NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ore no linazuke ni Natta Jimiko, Ie de wa Kawaii Shika nai Volume 8 Chapter 2

 Penerjemah: Miru-chan

Proffreader: Miru-chan


Chapter 2 

【Terakhir】

Dulu, kami punya seorang ibu

【Kenyataan】


"Munyuu... Yuu-kun..." 


"Guhe..."


Ketika aku sedang duduk bersila di atas karpet ruang tamu rumahku ──tiba-tiba Yuuka melingkarkan tangannya di leherku dari belakang.


Aku mengangkat wajah dari laptop yang baru saja dinyalakan, lalu menoleh ke belakang. Di sana terlihat Yuuka yang tertidur di sofa, tubuhnya terkulai menimpa punggungku.


Jadi dia ketiduran... padahal baru jam sembilan malam. Yah, tidak heran juga. Hari ini memang banyak sekali hal yang terjadi.


“Kalau aku benar-benar terjerat skandal dan terbakar isu itu... tolong izinkan aku untuk mundur dari acara perkenalan.”


Saat mendengar kata-kata itu, Hachikawa-san langsung menangis tersungkur. Raimu mengubah ekspresinya sepenuhnya menjadi "Shinomiya Ranmu", hanya terdiam menatap Yuuka. Dan Direktur Rokujou──menundukkan kepalanya dalam-dalam.


"Izumi. Aku memahami perasaanmu yang memikirkan para pemain lain dan juga para penggemar. Tetapi, di atas itu semua, izinkan aku mengatakan satu hal──beri aku sedikit waktu lagi. Sebagai '60P Production', kami ingin berusaha sampai detik terakhir untuk mencari jalan terbaik."


"Funyuu... bau Yuu-kun..."


──Ketika aku sedang mengingat kejadian di kantor itu, Yuuka yang tertidur tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke telingaku. Lalu, dengan suara bisikan yang manis.


"...Hauu... nngh... Yuu-kun, suka... nnyaa... chuki. Chuu... aku cinta kamu..."


"Uuuuhhh...!?"


Lewat gendang telinga, seluruh sarafku seperti tersetrum dan bergetar hebat.


Serius, aku sempat merasa hampir mati. Tidur pun masih sempat mengancam nyawaku──memang begitulah Yuuka. Sudah seperti seorang assassin.


Karena itu──demi melindungi diriku, aku mengangkat tubuh Yuuka kembali ke atas sofa. Lalu aku kembali menghadap laptop, membuka aplikasi ZUUM.


『Nii-san, lama banget sih? Aku udah nunggu sepuluh ribu dua ratus tahun, sumpah.』


Begitu panggilan tersambung, langsung saja keluar kalimat penuh duri itu. Aku mendesah lelah, lalu menjawab.


"Kenapa tiba-tiba nyolot begitu? Kau itu monster RPG yang baru muncul apa?"


『Hah? Baru dipanggil monster segala? Emang pendidikanmu kayak gimana sih? Aku udah nunggu ribuan tahun, ini masih lumayan sabar loh.』


"Pertanyaan sederhana sih. Kalau sudah ribuan tahun berlalu, bukankah kau sekarang sudah nenek-nenek?"


『Ih, ngomongin umur perempuan itu keterlaluan banget... Nii-san, rasa peka-mu ketinggalan di mana? Toilet?』


Jawabannya selalu nyelekit.


Begitulah adikku yang terkenal tajam lidahnya──Sakata Nayu, dalam versi berambut pendek. Sebagai catatan, kalau dia mengenakan wig panjang lalu berganti pakaian imut dari T-shirt & jaket jinsnya, Nayu bisa berubah total jadi adik yang super manis. Tsundere dengan perbedaan ekstrem antara tsun dan dere──itulah Nayu.


『Jadi? Nii-san... tentang pesan RINE tadi, maksudnya apa?』


"Ya, sama seperti yang tertulis. Aku sendiri juga nggak tahu lebih dari itu."


Barusan aku memang mengirimkan rangkuman beberapa hari terakhir pada Nayu lewat RINE:


Bahwa senior Yuuka, Shinomiya Ramu, ternyata adalah Nonohana Raimu. Bahwa seorang MeTuber pembongkar skandal bernama "Kamigami" sudah memegang skandal Izumi Yuuna. Dan──bahwa orang yang kami temui di kantor '60P Production', Matogi Kei, ternyata adalah ibu kami.


