Penerjemah: Miru-chan
Proffreader: Miru-chan
Chapter 6
Musim Semi Tiba, Salju Mencair
Pagi buta. Aku terbangun lebih dulu daripada Yuuka dan Isami, lalu keluar sendiri ke balkon.
Langit yang baru saja mulai memutih terlihat sangat indah. Entah kenapa, aku merasakan hati menjadi lebih ringan.
『Yuuichi-kun. Maaf kalau kami sudah banyak merepotkanmu. Tolong, teruslah mendukung Yuuka.』
『Yuuichi-san. Tolong jaga kesehatan fisik dan mentalmu, ya? Jangan sampai salah langkah, terbakar oleh keinginan membalas dendam, lalu menodai tanganmu dengan darah…!!』
Itulah pesan dari Ayah dan Ibu mertua yang semalam disampaikan Isami. Yang Ibu mertua katakan, jujur saja aku tidak terlalu mengerti maksudnya… tapi ya, untuk sementara kuabaikan saja. Sedangkan kata-kata Ayah mertua membuatku merasa seakan tubuhku ditarik kencang, penuh rasa tegang.
──Aku berjanji akan terus… melindungi senyumannya.
──Aku berjanji akan membangun hari-hari yang menyenangkan, penuh tawa bersamanya.
Dalam pertemuan keluarga bulan Januari lalu, aku berkata begitu di hadapan Ayah mertua. Aku sendiri merasa itu ucapan yang cukup besar. Namun──dalam kata-kata itu, tidak ada sedikit pun kebohongan. Tidak ada penyesalan. Tidak ada keraguan. Apa pun yang terjadi nanti… aku akan terus melindungi senyum Yuuka sampai akhir.
Karena kami adalah pasangan tunangan yang telah diakui kedua keluarga──Pasangan yang kelak akan menjadi suami istri.
◆
"Isami—? Kami sebentar lagi berangkat ya—?"
Waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi.
Setelah selesai sarapan dan hampir beres bersiap sekolah, aku dan Yuuka menoleh ke arah Isami yang sedang bersantai di sofa ruang tamu.
Biasanya Isami selalu tampil rapi dengan dandanan ala laki-laki. Tapi kali ini, karena baru bangun tidur, ia masih mengenakan piyama yang imut.
…Ehm, bagaimana ya. Kalau lagi berdandan ala laki-laki, ia selalu membalut dadanya dengan kain, jadi aku tidak terlalu memperhatikannya. Tapi kalau sedang berpakaian begitu──ya. Rasanya aku tak bisa menahan diri untuk tidak melirik.
"Hei!"
"Aduh!?"
Dalam sekejap, Yuuka yang sudah siap dengan seragam sekolah melayangkan jitakan dengan jarinya. Lalu dari balik kacamatanya, ia menatapku dengan mata setengah menyipit.
"…Kamu lagi mikir kalau Isami punya bom berbahaya di dadanya, kan?"
"Kamu bisa tahu sampai ke detail kata-katanya!? Itu udah level cenayang, tahu!?"
"Berisik deh. Baaka. Baaaaka… kalau kamu suka, terserah deh. Tapi cukup puas dengan yang kecil saja, ya? Baka."
Kali ini Yuuka menyerang langsung ke otakku dengan kecepatan kilat. Kurasa ada sesuatu di dalam otakku yang terputus dan mulai berdarah. Jangan sering-sering pakai kata-kata sekeras itu, nanti aku mati, tahu?
"Ahaha. Kalian berdua memang tidak berubah ya, tetap akrab seperti biasa. Seperti yang kuduga dari Yuu nii-san. Berkat itu… aku merasa tenang menunggu di sini."
"Menunggu? Isami, apa kamu tidak perlu pulang? Bukankah kemarin juga bolos sekolah dan datang ke rumah kami?"
"Terima kasih sudah khawatir. Tapi tidak apa-apa. Aku kan kelas tiga SMP. Setelah ujian masuk selesai begini, libur beberapa hari pun tidak ada pengaruhnya."
"Hm? Ah, benar juga. Jadi Isami itu siswa ujian masuk ya? Tapi rasanya kita belum pernah sekali pun membicarakan itu."
"Kalau sudah selesai ujian… hasilnya bagaimana, Isami?"
Aku dan Yuuka bertanya hampir bersamaan. Isami hanya sedikit menyipitkan mata di balik kacamatanya. Lalu dengan senyum penuh percaya diri, ia menjawab:
"Aku berhasil lulus di salah satu SMA di Kanto. Jadi mulai April nanti, aku juga akan pindah ke Tokyo dan hidup sendiri. Hehe… dengan begitu, aku bisa bertemu Yuuka kapan saja."
"…Haaaah!?"
"Apa-apaan itu!? Hal penting begitu seharusnya kau bilang lebih cepat! Aduuuuh!!"
──Begitulah kira-kira.
Sejak pagi, Isami sudah meledakkan bom besar dengan berita mengejutkan. Tapi aku dan Yuuka akhirnya menata kembali perasaan, lalu berangkat ke sekolah masing-masing.
Kami sengaja berangkat lebih awal, lebih dari sepuluh menit dari biasanya, supaya tidak dikerubungi saat di perjalanan. Berkat itu, jalan menuju sekolah hanya dipenuhi beberapa siswa saja, tampak sepi.
──Kemarin dan dua hari sebelumnya, aku dan Yuuka absen sekolah untuk memikirkan banyak hal. Tentang masa depan sebagai Izumi Yuuna, tentu saja. Juga tentang kehidupan sekolah kami berdua nanti. Dan setelah mempertimbangkannya, hari ini kami memutuskan untuk masuk sekolah.
Meski rasa trauma di masa SMP sempat merayap dan membuat bulu kuduk berdiri…tapi masa lalu bukanlah masa kini. Aku akan terus melangkah bersama Yuuka──menuju masa depan.
"Ah, Yuu-kun!"
Sesampainya di gerbang sekolah, Yuuka menyusulku sambil berlari kecil. Dengan penampilan berkacamata dan kuncir kuda, ia tersenyum lebar.
"Selamat pagi sampai selamat malam, aku cinta Yuu-kun. Dari Yuuka!"
"Salam pembuka yang aneh sekali… lebih mirip slogan iklan, rasanya."
"Suka sekali mengeluh, ya. Kalau begitu… ‘Aku sangat mencintaimu, Yuu-kun!’"
"Cinta bukanlah kata untuk salam pembuka, tahu?"
Sungguh. Yuuka ini memang tidak punya rasa tegang sedikit pun.
Atau mungkin… dia sengaja berkata begitu untuk mencairkan suasana tegang. Baiklah──kalau begitu, ayo berangkat.
Mengatakan itu dalam hati, aku meraih tangan Yuuka.
"Oooh! Selamat pagi, Sakata dan Watanae!! Hari ini kau datang ke sekolah juga, ya!"
────Saat itulah. Dari balik gerbang sekolah, terdengar suara lantang yang penuh semangat.
"Maaf baru datang, tapi… bisakah kalian bicara sebentar dengan guru sebelum pelajaran dimulai?"
Rambut bob cut. Mata yang bersinar penuh energi. Dan aura yang begitu kuat sampai terasa hanya dengan memandangnya.
Namanya adalah Gousaki Atsuko. Guru wali kelas 2-A, kelas tempat aku dan Yuuka berada.
◆
Dibawa oleh Gousaki-sensei, aku dan Yuuka masuk ke ruang bimbingan siswa. Lalu beliau duduk di hadapan kami berdua.
"──‘Kamagami’, begitu ya namanya. Kelompok bejat itu mengunggah video ke internet. Di sana Watanae terlihat… dan disebut-sebut sebagai pengisi suara. Begitu yang kudengar."
"Ya. Tidak salah."
Sebelum Yuuka sempat menjawab, aku langsung mengiyakan tanpa ragu.
Aku tidak tahu apa yang dipikirkan Gousaki-sensei setelah mengetahui hal itu. Tapi kami sudah──memutuskan untuk tidak lari lagi. Menatapku lekat-lekat, Gousaki-sensei lalu mengucapkan kata-kata yang sulit dipercaya.
"──Watanae memang beraktivitas sebagai pengisi suara. Dan Sakata bertunangan dengannya, lalu sejak April kalian tinggal bersama. Betul begitu?"
"…………Hah?"
"…………Eh?"
Hah? Kenapa bisa begitu? Meski menonton video ‘Kamagami’, tidak mungkin bisa tahu kalau kami bertunangan, apalagi tinggal bersama.
Saat aku dan Yuuka masih terdiam kebingungan, Gousaki-sensei dengan wajah serius berkata:
"…Aku sudah tahu keadaan kalian dari kepala sekolah. Sejak beberapa waktu lalu."
