-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ushiro no Seki no Gal ni Sukarete Shimatta V2 Chapter 3 Part 3

Chapter 3 - Bagian 3
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Kota ini mulai menunjukkan keaktifan secara bertahap saat waktu menunjukkan pukul 9 pagi.

Lagu-lagu Natal mulai dimainkan dan lampu-lampu hias mulai berkelap-kelip meskipun cuaca cerah, mungkin agar terlihat menonjol untuk menarik pelanggan, meskipun hanya sedikit.

"Kau pasti berpikir ini buang-buang listrik, kan?"

"Eh, nggak juga kok. Sepertinya mereka menggunakan bola lampu yang tidak menggunakan banyak listrik sama seperti kafe tempatku kerja paruh waktu."

"Ah, begitu ya..."

"Daripada itu, Sandai.. Lihat, di sana! Sepertinya tempat itu sangat menarik~! Ayo, ayo kita pergi ke sana. Tampaknya mereka juga baru saja buka."

Ditarik oleh Shino, mereka memasuki toko yang memiliki papan nama dengan tulisan: Diskon Khusus Pasangan.

"Selamat datang."

"Tolong untuk 2 orang~"

"Apakah kalian pacaran?"

"Yup~"

"Kalau begitu, silakan duduk di sana. Setelah kalian memutuskan apa yang akan dipesan, silakan panggil staf dengan membunyikan bel."

Duduk di kursi yang ditunjukkan, mereka mengambil menu.

Menu tersebut rupanya khusus untuk hari ini saja; semuanya ditulis dengan Couple Style dan gambarnya juga unik. Semua minuman datang dengan sedotan berbentuk hati dan untuk makanan ringan juga, seperti sandwich yang diiris menjadi kata: LOVE.

"Oh, mereka benar-benar serius.. Btw, Shino. Apa di tempat kerjamu juga melakukan hal semacam ini?"

"Emm, tidak. Kami tidak melakukan hal seperti ini. Atau lebih tepatnya, pelanggan kami kebanyakan wanita."

"Ah..."

Hampir hanya ada pelanggan wanita yang terlihat di kafe tempat Shino bekerja.

Akan ada pelanggan pria yang muncul sesekali, tapi mereka kebanyakan adalah pacar dari karyawan kafe, yang datang ke sana untuk alasan yang sama seperti Sandai yang menunggu pekerjaan paruh waktu Shino berakhir.

"Kami mengadakan acara yang bisa dinikmati oleh wanita saja, tetapi kami tidak mengadakan diskon untuk pasangan."

"Suasana khusus wanita, suasana seperti ruang angkasa adalah nilai jualnya. Jadi, saat pasangan datang memadati tempat ini, ide umumnya akan sia-sia, seperti itu?"

"Asisten Manager juga mengatakan hal seperti itu!"

"Asisten Manager... Rasanya aku pernah melihat orang itu sebelumnya. Seseorang yang tampak terlalu serius, bukan?"

"Itu benar, dia orangnya serius, tapi dia baik... Yah, meski Mei-chan kadang tidak suka dengan sifatnya sih."

Sepertinya Chocolate Cornets alias Mei mengalami kesulitan berurusan dengan Asisten Manager. Tapi yang pasti, dia merasa seperti orang yang bersangkutan menggerutu tentang ini dan itu.

Orang yang terlalu serius memang terkesan sulit untuk didekati, tetapi mereka biasanya memiliki standar yang tetap. Adapun Sandai, ia berada di pihak yang berpendapat bahwa itu adalah faktor yang disukai. Jadi, ia tidak bisa bersimpati jika mengalami kesulitan dalam menghadapinya.

Meski begitu, setiap orang memang memiliki perasaan yang berbeda tentang orang lain.

Hal ini juga wajar jika cara berpikir dan perasaan seseorang berbeda, sehingga membuang-buang waktu untuk memikirkan mana yang benar atau salah.

Jika Sandai pergi dan mulai membicarakan hal seperti itu, itu akan mengarah pada masalah dia dan Shino yang berpacaran juga: karena dunia tempat mereka tinggal berbeda, mereka harus putus.

Dia akan membenci hal itu.

"Oh ya, karena kita sedang membicarakan Chocolate Cornets, tentang masalah tempo hari... Aku benar-benar tidak cocok dengannya tau, aku tidak ingin ditinggal sendirian dengannya lagi."

"Chocolate Cornets... Mei-chan akan marah jika dia mendengarnya. Jadi, jangan katakan itu di depannya, oke? Jika Mei-chan diolok-olok karena gaya rambutnya..."