『Haa... ya udahlah. Jadi intinya, kita tinggal paksa orang ini buka mulut, kan?』


『...Ehm, mengikat ayah ke kursi lalu menyebutnya 'orang ini'... bukankah itu agak tidak manusiawi?』


Di samping Nayu terlihat ayahku──Sakata Kanehiro──yang tubuhnya 

terikat erat di kursi. Melihat sosok ayah yang menyedihkan itu, aku berkata dengan nada keras.


"Nayu, apa yang kau lakukan itu masih kurang! Bukan cuma diikat, tapi juga harus ditutup matanya, tangan dan kakinya diikat, dibuat tidak bisa apa-apa kecuali bicara!!"


『Oke, Nii-san! Jadi bukan interogasi, tapi penyiksaan ya!!』


『Tunggu!? Kenapa kalau soal menghukumku saja kalian berdua bisa kompak sebagai kakak-adik!?』


Ya jelas karena tingkahmu sendiri, kan. Pura-pura tidak tahu, padahal sejak awal kau sudah menyadari kalau Yuuka adalah seiyuu yang kuidolakan. Pura-pura tidak peduli, padahal diam-diam mengatur agar aku dan Yuuka bisa maju ke arah pernikahan lewat campur tangan ayah mertuaku.


Selalu beraksi di balik layar demi pernikahan kami──itulah ayah. Kalau ini manga pertarungan, dia jelas sudah masuk posisi boss terakhir. Jadi cuma diikat tangan dan kakinya begini pun, masih terbilang pantas baginya.


『Aduh... sebenarnya tanpa begini pun, aku berniat menjelaskan tentang ibu kalian, kok.』


Masih dengan posisi terikat, ayah bergumam.


"Kalau benar begitu, kenapa dari dulu tidak pernah kau jelaskan?"


『Iya, itu memang salahku. Tidak ada alasan untuk berkilah. Tapi aku juga tidak menyangka Yuuichi bisa bertemu langsung dengan ibunya──ternyata dunia seiyuu jauh lebih sempit daripada yang kuduga.』


『Apa maksudmu!? Jadi ayah memang sudah tahu──bahwa orang bernama Matogi Kei itu adalah ibu kita!?』


Nayu menggenggam erat pergelangan tangan ayah, suaranya meninggi. Ayah menatapku dan Nayu bergantian, lalu──dengan ekspresi yang jarang terlihat, penuh kesedihan, ia berkata:


『Maafkan aku, karena sudah diam selama ini. Mulai sekarang aku akan ceritakan yang sebenarnya... tentang ibu kalian──

Kyouko.』



────Sebelum bertemu dengan ayah, rupanya ibu sudah menekuni pekerjaan sebagai model.


Namanya Sakata Kyouko, nama gadisnya Arato Kyouko. Selain nama aslinya, ia juga memiliki nama lain──Matogi Kei.


Dengan rambut hitam panjang yang berkilau indah, ia selalu meMatogit siapa pun yang melihatnya──itulah sosok Matogi Kei. Namun, pesonanya sama sekali bukan hanya karena anugerah penampilan semata.


Di depan kamera ataupun para penggemar, Matogi Kei selalu menghadirkan senyuman. Ia rela meminta pemotretan ulang berkali-kali hingga menghasilkan gambar yang terbaik, tanpa pernah mau berkompromi. Bakat alami, usaha yang luar biasa, serta semangat yang tak tertandingi. Karena memiliki semua itu, Matogi Kei berhasil mencapai posisi puncak sebagai model. Dan pada akhirnya──ia pun dikenal dengan julukan “Alice Putih Suci.”


……Itulah yang kudengar. Aku menyebutnya “katanya” karena sampai hari ini, aku maupun Nayu sama sekali tidak mengetahui kenyataan itu.

Ayah maupun ibu tidak pernah sekalipun membicarakan soal dunia model di rumah. Kami bahkan tidak pernah melihat satu pun majalah yang memuat foto ibu. Selain itu, aku maupun Nayu juga memang bukan tipe yang berminat dengan dunia model.