────Menurut penuturan beliau. Tidak lama setelah kami mulai tinggal bersama, kepala sekolah sudah diberitahu segalanya. Bahwa Yuuka seorang pengisi suara. Bahwa kami bertunangan. Bahwa kami hidup serumah. Dan orang yang memberitahukan itu──tak lain adalah ayahku. Katanya, ketika ayahku pulang diam-diam ke Jepang, ia menjelaskan semuanya pada kepala sekolah.
Lagi-lagi dia… Kali ini sungguh, akan kubuat dia menyesal.
Kemudian kepala sekolah juga menghubungi ayah dan ibu mertua untuk memastikan kebenaran. Atas dasar itu, sekolah memutuskan untuk menyimpan informasi ini hanya di kalangan pimpinan. Namun karena hal ini berhubungan langsung dengan pengelolaan kelas, wali kelas kami──Gousaki-sensei, kemudian diberitahu juga.
"…Jadi begitu, ya… aku benar-benar kaget."
Yuuka sampai membuka mulut lebar, melongo.
"Aku juga kaget sih… lebih tepatnya kesal. Kalau memang begitu, seharusnya dari awal bilang saja… dasar ayah bermuka dua itu…!"
Aku sendiri──sudah hampir mendidih oleh rasa marah!
Ayah, kali ini tidak akan kuampuni!!
"…Ingat waktu aku menawari kalian kegiatan sukarela di taman kanak-kanak, bulan Mei lalu? Tidak lama setelah itu, aku diberitahu oleh kepala sekolah. Jadi──yah, meskipun ini cuma alasan belaka."
Sambil bergantian menatap reaksi kami yang berbeda, Gousaki-sensei bergumam pelan. Lalu──
"Walaupun tanpa sengaja, aku malah mengganggu konser penting Watanae. Aku terlalu bersemangat dan sering bertindak gegabah… benar-benar tidak pantas. Sakata, Watanae… aku benar-benar minta maaf!"
Dengan tubuh membungkuk dalam-dalam, hampir membenturkan dahi ke meja. Gousaki-sensei dengan tulus menundukkan kepala.
Melihat permintaan maaf yang tak terduga itu, aku dan Yuuka hanya bisa saling pandang, bingung harus bereaksi bagaimana.
"…Karena itu, Watanae. Kali ini aku ingin sungguh-sungguh mendengar pendapatmu."
Kemudian Gousaki-sensei mengangkat wajahnya perlahan, menatap Yuuka dengan ekspresi serius.
"Watanae, apa yang ingin kau lakukan ke depannya?"
Menanggapi pertanyaan itu, Yuuka hanya tersenyum tipis──seolah itu bukan hal besar.
"Yang ingin kulakukan adalah… terus menjadi pengisi suara. Lalu, tetap bersama Yuu-kun. Ah, tentu saja aku juga ingin membuat banyak kenangan indah dengan semua teman sekelas! Selain itu, aku ingin mencoba banyak hal menyenangkan──dan menjalani hari-hari penuh senyum."
"Watanae ternyata cukup serakah juga, ya."
"Benar sekali! Sebenarnya aku memang rakus dalam hal itu."
Melihat sikap Yuuka yang begitu ceria, Gousaki-sensei akhirnya tak tahan dan terkekeh. Lalu tertawa lepas, "Ahahaha!"
Beliau pun berkata:
"Jadi serakah tidak masalah. Justru harus mencoba semua hal yang ingin dilakukan, kalau tidak, hidup ini jadi sia-sia. Dan tugas seorang guru adalah──mendukung sepenuh hati siswanya yang sungguh-sungguh. Meski aku guru yang sering ceroboh dan tak bisa diandalkan… kali ini biarkan aku mendukung kalian berdua."
◆
Bel masuk berbunyi nyaring dari pengeras suara. Namun aku dan Yuuka masih tetap tinggal di ruang bimbingan siswa.
──“Serahkan saja pada saya!”
Mengatakan itu, Gousaki-sensei meninggalkan ruangan.
Aku sama sekali tidak tahu apa yang beliau rencanakan. Tapi sepertinya Gousaki-sensei berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan keinginan Yuuka.
Yuuka ingin menyampaikan kebenaran yang selama ini ia sembunyikan pada semua teman sekelas. Dan kali ini, ia ingin bisa tertawa bersama mereka dengan dirinya yang sebenarnya.
────Itulah keinginannya.
"Tunggu, Yuuichi! Aku masuk ya?"
Saat itulah. Pintu ruang bimbingan siswa terbuka lebar──dan wajah yang kukenal baik pun muncul.
"Yo! Yuuichi, Watanae-san. Apa kabar? …Aku datang menjemput kalian."
Rambut berdiri rapi, kacamata bingkai hitam. Dan senyum kecil yang sok keren padahal tidak ada artinya.
Ya. Tidak salah lagi, ini Masa. Sahabat burukku sekaligus pecinta garis keras ‘Arisute’──Kurai Masaharu.
"Eh… kau, bukannya harusnya ikut pelajaran? Dan kubilang dulu ya, kalau kau menyelinap ke ruang bimbingan siswa ini cuma buat main ‘Arisute’, aku pasti akan melaporkanmu."
"Kenapa mesti dilaporin!? Dan bukan itu alasannya! Aku ke sini karena diminta Gousaki-sensei untuk menjemput kalian berdua!!"
Setelah membentak karena ucapanku, Masa menepuk pundakku dengan keras.
"Aduh!! Hei, apa kau tidak tahu cara menahan tenaga!?"
"Berisik. Dari kasus ‘Kamagami’ itu, kau sama sekali tidak cerita apa pun ke aku atau Nihara, kan? Dasar, sudah kubilang jangan suka nutup-nutupin hal penting dari teman."
Berkali-kali Masa menepuk pundakku keras-keras.
"Dan lagi, waktu nonton video itu aku benar-benar kaget, tahu!? Watanae-san wajah aslinya kelihatan jelas, lalu ditulis pakai teks besar ‘Izumi Yuuna’. Sementara kau sendiri muncul dengan sensor mosaik. Dan yang lebih parah lagi… Ranmu-sama…"
Tiba-tiba Masa terdiam. Lalu ia mencengkeram pundakku, mengguncang tubuhku sekuat tenaga.
"Itu… itu beneran Raimu, kan!? Nonohana Raimu itu Ranmu-sama yang sebenarnya, kan!? Jadi sahabat kecilku dulu ternyata adalah Ranmu-sama, wanita tercantik se-galaksi!? Apa-apaan ini, woooooiiii!!"
"Te… tenanglah… otakku terguncang…"
────Singkat cerita. Setelah puas mengamuk dan akhirnya sadar kembali, Masa melepaskan tangannya dari pundakku.
"Maaf, ya. Jadi ribut begitu."
"Memang harusnya minta maaf. Gara-gara kau, suasana seriusnya hilang total."
Ucapanku lumayan sungguh-sungguh bernada kesal, tapi Masa dengan enteng mengabaikannya. Ia mengangkat jempol, menunjuk ke arah koridor.
"Ayo, kita pergi. Gousaki-sensei sudah menyiapkan suasananya."
"Menyiapkan suasana? Maksudnya apa?"
"Jelas lah. Beliau sedang mempersiapkan panggung supaya Watanae-san bisa bicara pada semua teman sekelas. Kau memang berniat bicara, kan? ──Tentang semua hal yang selama ini kalian sembunyikan."
"…………Iya! Karena mulai sekarang, tidak ada lagi rahasia!"
Tanpa ragu, Yuuka menjawab lantang.
Wajahnya──benar-benar seperti idol terkuat di jagat raya, Yuuna-chan. Melihatnya seperti itu, aku pun ikut merasa bersemangat.
"…Hei, Masa. Maaf ya karena tidak cerita lebih dulu. Tapi aku benar-benar menganggapmu sahabat penting. Jadi… tolong dukung aku."
Mengungkapkan isi hatiku, Masa tersenyum kikuk lalu berkata:
"Sudah pasti, bodoh. Ini kan momen bersejarah sahabatku. Tentu saja… aku akan menyaksikannya sampai akhir."
Chapter 7
Dunia yang Dimulai dari Warna Merah Muda Kini Telah Bersinar dengan Warna Pelangi
Begitu keluar dari ruang bimbingan siswa, aku dan Yuuka mengikuti di belakang Masa menuju kelas 2-A.
Kami menaiki tangga, berjalan menyusuri koridor. Lalu akhirnya── kami tiba di depan kelas.
"…Entah kenapa, suasananya sunyi sekali, ya?"
