-->
NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Ushiro no Seki no Gal ni Sukarete Shimatta V2 Chapter 3 Part 4

Chapter 3 - Bagian 4
¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯¯

Tanggal 25, keesokan harinya.

Untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, Sandai akan menghabiskan hari dengan hampir tidak terlibat dengan Shino.

Sandai pergi ke tempat kerja paruh waktunya hari ini. Tapi setelah selesai, dia tidak punya kegiatan lain.

Sambil samar-samar memikirkan apa yang harus dilakukan, dia keluar dan pergi ke luar. Dan segera setelah itu, Hajime berlari mengejarnya.

"Tunggu~"

"Apa?"

"Yah, aku yakin kau punya waktu luang, kan?"

"Apa aku terlihat seperti pengangguran?"

"Hmm baiklah, kau mengambil cuti kemarin, kan? Dan itu agar kau bisa menghabiskan waktu bersama dengan Yuizaki-san, bukan?"

"... Yah, bisa dibilang begitu."

"Karena kau tidak terlihat sedang buru-buru. Sepertinya aku benar, kau sama sekali tidak punya rencana dengan Yuizaki-san."

Hajime ternyata sangat pintar; dia dengan sangat baik menebak situasi dari kata-kata dan tingkah laku Sandai.

Aku sama sekali tidak menyangka dia bisa menebaknya, Sandai hanya bisa merasa terkesan.

"... Hou, kau hebat juga."

"Ehehe!"

"Kau benar-benar cerdas secara tak terduga, Saeki."

"Fufu."

"Shino juga ada pekerjaan hari ini, seharian, dan dia bilang dia akan pergi makan malam dengan keluarganya di malam hari."

"Menghabiskan malam yang penting dengan pacar dan hari Natal itu sendiri dengan keluarga atau teman; itu juga sesuatu yang cukup umum."

"Oh, begitu."

"Yep. Nah, mengesampingkan masalah tentang Yuizaki-san sejenak, ini adalah kesempatan yang langka. Jadi ayo, mari kita nongkrong sebentar denganku jika kau sedang senggang."

Rupanya Hajime juga punya waktu luang hari ini dan ingin bergaul dengan Sandai. Sandai juga berpikir tentang bagaimana dia harus menghabiskan sisa hari ini, tapi...

Entah bagaimana, ia merasa seperti mengkhianati Shino dengan bergaul dengan Hajime, Sandai merasa ragu-ragu.

"Aku pribadi tidak keberatan, tapi hanya saja, aku merasa seperti mengkhianati Shino. Jadi bagaimana aku mengatakannya, aku merasa tidak enak, kau tahu... karena Shino mungkin akan marah."

"Yuizaki-san akan marah meskipun kau hanya bergaul dengan orang lain sebentar? Jangan-jangan, dia tipe orang yang posesif?"

"Yah, karena kepribadiannya memang seperti itu."

"Tapi, aku bukan perempuan, seharusnya tidak masalah, kan? Jika dia mengeluh tentang hal itu, maka Yuizaki-san sedikit berlebihan. Tidak perlu membatasimu dari hal itu."

Sandai tidak merasa dibatasi, tetapi ia juga bisa memahami bahwa apa yang dikatakan Hajime benar sebagai pendapat umum.

Cinta Shino memang besar, memang benar.

Namun, Sandai berpacaran dengannya karena mengetahui hal itu.

"Aku akan dengan senang hati menerima pendapatmu, tapi bagiku, juga menerima bagian dari diri Shino dan mendukungnya sampai dia melunak sedikit demi sedikit adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang pacar."

"Jika kau bersikap seperti kau hanya bertahan seperti itu, kau akan berakhir sangat lelah. Nah, yang harus kau lakukan hari ini adalah bergaul dan bersantai denganku!"

"H-Hei, dengarkan apa yang aku-"

"-Serang selagi setrika masih panas!"