"Jika itu terjadi?"

"Dia akan pergi menangis terisak-isak."

"Oh menangis, ya. Yah, gaya rambut itu sepertinya butuh waktu untuk melakukannya. Jadi, kurasa dia tidak ingin diolok-olok."

"Yup."

Shino tidak benar-benar menunjukkan kecemburuannya pada Mei, tapi mungkin karena Shino bisa menegaskan bahwa kesalahan yang tidak pantas tidak akan terjadi.

Sandai tidak membenci Mei sejauh itu dan Mei mungkin juga sama, tapi tetap saja, ada tembok yang jelas di antara mereka berdua.

Yah, mengesampingkan hal itu, mereka harus memesan sesuatu selama mereka telah memasuki sebuah toko. Jadi, mereka mulai mengobrol sambil melihat menu.

"Hnnn... Aku tidak terlalu lapar, kurasa aku akan memesan minuman saja."

"Mn, aku juga."

"Kalau begitu, kita minum saja. Mau pesan satu dan minum bersama? Atau kita masing-masing memesan apa yang kita inginkan? Bagaimanapun juga, minumannya akan datang dengan sedotan berbentuk hati."

"Baiklah... Kita bisa memesan masing-masing satu, dan kemudian berbagi seteguk atau dua teguk, bukan?"

"Yep, ayo kita lakukan. Aku akan memesan susu stroberi~"

"Aku ingin minum sesuatu yang menyegarkan. Jadi, kurasa aku akan memilih nanas."

Mereka berdua telah memutuskan apa yang akan dipesan. Jadi, mereka memanggil pelayan dengan menekan bel. Karena yang mereka bukan makanan jadi pesanan mereka segera datang.

Yang dipesan Shino adalah susu stroberi yang disiram sirup dan yang dipesan Sandai adalah jus nanas dengan irisan nanas di dalam gelasnya.

Dan kemudian sedotan pasangan itu ada di kedua gelas.

"... Ohh, gelasnya ternyata lebih besar dari dugaan ku. Juga, ada garpu di gelasku."

"Itu agar kamu bisa makan nanas yang ada di dalam gelasnya, kan? Apalagi gunanya garpu selain untuk itu."

"Ah, benar juga."

"Yah, kamu bisa memakan nanas itu kapanpun kamu mau. Lebih penting lagi, ayo cepat gunakan sedotan itu dan minum bersama."

Karena Shino tampaknya ingin cepat-cepat menggunakan sedotan pasangan, seperti yang dikatakan, dia mengambil beberapa teguk susu stroberi yang dipesan Shino terlebih dahulu bersamanya.

Rasanya manis sekali, kurasa agak terlalu berat untuk diminum di pagi hari, Sandai mengomentari susu stroberi itu, tapi beberapa saat kemudian ia menyadari kalau Shino menatapnya.

"Ada apa?"

"Susu stroberi itu..."

"Ada yang salah dengan itu?"

"Sama sekali tidak ada rasanya. Kamu menyeruputnya terlalu kuat!"

Sepertinya Sandai menyeruputnya sedikit terlalu kuat, membuat sari buahnya tidak sampai ke Shino.

Kalian harus memiliki kemampuan untuk menggunakan sedotan ganda, begitulah kira-kira.

"Hati-hati, oke?"

"Mengerti."

"Kalau begitu sekali lagi!"

Kali ini, karena berhati-hati, Sandai secara sadar menyeruputnya dengan kekuatan yang tepat. Dan kemudian Shino dengan senang hati menyeruputnya, tampaknya susu stroberi itu cocok untuknya.

Setelah itu, mereka pun berbagi beberapa teguk jus nanas milik Sandai. Rasa asam dari nanas itu agak kuat, cukup kuat sehingga Shino mengerucutkan bibirnya, dan berkata, "Hnn~," tetapi dikombinasikan dengan rasa yang pekat, rasanya cukup menyegarkan bagi Sandai.

Sedangkan untuk nanas di dalamnya, ia hanya memakan setengahnya. Meskipun ia sebenarnya tidak terlalu lapar, namun jus nanas itu membuat perutnya semakin kembung.

"Nee, Sandai. Aku ingin bercerita, atau lebih tepatnya mengeluh tentang adikku, Miki."

"Emang ada apa dengan Miki?"

"Beberapa hari lalu, dia ingin seekor kucing. Dia sangat berisik tentang itu tau.."

"Seekor kucing?"

