¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯
Hari pertama pekerjaan paruh waktunya tiba.
Saat ia menghabiskan kehidupan sekolahnya bersama Shino seperti biasa, akhirnya sepulang sekolah.
Hari itu akhirnya tiba.
"Hari ini, ya."
"Hari ini? Oh, iya juga. Pekerjaan paruh waktumu, kan? Semangat, ya~"
"Yah, ini bukan pekerjaan berat sih. Hanya bersih-bersih saja."
"Hmm, apa kamu tidak merasa seperti 'Aku akan melakukan yang terbaik!'?"
"Coba bayangkan aku mengatakan 'Aku akan melakukan yang terbaik!' dengan wajah penuh senyum dan menunjukkan gigiku."
"Itu sih, agak gimana gitu."
"Nah, kan? Yah, aku senang kau menyemangatiku dan aku akan mencoba melakukan yang terbaik dengan caraku sendiri."
"Kamu sangat lemah, Sandai~"
"Bukan berarti aku lemah, Shino. Tapi, aku tidak ingin memaksakan diri seperti orang gila, kau tahu? Shino, ketika kau melihat seseorang bekerja dengan raut wajah tegang. Tidakkah kau akan khawatir seperti, 'apa mereka baik-baik saja?' sebagai gantinya?"
"Hmmm... itu mungkin benar."
"Makanya aku tidak ingin memaksakan diri dan membuatmu khawatir. Daripada itu, Shino. Bukankah sudah waktunya kau pergi ke pekerjaan paruh waktumu?"
"Eh, ah! Benar. Kalau begitu, sampai nanti~"
Setelah waktu yang ditunjukkan oleh Sandai, Shino buru-buru berlari.
Setelah melihat Shino pergi, Sandai juga menuju ke akuarium, tempat kerjanya. Kiprahnya normal, tidak ringan atau berat.
Setelah berjalan sekitar 10 menit, akuarium mulai terlihat.
Mungkin karena ini adalah hari pembukaannya, meskipun ini adalah hari kerja, akuarium itu cukup ramai untuk memiliki antrean yang cukup banyak yang bahkan bisa dilihat dari kejauhan.
"Oh, sudah banyak pengunjungnya, ya.."
Meskipun Sandai mengetahui bahwa tempat kerjanya tidak kosong atau sepi. Tapi tetap saja, itu sedikit membuatnya terkejut karena memiliki antrean yang agak panjang.
"Yah, lagipula ini hari sibuk (kerja).."
Di dunia ini, ada banyak orang dengan jadwal yang berbeda dari sekolah dan ada lebih banyak kasus hari libur pada hari kerja daripada yang Sandai pikirkan.
Sambil melihat barisan yang terbentuk dengan pandangan sekilas, Sandai masuk ke dalam melalui pintu masuk staff di pintu keluar belakang-hanya untuk menemukan banyak staf yang bergerak dengan sibuk.
"Ini pintu masuk untuk karyawan. Jadi, untuk pengunjung silahkan dari pintu masuk depan..."
"Saya Fujiwara Sandai, seorang staf kebersihan. Saya berharap bisa bekerja sama dengan Anda."
"Staf kebersihan... Kupikir ada yang datang sebelumnya... ah, kalau dipikir-pikir, staf kebersihan itu terdiri dari dua orang, bukan? Wakil direktur menyebutkan sesuatu seperti itu. Baiklah kalau begitu, Fujiwara-kun, anggota staf kebersihan yang lain sudah tiba. Jadi, pergilah berganti pakaian dan mulai bekerja bersama."
Rupanya mereka ingin Sandai segera mulai bekerja. Jadi, dia mencatatkan kartu waktunya, buru-buru berganti pakaian dan mulai menyiapkan peralatan pembersih.
Dan di sana, entah dari mana, Hajime muncul dengan pakaian kerja staf kebersihannya.
"Yo, Fujiwara-kun."
"Oh, Saeki 'ya. Lama tidak bertemu."
"Tidak, belum ada sebulan sejak terakhir kali kita bertemu. Yah, terserahlah. Oh, ya. Kau juga pernah mengakatakan hal yang sama sebelumnya, ya? Mungkin perasaanmu tentang waktu itu terganggu?"
"Itu tidak benar. Aku pribadi merasa itu sudah lama sekali."
"Jika aku berpikir tentang hal itu secara positif, mungkin itu seperti kau begitu menantikan untuk bertemu denganku sehingga setiap detik terasa begitu lama?"