Tak pernah terpikirkan sedikit pun bahwa ibu kami ternyata adalah mantan top model──benar-benar di luar dugaan.


──Saat Nayu lahir, ibu sudah sepenuhnya pensiun dari dunia model. Setelah Nayu masuk sekolah dasar, kadang ia membantu pekerjaan desain fesyen lewat perkenalan dari orang-orang lama, tapi secara umum ia sudah jauh meninggalkan gemerlap dunia hiburan.


Titik balik bagi ibu datang ketika aku masuk SMP dan Nayu duduk di kelas empat SD. Waktu itu, mantan manajer Matogi Kei──Rokujou Reika, setelah menimba pengalaman di berbagai bidang seperti model fesyen, idola, dan pengisi suara, akhirnya memutuskan untuk berdiri sendiri.


──Aku berencana mendirikan agensi pengisi suara baru.

──Kalau boleh, Kyouko, aku ingin meminjam tenagamu.


Itulah yang dikatakan Rokujou Reika ketika bertemu kembali dengan ibu setelah sekian lama. Mendengar itu, ibu banyak berpikir dan akhirnya meminta pendapat ayah.


“Dulu, saat masih menjadi model──aku selalu berusaha menghadirkan senyuman bagi semua orang. Dan ketika itu berhasil, para penggemar maupun staf pun ikut tersenyum… itu membuatku bahagia sekali. Lalu, setelah aku pensiun… tidak perlu dikatakan lagi, kan? Lebih dari apa pun, kebahagiaan yang tak tergantikan itu──dibawa olehmu, Yuuichi, dan juga olehmu, Nayu.”


Setelah banyak pertimbangan, pada akhirnya ibu menyampaikan pemikirannya pada ayah:

“Jadi, sekarang giliranku untuk menyambung. Bukan aku lagi yang menghadirkan senyuman──tapi aku ingin mewariskan kekuatan untuk menghadirkan senyuman itu pada generasi berikutnya. Aku ingin meneruskan tongkat estafet itu, bersama Reika.”


────Itulah jawaban yang ibu pilih.



『……Aku selalu menyesal, tahu?』


Setelah selesai menceritakan semuanya, ayah menunduk dan bergumam pelan.


『Kyouko adalah orang yang terlalu serius. Apa pun ia lakukan dengan sepenuh hati, tidak pernah bisa setengah-setengah. Aku seharusnya yang paling memahami hal itu… tapi dulu, aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa ia semakin sibuk dari hari ke hari.』


『…Menurutku sih, itu wajar saja.』


Kali ini, Nayu berkata tanpa nada pedas seperti biasanya. Ia lalu melepaskan ikatan tali yang membelenggu ayah.


『Kami memang benar-benar kesepian karena ibu makin sering tidak ada di rumah. Tapi di sisi lain, aku juga bisa mengerti perasaan ayah yang jadi sering bertengkar karenanya.』


『Terima kasih, Nayu. Tapi ketahuilah──aku mencintai Kyouko, baik sebagai seorang ibu maupun sebagai Matogi Kei yang selalu berusaha keras. Karena itu, sampai sekarang aku masih sering berpikir… andai saja waktu itu aku bisa lebih mendukungnya…』


Lalu, dengan senyum tipis, ayah melanjutkan:

『──Aku bertemu dengan Watanae-san benar-benar secara kebetulan. Nama Izumi Yuuna disebut juga kebetulan semata. Tapi, dalam kebetulan itu, aku merasa──Yuuka-san pasti akan menjadi sosok yang tak tergantikan bagi Yuuichi. Karena itulah aku menawarkan pembicaraan pernikahan kepada Watanae-san. Setelah semua kesulitan yang kau alami… aku hanya ingin Yuuichi bisa bahagia.』


“Baiklah, aku bisa menerima itu. Tapi kau pasti sadar kan, kalau Yuuka itu anggota ‘60P Production’? Kau tidak berpikir kalau ada kemungkinan aku bertemu langsung dengan ibu?”


『Ibumu itu eksekutif perusahaan, tahu? Kalau bukan karena kondisi seperti sekarang, mana mungkin ia bertemu langsung dengan seorang pengisi suara ataupun tunangannya.』


“…Ya… memang benar juga.”


