NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V1 Chapter 2 Part 6

Bagian 6 【Hujan dan Sinar Matahari】


 Pada hari tertentu, aku memiliki hari sekolah yang normal dan berencana untuk pulang sebelum teman sekelasku seperti biasa.

 Namun sepulang sekolah, sebuah insiden terjadi.

 Saat aku melihat ke gerbang utama dari tangga, aku melihat pemandangan yang seperti tirai karena hujan deras.

 Hujan tiba-tiba turun dengan deras dan tidak terduga.

 Rupanya, teman sekelasku yang berencana untuk pulang memutuskan untuk tinggal di sekolah untuk sementara waktu, berpikir bahwa jika mereka menunggu, hujan akan berhenti.

 Aku tidak punya waktu untuk menunggu dengan santai.

 Aku harus pulang dan membawa payung ke stasiun terdekat untuk Tsumugi.

 Setelah itu, aku harus menyiapkan air hangat untuk Tsumugi agar dia tidak masuk angin… Memikirkan hal ini, aku menggerakan kakiku agar tidak perlu khawatir tentang bersepeda dengan kecepatan penuh.

 Tiba-tiba, ada seseorang yang menepuk bahuku.

 Aku berbalik, terkejut dengan benturan yang tiba-tiba dan melihat Takarai.

 Tidak heran aku mencium sesuatu yang segar dan berbeda dari basahnya hujan.

"Aku punya payung lipat. Aku meninggalkannya di sekolah, untuk berjaga-jaga jika hal seperti ini terjadi."

 Dia menawarkanku payung lipat. Kurasa dia menyuruhku untuk mengurus keperluanku sendiri dan menggunakannya.

"Aku akan membiarkanmu menggunakannya kalau kamu membiarkanku naik di belakang sepedamu."

 Salah. Rupanya, Takarai ingin menggunakanku sebagai alat transportasi. Nah, itu lebih dekat ke stasiun kalau kau melewati rumahku.

"Bagaimana dengan temanmu?"

 Kupikir Takarai akan menunggu hujan berhenti sebelum pulang dengan teman baiknya, Ousaki dan yang lainnya.

“Rumi dan yang lainnya mengundangku. Tapi, aku menolaknya karena aku mau pulang hari ini.”

"Apa kau memiliki sesuatu yang penting untuk dikerjakan?"

"Hmm? Ini 'sesuatu' itu?"

 Takarai memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

 Aku merasa suhu tubuhku tiba-tiba naik, padahal seharusnya lebih dingin dari biasanya karena hujan.

"Kau ... membuat lelucon seperti itu lagi."

“Ehh~ Aku serius lho.."

“…Kau berpura-pura menjadi 'pacar' demi Tsumugi. Tapi, bagaimana kalau aku menganggap niat baikmu itu serius?"

 Berbeda dengan orang lain yang mengaku pada Takarai, mengatakan kepadanya bahwa mereka mencintainya bahkan jika mereka siap untuk menghancurkan hatinya.

"Tidak apa-apa. Kalau begitu, anggap saja aku serius.”

 Takarai melangkah di depanku dan dengan cepat membuka payungnya.

 Aku bisa melihat bunga merah muda cerah mekar di tengah derasnya hujan.

“Aku juga ingin pulang bareng Nagumo-kun yang menyebalkan itu." gumamnya.

 Takarai melambaikan payungnya dari sisi ke sisi seolah berkata, "Ayo."

 Takarai sudah menolak ajakan teman-temannya dan dia tidak bisa kembali ke kelas sekarang.

 Jadi, aku tidak bisa berkata tidak lagi.

 Sebaiknya aku cepat pergi sebelum pengikut Takarai menyaksikanku.

 Aku yakin payung Takarai akan menyembunyikanku dari mereka.

 Aku menarik sepedaku keluar dari tempat parkir setelah ditempatkan di bawah payung Takarai.

 Saat aku mencoba membuatnya naik ke belakang sepeda, Takarai memiringkan kepalanya.

"Kenapa ada bantal?"

“Aku memberi Tsumugi tumpangan setiap pagi, ke stasiun.”

“Eh~. Baik sekali ~. Seperti yang diharapkan dari seorang siscon.”

“Apakah itu sebuah pujian?"

"Yah, lain kali aku akan memintamu untuk mengantarku ke sekolah."

“Ehh, bukankah kau berangkat ke sekolah naik kereta? Lagipula, rumahmu berlawanan dari rumah kami.”