"Tidak, itu karena aku sedikit sibuk akhir-akhir ini dan hal-hal yang terjadi beberapa saat yang lalu terasa seperti waktu yang lama."
"....Kau sibuk? Apa terjadi sesuatu?"
"Aku harus membantu Shino belajar untuk ujian."
"Shino... err... ah, Yuizaki-san, kan? Yuizaki Shino-san. Aku ingat, kau memang pernah mengatakannya sebelumnya. Kau bilang dia pacarmu."
"Ya, itu benar."
Sambil berbincang-bincang, mereka melakukan pekerjaan mereka seperti yang sudah diajarkan sebelumnya dalam pelatihan-memungut sampah di luar selagi matahari masih terbit dan setelah itu selesai, selanjutnya mereka membersihkan segala macam bagian dalam.
"Pasti ada lebih banyak pengunjung yang datang daripada yang kubayangkan. Meskipun hari ini adalah hari kerja."
"Yah, ada sejumlah orang yang sedang libur bahkan pada hari kerja, dan kemudian mungkin juga ada banyak orang yang ingin melihat-lihat sekali karena ini adalah pembukaan baru."
"Hari libur pada hari kerja... ya. Sekarang setelah kau menyebutkannya, berbicara tentang pekerjaan dengan hari libur pada hari kerja dan mengesampingkan pekerjaan paruh waktu, bukankah hal itu kebetulan tidak populer dalam kasus karyawan penuh waktu?"
"Eh?"
"Aku melihat berbagai macam tawaran pekerjaan sebelum menemukan yang satu ini, tetapi aku melihat banyak tawaran pekerjaan untuk posisi penuh waktu yang sangat mengiklankan libur akhir pekan. Seperti yang kupikirkan, bukankah itu lebih populer?"
"....Sering kali acara dan hal-hal lain diadakan pada akhir pekan dan sebagian besar orang mungkin ingin bersenang-senang secara aktif. Jadi, bukankah hari libur di akhir pekan lebih populer?"
"Begitu."
"Tapi, menurutku ada juga orang yang lebih memilih hari libur pada hari kerja. Baik papa dan mamaku mengatakan bahwa memiliki hari libur pada hari kerja membuat lebih mudah untuk pergi ke kantor pemerintah atau bank."
"Nn? Tunggu, kau memanggil kedua orang tuamu, papa dan mama?"
"Iya, apakah itu aneh?"
"Bagaimana aku mengatakannya... Kebanyakan gadis seharusnya memanggil orang tuanya seperti itu. Yah itu hanya perasaanku saja dan kupikir aku sudah mengatakannya padamu sebelumnya, tapi aku seorang penyendiri yang buruk dalam bersosialisasi. Ada kalanya aku tidak selaras dengan masyarakat. Maafkan aku untuk itu."
Hajime adalah seorang pria, dia sendiri yang mengatakannya-seorang pria yang penampilan, suara dan gerak-geriknya terlihat seperti seorang gadis.
Mungkin yang disebut femboy.
Tidak ada perasaan yang aneh ketika mengenali seseorang sebagai seorang gadis, tetapi ketika benar melihat seseorang sebagai seorang pria, akan ada perasaan tidak nyaman sekarang dan nanti.
Ini adalah perasaan seperti itu.
"Ucapanmu yang mencela diri sendiri seperti itu, sepertinya itu akan membuatmu menjadi musuh."
"Membuatku menjadi musuh? Kenapa?"
"Kupikir ada banyak orang yang akhirnya berpikir kau memiliki kepribadian yang buruk karena 'Aku seorang penyendiri yang buruk dalam bersosialisasi' meskipun kau memiliki pacar yang cantik, kau tahu? Aku tahu pria seperti apa dirimu. Jadi, aku bisa dengan mudah melewatinya."
"Aku-"
"-Hanya mengatakan yang sebenarnya karena kau benar-benar seorang penyendiri yang buruk dalam bersosialisasi, kan?"
"Ya. Emang itu faktanya. Jadi, aku hanya mengatakannya apa adanya sehingga tidak ada kesalahpahaman."
"Mm-hmm. Tapi ini tentang bagaimana orang yang akan mengerti itu hanya orang-orang sepertiku yang jelas-jelas memahamimu."
Bahkan jika itu adalah pernyataan yang hanya menyatakan kebenaran, orang yang berbeda akan menanggapinya secara berbeda.
Itu adalah poin yang adil dan salah satu yang Sandai harus pikirkan sedikit.
