NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ushiro no Seki no Gal ni Sukarete Shimatta V2 Chapter 2 Part 1

Chapter 2 - Ternyata Ketua Orangnya Baik, Ya? (5 Desember - 10 Desember)


[Bagian 1]

Tanpa sesuatu yang khusus terjadi, kehidupan sehari-hari Sandai berjalan dengan baik. Dengan memulai pekerjaan paruh waktu, ia menjadi sedikit sibuk, tetapi sebaliknya seperti biasa.

Setelah ujian berakhir, ia menunda untuk mengantar Shino sampai ke rumahnya.

Untuk memasukkannya ke dalam kehidupan sehari-harinya, Sandai berpikir bahwa itu akan dilakukan setelah menyapa orang tuanya dengan benar.

Saat ini, sedikit demi sedikit, ia tengah mempersiapkan mentalnya untuk itu.

Sementara itu, memasuki bulan Desember dan setelah beberapa hari berlalu, hasil ujian akhirnya keluar.

Berbicara tentang apakah Shino berhasil menghindari remidiasi atau tidak... entah bagaimana dia hampir tidak berhasil menghindari remidiasi dalam semua mata pelajaran. Orang yang bersangkutan tampak senang dan tersenyum lebar.

"Aku berhasil!"

"Ini semua berkat kerja kerasmu, Shino."

Pada catatan lebih lanjut, untuk hasil Sandai, dia mendapatkan nilai di atas 90 di semua mata pelajaran.

Sebenarnya, Sandai bisa dengan mudah mendapatkan nilai sempurna (100) di semua mata pelajaran jika dia serius mengincar tempat pertama. Tapi, dia dengan sengaja menurunkan nilainya sehingga tempat pertama di tahun ajaran bisa diambil oleh Ketua kelas. Jadi, dia puas dengan nilai ini.

Karena peringkat itu diungkapkan secara pribadi karena sekolah juga ketat dengan informasi pribadi saat ini, itu tidak pasti bahwa Ketua sebenarnya telah mengambil peringkat pertama... yah, orang tersebut dengan senang hati mengungkapkannya ke lingkungan sekitar. Jadi, itu pasti tanpa Sandai harus memaksa tangannya untuk mencaritahu.

"UWOOOOHHH, AKHIRNYA TEMPAT PERTAMA COK!! AKU TELAH MENCAPAINYA!!!

"Berisik, Ketua. Yah, orang sepertimu pasti bisa mendapatkan tempat pertama.."

"Benar, aku juga tidak akan terkejut jika seseorang seperti Ketua bisa meningkatkan nilai di atas rata-rata. Tapi, serius bro. Lu nggak solidaritas."

"Shihouin-kun mendapatkan tempat pertama... Ngomong-ngomong, ulang tahun Shihouin-kun juga sudah dekat. Aku ingin memberikan semacam hadiah untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan untuk mendapatkan tempat pertama... Aku juga ingin lebih dekat dengannya..."

"Sementara itu, Yuizaki entah bagaimana berhasil di ujian kali ini. Meskipun sebelumnya, dia selalu remidiasi hampir di semua mata pelajaran. Apakah ini berkat Fujiwara yang membantunya belajar, ya?"

"Ughh.. aku merasa dikhianati oleh Shino.. Aku pikir kami adalah teman seperjuangan.."

"Aku mengerti perasaanmu, kawan.."

"Btw kelas remidiasi di mulai tanggal 24 di hari pertama liburan musim dingin, kan? Begitu, aku mengerti. Ini seperti yang diharapkan Shino, ya.. Inikah yang dinamakan kekuatan Cinta.."

Di dalam kelas, di sana-sini orang-orang yang mendapat nilai merah berdiri. Entah bagaimana tampaknya banyak, namun...

Nilai merah didasarkan pada rata-rata seluruh tahun ajaran. Jadi, sepertinya ada banyak siswa-siswi dengan hasil buruk di kelas ini.

Meski begitu, ada juga siswa-siswi dengan peringkat teratas seperti Sandai dan Ketua.