Sebelum mengetahui apa yang terjadi, lengannya ditarik oleh Hajime.

Sandai bimbang antara menolak atau tidak, tapi dia juga mendapat perasaan di dalam dirinya yang tidak ingin menghancurkan hubungan baiknya dengan Hajime, sehingga Sandai memutuskan untuk menemaninya sebentar.

... Kurasa sesekali mengalami hari seperti ini juga tidak apa-apa.

Sandai menggaruk pipinya dengan lembut, dan melihat itu, Hajime tersenyum senang.

Jari-jarinya kecil dan ramping, kulitnya terlihat sekilas melalui celah-celah pakaiannya yang segar, bau sampo dan krim tangan yang samar-samar menguar...

Sedangkan Sandai, saat ini ia sedang membuat wajah yang sepertinya akan membuatnya dicolek matanya oleh Shino jika ia melihatnya... Baiklah, sekarang mengesampingkan hal sepele seperti itu.

Tempat dimana Sandai dibawa adalah sebuah kebun raya. Itu adalah tempat yang tak bisa ia kaitkan dengan kata nongkrong.

"... Kebun raya, ya. Kupikir kau pasti akan membawaku ke taman hiburan atau semacamnya."

"Taman hiburan? Kenapa kau berpikir begitu?"

"Sepertinya kau suka animasi Disney dan kupikir kau ingin pergi ke Land or Sea."

"Aku memang suka animasi Disney dan aku juga tidak menyukai Land or Sea-nya, tapi maksudku, tempat itu akan penuh sesak hari ini, kau tahu? Aku tidak ingin menunggu selama 1 jam untuk naik ke sebuah wahana."

Pastinya, tampaknya akan ramai dengan orang-orang yang pergi ke sana untuk bersenang-senang bersama keluarga dan semacamnya.

"Begitu, aku mengerti. Di hari itu akan sangat ramai karena kebanyakan orang pergi ke sana bersama keluarga mereka, bukan? Ah, kalau dipikir-pikir... Shino juga akan pergi makan malam bersama keluarganya."

"Hmm.. begitu, ya. Mungkin agak aneh aku mengatakan ini. Meski kau mengaku dirimu penyendiri dan tidak pandai bersosialisasi. Kau masih memiliki keluarga, kan? Pada hari itu, seharusnya kau juga menikmati waktumu bersama keluargamu."

"Ah, kedua orang tuaku sibuk dengan pekerjaan mereka dan mereka selalu jauh dari rumah. Aku selalu menghabiskan Natal sendirian. Seperti bermain gim Jenga atau Game of Life."

"S-Sendirian?"

"Ya, sendirian."

"... Maaf, mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak aku tanyakan."

"Tidak, jika kau mengatakan itu. Itu malah membuatku semakin menyadari situasi ku, kau tahu?"

Masa kecilnya adalah masa lalu. Itu sebabnya dia menyimpulkan bahwa tidak ada artinya memikirkan apa pun tentang waktu itu.

Konon, ketika mengingat masa kecilnya dengan ingus yang menetes di ambang air mata saat bermain, akan ada banyak kerusakan.

"Um, aku benar-benar minta maaf."

"Santai saja. Hal itu sudah menjadi masa lalu sekarang dan sama sekali tidak menggangguku."

"Entah bagaimana kau terlihat seperti berpura-pura tegar..."

"Nggak juga. Yah, mari kita sudahi topik itu, oke."

Sandai benar-benar tidak memikirkan apapun tentang hal itu. Meskipun, tampaknya terlihat berbeda di mata Hajime dan dia terlihat agak meminta maaf.

Namun, dengan Sandai yang mengakhiri topik tersebut, Hajime hanya pergi dengan menatap Sandai sekilas dan berhenti membahas topik tersebut, mungkin karena menilai bahwa membahasnya lebih jauh hanya akan menimbulkan masalah.