Sandai tidak terlalu peduli tentang bagaimana orang-orang yang tidak banyak berhubungan dengannya akan melihatnya seperti apa, tapi di sisi lain... Sandai sadar bahwa menjadi seperti itu tidak semuanya benar.
Jadi, dia memutuskan untuk jujur menerima maksud Hajime.
"Begitu, ya... Kurasa kau benar. Terima kasih."
"Terima kasih?"
"Ya, terima kasih karena sudah memberitahuku tentang hal itu."
Mendengar Sandai mengucapkan terima kasih sambil menggaruk ujung hidungnya, Hajime tampak terkejut dan langsung tertawa terbahak-bahak.
"Pfft... ahahaha!"
"K-Kenapa kau tertawa, aku hanya mengucapkan terima kasih."
Mungkinkah itu... Hajime sedang mengolok-olok Sandai?
Entahlah, tidak ada yang tahu.
Namun, Hajime adalah femboy yang sulit dipahami. Jadi, apa yang ada di pikiran Hajime tidak mungkin diketahui Sandai.
Sambil melakukan semua ini dan itu, dia mencapai akhir dari hari pertamanya bekerja paruh waktu tanpa satu halangan pun. Yang tersisa hanyalah absen dan berganti pakaian.
Ketika Sandai memasuki kantor bersama dengan Hajime, hampir pada saat yang sama, Komaki dengan setelan karet masuk dari pintu masuk yang lain.
"Dingin sekali..." Dengan bibir bergetar, dia meraih remote untuk AC dengan kecepatan yang tak terbayangkan dan menaikkan suhunya sekaligus. "Cepat, cepat, hangatkanlah-hm? Fujiwara-kun dan Hajime-kun? Oh, ya. Hari ini adalah hari pertama kalian masuk kerja, ya.."
"Ada apa dengan pakaian itu?"
"Ini? Karena hari ini adalah hari pembukaan, kupikir aku akan membuat pertunjukan lumba-lumba sedikit lebih lama dari yang direncanakan. Jadi, aku buru-buru mengubah jadwal. Dan kemudian tubuhku menjadi lebih dingin dari yang diharapkan. Yah kau tahu, ini adalah pertunjukan di mana aku juga akan masuk ke dalam air."
Rupanya dia sendiri telah masuk ke dalam air untuk produksi pertunjukan atau semacamnya dan itu berakhir berkepanjangan.
Komaki tampaknya memaksakan dirinya sendiri, tetapi karena dia adalah wakil direktur, dia merasa bahwa itu bukan posisi di mana dia harus seperti itu, namun...
Dalam skenario terburuk kondisi fisiknya memburuk, itu akan berpengaruh pada banyak hal. Jadi, bukankah seharusnya tugasnya adalah untuk memastikan itu tidak akan berubah menjadi sesuatu yang serius?
Tidak, mungkin sebaliknya.
Mungkin juga justru karena itu adalah posisi dengan bobotnya sendiri, ia mencoba mengambil inisiatif dan menunjukkan kepada para karyawan bahwa ia bekerja keras.
"Ini mulai menghangat... tapi... masih dingin."
Suhu ruangan di dalam ruangan terus meningkat, tetapi Komaki menggosok-gosokkan kedua tangannya sambil menggigil, mungkin dia masih merasa kedinginan.
Sandai memasukkan kartu waktunya untuk absen, membeli sebotol teh hangat dari mesin penjual otomatis yang ada di tempat itu dan menyerahkannya pada Komaki.
"Silakan ambil ini."
"Teh? Untukku?"
"Iya."
"Oh, makasih..."
"....Bukankah lebih baik untuk tidak memaksakan diri?"
"Aku tahu. Tapi, aku wakil direktur. Jika aku tidak menunjukkan kerja kerasku. Aku mungkin akan diberitahu 'Sombong banget lu, padahal ngga ngapa-ngapain!' kau tahu?"
Komaki menggaruk pipinya dan tersenyum kecut. Sepertinya memang benar bahwa dia sengaja menunjukkan dirinya bekerja keras kepada para karyawan justru karena dia memiliki posisinya.
"Sepertinya ada banyak hal yang terjadi."
"Yah, nanti kamu juga tahu sendiri.."
"Aku merasa seperti aku akan menghabiskan sisa hidupku tanpa pernah memahaminya... Aku tidak bisa membayangkan masa depan di mana aku adalah orang yang memiliki posisi tinggi."
