mereka malu saat berada di sebelahnya.


Tetapi, meskipun reaksinya tidak buruk, dia tetap tidak pernah dipuji seperti ini, jadi dia tidak tahu harus berkata apa.


Tapi, berkat ini, semangatnya untuk berpetualang di 'Lost Land' memang meningkat beberapa tingkat.


"Baiklah, karena sudah puas, bagaimana kalau kita segera berangkat? Yang lain seharusnya sudah menunggu di depan Gerbang Utara."


Entah apa Elsa mencoba peka, Ars akhirnya bisa lolos dari tontonan itu.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close