NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark
📣 IF YOU ARE NOT COMFORTABLE WITH THE ADS ON THIS WEB, YOU CAN JUST USE AD-BLOCK, NO NEED TO YAPPING ON DISCORD LIKE SOMEONE, SIMPLE. | JIKA KALIAN TIDAK NYAMAN DENGAN IKLAN YANG ADA DIDALAM WEB INI, KALIAN BISA MEMAKAI AD-BLOCK AJA, GAK USAH YAPPING DI DISCORD KAYAK SESEORANG, SIMPLE. ⚠️

Munou to Iware Tsuzuketa Madoushi, Jitsu wa Sekai Saikyou Nanoni Yuuhei Sareteita node Jikaku Nashi V1 Prologue

 Penerjemah: Nels

Proffreader: Nels


Prologue

Langit yang terbentang sejak dahulu kala, jernih dan biru tanpa sedikit pun awan.


Matahari yang bersandar di langit biru menatap ke bawah ke daratan, di sana barisan prajurit dalam jumlah yang tak terhitung telah berbaris.


Sambil memancarkan aura yang mencekam, di atas kepala para prajurit yang berbaris rapi itu, ada satu titik hitam yang aneh.


Itu bukan awan. Bukan juga burung ataupun monster. Itu berbentuk manusia.


Seorang anak laki-laki berjubah hitam—Ars, melayang di langit dengan tenang.


"Bagaimana kalau kita mulai?"


Ars berbicara kepada sosok di belakangnya yang jenis kelaminnya tidak diketahui, yang mengenakan alat pengekang yang menakutkan.


Area matanya ditutupi kulit putih sehingga wajah aslinya tidak terlihat, dan rantai melilit di atas alat pengekang itu.


Setiap kali angin kencang berembus, rantai-rantai itu berderit keras, tetapi tentu saja orang-orang di darat tidak bisa mendengarnya.


Anak laki-laki berjubah hitam itu mengelus dagunya sendiri, lalu tersenyum dengan berani dan tak kenal takut.


Tidak ada ketegangan, tidak ada pula rasa takut sedikit pun.


Hanya bersikap wajar. Apa adanya, angkuh, dan memancarkan aura kegigihan yang kuat.


Bagaikan predator yang tidak membiarkan mangsanya merasakan kehadirannya, anak laki-laki itu membasahi bibirnya dengan lidah dan wajahnya menyeringai penuh kegembiraan.


"Aku sangat berharap mereka melawanku dengan sihir yang tidak kuketahui."


Seolah-olah langit mengekspresikan kecemasannya tentang apa yang akan terjadi, angin berembus kencang dan meraung.


Meskipun itu adalah angin kencang yang sulit ditahan oleh orang biasa, anak laki-laki itu tidak bergerak sedikit pun dan terus memancarkan kehadiran yang tak tergoyahkan.


"Nah, mari kita mulai perangnya."


Anak laki-laki itu merentangkan kedua lengannya, membuat jubah hitamnya berkibar.


Sambil tertawa terbahak-bahak seperti monster, dia meledakkan kekuatan sihir yang sangat besar dari dalam tubuhnya.


"Dengan ini, jantung diremukkan. Darah yang meluap melahap langit. Darah yang tumpah menyesap daratan."


Setiap kali rapalan mantra diucapkan, alat pengekang pada sosok di belakang anak laki-laki itu mulai terlepas.


Satu, dua, tiga rantai putus beterbangan, dan akhirnya penutup mata dari kulit putih yang menutupi wajahnya hancur berkeping-keping.


Wajah asli seorang wanita cantik terungkap, tetapi dia memancarkan aura menakutkan yang tidak terasa hidup.


"Cahaya terputus, kegelapan merajalela, bintang-bintang berjatuhan, dewi tertawa, dan tiga ribu dunia tenggelam dalam jeritan."


Saat anak laki-laki itu menyelesaikan rapalan mantranya dan menjentikkan jarinya, wanita itu membuka matanya dan membuka mulutnya lebar-lebar hingga batasnya.


"Menjerit dan menggilalah—‘Gema Kematian, Shiyakura'"


Sebuah requiem yang bahkan bisa membunuh dewa,


—dan meluluhlantakkan dunia.


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close