Padahal sebentar lagi jam pelajaran pertama dimulai, jadi kalaupun ramai bukanlah hal yang aneh. Tapi aneh juga kalau tidak terdengar suara sama sekali dari dalam kelas.
"Sudah kubilang tadi. Gousaki-sensei sedang menyiapkan panggungnya. Hari ini, pelajaran kelas kita dari jam homeroom sampai jam pertama──semuanya adalah ‘Izumi Yuuna-chan show’."
"Semua jam pelajaran? Jadi pelajaran hari ini adalah ‘Izumi Yuuna-chan’? Itu agak menyeramkan. Maksudnya apa, coba?"
"Berisik. Mana aku tahu."
Pertanyaan wajar itu dijawab Masa dengan seenaknya. Tanpa ragu ia membuka pintu kelas lebar-lebar.
"Kalau begitu, aku duluan menunggu di dalam. Semangat ya, Watanae-san. Tunjukkan jiwa lelaki itu──Yuuichi."
Dengan gaya sok keren ia meninggalkan kata-kata itu, lalu lebih dulu masuk ke kelas. Tersisa di koridor hanyalah aku dan Yuuka.
Udara dingin membuat lututku sedikit gemetar. Aku sudah menyiapkan tekad… tapi begitu harus benar-benar masuk ke kelas, trauma masa SMP kembali menguar dari dalam dadaku. Dan kurasa── Yuuka pun merasakan hal yang sama.
"Yuuka… kau baik-baik saja?"
"Iya, aku baik-baik saja! Karena aku sudah tidak sendirian lagi."
Namun Yuuka menjawab dengan tegas. Lalu ia tersenyum cerah, seperti matahari yang bersinar.
"Sekarang aku punya Yuu-kun di sisiku. Ada keluarga, ada teman, ada sahabat. Dan juga──Yuuna yang selalu berada di dekatku. Dengan semua itu… bukankah aku sudah jadi yang terkuat?"
────Dan Yuuka pun perlahan membuka pintu kelas.
"Selamat pagi. Sakata, Watanae."
Suara Gousaki-sensei terdengar dari depan kelas. Semua teman sekelas tetap duduk di kursi masing-masing, menatap kami dalam diam. Di tengah suasana yang tak terjelaskan itu──aku dan Yuuka berdiri di samping Gousaki-sensei.
"──Kepada semua orang, sudah aku jelaskan bahwa ada sesuatu yang ingin disampaikan dua orang ini. Tentang gosip murahan yang disebarkan orang-orang tak bertanggung jawab bernama ‘Kamagami’, dan juga hal-hal lainnya. Begitu aku bilang. Jadi, tidak apa-apa begitu, Watanae?"
"…Iya! Terima kasih banyak, Gousaki-sensei!!"
Dengan penuh semangat Yuuka menjawab, lalu membungkuk sopan.
Kemudian ia mengangkat wajahnya perlahan. Menatap seluruh kelas, ia pun mulai berbicara.
"Um… hari ini cuacanya cerah dan baik… eh, bukan begitu maksudku! Eee… terima kasih sudah memberi waktu yang berharga, a… adigah! Aduuuh… lidahku keseleo…"
Ralat. Dia bahkan belum benar-benar sempat mengucapkan apa pun. Meski sudah menyiapkan tekad dan berdiri di sini, Yuuka sejak awal memang tidak pandai dalam komunikasi. Apalagi di sekolah, dia sering tanpa sengaja jadi kaku dan terlalu serius.
Dengan orang sebanyak ini di hadapannya, jelas saja rasa gugupnya tak tertahankan. Namun meski begitu… teman-teman sekelas tetap tidak tertawa sedikit pun melihatnya. Mungkin mereka bingung apakah ini saatnya boleh tertawa atau tidak.
Hasilnya, suasana kelas dipenuhi ketegangan yang sulit dijelaskan.
"Ahahaha! Memang Yuu-chan selalu begini!! Bahkan di saat seperti ini, tetap saja terlalu imut!"
Namun. Suasana kaku itu dipecahkan oleh tawa seorang gadis.
Rambut panjangnya dicat cokelat indah. Riasan tipis di wajah membuat matanya terlihat besar dan bersinar. Penampilannya gyaru populer. Tapi sebenarnya ia menyebut dirinya sebagai gadis rumahan introvert. Dan pada kenyataannya──seorang penggemar berat tokusatsu, pahlawan sejati bagi teman-temannya.
Benar, dia adalah──teman terpercaya kami berdua. Nihara Momono.
"…Lagipula, kalau semua orang di sini cuma diam, bukankah justru makin sulit buat Yuu-chan bicara? Ayolah, kasih reaksi sedikit kek."
Begitu Nihara-san melontarkan candaan ringan, suara-suara kecil mulai bermunculan di berbagai penjuru kelas.
Luar biasa, seolah dalam sekejap saja, Nihara-san berhasil mengubah atmosfer ruangan.
"…Ehehe, Momo-chan, terima kasih."
Yuuka tersenyum senang pada Nihara-san yang sudah menolongnya. Lalu, ia menarik napas dalam-dalam.
Seakan mengganti gigi dalam dirinya──ia mulai berbicara dengan suara yang tegas dan bersemangat.
"Terima kasih sudah meluangkan waktu. Maaf merepotkan kalian semua. Yang ingin kusampaikan adalah… mungkin banyak yang sudah menontonnya. Tentang video dari ‘Kamagami’ itu."
"Aku sudah nonton videonya!"
"Jadi, yang kelihatan di situ benar-benar Watanae-san?"
"Serius kamu seiyuu? Hebat banget!"
"Tapi penampilannya beda, jadi agak susah dikenali, ya."
Kelas pun segera ramai oleh bisik-bisik dan spekulasi yang belum jelas kebenarannya.
Suasana langsung berubah jadi gaduh. Namun meski demikian── Yuuka sama sekali tidak gentar. Ketika ia melepas scrunchie dan menguraikan rambut yang sebelumnya diikat dalam kuncir kuda,
Yuuka lalu perlahan──melepaskan kacamatanya.
"Eh!? Serius!?"
"Waah! Ternyata benar!! Watanae-san itu, seiyuu yang──"
Begitu melihat Yuuka melepas kacamata dan menguraikan rambutnya,
seluruh kelas langsung heboh.
"Ehehe… maaf ya, sudah membuat kalian kaget. Tapi, inilah diriku──yang sebenarnya."
Bukan lagi Yuuka yang ada di sekolah. Melainkan penampilan Yuuka sebagaimana dirinya di rumah. Dengan senyum di wajah, ia berkata:
"Aku, Watanae Yuuka. Sebenarnya, sejak cukup lama aku sudah beraktivitas sebagai seiyuu──dengan nama Izumi Yuuna!"
◆
Setelah itu, Yuuka pun mulai bercerita kepada teman-teman sekelas.
Tentang bagaimana ia pindah dari kampung halaman ke Tokyo, lalu memulai aktivitasnya sebagai seiyuu Izumi Yuuna. Tentang bagaimana dirinya yang asli sulit berbicara dengan orang, sehingga di sekolah terkesan sebagai "Watanae-san yang kaku." Dan juga──sebagaimana terlihat dalam video yang diunggah oleh ‘Kamagami’, tentang kenyataan bahwa pacarnya, yaitu aku, sebenarnya adalah fans lama yang dikenal sebagai ‘Shinigami yang Jatuh Cinta.’
"Eh, jadi seiyuu juga bisa punya kesulitan dalam berbicara?"
Begitu ada seorang siswi yang melontarkan itu, ia langsung menutup mulutnya sendiri dengan panik. Sepertinya tanpa sadar, ia telah mengucapkan isi hatinya. Menanggapi hal itu, Yuuka──
"Iya! Tentu saja bisa. Karena seiyuu pun, tetap manusia."
Ia menjawab dengan senyum lebar, tanpa menunjukkan rasa tersinggung sedikit pun.
"Kalau aku, saat sedang bekerja sebagai seiyuu, seperti ada tombol yang menyala. Tapi selain itu… ya, seperti yang kalian tahu. Aku mudah gugup, jadi seringkali kata-kataku kurang, ekspresiku kaku, pokoknya… aku sangat buruk dalam berkomunikasi."
"Kalau begitu, kalau jadi seiyuu kamu mendadak jadi jago komunikasi, ya?"
Yang mengangkat tangan dengan semangat tinggi itu adalah seorang siswi yang kukenal. Kalau tidak salah, dia juga yang paling heboh saat Yuuka memberiku cokelat valentine waktu itu.
