NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V1 Chapter 2 Part 7

Chapter 2 - Bagian 7 【Sendirian di rumah dengan teman sekelasku】


 Begitu memasuki rumah, aku menyalakan pemanas kamar mandi dan memutuskan untuk membiarkan Takarai mandi air hangat untuk menghangatkan diri.

“Nagumo-kun juga basah, kan?”

 Takarai terlihat bermasalah saat dia berdiri di kamar mandi.

“Tidak, aku tidak terlalu basah karena hujan. Aku hanya perlu mengganti pakaianku.."

“Tapi, aku tidak ingin Nagumo-kun masuk angin juga. Jadi, bagaimana kalau kita mandi bersama?”

“Ya, iya ... Cepat mandi sana. Aku akan menunggu di ruang tamu setelah aku berganti pakaian.”

"Mouu ...."

 Takarai terlihat tidak senang, tapi tentu saja dia hanya bercanda.

"Nee, bagaimana dengan pakaianku?"

"Ah…"

 Karena aku fokus untuk tidak membiarkan Takarai masuk angin, aku benar-benar melupakan hal ini.

 Itu hal terakhir yang ingin kulupakan.

 Kurasa lebih baik meminjamkan pakaian Tsumugi karena mereka sama-sama perempuan.. Tapi, ukurannya tidak cocok, ya.

“Bolehkah aku meminjam beberapa pakaian Nagumo-kun?"

 Aku tidak keberatan kalau aku meminjamkannya pakaianku, tapi... ah, aku ingat sesuatu.

"Tunggu sebentar."

"Hmm?"

"Ini ambil. Itu punya Ayahku. Tapi, itu masih baru belum kubuka."

“Hm, apa ini?"

“Beberapa jenis T-shirt (kaos). Ini untuk para penggemar yang pergi ke pertandingan untuk menyemangatinya. Tapi, itu bukan desain yang aneh.”

"Mnm, aku tidak terlalu peduli dengan desainnya. Selama bisa dipakai, itu baik-baik saja. Tapi, di bawah..."

“Ah, soal itu.. Jangan khawatir, di dalamnya juga ada celana olahraga. Jadi, pakai itu saja. Oh, tentu saja.. celana itu masih baru juga."

“Barang penggemar ayahmu luar biasa. Apakah ada handuk dan barang-barang lainnya?"

“Ya, mungkin ada."

“Heh~, bukan cuma itu saja. Bahkan ada kaus kaki juga.”

“Ya, memang. Itu ukuran bebas, jadi kupikir bahkan perempuan bisa memakainya juga.”

“E-Ern, apa ada celana dalam juga?" katanya, dengan wajah memerah.

“Eh? Y-Yah, mungkin ada?"

“Hmm, celana dalamku sepertinya tidak terlalu basah.”

 Maka itu baik-baik saja. Kau tidak ingin mengeringkan pakaian dalam di rumah orang lain, aku yakin.

“Yah, mengesampingkan itu. Kau ingin membawa pulang pakaianmu, kan? Aku punya tas, kupikir itu bisa membantumu .."

“Apa itu juga salah satu barang penggemar ayahmu, bukan?”

“…Tidak, itu punyaku.”

“Hee~ begitu, ya ..."

“Oi, berhenti tersenyum. Entah bagaimana, itu membuatku kesal."

 Selain merasa dikalahkan secara aneh, yang terbaik adalah menyuruhnya mandi sesegera mungkin.

“Sudah, cepat hangatkan tubuhmu.. Nanti masuk angin, aku akan ganti baju dulu."

 Aku menutup pintu kamar kecil/ruang ganti dan menuju ke atas untuk menyelesaikan mengganti bajuku yang basah.

 Ada beberapa kamar kosong di lantai dua selain kamarku dan Tsumugi.

 Saat rumah ini dibangun, aku sudah tinggal berdua dengan ayahku. Jadi, jelas ada banyak kamar. Tapi, mungkin saat itu Ayahku sedang menyiapkan tempat untuk Ayaka-san tinggal bersama Tsumugi ketika dia kesulitan memenuhi kebutuhan. Ayahku dan Ayaka-san dekat sebagai saudara kandung. Jadi, tidak mengherankan kalau dia memikirkan hal itu.

 Salah satu kamar kosong digunakan sebagai ruang penyimpanan barang-barang ayahku.

 Ruangan itu adalah tempat penyimpanan barang-barang milik Ayahku seperti pamflet turnamen, trofi, baju yang dia gunakan dalam pertandingan.

 Ketika aku sibuk mengeluarkan barang-barang. Tiba-tiba smartphoneku berdering.

'Shin-nii, kamu tidak perlu membawa payung. Hujannya bentar lagi reda dan aku juga masih di sekolah.'

 Ternyata pengirim pesan adalah adik tiriku, Tsumugi.

 Menurut laporan cuaca di TV, cuaca akan cerah dalam tiga puluh menit lagi. Jadi, tidak apa-apa.