“Kalau aku mulai pergi ke sekolah dari rumah Nagumo-kun, itu tidak akan menjadi masalah, kan?”

"Bagiku itu akan menjadi masalah, kau tahu.."

 Orang ini, dia tidak akan tinggal di rumahku, kan?

 Aku yakin Tsumugi akan senang mendengarnya… tapi bagiku, tidak ada yang lain selain tekanan.

 Aku tidak cukup kuat secara mental untuk bertahan hidup dengan seorang gadis cantik.

"Biar aku saja yang memegangi payungnya.."

 Takarai mengangkangi bagian belakang sepeda dengan cara yang membingungkan.

 Berkat tawaran payung dari Takarai, aku merasa sedikit lega.

 Namun, hujan mengguyur kami saat kami melaju kencang dan celana panjangku sangat basah. Tapi, aku tidak akan sakit karenanya.

 Ayahku sedang pergi bekerja dan kalau aku masuk angin, keluarga Nagumo tidak akan bisa bertahan.

 Pada akhirnya, hujan tidak berhenti. Tapi, kami berhasil sampai di rumah dengan selamat.

 Saat aku ingin memakirkan sepedaku di tempat parkir, aku mendengar suara bersin.

"Oh maafkan aku."

 Suara itu berasal dari Takarai.

"Aku menjadi lebih basah dari yang kukira."

 Ketika aku berbalik ke arahnya, aku melihat dia basah kuyup. Bahkan kemejanya yang seharusnya dilindungi kardigan basah kuyup.

"Hei, kau tidak menarik payung ke arahku, kan?"

 Payung itu awalnya adalah payung lipat kecil. Ini adalah payung kecil, tidak dirancang untuk melindungli dua orang.

 Kupikir Takarai, pemilik payung, menggunakannya untuk kepentingannya sendiri…

"Yah, kurasa aku membuat sedikit kesalahan."

 Dia tersenyum seolah itu bukan apa-apa, tetapi dia basah sampai tetesan air hujan menetes dari ujung rambutnya. Hawa dingin membuat kulit putihnya terlihat lebih bening dari biasanya. Aku tidak bisa membiarkan seorang gadis basah kuyup begitu saja.

"Takarai-san, masuklah.. Aku akan menyiapkan air hangat untukmu.."

“Eh, tidak, terima kasih. Aku tidak mau merepotkanmu."

"Kenapa kau begitu pendiam, tidak seperti dirimu saja.”


 Biasanya, dia akan langsung menerobos masuk.

 Mungkin dia merasa tidak nyaman atau semacamya?

 Saat aku memikirkan hal itu, aku baru sadar bahwa aku tidak dapat dipercaya.

“Ah, tenang saja. Aku tidak akan melakukan hal aneh kepadamu. Ern, hanya saja.. aku tidak ingin kau masuk angin. Jadi, aku mengajakmu masuk. Aku tidak punya niatan lain.."

 Meskipun hubungan kami di depan Tsumugi itu 'sepasang kekasih'. Namun, faktanya kami hanya teman sekelas.

 Tidak mungkin kau bisa menerima begitu saja pria seperti itu akan menawarimu mandi.

 Takarai pasti tahu bahwa Tsumugi tidak ada dirumah dan kami akan sendirian di rumah. Jadi, dia pasti waspada.

“Tidak, bukan itu maksudku. Aku tahu, Nagumo-kun orangnya baik.."

 Di bawah atap sederhana tempat parkir sepeda, Takarai, memegangi gagang payung di atas bahunya, menatap ke arahku.

“Kau sudah banyak membantuku. Jadi, setidaknya biarkan aku membalas kebaikanmu itu.”

 Dia akan masuk angin jika dibiarkan seperti ini. Itu sebabnya, aku menarik tangan Takarai masuk ke dalam rumah bersamaku.



|| Previous || Next Chapter ||
5

5 comments

  • Trawacha
    Trawacha
    16/10/21 07:58
    This comment has been removed by a blog administrator.
  • Trawacha
    Trawacha
    16/10/21 07:58
    Lanjut min
    Reply
  • Oniscorn
    Oniscorn
    16/10/21 06:21
    Nice, lanjut min
    Reply
  • Rofiko
    Rofiko
    15/10/21 23:44
    Lanjot
    Reply
  • Kurokamusic
    Kurokamusic
    15/10/21 22:43
    Up
    Reply



close