"Um… tidak juga, sih. Saat siaran radio misalnya, aku tetap sangat gugup. Bedanya, kalau di sekolah aku jadi kaku, sedangkan di sana aku malah jadi kebanyakan bicara. Sampai-sampai obrolannya melebar, nggak nyambung, lalu ditimpali dengan ‘Kamu ngomong apa sih?’ … Begitulah kira-kira, itulah Izumi Yuuna."
"Eh, kalau begitu… gimana pas sama Sakata-kun!?"
…Oi, oi. Itu pertanyaan apa, coba? Kedengarannya lebih seperti sedang mengorek cerita cinta, kan? Namun, Yuuka justru──dengan pipi yang merona lembut, menjawabnya polos:
"Eh? Kalau sama Yuu-kun sih… aku nggak gugup. Tapi justru karena terlalu suka, jadi jantungku berdebar-debar. Jadi sering pengin dimanja, atau minta dia perhatiin aku… fufufu. Yuu-kun, suka~. Ah! T-tapi, tentu saja, Yuu-kun tidak akan kuberikan pada siapa pun, ya!?"
"Yuuka, Yuuka. Tolong berhenti. Kumohon, benar-benar kumohon."
…Aku mengerti sekarang. Jadi beginilah yang disebut eksekusi di depan umum. Serangan yang berbeda arahnya dari video ‘Kamagami’, tapi tetap saja mematikan.
"Hei, Sakata. Aku juga mau tanya sesuatu."
Saat aku hampir mati karena "sesi pamer kemesraan" yang disiarkan langsung ini, kali ini seorang siswa laki-laki bertanya.
"Jadi, Watanae-san itu ternyata seiyuu yang mengisi karakter di game online. Dan Sakata adalah fans lama dari karakter… atau dari seiyuunya? Lalu kalian mulai pacaran sejak bulan lalu. Nah, pertanyaannya, sejak kapan kamu tahu kalau Watanae-san itu ternyata seiyuu favoritmu?"
…Pertanyaan yang tepat sasaran, dan memang itulah intinya.
Apa yang dibongkar ‘Kamagami’ sebagai skandal sebenarnya hanyalah sebagian kecil dari hubungan kami. Wajar saja kalau muncul pertanyaan semacam ini. Dan untuk menjawabnya──tak ada pilihan selain mengungkapkan kebenaran yang lebih besar lagi.
Ya. Bahwa Watanae Yuuka, sebenarnya sejak dulu──sudah menjadi tunangan dari Sakata Yuuichi.
Saat aku dan Yuuka berada di persimpangan serius itu, Nihara-san sedikit meninggikan suara dan berkata:
"…Hei, kau. Setelah dengar itu, mau apa? Jangan-jangan maksudmu, ingin juga pacaran sama orang terkenal, jadi mau nyontek cara Sakata, gitu kan?"
"B-bukan!! Bukan begitu!! Aku kan udah punya Yuriko!!"
"GYAAA!? Shigeru, dasar bodoh! Kenapa sih kamu ngomong sembarangan begitu!? Mau kutimpuk, hah!?"
──Dan seketika. Satu kelas meledak dalam tawa. Para siswi bahkan ada yang bersorak "Selamat ya!" sambil bertepuk tangan gembira.
Apa ini semua memang sesuai rencana Nihara-san? Sampai sejauh itu, serius? Kalau betul begitu, maka mulai sekarang aku harus memanggilnya "Gyaru Maha Tahu dan Maha Kuasa."
…Tapi. Entah ini kebetulan, atau memang rencana. Melihat seluruh rangkaian kejadian barusan, aku bisa benar-benar merasa lega.
────Kelas 2-A ini, pasti akan menerima kami apa adanya.
"Aku tahu kalau Yuuka itu seiyuu favoritku──Izumi Yuuna-chan── sejak hari upacara masuk sekolah. Selama ini kami merahasiakannya, tapi… kami resmi berpacaran sejak hari itu juga."
"EEEEEEEEEHHHH!?"
Suara teman-teman sekelas menggema dengan volume yang luar biasa.
Saat kulirik ke samping, Yuuka tersenyum malu-malu. Lalu──seakan tidak mau kalah dariku, ia pun berkata:
"Lalu, tahu tidak? Selama ini aku sembunyikan, tapi… aku bukan sekadar pacar Yuu-kun. Sebenarnya──aku adalah tunangan Yuu-kun!!"
"EhHHHHHHHHHHH!?"
"Dan ini juga aku sembunyikan, tapi sejak hari kami bertunangan, kami juga sudah tinggal serumah."
"EhHHHHHHHHHHH!?"
"Dan lagi, dan lagi! Yuu-kun juga sudah menemui ayahku untuk menyampaikan salam secara resmi!!"
"Informasinya terlalu banyak sekaligus!!"
TLN : “Bang udh bang, Hambapenat hambapenat, When yh, arkhhh”
Saat kami berdua membongkar semuanya tanpa sisa, pada akhirnya muncul protes karena terlalu banyak informasi yang menumpuk.
Yah, aku bisa memahami perasaan itu. Kalau aku yang berada di posisi mereka, aku juga pasti akan merasa “apa-apaan ini, aku tidak mengerti”──karena memang ceritanya cukup absurd. Terutama karena ulah ayahku.
"Tapi tahu tidak…? Andai saja kami lebih cepat tahu. Sebentar lagi tahun kedua berakhir, soalnya."
Dari bangku belakang, terdengar suara lirih seperti itu. Seolah bergema, teman-teman lain pun mulai menyampaikan pemikiran mereka masing-masing.
"Aku setuju. Kalau lebih cepat tahu, pasti aku sudah mendukung kalian sejak dulu!"
"Benar juga. Soalnya waktu awal-awal, Watanae-san terkesan seperti tidak mau didekati… padahal aku ingin bisa lebih cepat akrab."
"Eh tapi ya. 'Kamagami' itu, bener-bener tidak bisa dimaafkan, kan? Menyebalkan banget."
"Ya, toh dia cuma penguntit brengsek. Jangan dipikirin, Watanae-san. Kalau ada orang aneh yang mengganggu, biar kami dari klub karate yang hajar habis-habisan!"
"Heh, sebenarnya… aku juga pemain 'Arisute', lho! Kau sering ngobrol soal 'Arisute' bareng Kurai dan Sakata, kan? Aku sebenarnya selalu ingin ikut nimbrung!"
"Apa!? Serius? Kenapa tidak sekalian gabung aja dari dulu! Aku sih pendukung Ranmu-sama, kalau kamu?"
"Deru-chan."
────Karena trauma masa SMP yang kelam, aku dan Yuuka sama-sama takut untuk dekat dengan orang lain, hingga akhirnya mengambil jalan yang panjang dan berliku. Namun, aku selalu punya Masa yang mendukungku. Yuuka memiliki Nihara-san sebagai sahabat sejati.
Dengan adanya cahaya-cahaya itu, kabut kelam sudah lama sirna.
Kini, di dunia kami, pelangi senyuman telah membentang──dan akhirnya aku benar-benar menyadarinya.
Itulah sebabnya aku dan Yuuka menyampaikan isi hati kami kepada semua orang.
"Teman-teman, terima kasih. Selama ini aku terlalu banyak menyembunyikan hal-hal penting, tidak membuka hati dengan baik… maaf. Tapi semua yang kami ceritakan hari ini adalah kebenaran. Jadi, mulai sekarang──tolong dukung kami, ya."
"Aku sempat berpikir, kalau aku menceritakan hal yang sebenarnya, kalian akan membenciku. Aku bodoh, ya. Padahal kalian semua sangat baik. Terima kasih banyak. Kalau mulai sekarang kita bisa terus akrab… aku akan sangat senang."
◆
──Hasil dari keterusterangan tentang pertunangan kami dan aktivitas Yuuka sebagai pengisi suara adalah:
Setiap jam istirahat, aku dikerubungi para lelaki, ditanyai dengan mata berbinar, "Kalian sudah sejauh mana!?"
Sementara Yuuka… para gadis langsung menyerbunya dengan pertanyaan seperti, "Watanae-san saat jadi seiyuu imut banget, deh!?" atau "Kamu biasa memerankan karakter seperti apa?"
Dengan mengungkap semuanya, jarak kami dengan teman sekelas memang berubah. Tapi, berbeda dengan masa SMP dulu──hubungan itu sama sekali bukan hal yang buruk.
"O-i, Nihara-san!"
Lalu, setelah hari panjang itu berakhir──sepulang sekolah. Aku dan Yuuka mengejar Nihara-san yang buru-buru meninggalkan kelas lebih dulu, sampai ke area loker sepatu.
"Hari ini makasih banyak, Nihara-san. Kau sudah bantu menciptakan suasana yang enak untuk bicara, aku sangat terbantu."
Saat aku mengucapkannya, Nihara-san berhenti melangkah.