Jika kita mengambil rata-rata dengan membagi nilai kolektif dari seluruh kelas, kita mungkin akan mendapatkan angka keseimbangan.

Melirik ke arah kekacauan siswa-siswi yang lebih keras dari biasanya, wali kelas Nakaoka menghela napas. Dan kemudian untuk beberapa alasan, Nakaoka menatap Sandai.

"Baiklah, Sensei sudah memberikan hasil ujian kalian. Oh, satu hal lagi. Fujiwara, datanglah ke ruang guru sepulang sekolah."

"Eh...?"

Tiba-tiba namanya dipanggil, yang membuatmnuat Sandai membuka matanya lebar-lebar karena bingung.

"Ada sesuatu yang ingin Ibu bicarakan."

Sandai hendak bertanya tentang apa itu, tetapi Shino, bagaimanapun, merespon lebih cepat darinya.

"Tunggu, Sensei. Kenapa Sandai harus di panggil ke ruang guru? Menurutku dia tidak melakukan apa-apa. Sandai sangat pintar saat membantuku belajar, hasil ujiannya juga lebih baik dari yang lain. Jadi, kenapa dia yang dipanggil bukannya orang yang mendapatkan nilai merah?"

"Tidak, sebaliknya.. Kenapa kamu yang menanggapinya, Yuizaki? Yah, terserah.. Pokoknya, Sensei memanggilnya ke ruang guru bukan untuk memarahinya. Tenang saja."

"Kalau begitu, bukankah tidak apa-apa membicarakannya di sini?"

Pada saat yang sama ketika Shino memelototi Nakaoka, ketegangan menyebar di dalam kelas dan teman-teman sekelas yang telah membuat keributan sampai sekarang tiba-tiba terdiam.

Sandai juga membeku secara refleks pada situasi yang tiba-tiba meledak antara Shino dan Nakaoka.

"Ini bukan sesuatu yang bisa Ibu bicarakan di sini. Ini bukan sesuatu yang aneh."

"Jika itu bukan sesuatu yang aneh, maka bukankah aneh kalau Sensei tidak bisa membicarakannya di sini?"

"Sensei tidak akan memarahi pacarmu, oke?"

"Kalau begitu, aku akan ikut."

"Aku tidak tahu apa yang kamu khawatirkan, tapi ada guru lain di ruang guru. Tidak ada yang perlu kamu khawatirkan. Ini seperti pertemuan siswa dan guru."

Pertemuan murid dan guru-dengan kata-kata yang bisa terjadi pada setiap murid yang sama-sama keluar, mungkin kekhawatirannya telah sedikit hilang, semangat Shino berangsur-angsur mereda.

"...Seperti pertemuan murid dan guru?"

"Itu benar. Jadi, jangan membuat wajah yang menakutkan seperti itu... Apa kamu sudah sedikit tenang?"

"Ini tidak seperti aku sedang marah atau apapun."

"Kamu benar, kamu hanya sedikit khawatir... Ketika kamu jatuh cinta dengan seseorang, kamu akan membuat asumsi yang luar biasa yang juga akan berubah menjadi kekhawatiran. Itulah yang terjadi, itulah yang disebut emosi yang merupakan bagian penting dari menjadi seorang manusia. Namun, jangan biarkan emosi itu menjadi liar. Fujiwara tipe orang yang sedikit peka. Jadi, dia tampaknya tidak memikirkan hal itu sama sekali, tapi itu juga mungkin akan berubah suatu hari nanti."

"...Itu tidak benar."

"Logika kekanak-kanakan seperti itu tidak akan membawamu kemana-mana setelah kamu menjadi seorang-tidak, kurasa tidak apa-apa untuk saat ini. Pokoknya, sangat bagus bahwa aku tampaknya sudah mendapatkan pengertianmu."

Tampaknya situasi telah tenang tanpa berubah menjadi serius dan semua orang di tempat itu termasuk Sandai menghela napas serempak.

Itu adalah adegan yang dipenuhi dengan ketegangan.

Dalam skenario terburuk, Sandai berpikir untuk memberikan bantuan kepada Shino, tetapi di satu sisi, dia bisa mengerti mengapa Nakaoka menegur Shino. Jadi, Sandai memiliki perasaan campur aduk.