 Saat aku turun, aku tiba-tiba merasa gelisah.

 Itu artinya aku akan berduaan dengan Takarai untuk sementara waktu, kan?

 Aku berasumsi bahwa aku akan menjemput Tsumugi. Jadi, aku benar-benar lupa bahwa hal ini akan terjadi.

 Sambil memikirkan hal ini, aku berjalan menuju ruang tamu sambil mengutak-atik ponselku.

"Terima kasih sudah meminjamkanku kamar mandi dan juga baju ganti."

"Oh, sudah selesai? Bagaimana? Apa kau merasa baikan?"

"Iya, berkat Nagumo-kun. Sekarang aku lebih baik. Terima kasih banyak, Nagumo-kun~"

"Ya, sama-sama ..."

"Oh, ya ... baju ini sangat nyaman."

 Takarai tidak hanya mengenakan T-shirt. Tapi, juga hoodie hitam dengan warna yang sama dengan celana olahraganya. Kupikir itu cocok untuknya. Yah, selama dia menyukainya itu baik-baik saja.

"Ngomong-ngomong, di mana Tsumugi-chan?" tanya Takarai, dengan santai duduk tepat di sebelahku.

"Dia menunggu di sekolah sampai hujannya berhenti."

 Saat aku menjawab, Takarai sudah memegangi tanganku.

 Bau segar air mandi membuatku semakin gugup dari biasanya. Rambutnya, yang sedikit basah dan lembab, tampak berkilau dan mempesona bagiku sekarang. Hal ini membuatku memikirkan fakta bahwa Takarai telah telanjang bulat di kamar mandi yang sama yang kugunakan setiap hari.

"Tapi, apakah hujannya benar-benar akan berhenti?"

 Seperttinya Takarai khawatir dengan Tsumugi yang sampai sekarang belum pulang. Lagipula, hujannya masih deras di balik jendela dan sepertinya tidak akan berhenti dalam beberapa menit ke depan.

“Aku mungkin harus menghubungi Tsumugi lagi.”

 Aku mengirim pesan lagi ke Tsumugi, berharap mungkin dia merasa kesepian karena hujan sepertinya belum berhenti.

 Balasan datang dengan cepat.

'Jangan khawatir~. Aku sedang bersenang senang.'

   Untuk membuktikannya, dia juga mengirimiku foto dia dan teman-teman sekelasnya bersenang-senang 

“…Aku tidak melihat anak laki-laki. Bagus!"

"'Apanya yang bagus'... dasar siscon..."

 Takarai mencubit pipiku ringan dengan ekspresi tercengang.

"Kalau kamu terus mengomelinya, itu akan memiliki efek sebaliknya."

“Aku yakin aku tidak akan tahan… kalau Tsumugi melambai-lambai dengan anak laki-laki."

“Jangan terlalu yakin tentang itu.”

“Tidak, tapi… …Oh, aku mendapat pesan lagi dari Tsumugi.”

'Shin-nii, kamu bersama Yua-san, kan?''

“Bagaimana dia tahu?”

“Yah, aku sudah bilang padanya bahwa aku bersama Nagumo-kun.”

"Ohh, begitu .."

...........

......

....

..

'Aku tidak akan pulang untuk sementara waktu.'

'Jadi, Shin-nii... Bersenang-senanglah dengan Yua-san selagi bisa.'

“Dia benar-benar salah paham denganku. Ada apa dengan emote ini? Itu adalah karakter kucing yang menyembunyikan wajahnya sambil mengatakan “kyaa~”. Apa yang Tsumugi bayangkan dengan ini…?”

"Bukankah itu bagian di mana kamu sudah melakukan apa yang harus kamu lakukan?"

 Takarai, tidak malu dengan kata-katanya, mengangkat smartphonenya dan mengarahkan kamera ke dirinya sendiri.

"Tidak mungkin Tsumugi tahu hal-hal seperti itu.."

“Tidak, tidak, dia di sekolah menengah, kau tahu? Itu normal."

 Aku tidak tahu apa yang dibicarakan oleh perempuan. Tapi, karena Takarai pandai berkomunikasi dengan orang lain dan dia juga mengatakan itu, kemungkinan itu benar.

“Ah~”

 Aku tidak punya pilihan selain mengakui kebenaran dan memutar punggungku.

 Aku merasakan sentuhan lembut di punggungku.

“Karena Tsumugi-chan sudah merestui kita. Bagaimana kalau kita pacaran saja?"

 Takarai menutupi punggungku dari samping.

 Aku melihat sesuatu yang aneh tetapi lembut.

 Mau tak mau aku memperhatikan bahwa kelembutan lengannya berbeda dari biasanya karena dia memelukku karena suatu alasan.

“…Hei, Takarai-san.”

"Enm, apa?"

"Mungkin aku tidak sopan untuk menanyakan ini ..."

"Katakan saja. Aku penasaran~.”

“Kau tahu, rasanya seperti, uhh, lembut… kurasa?”