"…Ahaha. Aku tidak melakukan hal besar kok. Aku hanya asal bercanda saja."
Ia berkata begitu sambil tetap membelakangi kami. Namun, ia menoleh sedikit, menampilkan senyum yang agak sendu.
"Yuu-chan sudah jadi kuat sekali, ya. Sepertinya tanpa bantuanku pun, kau sudah bisa bertahan. Yah, dalam sebuah cerita, biasanya pahlawan penyelamat dunia akan berakhir tak lagi dibutuhkan──dan itu memang momen yang pas, kan?"
"──Tidak mungkin begitu, tahu!!"
Belum sempat menunggu jeda, Yuuka sudah berlari meninggalkan sisiku──dan langsung memeluk Nihara-san erat-erat dari belakang. Rambutnya yang terikat kuda poni bergoyang lembut.
"Karena aku percaya, saat aku merasa sakit, saat aku merasa sedih… Momo-chan pasti selalu ada di sisiku. Itu sebabnya aku bisa terus berjuang tanpa patah. Bahkan hari ini pun, aku bisa menghadapi semua orang tanpa takut, karena Momo-chan ada di sana, mengawasiku."
"…Yuu-chan."
Nihara-san menoleh ke arah Yuuka. Yuuka pun membalasnya dengan senyum lebar──sebelum akhirnya mencubit pipi sahabatnya itu.
"Hya!? Hya, apa-apaan, Yuuka!?"
"Baaaka! Momo-chan kesayanganku berani bilang kalau dirinya tidak diperlukan… jadi hukumannya begini! Nih, tarik pipinya, u~nyooon!!"
Setelah puas memberi "hukuman kecil", Yuuka melepaskan cubitannya, lalu berkata.
"…Tidak akan pernah ada saat di mana aku tidak memerlukanmu. Aku tidak mau kalau tidak bisa selalu akrab dengan Momo-chan kesayanganku. Maaf kalau aku terkesan serakah. Tapi, memang seperti itulah pentingnya Momo-chan bagiku──sahabat terbaikku, nomor satu di dunia."
"…Ahaha. Benar juga, ya. Aku jadi mirip karakter yang jatuh ke sisi gelap, kan?"
Mendengar cinta tulus Yuuka, Nihara-san menggaruk pipinya dengan wajah malu.
"Yah, kalau begitu… sepertinya aku juga harus berani mengaku. Sebenarnya, aku ini penggemar berat tokusatsu. Tapi karena Yuu-chan selalu mengawasiku, sekarang giliranku yang harus berani menghadapi semua orang juga, kan?"
Dengan mata yang sedikit basah, Nihara-san mengangkat jempolnya tinggi-tinggi──dan tersenyum seindah bunga yang mekar.
"Terima kasih, Yuu-chan. Aku juga akan selalu, selalu menyayangimu. Kau adalah──sahabat terbaikku."
Episode 8
Mari kita sampaikan cinta Nayu kepada Bintang Pertama
"...Ya. Baik, saya mengerti, Kurumi-san. Terima kasih banyak... ya, tolong juga sampaikan salam saya kepada Direktur Rokujou dan Matogi-san."
Pagi hari di hari Sabtu. Yuuka sedang menelepon balik setelah menerima panggilan tak terjawab dari Hachikawa-san.
Kemarin kami berdua tidur lebih awal dari biasanya. Jadi sama sekali tidak menyadari kalau ada panggilan masuk di tengah malam. Setelah itu, Yuuka menekan tombol untuk mengakhiri panggilan.
"Apa kata Hachikawa-san?"
"Ya... katanya sebagian besar video potongan sudah dihapus. Lalu, sebagai bentuk penanganan keributan ini, kantor agensi akan mengadakan siaran langsung besok sore."
Siaran langsung oleh agensi, ya.
Dengan keributan yang sudah sebesar ini, mungkin memang sulit meredakan situasi tanpa adanya pernyataan resmi dari agensi. Tapi di sisi lain, ada juga kemungkinan besar siaran itu justru memperkeruh suasana.
"Yah... kalau Direktur Rokujou yang menjelaskan, sepertinya akan ditangani dengan baik. Tapi entah kenapa aku tetap merasa gelisah."
"Oh, ternyata yang akan tampil dalam siaran itu bukan Direktur Rokujou, tapi Matogi-san."
"Eh? Matogi Kei?"
"Iya. Sebagai Kepala Divisi Pelatihan Aktor, dia yang secara pribadi menyampaikan kepada Direktur Rokujou bahwa seluruh tanggung jawab atas masalah ini akan ia tanggung sendiri... begitu kata Kurumi-san."
Matogi Kei adalah Direktur Eksekutif merangkap Kepala Divisi Pelatihan Aktor. Kudengar posisinya berada tepat di bawah Direktur Rokujou. Selain itu, Matogi Kei juga dikenal masyarakat sebagai mantan model papan atas. Kalau dipikir-pikir... memang dia sosok yang tepat untuk tampil dalam siaran langsung.
"...Tapi, Yuuka? Kenapa wajahmu terlihat muram begitu?"
Wajah Yuuka jelas-jelas terlihat lesu.
Sambil tetap menunjukkan ekspresi itu, ia menghela napas pelan, lalu berkata dengan menundukkan kepala.
"Soalnya... meskipun ini adalah keributanku, tapi malah Matogi-san yang harus berdiri di garis depan. Aku cuma merasa tidak enak."
"Ya... aku mengerti perasaanmu. Tapi bukankah memang itu tugas para pejabat perusahaan? Lagi pula, meski bukan Matogi Kei, tetap saja harus ada seseorang yang bertanggung jawab."
Aku mencoba menenangkannya begitu, tapi Yuuka tetap saja tidak terlihat puas.
"...Hmm. Apa tidak ada cara supaya semuanya bisa berjalan lancar tanpa merepotkan siapa pun, ya..."
Ia bergumam sendiri, terus-menerus melontarkan kata-kata lirih.
◆
"Yo, Nii-san."
Begitu aku turun ke lantai satu lebih dulu dari Yuuka, aku malah menemukan adikku sudah berada di ruang tamu tanpa izin. Mungkin terdengar aneh, tapi justru aku sendiri yang ingin bilang, "Apa-apaan ini?" Kenapa adik yang kemarin tidak ada di rumah, tiba-tiba sudah bersantai di ruang tamu?
Beberapa hari lalu, Isami juga masuk tanpa izin. Apa di kalangan para adik perempuan, hal seperti ini sudah jadi kebiasaan? Kenapa tingkat keamanan di "dunia adik-adik" ini terasa begitu buruk?
"...Lalu? Nayu, kapan kamu masuk ke rumah?"
"Hah? Semalam, lah. Aku naik pesawat terakhir balik ke Jepang, terus naik taksi ke sini. Eh, tapi ternyata kalian semua sudah tidur. Jadi bosan. Akhirnya aku putar trailer film horor yang aku temukan di internet tepat di telinga Isami yang sedang tidur."
"Apa-apaan itu, semacam aksi teror ya... Terus gimana reaksi Isami?"
"Dia langsung terbangun, matanya berkaca-kaca, lalu menjerit kecil dengan suara yang super imut. Lucu banget."
Apa dia titisan iblis? Tapi... maaf, Isami. Sejujurnya aku sedikit ingin melihat ekspresi panikmu yang seperti itu. Soalnya pasti kontras sekali dengan dirimu yang biasanya.
"Maaf nunggu, Yuu-ku... wah!? Nayu ada di sini! Kaget banget aku!"
"Eh, e-eh... pagi, Nayu-chan. Wajahmu hari ini tetap secantik cahaya mentari pagi."
Saat aku dan Nayu sedang bicara, Yuuka dan Isami juga datang ke ruang tamu satu per satu. Melihat Isami yang tetap mencoba bergaya seperti biasanya, entah kenapa rasanya agak lucu.
"Kalau begitu, aku siapin sarapan ya. Hmm~ hari ini enaknya masak apa ya~♪"
Dengan nada riang disertai nyanyian kecil, Yuuka pun menuju dapur.
Ya, seperti pepatah bilang: "Perut kosong tak bisa berperang." Jadi, pembicaraan serius dengan Nayu... akan kutunda setelah sarapan.
Setelah makan, berganti pakaian, dan kembali berkumpul di ruang tamu—kami berempat duduk bersama.
Aku dan Yuuka duduk bersebelahan di meja makan, sedangkan di seberang kami duduk Nayu dan Isami. Kemudian Nayu menghela napas panjang, lalu menyandarkan pipinya di telapak tangan.
"Ah, keluar lagi... sikapmu yang sok besar kepala itu."