Maksud Nakaoka benar.

Memikirkan tentang waktu ketika Shino akan menjadi dewasa, dia memiliki sedikit bagian dari dirinya sendiri di suatu tempat yang harus diperbaiki.

Meskipun begitu, tidak akan ada artinya jika Shino tidak menyadari dan mencoba untuk memperbaikinya sendiri.

Apa yang bisa Sandai lakukan adalah mendukung Shino dari bayang-bayang sehingga dia bisa menyadarinya. Sandai berpikir bahwa melangkah lebih jauh dari itu hanya akan memaksa, tidak lebih.

* * *

Sepulang sekolah. Ketika Sandai menuju ke ruang guru, dia mendapati Nakaoka sedang menyeruput kopi dan terlihat sangat tidak senang.

"Akhirnya kamu datang juga. Ya ampun... dia benar-benar seperti anjing liar, Yuizaki itu. Pastikan kamu memasang kalung padanya."

"Seorang guru menyuruh muridnya memasangkan kalung pada pacarnya.. Itu sebuah tindakan-"

"Sekarang, tunggu.. Ibu tidak benar-benar menyuruhmu untuk melakukannya, oke? Itu hanya metafora, oke?"

"Jadi, apa yang ingin Ibu bicarakan denganku?"

"...Kamu membantu Yuizaki belajar, seseorang yang sering gagal dalam ujian, dan membuatnya lulus, kan? Membantu seseorang belajar terlihat mudah tetapi sulit. Tidak semua orang bisa melakukannya dan sebagai wali kelasmu, Ibu memuji tindakanmu itu, membantu murid lain agar tidak remidiasi. Tapi, ada satu hal yang ingin Ibu bicarakan.. Fujiwara, nilai ujianmu di sisi lain turun sedikit dan itu menarik perhatianku, tetapi ada jejak yang jelas darimu yang mencoba menurunkan nilaimu seperti mengosongkan jawaban. Tidak tahu niat seperti apa yang kamu miliki. Tapi bagaimanapun, nilaimu rata-rata masih di atas 90. Tidak ada yang bisa Ibu keluhkan."

"U-Huh... Singkatnya, apakah itu berarti Ibu hanya ingin mengatakan 'bagus sekali' padaku mengenai aku membantu Shino belajar?"

Dipanggil hanya untuk itu agak mengecewakan. Sandai memiringkan kepalanya dengan bingung. Dan segera Nakaoka berdeham.

"A-Ah, barusan adalah sedikit kata pengantar, kau tahu. Jadi topik utamanya itu.. Kamu tahu, kan? Soal itu loh, aku yang mengenakan pakaian itu dan SMS yang kukirimkan padamu setelah Festival Sekolah..."

Sandai segera mengerti sebelum Nakaoka selesai mengatakan semuanya. Inti sebenarnya dari pembicaraan ini dan mengapa Nakaoka ingin memanggilnya adalah tentang masalah itu yang telah ia putuskan untuk dilupakan.

Sandai jelas-jelas bermain bodoh pada saat itu - demi menyampaikan pendiriannya kepada Nakaoka secara pasti.

Namun, Nakaoka tampaknya sedikit khawatir dan ingin secara pribadi memastikan respon Sandai.

"Itu dengan itu...? Tentang apa itu? Mengenai Festival Sekolah, aku ingat bahwa hanya program kelas kami yang dibatalkan selama acara tersebut. Tapi selain itu, kurasa aku tidak ingat apa-apa lagi," kata Sandai sambil memalingkan muka.

Dan kemudian seperti perpaduan antara kelegaan dan kegembiraan, seperti anak kecil yang tidak dimarahi setelah melakukan kesalahan jika kita mengibaratkannya, Nakaoka membuat senyum riang seperti itu.

"Ara~ Aku sangat menyukai pria yang bisa membaca suasana sepertimu. Gimana kalau sama Sensei aja~ Kesempatan seperti ini tidak datang dua kali tau~"

"Itu sedikit..."