"Mm. Tapi aku bilang pada Miki, dia tidak akan bisa merawatnya. Bahkan jika aku menyuruhnya untuk menyayanginya karena ini adalah kehidupan lain, dia mungkin akan mengatakan hal-hal yang baik dan merawatnya hanya di awal saja. Jelas sekali bahwa pada akhirnya aku atau Ibu yang akan merawatnya."

"Yah, bagaimanapun kucing itu menggemaskan. Jadi, mungkin itu yang membuatnya menginginkannya."

"Kamu tidak bisa memelihara kucing hanya karena mereka menggemaskan. Maksudku, kucing adalah makhluk hidup yang memiliki kehidupan. Selain itu, masih lebih baik jika mengadopsi kucing penampungan yang mungkin memiliki kehidupan yang sulit di masa lalu dan membuatnya bahagia. Tapi, kamu tahu? Dia malah mengatakan..."

"Apa yang dia katakan?"

"Dia bilang dia ingin kucing Persia. Karena mereka sangat lembut, katanya. Tidak ada alasan lain."

"... Sepertinya harganya akan mencapai enam digit."

"Dia tidak akan merawatnya, si Miki. Sangat jelas dia hanya ingin mengelus-elus atau membenamkan wajahnya di bulu-bulunya yang halus."

Sambil terus mengobrol santai, jumlah pelanggan secara bertahap bertambah dan kursi di dalam toko mulai terisi penuh. Baik Sandai maupun Shino juga sudah menghabiskan apa yang mereka pesan. Jadi mereka membayar tagihannya dan pergi, karena duduk terlalu lama sepertinya hanya akan membuat mereka merasa tidak nyaman.

Setelah itu, mereka berkeliling untuk bersenang-senang. Namun, lama-kelamaan mereka mulai merasa lelah, jadi mereka mengubahnya menjadi kencan di rumah.

Setelah menyambut Shino di apartemennya, Sandai tiba-tiba menyadari sesuatu dan mulai mengobrak-abrik lemari.

"... Kamu lagi nyari apaan Sandai?"

"Ah, karena ini musim dingin. Jadi..."

Yang dikeluarkan Sandai adalah sebuah kotatsu. Seolah-olah tidak perlu karena ada penghangat ruangan, tetapi kotatsu benar-benar cocok dengan suasana musim dingin.

Ini akan menjadi sempurna seandainya ia menyadari dan menyiapkannya pagi ini atau kemarin, tapi ya, tidak ada yang bisa dilakukan karena ia baru saja teringat.

"Ohh kotatsu! Ayo, cepat kita masuk. Ahh, nyaman sekali~"

Ketika ia menyalakan kotatsu, Shino menjadi seperti kura-kura, dengan semua yang ada di dalamnya kecuali wajahnya.

Sebelumnya, Shino telah memarahi Miki, menyuruhnya untuk tidak memperlakukan rumah Sandai seolah-olah itu miliknya, tapi... dengan pengaturan kebutuhan sehari-hari yang tidak sah dan sebagainya, rasanya Shino kehilangan haknya untuk memperingatkan Miki untuk ini dan itu.

Yah, dia mungkin berpikir bahwa dia spesial karena dia adalah pacarnya dan Sandai juga membiarkan perilaku Shino.

Jika ada pengecualian, itu adalah komputernya. Komputer itu penuh dengan gambar, AV dan juga beberapa game. Jadi, hanya komputer itu yang tidak boleh disentuhnya.

Selain itu, kesukaan Sandai akhir-akhir ini adalah hal-hal yang berbau gyaru. Aktris dan karakter yang mirip Shino telah memenuhi 80% dari foldernya.

Dia juga sangat cemas kadang-kadang... bergidik membayangkan bagaimana jika semua itu ditemukan oleh Shino secara kebetulan. Karena dia biasanya acuk tak acuh tentang hal itu. Tapi, karena sekarang dia memiliki pacar. Dia takut disalahpahami sebagai orang yang cabul.

Sandai ingin dianggap sebagai pacar yang baik dan ia memiliki kesadaran yang kuat bahwa ia harus seperti itu.

"Ketika kamu masuk ke dalam kotatsu, rasanya seperti benar-benar musim dingin~"

"Kau benar."

"Oh, ya.. Tunggu sebentar."

Shino merangkak keluar untuk mengambil tasnya dan kemudian merangkak masuk ke dalam lagi. Lalu ia meletakkan tas kecil yang ia keluarkan dari tasnya di pangkuan Sandai.

"Apa ini?"

"Hadiah Natal~"

Penasaran dengan isinya, Sandai segera membukanya. Yang ada di dalamnya adalah sebuah muffler yang dipenuhi dengan kesan mewah yang mengejutkan.