"Hah? Siapa duluan yang ngomong besar kepala? Rumah ini bukan milikmu juga, dan pemilik rumah yang sebenarnya itu ayah brengsek. Tapi begitu aku santai-santai di rumah sendiri, kamu malah protes. Apa-apaan sih? Kamu tuh mirip pacar posesif yang salah paham!"
Baru aku melontarkan satu kalimat, dia langsung membalas berkali-kali lipat. Seperti biasa, adik bungsuku ini penuh energi.
Yah, daripada debat kusir makin panjang, aku batuk kecil untuk menarik perhatian dan kembali ke topik utama.
"Pokoknya, itu urusan nanti. Tapi... makasih ya, Nayu. Kamu sengaja datang jauh-jauh ini pasti karena khawatir dengan keributan 'Kamigami', kan? Memang belum sepenuhnya selesai, tapi setidaknya aku dan Yuuka sudah bisa menata hati lagi—"
"...Hah? Salah. Jangan asal tebak."
Kata-kataku dipotong mentah-mentah. Dengan wajah datar tanpa ekspresi, Nayu berkata pelan:
"Ya, aku memang khawatir dengan Yuuka-chan. Tapi kan Yuuka-chan sudah ada Nii-san, juga ada Nihara-chan, jadi aku percaya dia baik-baik saja. Jadi alasanku datang itu berbeda... ini soal Ibu."
──Ibu. Ibu kandungku, Sakata Kyouko.
Orang yang meninggalkan rumah sejak aku kelas satu SMP. Nama lainnya adalah mantan model papan atas──Matogi Kei.
Nayu tiba-tiba mengangkat topik itu, membuatku refleks terhenti. Aku yang terdiam, langsung ditatap tajam oleh Nayu.
"Nii-san. Masih ingat apa yang Nii-san bilang waktu ZUUM kemarin? ‘Aku sih nggak peduli. Tentang Ibu juga.’──Nii-san bilang begitu, kan?"
"...Iya. Seingatku aku memang bilang begitu. Tapi kenapa memangnya──"
"Jangan bercanda! Dasar Nii-san bodoh!!"
Sekejap kemudian, Nayu berdiri dengan keras dari kursinya, lalu berteriak.
"Aku sama sekali nggak merasa begitu!! Memang benar, Ibu sudah meninggalkan kita. Kalau dibilang aku sama sekali nggak marah, ya jelas bohong! Tapi tetap saja... aku selalu ingin bertemu dengan Ibu!"
Mata Nayu bergetar, berkilau seperti permukaan air.
"...Kaget, ya? Kalau aku bilang hal semacam ini."
"Ya... lumayan. Soalnya Nayu biasanya hampir tidak pernah jujur."
"Waktu Natal kemarin, aku benar-benar bikin banyak masalah, kan? Tapi saat itu, Yuuka-chan menegurku dengan lembut, dan aku merasa sangat senang. Karena itu... aku sudah memutuskan. Mulai sekarang, aku akan mencoba sedikit demi sedikit untuk jujur pada perasaanku sendiri."
Sambil berkata begitu, Nayu tersenyum malu. Wajahnya tampak polos, seperti saat ia masih kecil.
"Aku... sejak Ibu pergi, selalu merasa kesepian. Selalu ingin bertemu dengannya. Jadi... kalau Nii-san dan yang lain akan pergi lagi ke '60P Production', aku ingin ikut. Aku ingin bertemu dengan Ibu. Itu... perasaan jujurku."
Kata-kata Nayu itu──menusuk dadaku dengan perih.
"Dan lagian... Nii-san nggak punya hak bilang aku nggak jujur. Justru Nii-san sendiri yang harusnya lebih jujur."
"...Maksudmu apa? Aku selalu bilang apa adanya, kan."
Apa-apaan sih. Dia seenaknya saja menebak-nebak.
Aku selalu bicara sesuai hati. Ibu sudah lama meninggalkan kami. Tentang Ibu... aku sama sekali tidak peduli.
"Pembohong. Nii-san juga pasti nggak benar-benar berpikir kalau Ibu itu nggak penting. Apa Nii-san sudah ketularan sifat bohongnya Ayah?"
"Makanya jangan asal nuduh. Aku sudah punya Yuuka, juga semua orang di sekelilingku. Itu sudah cukup membuatku bahagia. Jadi, soal Ibu──"
"──Jangan keras kepala sendirian begitu, Yuu nii-san."
Di tengah adu mulutku dengan Nayu, Isami menyela.
"Keras kepala...? Aku tuh nggak merasa sedang keras kepala."
"Sudahlah. Hal begitu sudah cukup, Yuu nii-san."
Lalu Isami melirik ke arah Yuuka. Dengan senyum tipis, ia berkata:
"Kita ini keluarga, kan? Kalau ingin menangis, ya menangislah di depan keluarga. Kalau ingin manja, ya manja saja. Kalau merasa kesepian... katakan saja. Begitu kan, Yuuka?"
"Iya! Yuu-kun, Isami, Nayu-chan, dan juga aku sendiri. Kita semua boleh jujur sama perasaan kita. Soalnya, kalau begitu... pasti lebih menyenangkan!!"
Membenarkan kata-kata Isami, Yuuka tersenyum cerah. Tunangan yang kucintai, dengan senyuman seindah matahari itu. Adik-adik yang merepotkan tapi tetap menggemaskan, dengan tawa polos mereka. Entah kenapa──aku jadi teringat kembali hari-hari menyenangkan bersama Ibu.
"──Ah, iya! Yuu-kun, Nayu-chan. Ada hal yang ingin kusampaikan pada kalian. Hehehe... bersiaplah terkejut dengan kemampuan detektifku!"
"...Hah? Detektif?"
Aku tidak tahu apa yang dimaksudnya, tapi dari cara ia mulai bicara saja sudah terdengar seperti "detektif gadungan."
Namun Yuuka, dengan wajah penuh rasa bangga, bergantian menatapku dan Nayu sambil bertanya:
"Waktu ulang tahunku kemarin, kalian berdua sempat bertengkar kecil kan? Itu sebenarnya janji sejak kalian kecil, kan?"
"Hah? Maksudmu 'Pertarungan Nama'?"
"Benar! Yuuichi punya huruf '一 (satu)', sedangkan Nayu punya nama '那由他'. Kalau dibandingkan, jelas nama Nayu lebih besar, karena satu 'Nayu' itu setara dengan sepuluh pangkat enam puluh lebih banyak dari 'satu'! ...Begitu kan cara kalian saling membantah dulu!"
Kalau dipikir lagi, memang tidak masuk akal 'Pertarungan Nama' itu.
Satu, sepuluh, seratus, seribu, puluh ribu, juta, milyar, triliun, quadriliun... hingga Nayu, Fukashigi, Muryoutaisuu.
Kalau urutannya diikuti, jelas 'Nayu' jauh lebih besar daripada 'satu'.
Setiap kali hampir kalah debat, Nayu selalu pakai logika aneh itu untuk membalik keadaan dan mengklaim kemenangannya.
"Benar juga. Dari dulu, waktu kamu masih bocah manja yang suka banget sama kakak, setiap kali kita ribut kamu pasti pakai alasan itu."
"Si-siapa juga bocah manja yang suka Nii-san! Jangan GR!! Cih! Cih!!"
Kenapa dia justru tersinggung di situ?
Aku hanya bisa menghela napas melihat Nayu tiba-tiba memasang sikap tsundere. Tapi aku jadi kembali teringat.
Iya. Pertengkaran konyol itu memang sejak dulu──sudah jadi kebiasaan tetap antara aku dan Nayu. Dan setiap kali kami bertengkar begitu, Ayah dan Ibu selalu melihatnya dengan senyum penuh kehangatan.
"Ah iya, aku pernah dengar dari Kurumi-san. Nama '60P Production' itu ternyata yang menamakan adalah Matogi Kei."
Yuuka tiba-tiba berkata begitu.
"...Oh ya? Kukira itu nama yang dibuat oleh Direktur Rokujou."
"Iya. Tapi katanya Direktur Rokujou ingin mengambil keberuntungan dari popularitas mantan model papan atas itu, jadi beliau meminta Matogi-san yang memberi nama. Dan nama yang dipilih Matogi-san adalah──'60P Production'. Nah, sekarang pertanyaannya! Angka '60' itu maksudnya apa, hayo?"
Maksud dari angka itu... ya, aku juga tidak tahu. Sepertinya tidak ada kaitan langsung antara Matogi Kei dan angka "60"...
────Eh? Jangan-jangan………….
"Nayu itu sepuluh pangkat enam puluh──oh begitu. Jadi, angka ‘60’ di ‘60P Production’ itu diambil dari nama Nayu-chan……?"