"Fufu, aku hanya bercanda. Mana mungkin hubungan murid dan guru ada... Pertama-tama, aku tidak tertarik pada pria yang lebih muda dan bahkan dua belas tahun. Selain itu, Yuizaki itu tipe pencemburu. Nah, tahu kan? Itu akan menjadi hal yang merepotkan.. Aku tidak memiliki hobi mempertaruhkan leherku. Aku juga ingin menghindari situasi di mana dia akan berteriak seperti, 'KEMBALIKAN PACARKU, DASAR LACUR!' lalu 'BANG! Ahaha."

"Tidak peduli betapa cemburunya Shino, dia tidak akan melakukan hal seperti itu. Menurutmu, apa yang kau pikirkan tentang pacarku..."

Meskipun menyangkal klaim Nakaoka, Sandai berpikir, tidak, itu mungkin juga mungkin.

Shino tidak pandai belajar dan dia memiliki kepribadian yang jujur. Tapi meskipun begitu, dia juga memiliki banyak aspek biasa. Namun, mengenai situasi yang melibatkan kecemburuan, dia akan mengambil tindakan yang akan tampak seperti satu langkah yang salah dan dia akan kehilangan kendali.

Seperti bagaimana dia mengecam Nakaoka sebelumnya.

"Yah, cara kerja batin emosi memang menjadi intens dalam segala macam cara ketika kamu masih muda. Yuizaki sangat rentan terhadap hal ini. Hanya seorang pria yang bisa melihat ke depan dan perhatian seperti kamu yang cocok untuk menjadi pacarnya."

"Aku bukan seorang pria yang bisa menjadi perhatian seperti itu, kau tahu? Aku hanya memberikan segalanya karena jika Shino bahagia, aku juga bahagia."

"Begitu, jadi kamu berpikir bahwa kamu bisa sedikit meringankan kecemasan Yuizaki?"

"Mengenai itu... Kupikir itu akan memakan waktu, karena dia tampaknya juga memiliki masa lalu yang traumatis. Shino sendirilah yang membicarakan hal itu kepadaku. Dia mengatakan sesuatu seperti 'Anak laki-laki yang sering menatap oppainya' ketika pelajaran renang. Memang benar, Shino itu cantik dan imut, wajar saja jika dia menonjol. Tapi, sepertinya itu membuatnya terluka secara mental daripada yang kukira.  Aku sempat berpikir untuk mengatakan untuk tidak memikirkannya, tetapi itu tidak mungkin segera dilakukan."

"....Jadi, kamu lebih memilih metode yang membutuhkan kesabaran, ya. Sungguh cara yang lembut untuk menanganinya. Yah, mengenalmu. Kupikir ini seperti dirimu. Huhh, sekarang aku iri pada Yuizaki.. Aku ingin menemukan pasangan yang selembut itu juga. Aku memang tidak memiliki sedikit keinginan untuk menikah."

"Itu tak terduga. Kupikir Sensei itu tipe orang yang tidak suka memiliki waktu sendiri yang dipotong dari memiliki pasangan, pernikahan atau sesuatu seperti itu."

"Aku tidak terlihat seperti itu. Sebaliknya, aku ini tipe orang yang mudah kesepian tau. Akan sangat menyenangkan jika ada orang yang perhatian sepertimu di sisiku. Tapi, aku tidak bisa menemukannya dengan begitu mudah dan sekarang usiaku mendekati kepala tiga."

Walaupun berbeda dengan Shino, Nakaoka juga memiliki penampilan yang keren dan cantik. Meski kepribadiannya agak merepotkan.

Mungkinkah dia memiliki cita-cita yang tinggi, hanya belum diberkati dengan pertemuan atau mungkin memiliki hobi aneh yang akan membuat siapa pun yang mengetahuinya akan merasa tidak nyaman?

Bagaimanapun, Nakaoka seharusnya tidak merasa lucu jika ada seseorang yang lebih muda berbicara dengannya dengan kesan sok tahu. Jadi, Sandai memberikan pujian yang tidak menyinggung.

"....Sepertinya tidak ada satu pun pria dengan mata yang jeli. Sangat di sayangkan wanita secantik dirimu diabaikan, Sensei."