Ketika mereka memasuki kebun raya, ada banyak sekali bunga dengan berbagai macam warna. Tampaknya kontrol suhu dan kelembapannya sangat teliti, karena ada juga bagian di mana bunga yang hanya mekar di musim panas, memamerkan kelopak bunga yang indah.

"Kau tahu, bunga itu hanya membersihkan hati, bukankah begitu..."

"Menurutmu begitu?"

"Yep. Lihat, bunganya indah, baunya harum dan rasanya seperti ada banyak oksigen di dalamnya!"

"Kupikir bagian oksigen itu hanya imajinasimu, kau tahu?"

"Eh?"

"Tumbuhan melakukan fotosintesis. Tapi, mereka membutuhkan karbon dioksida untuk fotosintesis dan itu juga tidak baik untuk tumbuhan jika ada kelebihan oksigen. Di kebun raya, ada kemungkinan mereka mengisi karbon dioksida di tengah hari seperti sekarang ini, bukan untuk fotosintesis."

"..."

"Aku akan terus terang saja, tetapi melihat gambaran yang lebih besar, jumlah agregat oksigen di Bumi bukanlah sesuatu yang akan berubah dengan mudah. Kau tahu bahwa bumi berotasi, kan?"

"I-Iya.."

"Bumi berotasi dari barat ke timur. Yang keluar dari situ adalah angin barat dan angin timur. Kedua angin ini akan selalu berhembus selama perputaran bumi tidak berhenti. 'Akan selalu berhembus' inilah intinya."

"O-Ooh..."

"Terutama melalui dua sirkulasi atmosfer ini, baik oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis di siang hari di satu area dan karbon dioksida yang dihasilkan dari pernapasan tanaman di malam hari di satu area..."

"Berhentilah bicara seperti sedang ada pelajaran di sekolah~!"

Hajime berulang kali memukul pundak Sandai.

"Y-Yah, ini seperti hal yang diajarkan di kelas sains di SMA. Ini juga bukan topik yang sulit."

"Aku bilang ini bukan waktu dan tempat untuk membicarakan hal seperti itu. Apa kau melakukannya dengan sengaja? Kau bisa membicarakan topik yang lebih santai, kau tahu? Fujiwara-kun."

Topik yang lebih santai, sulit bagi Sandai...

Ketika dia bersama Shino, dia juga bisa berbicara seperti itu, tetapi Hajime berbeda dengan Shino.

Bahkan jika Sandai juga menggunakan cara dia memperlakukan Shino, yang merupakan pacarnya, itu pasti akan aneh. Bisa dibilang itu adalah kesulitan yang terlalu tinggi untuk diminta dari seorang penyendiri yang belum pernah berteman dengan laki-laki seumuran dengannya.

Mesji begitu, juga benar bahwa satu-satunya hal yang bisa ia gunakan sebagai referensi adalah interaksinya dengan Shino dan ada pepatah yang mengatakan bahwa buktinya ada pada pudingnya.

Hanya sekali, Sandai memutuskan untuk mencoba memikirkan dan bertindak terhadap Hajime seolah-olah dia adalah Shino.

... Jika aku datang ke sini bersama dengan Shino... benar, aku mungkin akan berpikir bahwa aku ingin melihatnya terlihat bahagia.

Sambil bergumam, Sandai berjalan berkeliling sambil mencari-cari. Dan kemudian dia melihat sebuah kios, itu membuatnya berpikir untuk membeli semacam hadiah.

"Hm, apa kau mau pergi ke kios itu? Apa ada sesuatu yang ingin kau beli?"

"Begitulah. Tunggu sebentar."

"Okaaay."

Segera setelah itu, Sandai memasuki kios sendirian.

Bunga, produk makanan, aksesoris... Itu adalah kios dengan berbagai macam barang yang tak terduga, tetapi dia mengabaikan barang-barang yang besar dan hal-hal yang sepertinya akan menyusahkan pihak lain setelah memberikannya pada mereka.

Misalnya, bunga; kelihatannya bagus, tetapi perawatannya akan merepotkan.

