Hari itu dimulai dan berakhir seperti biasa, tanpa insiden.
Setidaknya itu seharusnya menjadi salah satu dari hari-hari itu.
'Hei, apa kau ingin pergi ke karaoke? Sedah lama kita tidak pergi ke sana..'
'Eh? Tidak, aku-..'
'Ayolah! Aku akan menunjukkan kepadamu suaraku yang indah untuk menyemangati hari seninmu!'
Sekelompok anak muda, yang tampaknya berada di puncak kasta sekolah, sedang berbicara satu sama lain yang tampaknya teman dekat.
Saat aku bersiap untuk pergi, aku mendengarkan suara mereka.
'Hei, ayolah, kalian. Sudah lama sejak aku mendengar lagu anime.'
Begitulah cara mereka mendekati kelompok otaku di kelas dengan cara seperti itu...bahkan memanggil orang-orang yang mirip denganku, tapi sebenarnya tidak.
Anak laki-laki yang mendekat bertingkah agak berlebihan dan menerima undangan mereka.
Untungnya, tidak ada yang namanya bullying di kelas kami.
Setidaknya, aku tidak tahu apa-apa.
Ada berbagai kelompok orang di kelas yang dekat satu sama lain. Meskipun pasti ada orang-orang yang memegang posisi yang relatif kuat di dalam kelompok, masing-masing kelompok bisa bergaul dengan baik.
Satu-satunya pengecualian adalah diriku.
Aku tidak termasuk dalam kelompok tertentu dan aku jarang berbicara dengan teman sekelasku. Aku juga tidak punya teman spesial.
Bahkan sekarang, semua orang sepertinya tidak menyadariku saat mereka melanjutkan rencana karaoke mereka.
'Hei, Nanami. Kau juga ikut, kan? Aku tidak bisa bersemangat kalau kau tidak ikut.'
Di tengah semua ini, salah satu anak laki-laki memutuskan untuk memanggil gadis itu.
Gadis yang dimaksud, haanya terdiam tanpa mengatakan sepatah katapun kepada anak laki-laki didepannya.
'Oh, kali ini kita tidak akan ikut. Nanami dan aku memiliki beberapa urusan yang harus diselesaikan. Bersenang-senanglah dengan semua orang.'
Pertanyaan anak laki-laki itu membosankan, terlepas dari tekadnya. Gadis berambut hitam itu hanya melihat ke arahnya sekali dan dengan kibasan tangannya, segera menolak.
'Ayolah .... karaoke dengan semua orang lebih menyenangkan……'
'Haa, sudah kubilang kami tidak akan ikut.'
Gadis berambut hitam itu memberikan senyum yang kuat kepada anak laki-laki itu, memaksa anak laki-laki yang mendekati temannya untuk mundur.
'O-Oke, maaf..'
Dia menganggukkan kepalanya dengan puas saat anak laki-laki itu menarik kata-katanya.
Gadis bernama Nanami tampak agak lega di belakangnya atau itu hanya imajinasiku?
Ya, aku yakin itu hanya imajinasiku.
Eh…tunggu…namanya…..Nanami kan?
Aku tidak begitu ingat dimana, tetapi aku merasa seperti pernah mendengar nama itu sebelumnya.
.... Yah, itu bukan urusanku, pikirku sambil meninggalkan kelas.
Aku bisa mendengar mereka berbicara tentang tempat karaoke terbaik di kelas, tetapi pikiranku terpaku pada game yang akan kumainkan ketika aku sampai di rumah.
Hanya ada satu perbedaan antara memiliki teman di kelas dan memiliki teman di luar kelas.
Aku bisa bermain game online dengan teman onlineku.
Itu yang kuprioritaskan ... itu saja ...
Itu sebabnya teman sekelasku yang pergi ke karaoke dan gadis-gadis yang mengatakan mereka memiliki sesuatu untuk dilakukan segera menghilang dari pikiranku.
Aku tahu bahwa mereka dan aku tidak ada hubungannya satu sama lain dan tidak akan pernah ada hubungannya satu sama lain—terutama ketiga gadis yang menarik perhatian itu, yang mungkin bahkan tidak tertarik padaku.
Sampai hari ini, itulah yang kupkirkan.
Aku tidak pernah membayangkan bahwa gadis-gadis ini, yang kupikir tidak relevan, akan ...... Tidak, itu dia.
Aku tidak tahu bahwa aku akan terlibat begitu dalam dengannya dan bahwa banyak hal akan berubah.
Apakah ini hal yang baik atau buruk.. Aku masih belum mengetahuinya pada saat ini ....
|| Previous || Next Chapter ||
12 comments