Aku lalu melirik ke arah Nayu. Tanpa kusadari, ia menunduk sambil memainkan poni rambutnya dengan ujung jari. Entah kenapa, sosoknya saat itu tampak begitu kesepian──


“…Yah, terserah sih. Aku juga tidak peduli soal ibu.”


Aku bergumam begitu, seakan sedang meyakinkan diriku sendiri.


“Tak peduli masa lalunya bagaimana. Tak peduli apa pun alasannya. Sekarang, keluarga yang ada di sisi aku dan Nayu──hanyalah ayah.”


Setelah itu, aku berusaha menampilkan senyum senormal mungkin, lalu berkata:


“Maaf ya, Ayah…… terima kasih. Sudah banyak bercerita”


Setelah ZUUM berakhir dan aku mematikan laptop, suasana riuh yang 

tadi seperti hanya kebohongan, ruang tamu di depanku pun mendadak hening.


“Baiklah…… sepertinya sudah waktunya tidur”


Aku berkata begitu, seolah ingin mengusir keheningan. Lalu, aku perlahan mencoba bangkit dari karpet──


“──Yuu-kun, pembohong”


Tiba-tiba. Dari belakang, Yuuka menubruk dan memelukku erat-erat.


“Y-Yuuka!?”


Karena dorongan itu, aku kembali terduduk di atas karpet. Sementara aku masih terkejut, Yuuka tetap memelukku erat, seolah ingin menyelubungiku, lalu berbisik.


“Tentang ibumu…… mana mungkin itu bukan apa-apa”


“……bukannya kamu tadi sudah tidur, Yuuka?”


“Aku terbangun di tengah jalan. Lalu kulihat punggung Yuu-kun tampak begitu kesepian…… sejak tadi aku ingin sekali memelukmu erat-erat”


──Kesepian? Aku? Ungkapan itu terasa begitu asing sampai aku tak bisa langsung memahaminya.


“Sama sekali tidak. Aku kan punya kamu, Yuuka. Ada juga Nayu, ada Ayah. Bahkan Isami pun sudah seperti keluarga sendiri. Aku tidak pernah merasa kesepian, apalagi berpikir begitu”


Padahal aku hanya mengatakan apa yang kupikirkan, entah kenapa ucapanku jadi terburu-buru. Sementara aku berkata begitu, Yuuka yang masih memelukku dari belakang menepukkan tangannya ke dadaku.


“Itu bohong~. Mata Yuuka-chan tidak bisa ditipu~. Karena di sini──ada ‘anak yang kesepian’, yaitu Yuu-kun”


“Anak yang kesepian……?”


Ngomong-ngomong, saat keributan dengan ‘Kamigami’ itu juga, Yuuka pernah mengatakan hal yang sama. Kalimat asing yang sering dia dan Raimu gunakan.


“Yuu-kun itu ya…… selalu berusaha keras. Sayang keluarga, peduli teman, baik hati, pria yang luar biasa. Aku sangat menyukaimu! ……tapi ya? Yuu-kun kecil yang ada di dalam sini, aku juga menyayanginya sama besarnya”


Sambil mengusap lembut dadaku, Yuuka melanjutkan kata demi kata.


“……waktu ibumu pergi. Kamu pasti banyak menahan diri demi Nayu-chan dan Ayah, kan? Kamu berpura-pura tegar, tersenyum seolah baik-baik saja…… lalu semua rasa sepi dan sedih kamu simpan jauh di dalam hati. Itulah──‘anak yang kesepian’, yaitu Yuu-kun”


“Tidak. Aku sama sekali tidak──”


Saat aku hendak membantah, Yuuka memutar tubuhku ke arahnya. Lalu, ia mendekapkan wajahku ke dadanya. Pipi kananku menyentuh sesuatu yang lembut.


“T-tunggu, Yu-Yuuka……!?”


“Mungkin Yuu-kun tidak sadar. Tapi tahu nggak? Yuu-kun saat tersenyum, saat menangis, saat manja, bahkan saat gagah…… semuanya, aku cinta. Semuanya! ……ehehe”

Dugun, dugun.


Aku bisa merasakan detak jantung Yuuka──dan entah kenapa, itu terasa begitu menenangkan.