Produk makanan lebih baik sampai batas tertentu. Tapi tetap saja, banyak yang memiliki kotak besar, sehingga akan sulit untuk dibawa pulang.

"... Tinggal aksesorisnya saja, ya."

Sandai memusatkan perhatiannya pada aksesoris dan melihat-lihat semua jenisnya. Ada jepit rambut, anting-anting, kalung, cincin dan sebagainya.

Barang-barang itu tidak terlalu bagus dan harganya pun murah, mulai dari beberapa ratus yen hingga beberapa ribu yen. Benar-benar berbagai barang yang kau harapkan yang bisa kau temukan di kios. Mungkin menyebutnya sebagai sesuatu seperti mainan yang akan dibeli sebagai hadiah untuk anak-anak adalah deskripsi yang mudah dimengerti.

Mengenai apakah dia akan memberikan semua ini kepada Shino... dia mungkin tidak akan memberikannya, tapi tidak perlu juga membuat perlakuan yang sama persis.

Setelah merenung sejenak, Sandai memutuskan untuk memilih jepit rambut dengan motif bunga berwarna putih yang tampak segar. Bertindak cepat untuk membeli setelah memutuskannya, ia segera membayar tagihannya dan kembali ke Hajime.

"Selamat datang kembali. Apa yang kau beli?"

"Ah, ini. Ini untukmu, Saeki. Karen kita sudah datang ke sini, aku berpikir untuk membelikanmu ini sebaga ucapan terima kasih.

Mengatakan itu, Sandai memasang tusuk rambut di rambut Hajime.

"Ini... tusuk rambut?"

Hajime terkejut dan melihat bergantian antara Sandai dan tusuk rambut itu sambil berulang kali mengedipkan mata; terlihat bingung bagaimana harus menanggapi hadiah yang tiba-tiba itu.

"Err, kau tidak membeli oleh-oleh untuk Yuizaki-san atau semacamnya?"

"Tidak, jika hadiah untuk Shino. Aku lebih memilih untuk membelinya bersamanya jika memungkinkan. Yang terbaik adalah bertanya pada orang yang bersangkutan apa yang dia inginkan dan yah, itu juga merupakan caraku untuk merenung."

"Merenung...? Ah, mungkinkah kau sudah memberikan hadiah itu kepadanya? Jadi, begitu ya. Kemarin kau menghabiskan malam bersama dengan Yuizaki-san. Dengan kata lain, kau sudah memberikan hadiah natalnya 'pakaian dalam'. Bagaimana reaksinya?"

Hajime tahu tentang hadiah Natal berupa pakaian dalam itu karena Sandai akhirnya menanyakannya pada Hajime.

Pada saat itu, Sandai mendapat dorongan dari Hajime bahwa hal itu mungkin akan baik-baik saja.

Dan tidak adil rasanya jika tidak memberitahukan hasilnya. Jadi, Sandai dengan jujur mengatakannya kepada Hajime.

"... Dia tidak begitu menyukainya."

"Oh, begitu, begitu. Dia tidak menyukainya, aku mengerti. Dan semuanya berjalan dengan baik seperti yang kukatakan."

"Kau benar. Seperti yang kau katakan... Sungguh, terima kasih."

"Tidak, tidak, tidak, jangan katakan itu."

Hajime menyatukan kedua tangannya di belakang punggungnya, tiba-tiba berbalik 180 derajat ke kanan dan mulai berjalan. Dan Sandai pergi dan mengikuti Hajime dengan langkah ringan.

Setelah itu, setelah kurang lebih melihat-lihat di dalam kebun raya, mereka menghabiskan waktu di pusat kota. Ketika mereka sadar, hari sudah senja.

"Nng... tadi menyenangkan!"

"Sama di sini. Ini pertama kalinya aku pergi keluar dengan seorang teman."