"Ini terbuat dari bahan kasmir. Jadi, lembut dan halus saat disentuh."

Meskipun tidak tahu apa itu kasmir, dia bisa tahu dari rasanya bahwa itu adalah barang semahal kelihatannya.

"Makasih, Shino. Aku sangat senang dengan hadiah ini."

"Senang mendengarnya~"

"Kalau begitu, selanjutnya giliranku. Tunggu sebentar."

Sandai memberikan pakaian dalam yang dibungkus dan dibeli sebelumnya kepada Shino.

"Boleh aku buka? Aku ingin tahu apa yang ada di dalamnya~" Shino tersenyum sambil membuka bungkusnya dan kemudian terdiam. "..."

"Err, kupikir itu sangat cocok untukmu."

"I-Ini untukku...?"

"O-Oh, benar."

"B-Begitu.. Jadi, u-um.. Kamu ingin aku memakai ini?"

"Aku membelinya setelah memikirkannya dengan matang. Aku akan senang kalau kau mau memakainya untukku."

Sandai sempat berpikir tentang bagaimana ia akan menerima hadiah itu. Namun, sudah terlambat untuk melakukan apa pun sekarang.

Di samping itu, apa pun keadaan yang melatarbelakanginya, tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang pada akhirnya memutuskan untuk membeli ini.

Setelah melangkah sejauh ini tanpa ada jalan untuk kembali, pikiran Sandai menjadi tenang dan tanpa rasa malu.

"Awawawa..."

Adapun Shino, ia membuka pakaian dalam dengan mencubitnya dengan jari-jarinya dan menjadi bingung. Namun, melihat senyum Sandai yang menyegarkan, dia menelan ludah.

"B-Begitu... Jadi ini seperti... 'Aku sekarang sudah siap. Sisanya tergantung padamu'..."

"?"

"Y-Yah, ukurannya juga terlihat pas untukku.. Kalau begitu... Aku akan membawanya saat kita pergi ke pemandian air panas, oke? Aku juga akan mempersiapkan diri!"

Tanpa benar-benar mengetahui makna dibalik mempersiapkan diri, Sandai memiringkan kepalanya.

Tetapi untuk saat ini, dia tidak terlihat ketakutan.

Itu bagus sekali.

Namun, juga benar bahwa dia masih hanya memiliki satu beban yang terangkat dari pundaknya. Sandai tersenyum kecut karena masih terlalu dini untuk bersantai.

Dia masih memiliki satu kekhawatiran besar yang tersisa.

"Sebelum menuju ke pemandian air panas, aku harus pergi dan menyapa orang tuamu."

"... Benar juga."

"Selain itu, kita hanya punya waktu beberapa hari lagi. Haruskah aku pergi kesana besok?"

"Lebih baik jangan besok, Sandai. Soalnya besok aku bekerja seharian dan berakhir kamu menjemputku pada malam hari, kan?"

"Oh, aku lupa."

"Selain itu, besok hari Natal. Ayahku ingin mengadakan pesta makan malam bersama keluarga. Jadi, tidak memungkinkan jika besok."

"Begitu, ya."

"Ah, tapi. Kupikir kamu bisa ikut makan malam bersama dan menyapa mereka?"

"Hm, itu ide yang bagus. Tapi, jika aku tiba-tiba menyelinap masuk ke dalam rencana yang sudah di atur Ayahmu. Kurasa itu tidak bagus, itu hanya membuat kesanku buruk."

"Aku tidak mempermasalahkannya dan Ibu serta Miki mungkin juga tidak akan mempermasalahkannya. Tapi... Ayahku mungkin sedikit keberatan. Lalu bagaimana dengan tanggal 26 lusa? Hari itu kami mulai bekerja pada sore hari. Jadi, kita bisa segera menyelesaikannya di pagi hari."

"Apa bisa dilakukan dengan cepat seperti itu?"

"Satu atau dua jam adalah waktu yang kita butuhkan. Atau mungkinkah kamu berencana untuk pergi ke suatu tempat bersama dengan orang tuaku?"

"... Tiba-tiba menutup jarak dengan seseorang seperti itu tidak mungkin bagiku."

"Sudah diputuskan pagi lusa, oke? Aku akan memberitahu orang tuaku.. Oh, apa kamu ingat di mana rumahku?"

"Tentu, aku ingat."

Saat mereka berbicara tentang menyapa orang tua Shino. Malam Natal berlalu dalam sekejap. Malam itu berakhir begitu saja.

Mereka berciuman sampai satu sama lain dan setelah itu Sandai mengantarkan Shino ke stasiun.





|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close