"Benar sekali~. Isami, jawabanmu tepat. Tepuk tangan~"
Dengan riang, Yuuka memberikan tepuk tangan pada Isami. Isami tampak tidak terlalu keberatan dengan pujian itu. Namun, aku dan Nayu…… hanya saling berpandangan tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Dan berikutnya──detektif Yuuka-chan mulai menganalisis."
Ucap Yuuka sambil menempelkan telunjuk yang ditegakkan ke pipinya.
"Kalau misalnya Matogi-san memberi angka ‘60’ dari nama Nayu-chan, lalu apa arti huruf ‘P’? Itulah yang aku pikirkan. Lalu aku pun terpikir begini."
Setelah itu, Yuuka menurunkan nada suaranya. Dengan lembut, ia pun berkata:
"‘P’ itu──‘Play’. Diambil dari nama Yuu-kun."
"…………dari namaku?"
Pasti sekarang wajahku benar-benar tampak terkejut.
Sambil menatapku begitu, Yuuka melanjutkan kata-katanya dengan senyum penuh percaya diri.
"Begitu aku terpikir soal itu, aku coba mencari lagi arti kata ‘Play’! Dan ternyata, selain ‘bermain’ ada juga arti lain seperti ‘menikmati’, ‘memainkan musik’, atau ‘berakting’. Bagaimana? Sangat cocok untuk kantor agensi pengisi suara, kan!?"
"Ya, aku mengerti maksudmu, tapi…… bukankah itu hanya dugaanmu saja? Tidak ada bukti sama sekali bahwa ibu──Matogi Kei menamainya dengan alasan itu──"
"Kalau memang tidak tahu yang mana, bukankah lebih baik mempercayai kemungkinan yang lebih cerah?"
Ucapan pesimisku langsung dipotong. Yuuka, dengan senyum cerah layaknya bunga yang mekar penuh, menyatakan:
"Aku percaya. Memang benar Matogi-san membuat kalian merasa kesepian, tapi tetap saja──aku percaya beliau masih memikirkan kalian berdua dengan sangat berharga. Justru karena itulah, di ‘60P Production’ beliau menitipkan makna: ‘menyampaikan kebahagiaan Nayu’. Itulah yang aku percaya."
"──Ahahaha! Yuuka-chan benar-benar jenius…… sumpah, kocak banget."
Begitu Yuuka selesai bicara, Nayu mengusap matanya yang basah. Lalu ia menepuk bahuku dengan cukup keras.
"……Hei, Nii-san. Bagaimanapun, mari kita temui Ibu. Memang, ada rasa takut untuk bertemu, tapi…… tetap saja, mari kita temui dan bicara dengannya."
Memandang adikku yang berkata begitu dengan suara hampir menangis, aku mengangguk pelan──lalu mengusap lembut kepalanya.
──Padahal masih ada urusan menghadapi masalah ‘Kamigami’.
──Padahal masih banyak rasa cemas yang kami pendam.
Namun, tunanganku yang lembut itu tetap lebih mengutamakan orang lain, dan itulah yang mendorongku.
Akhirnya aku pun membulatkan tekad. Aku akan menemui Ibu dan berbicara baik-baik dengannya. Jadi…… sudahlah. Jangan menangis lagi, Nayu.
"Ngomong-ngomong, Nii-san. Menurutku, Yuuka-chan itu terlalu baik untukmu. Serius banget."
"Eh~? Nggak juga kok~. Lagipula…… itu bukan soal ‘terlalu baik’ atau bukan. Aku memang hanya bisa bersama Yuu-kun."
Balasan Yuuka terhadap sindiran pedas adikku justru membuatku yang mendengar jadi malu. Melihat itu──aku tidak bisa menahan tawa kecil. Nayu pun ikut tertawa ceria, seperti anak kecil.
"Terima kasih selalu…… Kakak Ipar. Aku benar-benar menyayangimu."
◆
Menjelang pergantian hari.
Nayu dan Isami kembali ke kamar mereka masing-masing. Menyusul, aku dan Yuuka pun kembali ke kamar tidur, menyiapkan futon, dan bersiap untuk tidur.
"Hei, Yuu-kun."
Saat kami duduk berdampingan di atas futon, Yuuka yang mengenakan gaun tidur berbisik pelan.
"Aneh sih, padahal sedang ada masalah besar seperti ini…… tapi aku merasa, aku ini orang yang sangat beruntung."
"Bukan hal aneh. Tapi kenapa kamu merasa begitu?"
"Um, soalnya…… meskipun aku sudah membuat banyak masalah dengan kasus ‘Kamigami’…… keluarga, orang-orang di kantor, bahkan teman-teman sekolah. Bukannya menyalahkan, mereka justru mendukung dan menyemangatiku. Rasanya hangat sekali…… sampai-sampai aku ingin menangis. Itulah kenapa aku merasa beruntung."
Masih dalam posisi duduk memeluk lutut, Yuuka bersandar di bahuku. Aku menepuk-nepuk kepalanya dengan lembut──lalu berkata pelan:
"Itu pasti karena semua itu adalah sesuatu yang kamu bangun sendiri."
"……Sesuatu yang aku bangun sendiri?"
Yuuka sedikit memiringkan kepala. Namun aku melanjutkan tanpa ragu. Karena aku ingin menyampaikan perasaan ini kepada tunanganku
yang paling kucintai.
"Meskipun kamu pasti pernah mengalami banyak hal sulit dan menyedihkan, Yuuka selalu mendoakan kebahagiaan orang lain, bukan? Perasaanmu itu tersampaikan, dan semua orang bisa tersenyum sehangat kamu. Begitulah caramu menyatukan orang dengan orang, senyum dengan senyum──itulah yang kamu bangun. Itulah alasannya semua orang bisa begitu hangat padamu."
"…………Menyatukan senyum dengan senyum, ya."
Pipi Yuuka sedikit memerah.
Sambil tersipu-sipu, ia menatapku dari bawah dengan tatapan malu.
"Aku…… bukan orang sehebat itu, kok."
"Yuuka itu sudah cukup hebat, kok."
"Padahal ada banyak sekali anak yang jauh lebih imut dariku."
"Aku belum pernah lihat sih? Anak yang lebih imut daripada Yuuka."
"……Gununu. Ta-tapi! Kalau anak yang lebih ceria dariku, pasti ada segunung, kan!?"
"Soal ceria atau murung, tidak penting. Yang penting, aku menyukai Yuuka."
"……Uuuh. La-lalu! Kalau ada anak yang punya payudara lebih besar dariku, bagaimana!?"
"Aku akan memeluk Yuuka. Memeluk erat, lalu mencium."
"Hiiiii……! Kata-kata manis begitu bisa membunuhkuuu……!!"
Yuuka mulai memegangi kepalanya dan meronta-ronta seperti sedang kewalahan. Benar-benar seperti hewan kecil, luar biasa menggemaskan.
Ketika aku menatap Yuuka yang gelisah begitu──pikon♪ suara notifikasi RINE mendadak terdengar dari ponselnya.
"Eh!? Siapa, ya…… apa mungkin Kurumi-san?"
Sambil bergumam, Yuuka merangkak di atas futon, meraih ponsel yang tergeletak di dekat bantal. Setelah menatap layar beberapa saat──ia tersenyum malu sambil berkata, "Ehehe."
"Seperti yang Yuu-kun bilang barusan…… sepertinya aku mengerti sekarang. Aku, sedikit demi sedikit──benar-benar bisa menyampaikan senyum pada semua orang, ya?"
Sambil berkata begitu, Yuuka menunjukkan layar percakapan RINE.
Nama pengirimnya──Sakura.
Aku memang tidak mengenal Sakura-san secara langsung, tapi aku pernah mendengar dari Yuuka.
Dia adalah teman Yuuka di masa SMP. Sejak masa-masa Yuuka mulai mendapat perlakuan buruk, hubungan mereka renggang…… dan akhirnya terputus begitu saja. Namun, beberapa waktu lalu──Yuuka memberanikan diri untuk menelponnya. Lalu, mereka berhasil menghapus ganjalan masa lalu.
Pesan yang datang dari Sakura-san adalah────
『Yuuka-chan. Aku kaget sekali waktu menonton videomu! Jadi kamu jadi pengisi suara, ya. Suaramu memang sudah imut sejak dulu. Aku sungguh mendukungmu!! Jadi…… jangan dipendam sendirian, ya? Kali ini aku janji, aku tidak akan lari lagi. Aku akan selalu menjadi temanmu, Yuuka-chan.』
Yuuka berhasil menghadapi masa lalunya, dan kembali menyambungkan hatinya dengan Sakura-san. Ia membuat bunga sakura senyum mekar di wajah. Dan kali ini── Sakura-san lah yang mendukung Yuuka.