Menghabiskan waktu bersama Hajime memiliki kesenangan yang berbeda dibandingkan saat bersama Shino. Sandai berpikir, bahwa kesenangan menghabiskan waktu bersama dengan seorang teman pasti terasa seperti ini.

Saat ia berpikir demikian, perasaan ingin berteman akrab dengan Hajime pun muncul.

Seandainya Hajime adalah seseorang yang supel atau suka berpesta, mereka mungkin akan menyadari bahwa mereka sudah berteman, tetapi bagi Sandai yang tidak mengerti di bidang itu, dia memutuskan untuk mengungkapkannya dengan kata-kata.

"Hei... Err."

"Hmm?"

"Umm...."

"Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan? Hari sudah mulai gelap dan waktunya untuk pulang. Jadi, aku akan senang kalau kau segera mengatakannya jika ada yang ingin kau katakan."

Tolong jadi temanku-itu hanya beberapa kata, tetapi tidak bisa dengan mudah keluar ketika tiba waktunya untuk mengatakannya.

"... Jangan khawatir. Aku tidak akan marah meskipun itu sesuatu yang aneh, kau tahu? Itu karena, yah. Aku adalah orang yang berpikiran luas."

Sandai merasa seperti dia telah mendapatkan dorongan terakhir dengan itu, jadi dia mengambil keputusan.

"Tolong jadilah temanku-"

Pada saat itu, angin berhembus tepat ketika ia mengatakan hal itu. Angin itu bertiup dengan kekuatan agak besar dan angin itu secara serentak menarik jaket Hajime dan kemeja di bawahnya.

Pada saat itu, aliran waktu terasa seperti gerakan lambat. Dan kemudian, ketika dada Hajime hampir sepenuhnya terlihat-

"-M-Mataku!"

Untuk beberapa alasan, matanya ditusuk oleh Hajime. Berkat itu, Sandai akhirnya berguling-guling di tanah kesakitan.

"K-Kenapa tiba-tiba mencolok mataku.."

"Yah, tadi itu hampir saja.."

"H-Hampir apanya?"

"Tadi hampir kelihatan.."

"Uh-huh? Lah, emang kenapa? Kita sama-sama pria. Terlihat atau tidak, bukan masalah. Seperti saat kau mengajakku ganti baju bersama, tidak.. aku menolaknya, tapi.."

"Tentang hal itu, kupikir kau tipe orang yang akan menolaknya. Jadi, aku berpikir untuk menggodamu dengan hal itu," Hajime berbicara pelan seperti bergumam.

Karena Sandai masih menderita karena rasa sakit di matanya, ia tidak bisa menangkap apa yang Hajime bicarakan dengan suara pelan, bahkan jika Sandai mencobanya.

Hanya setelah beberapa menit, rasa sakit itu akhirnya mereda.

"Meski begitu, ini sakit, kau tahu?"

"Maaf. Itu karena refleks."

"Refleks katamu..."

"Itu sebabnya, aku minta maaf 'oke? Juga, meski aku tidak sepenuhnya mendengar apa yang kau katakan tadi. Bahkan tanpa kau mengatakan itu, kita sudah berteman tau."

Mata Sandai masih berkabut, tapi meskipun begitu, ia bisa melihat Hajime dengan matahari terbenam di belakang punggungnya tersenyum bahagia.

Hanya Sandai yang berpikir bahwa mereka masih belum berteman. Hajime sudah mengira sejak awal bahwa mereka berteman.

Ketika Sandai menyadari hal itu, ia tiba-tiba kehilangan tenaga.

"Sampai jumpa lagi," kata Hajime sambil melambaikan tangannya.

Sandai membalas lambaian tangan itu dengan senyuman kecut dan melihat Hajime berjalan pergi.

Daripada itu, apa yang Hajime gumamkan sebelumnya?

Misteri tentang seorang femboy semakin dalam.

Catatan Terjemahan: 

Femboy memang meresahkan..




|| Previous || ToC || Next Chapter ||
Post a Comment

Post a Comment

close