"Caramu mengatakan itu sedikit datar, kau tahu? Yah, um.. makasih, karena mencoba untuk menyemangatiku."

Pada saat yang sama ketika Nakaoka menunjukkan senyuman kering, sinar matahari yang datang dari jendela menjadi lebih kuat sedikit. Kemudian, Sandai melihat sedikit rona pipi di bawah mata Nakaoka.

Mengingat kesan yang samar-samar, dia berpikir bahwa Nakaoka tidak mengenakan make-up, tetapi dia tampaknya mengenakan make-up ringan yang begitu alami sehingga kau harus melihat dari dekat untuk bisa mengetahuinya.

Sering melihat Shino, yang biasanya akan berusaha untuk menjadi lebih imut, Sandai mengerti bahwa itu adalah hasil dari kemahirannya dalam make-up.

Dan kemudian, ia menyadari titik lemah Nakaoka juga.

"Mungkin aku tidak pantas mengatakan ini. Tapi, Sensei. Kau sangat mahir dalam make-up sederhana, ya.. Nah, itu mungkin masalahnya. Aku ingin tahu berapa banyak pria yang tidak menyadari bahwa kau kelelahan, sedih, setres atau semacamnya akibat make-upmu itu.."

"... Ada apa tiba-tiba?"

"Bukan apa-apa sih, aku hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiranku. Hanya saja, bagaimana mengatakannya. Ketika wanita sedang putus asa, kelelahan dan sebagainya. Bukankah mereka memiliki keinginan (rangsangan) untuk melindungi.. Jika itu masalahnya, bukankah lebih baik untuk tidak menyembunyikannya dan menunjukkannya di wajah ketika kau kelelahan akan-"

Sandai mengira dia sebijaksana mungkin dengan kata-katanya, tetapi bahkan Nakaoka benar-benar tidak merasa senang ditunjukkan oleh seseorang yang lebih muda karena alisnya sedikit terangkat karena kesal.

"Aku tahu tanpa kamu memberitahu! Astaga, aku bukan tipe wanita yang akan menunjukkan kelemahan ku. Aku hanya menunggu seseorang yang akan menyadari kepribadianku itu muncul!"

"M-Maafkan aku karena mengatakan sesuatu yang tidak perlu."

Meskipun Sandai buru-buru menundukkan kepalanya, nafas Nakaoka sangat keras, jelas dalam suasana hati yang buruk.

Ada beberapa cara untuk berurusan dengan seseorang saat kau sudah membuat mereka marah, tetapi di antara itu, salah satu yang bisa dilakukan secara damai adalah dengan meninggalkan tempat kejadian. Sekali makhluk yang disebut manusia itu masuk ke dalam keadaan marah, bahkan hal-hal yang biasanya tidak akan mengganggu mereka bisa membuat mereka sangat marah.

"Umm.... Aku pergi dulu."

Sandai perlahan-lahan berbalik dan mencoba diam-diam meninggalkan ruang guru, dia bisa merasakan tatapan tajam Nakaoka menusuk punggungnya.

Kemudian, tatapan tajam Nakaoka berhenti. Tanpa berpikir panjang, Sandai menoleh ke belakang. Matanya bertemu dengan mata Nakaoaka, yang tersenyum kecut dengan tatapan jengkel.

".... Nggak jauh berbeda dari 10 tahun lalu, masih anak nakal yang sama. Dia bahkan tidak mengingatku. Yah, aku juga tidak tertarik pada seseorang yang lebih muda. Jadi, terserahlah."

Nakaoka menggumamkan sesuatu, tapi dia tidak ingin membuatnya marah lagi dengan bertanya balik tanpa berpikir. Karena tidak memiliki hobi senang dimarahi, Sandai hanya keluar ke koridor sambil memberikan sedikit hormat pada perawat sekolah yang kebetulan masuk ke ruang guru.

"Anak laki-laki barusan.... Bukankah itu anak yang dibicarakan Nakaoka-sensei.. Tunggu, Nakaoka-sensei..ada apa dengan wajahmu itu?"