Inilah yang benar-benar kurasakan sebagai kekuatan Watanae Yuuka dan Izumi Yuuna.
"Baiklah! Aku dapat ide bagus!!"
Saat aku sedang tenggelam dalam pikiran sambil menatap pesan RINE itu, Yuuka tiba-tiba bersuara penuh tekad. Mata itu──seolah menyimpan cahaya berkilau seperti bintang besar.
"Eh…… ide apa? Tapi biasanya kalau Yuuka sedang seperti ini, bukannya ide bagus, lebih sering justru ide nekat, kan?"
"Bukan begituu. Ini ide yang bisa kulakukan sambil tetap tidak merepotkan siapa pun. Aku bisa menjaga Yuu-kun, keluarga, sekolah, dan pekerjaan sebagai pengisi suara──semuanya dengan baik. Hanya itu saja, kok!"
Apa-apaan itu, paket lengkap super rakus. Justru membuat firasat buruk semakin kuat. Tapi tanpa menghiraukan kekhawatiranku…Yuuka sudah menelpon Hachikawa-san.
"Ah, halo! Ini Yuuna! Kurumi-san, ada sesuatu yang ingin aku minta!!"
Begitu kalimat pembuka penuh semangat itu keluar── Yuuka akhirnya mengucapkan hal yang memang sudah kuduga akan nekat:
"Kurumi-san. Untuk siaran langsung besok──izinkan aku tampil di sana!!"
★Menatap Bulan yang Sama Denganku★
"Permisi."
Setelah menundukkan kepala dalam-dalam, aku melangkahkan kaki memasuki ruang direktur 60P Production. Dari sudut pandangku, rambut ungu berayun lembut.
Ya. Dengan wig yang meniru Ranmu, mengenakan busana gothic yang sama seperti dirinya──aku, Nonohana Raimu alias Shinomiya Ranmu, berdiri di tempat ini sekarang.
"Maaf sudah memaksa Anda meluangkan waktu."
"Tidak apa-apa. Bagi Shinomiya-san juga, kasus Kamigami ini bukan hal yang tak berkaitan, kan?"
Yang duduk di balik meja direktur bukanlah Direktur Rokujou── melainkan Matogi Kei-san.
"Aku ingin berbicara langsung dengan Matogi-san."
…Itu yang sudah kusampaikan lewat Hachikawa-san kepada Direktur Rokujou. Tapi tak pernah kusangka, beliau benar-benar meminjamkan ruang direktur ini.
"Lalu, ada keperluan apa?"
Matogi-san bertanya dengan suara lembut, tetap duduk di kursinya.
"Aku sudah mendengar dari Hachikawa-san. Bahwa besok, Anda yang akan tampil dalam siaran langsung untuk memberikan penjelasan mengenai kasus ini."
"Benar. Dengan acara Perkenalan Delapan Alice putaran kedua yang sudah di depan mata, perlu adanya penanganan cepat."
"Aku mengerti perlu adanya penanganan. Tapi… mengapa harus Anda sendiri yang melakukannya?"
"……Pertanyaan yang agak aneh, Shinomiya-san."
Menanggapi perkataanku, Matogi-san tersenyum tipis.
"Jabatanku adalah direktur eksekutif merangkap kepala divisi pelatihan aktor. Urusan yang menyangkut keberlangsungan para pemain ada dalam tanggung jawabku. Karena itu, yang berdiri di sana bukanlah Direktur Utama Reika, melainkan aku──"
"Bukan sebagai tanggung jawab seorang ibu, maksud Anda?"
Aku memotong ucapannya. Dengan nada sedikit lebih keras, aku menegaskan hal itu.
Matogi-san membuka lebar matanya, seakan kata-kata tercekat di tenggorokannya.
"Anda memiliki tekad untuk mengorbankan segalanya, mempertaruhkan hidup demi bersinar sebagai Alice Putih Murni. Dan kemudian──untuk membimbing generasi penerus, Anda pun masuk ke jajaran manajemen 60P Production. Aku selalu mengagumi sosok Matogi Kei yang seperti itu."
"……Apa yang ingin kamu sampaikan, Shinomiya-san?"
Nada suaranya kini terdengar sedikit keras. Hatinya yang begitu kukagumi, melihatnya seperti itu sedikit membuat dadaku nyeri. Namun hal sesedikit ini──tidak akan menggoyahkan Nonohana Raimu.
Aku pun mengucapkan kata-kata yang sudah lama ingin kusampaikan pada Matogi-san.
"Apakah Anda tidak menyesal… karena tidak pernah bisa mengarahkan semangat kuat itu, perasaan mendalam itu──kepada Yuuichi?"
──Sungguh bumerang yang luar biasa, sampai aku ingin menertawakan diriku sendiri.
Demi menghadapi sandiwara dengan sepenuh hati, aku dulu pernah melukai Yuuichi. Dan itu sama saja dengan apa yang dilakukan Matogi-san, yang meninggalkan Yuuichi demi menapaki jalan hidup sebagai Matogi Kei. Demi mimpi, kami melukai orang yang berharga.
Dosa itu tak akan pernah hilang. Fakta bahwa kami telah melukai orang lain, tak akan bisa dihapus. Namun──penebusan pasti masih bisa dilakukan.
"Aku akan terus mencurahkan seluruh tenagaku demi mimpi. Namun, hanya satu hal yang tak akan kulepaskan lagi──supaya Yuuichi tak perlu lagi merasakan kesedihan. Supaya sinar Yuuna tak akan pernah redup. Apa pun yang bisa kulakukan, akan kulakukan sampai tuntas. Agar aku tidak pernah──menyesal lagi."
Matogi-san mendengarkan ucapanku dalam diam, lalu menundukkan kepala sambil tersenyum kecil.
"…………Jadi, kamu datang ke sini hanya untuk mengatakan itu?"
"Benar. Aku ingin menyampaikan keyakinan baruku pada sosok yang kukagumi, Matogi-san. Dan juga, aku ingin mendengar langsung pemikiran Anda──sebagai satu-satunya ibu dari Yuuichi."
Aku menatapnya tajam, menegaskan kalimat itu.
Menanggapi itu, Matogi-san menengadah ke langit-langit, lalu berbisik:
"──Aku sudah mendapat banyak informasi terkait kasus ini. Izumi Yuuna──atau Watanae Yuuka-san adalah tunangan Yuuichi. Dan Raimu-san, kamu adalah… teman lama Yuuichi, ya?"
"……Ya, begitulah."
"Terima kasih. Karena sudah begitu tulus memikirkan Yuuichi."
Ucapannya meluncur begitu ringan. Dan ia tersenyum──bagai peri yang penuh kasih.
"──Saat itu, aku hanya mengejar mimpi jauh: ingin mewariskan kemampuan menghadirkan senyum pada generasi penerus. Aku berlari tanpa henti demi mewujudkan mimpi. Hingga pada akhirnya──aku kehilangan pandangan atas hal terpenting yang begitu dekat denganku."
Seolah mengejek dirinya sendiri. Atau mungkin, sebagai sebuah penyesalan. Matogi-san merangkai kata-kata itu, lalu perlahan berdiri dari kursi direktur.
"Jika memakai kata-katamu…… mungkin aku memang menyesal. Hidup bodoh, mengejar mimpi menghadirkan senyum, tapi justru membuat orang-orang terkasih menangis."
Dan karena itulah──setelah menguatkan tekad dalam kalimatnya, ia berkata, membelakangiku.
"Besok, aku akan mempertaruhkan segalanya dalam siaran itu. Karena aku tak ingin──ada orang yang kucintai kembali terluka."
──Untuk bisa menghadirkan senyum. Untuk bisa memberi mimpi pada semua orang. Satu-satunya jalan adalah terus berjuang, sekalipun harus mengorbankan segalanya.
Dengan keyakinan itu, Shinomiya Ranmu──Nonohana Raimu──selama ini bersinar sendiri, bagai bulan yang kesepian. Namun, Izumi Yuuna ──Watanae Yuuka──mampu membuat orang lain tersenyum. Memberi mimpi pada semua orang. Dan tetap tidak mengorbankan apa pun. Ia terus melangkah maju dengan senyum──bagai matahari yang menyinari segalanya.
…………Matogi Kei-san pun, kurasa, juga orang seperti bulan. Ia terbang jauh seorang diri, memancarkan sinar terkuat. Namun selain mimpi, ia gagal menggenggam hal-hal lain──orang yang kikuk.
Aku tak berniat menolak cara hidup Matogi-san. Karena aku pun sama, orang bulan. Namun kini aku sudah tahu. Bahwa ada juga cara hidup bagai matahari. Maka──




Post a Comment