“Jadi…… di depanku, kamu boleh menangis, lho. Boleh manja juga. Karena kita ini keluarga. Di depan keluarga, mau tertawa, menangis, manja, atau egois pun tak masalah! Karena…… apa pun dirimu, semuanya tetap kucintai”


Yuuka memelukku makin erat. Sambil berkata, “iya iya, bagus”, ia menepuk kepalaku lembut.


──Harum manis. Suara lembut. Kehangatan yang menyelimuti. Semua indraku dipenuhi Yuuka. Entah kenapa…… aku merasa ingin menangis, dan itu membuatku bingung.


“──lebih tepatnya, Yuuka sendiri juga harus lebih menjaga diri. Kamu terlalu sering mengkhawatirkan orang lain. Memang aku suka sifat lembutmu itu…… tapi aku tidak suka kalau Yuuka harus menanggung kesedihan”


“Kyaaa, baiknyaaa! Aku suka Yuu-kun!! Wushaa wushaa~!!”


“Gyaa!? Malu tahu…… uuuh……”


Aku mencoba melawan, tapi entah kenapa tenagaku tak muncul. Pada akhirnya aku berbalik, lalu wajahku benar-benar tenggelam di antara belahan dadanya.


Aku berusaha keluar, tapi tak berhasil──sampai akhirnya aku menyerah untuk berpikir.


“Hehehe~. Gimana rasanya~? Maaf ya kecil begini, tapi enak nggak~?”


“…………iya”


“Jujur sekali, anak baik~. Elus-elus~, Gyuu~. Sebenarnya aku juga…… rasanya enak sih, tapi lebih tepatnya deg-degan sampai mau mati. Aku menyayangimu, Yuu-kun”


Masih sambil memelukku erat, Yuuka berkata dengan lembut.


“……kalau waktu itu aku tidak melakukan apa-apa di depan ‘Kamigami’. Aku pasti jauh lebih menyesal. Ranmu-senpai yang sudah mempertaruhkan segalanya demi mimpinya, kalau sampai mimpinya hancur…… atau Yuu-kun yang sudah banyak menderita, kalau sampai terluka lagi…… keduanya, aku sama sekali tidak mau”


Kata-kata yang terlalu penuh kasih itu──menggetarkan hatiku begitu kuat. Aku pun keluar dari dekapannya, menatap Yuuka dari bawah. Ada butiran hangat seperti air mata yang mengalir di pipiku.


“Tapi aku…… tetap tidak ingin Yuuka terluka. Kamu juga pasti punya banyak kenangan pahit, kan? Kamu sudah berusaha keras sampai akhirnya bisa tersenyum lagi, kan? Dan aku tidak rela kalau Yuuka yang seperti itu harus terkena kebencian orang hanya gara-gara masalah sepele di internet…… aku……”


“Terima kasih, Yuu-kun. Lalu…… maaf ya. Sebenarnya aku tidak ingin membuatmu menangis karena aku. Aku ini memang payah”


Yuuka meletakkan tangannya di bahuku, lalu menatapku lurus. Matanya sedikit berkaca-kaca.


“Beda dengan Ranmu-senpai, aku ini rakus. Aku ingin segalanya. Yuu-kun, para penggemar, keluarga, teman…… semuanya berharga. Aku tidak bisa memilih salah satu. Karena itu aku memilih untuk berusaha menjaga semuanya sekaligus! ……itu yang kupikirkan selama ini”


“……aku tahu. Karena itulah, Watanae Yuuka adalah juga Izumi Yuuna”


“Iya. Tapi tahu nggak? Kemarin aku sempat mikir sesuatu. 『Kalau suatu hari tiba-tiba dunia berubah jadi pulau tak berpenghuni, dan cuma boleh bawa satu hal, apa yang akan kamu pilih?』 gitu”


……apa-apaan itu, pertanyaan aneh sekali?


Aku bahkan ingin protes, tapi Yuuka serius sekali.


“Kalau aku benar-benar harus memilih satu saja, maka──aku ingin Yuu-kun yang ada di sana. Selama ada kamu, aku pasti bisa tetap hidup sambil tersenyum”


Lalu Yuuka tersenyum. Kali ini…… dengan senyum yang terasa lebih sepi dari biasanya.


“Meskipun…… Izumi Yuuna sudah tidak ada lagi, sekalipun”


Previous Chapter | ToC | Next Chapter

0

Post a Comment

close