"Kamu punya pacar, kan? Ingat, kan? Kamu pernah menunjukkan fotonya padaku. Dia gadis yang sangat imut."
"Err, ya."
"Jika hubungan kalian terus berlanjut sampai ke pernikahan. Itu berarti kamu harus bekerja keras sebagai suaminya."
"Pernikahan, ya.. Yah, kurasa Anda benar. Bagaimanapun juga, aku harus bekerja keras."
"Yup, itu harus. Pada akhirnya, kamu akan menjadi seorang Ayah dan kamulah yang bertanggung jawab atas kehidupan rumah tanggamu nanti. Tentunya, seorang Istri juga ",
Meskipun entah bagaimana, Sandai mengerti apa yang ingin dikatakan Komaki. Singkatnya, itu tentang: jangan lupa bekerja keras untuk pacarmu.
Apa yang tiba-tiba muncul di benak Komaki, tentang seperti apa orang besar itu, adalah: hasil dari bekerja keras dalam pekerjaanmu.
"Aku mengerti apa yang ingin Anda katakan."
"Benarkah?"
"Hanya saja ... Tidak, tidak ada. Setelah ini, aku harus menjemput pacarku. Jadi, aku akan pulang dulu."
"Menjemputnya, ya... Pacarmu sangat beruntung. Aku juga ingin punya pacar dan datang menjemputku.."
Sandai ingin menghindari percakapan yang panjang dan terlambat menjemput Shino. Makanya dia memotong percakapan mereka.
Kemudian segera setelah itu, setelah menonton dari samping sejak awal, "Fujiwara-kun, kau cukup pandai berurusan dengan wanita, ya?" Hajime berbicara begitu, siapa yang tahu lelucon macam apa kali ini.
"Dalam hal apa? Sebaliknya, aku malah buruk berurusan dengan wanita. Aku bahkan tidak bisa memuji wanita seperti kebanyakan pria lain."
"Tidak, pujian saja bukan berarti kau pandai berurusan dengan mereka..."
"Maaf, aku tidak mengerti apa yang kau katakan."
"Tidak apa-apa, jangan khawatir tentang hal itu.."
Sandai bahkan tidak bisa memahami apa arti sebenarnya dari kata-kata Hajime. Tapi, Hajime mengatakan untuk tidak mengkhawatirkannya. Jadi, itu bukan masalah besar.
"Ngomong-ngomong, kita masih menggunakan pakaian kerja kita. Jadi, kita harus berganti pakaian. Mari kita menuju ke ruang ganti bersama-sama."
Cara Hajime mengubah topik pembicaraan begitu alami sehingga Sandai hampir secara refleks menganggukkan kepalanya. Namun, dia ingat bahwa itu adalah usulan yang tidak boleh dia terima.
Jika Sandai pergi berganti pakaian bersama dengan Hajime, itu berarti berakhir dengan melihat tubuh Hajime. Itu akan berakhir dengan menemukan sesuatu yang tidak akan pernah bisa dibatalkan... adalah apa yang Sandai rasakan untuk situasi itu.
Sandai pernah merasakan hal yang sama sebelumnya, tapi dia pergi berganti pakaian sendirian di toilet saat itu.
Naluri Sandai mengatakan padanya untuk melakukan hal yang sama kali ini juga. Jauh di lubuk hatinya mengatakan bahwa ia tidak boleh membuka kotak Pandora.
"Ada apa, tiba-tiba diam? Apa kau sakit?"
"Tidak, aku baik-baik saja."
"Kalau begitu mari kita cepat-cepat menuju ke ruang ganti."
"Tidak bisa."
"Huh?"
"Aku akan pergi berganti pakaian di toilet."
"....Aku mengerti kalau kau malu, dan aku juga ingat kau mengatakan padaku kalau kau memiliki prinsip seperti itu, tapi tidakkah kau berpikir untuk sedikit mengumpulkan keberanian? Dan aku merasa kita bisa saling mengenal satu sama lain dengan lebih baik jika kita pergi berganti pakaian bersama."
"Aku seorang pria yang tidak akan mengubah prinsipnya dengan mudah."
"Tung-"
"-Maaf."
Sandai mengambil pakaian gantinya dan berlari ke toilet tanpa menunggu respon Hajime.
Hajime bukanlah orang jahat dan mungkin seseorang yang dekat dengan teman no. 1-nya. 1 temannya. Sandai memang mengakui hal itu di dalam hatinya.
Tapi ini dan itu adalah cerita yang berbeda.
Post a Comment