"Eh, a-ah... bukan apa-apa.. Daripada itu, kenapa kamu di sini? Bagaimana dengan ruang UKS? Apa tidak apa-apa bagimu berada di sini sementara ruang UKS kosong."

"Aku datang kesini untuk mengambil beberapa dokumen~. Selain itu, ini sudah jam pulang sekolah. Jadi, tidak masalah meninggalkan ruang UKS.."

".... Begitu."

"Eei, jangan mengalihkan topik pembicaraan.. Nakaoka-sensei, apa terjadi sesuatu? Tiba-tiba membuat wajah aneh.."

"Wajahku memang seperti ini."

"No, no... Itu tidak benar. Nakaoka-sensei.. Oho! Mungkinkah kamu tertarik dengan seseorang? Ah, aku tahu! Pasti kamu tertarik dengan guru matematika, Takebayashi-sensei! Umu, memang benar. Dia pria yang cukup seksi seperti sauna." [TN: Lebih tepatnya postur tubuhnya]

"Hei, aku juga punya batas kesabaran, oke?"

"Hii~ Aku akan segera mengambil dokumen dan kembali~"

Segera setelah keluar ke koridor, Sandai menemukan Shino sudah menunggunya.

Sandai mengira Shino tidak lagi di sekolah karena dia memiliki pekerjaan paruh waktu, tetapi dia tampaknya khawatir tentang dirinya yang dipanggil ke ruang guru.

".... Ngobrolin apa?"

Mereka sudah membicarakan tentang Shino-meskipun karena dia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, Sandai memutuskan untuk menutupinya.

Ada juga saat-saat ketika berbohong itu lebih baik.

"Maksudmu dengan Nakaoka-sensei? Tidak ada yang khusus kok. Dia hanya memberiku sedikit nasihat. Itu saja kok."

"... Dasar, Nakaoka-sensei. Dia berbohong padaku.. Sebelumnya, dia mengatakan kepadaku kalau dia tidak akan memarahimu, tetapi malah menguliahi.."

"Yah, terkadang aku juga tidak memperhatikan pelajaran selama kelas. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Mungkin itu hanya kebetulan saja diperhatikan. Lebih penting lagi, bukannya bentar lagi Shino harus berangkat ke pekerjaan paruh waktu?"

"Enm? Oh, sial... Sandai benar, bentar lagi!"

"Kalau begitu, ayo kita bergegas. Pekerjaan paruh waktuku juga bentar lagi dimulai."

"Yep!"

Keduanya meninggalkan pintu masuk dengan cepat. Mereka keluar dari gerbang sekolah dan ketika mereka sampai di persimpangan, "Ah!" Shino tiba-tiba berbicara dan berhenti.

"Ada apa?"

"Ada sesuatu yang aku lupa sebutkan. Jadi sambil menunggumu, Takasago-chan berbicara denganku sebentar dan berkonsultasi denganku untuk beberapa hal... Kita akan berbicara secara rinci nanti, tapi aku ingin meminta bantuanmu juga, jadi..."

"Bantuan? Jika ada yang bisa kulakukan, aku tidak keberatan..."

"Makasih~! Jangan lupakan itu! Kalau begitu, sampai nanti!"

Takasago, seseorang yang seperti binatang kecil dan Shino, seorang gyaru, mereka berdua adalah dua orang yang berbeda.

Namun, sejak masalah pembuatan manisan di Festival Sekolah, mungkin setelah saling mengenal satu sama lain sampai batas tertentu, tampaknya mereka sekarang cukup dekat sehingga yang satu akan berkonsultasi dengan yang lain.

Selama mereka tidak melirik Sandai, Shino akrab dengan mereka. Jadi, Takasago mungkin merasa mudah untuk meminta beberapa saran darinya, tapi...

Meski begitu, berkonsultasi dengan Shino, ya. Karena ini tentang Takasago, itu berarti menyangkut tentang Ketua, kan?

Sandai tahu bahwa Takasago menyukai Ketua. Jadi, dia pikir ini mungkin berhubungan dengan Ketua dan memang begitu.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close