"Oh, itu karena aku tidak memakai bra."

 Seketika aku langsung kehilangan kata-kata.

“Branya sedikit basah. Aku memutuskan untuk membawanya pulang dan mengeringkannya. Kalau kamu meminjamkan hoodie-mu, kamu tidak akan bisa melihatnya~.”

 Aku tidak berpikir bahwa aku akan terpojok karena membuatnya memakai pakaian longgar sehingga aku tidak perlu memikirkan Takarai sebanyak mungkin…

 Atau lebih tepatnya, orang ini terlalu ceroboh.

 Takarai tidak mundur dari atasku, tetapi tetap menempel di punggungku. Bahkan, dia naik turun seperti sedang bermain dengan bola keseimbangan.

“Apa yang kau inginkan dariku?”

“Tidak ada.. Hanya saja, saat aku menggodamu, reaksimu itu lucu yang membuatku terus ingin menggodamu.."

“Dengar, Takarai-san.. Aku tidak yakin apa yang akan terjadi padaku kalau aku terjebak seperti ini di dekatmu.”

 Meskipun aku tidak terbiasa dengan seorang gadis tetapi aku juga laki-laki pada umumnya. Jika situasi ini terus berlanjut, bisa saja hasrat seksualku akan meledak dan menyerang Takarai kapan saja.

 Yah, aku sama sekali tidak memiliki gambaran tentang itu terjadi padaku. Tapi, aku khawatir karena kau tidak pernah tahu kapan hasrat seksualmu akan lepas kendali.

“Hee~. Aku ingin tahu apa yang akan terjadi padaku.”

 Takarai meraih kedua bahuku dan menarikku ke bawah sehingga aku berbaring di sofa.

 Aku dipeluk oleh Takarai yang berbaring di sofa.

“Oi, apa yang kau lakukan?”

 Aku bingung dan malu.

“Kamu kedinginan karena kehujanan, kan?"

 Suara Takarai bergema di telingaku, terdengar sangat bahagia. Itu sangat dekat.

"Aku minta maaf karena hanya aku yang menikmati air hangatnya. Jadi, kupikir aku akan berbagi kehangatan denganmu." kata Takarai sambil menyilangkan lenganya ke dadaku.

 Bagian belakang kepalaku sedang beristirahat di atas bantal sofa.

"Aku tidak ingin Nagumo-kun masuk angin."

 Meskipun Takarai sangat dekat denganku, aku tidak menyerangnya, aku hanya begitu kewalahan dengan tindakannya sehingga aku hanya terdiam di dalam pelukannya untuk sementara waktu.

“Atau lebih tepatnya, Nagumo-kun, kamu sangat nyaman untuk dipeluk.”

 Kata Takarai sambil menguap di belakangku.

 Seharusnya aku yang merasa nyaman dipeluk olehnya. Itu karena kelembutan dan kehangatan yang kurasakan dari tubuhnya. Berbeda dengan tubuhku yang kurus. Jadi, rasanya aneh jika dia mengatakan aku nyaman untuk dipeluk.

“Tubuh Nagumo-kun yang sedikit meremasku terasa sangat enak. Kupikir aku bisa tidur siang seperti ini." [TN: Posisi mereka saat ini, Nagumo berbaring dibawah sedangkan Takarai di atasnya]

"Oi.. T-tunggu, jangan tidur dulu. Kalau kau ingin tidur, biarkan aku pergi dulu."

 Kalau tidak, aku tidak akan pernah bisa melupakan perasaan Takarai. Apa yang akan Takarai lakukan jika aku tidak bisa hidup tanpanya?

"Nggak mau. aku sudah mengantuk…”

 Suara Takarai terdengar samar-samar.

"Tunggu. Kumohon, tunggu sebentar. Bagaimana kau akan menjelaskan ini kepada Tsumugi kalau dia melihat kita seperti ini?"

 Meskipun kami berdua berpakaian. Tapi, situasi kami saat ini bisa membuat orang lain salah paham. Apalagi jika Tsumugi melihat kami tumpang tindih seperti ini.

"Benar. Mungkin masih sedikit merangsang untuk Tsumugi-chan…”

 Tidak, itu cukup merangsang bahkan untukku (16 tahun). Jadi, bisakah kau menahan diri untuk tidak melakukan itu?

“Tapi bagiku, ini kesempatanku untuk lebih dekat dengan Nagumo-kun, tidak hanya berpegangan tangan. Tapi, juga melakukan sesuatu yang lain…"

 Sepertinya dia sudah tidak bisa menahan lagi dari rasa ngantuknya.

“Fuu~…”

"Dia benar-benar tertidur ..."

 Fakta bahwa Takarai tidur nyenyak dalam keadaan seperti itu menunjukkan bahwa dia mungkin sangat lelah.

 Sejujurnya, aku sedikit malu. Tapi, sebagai ucapan terima kasih atas kebaikannya, mungkin bukan pilihan yang buruk untuk meninggalkannya seperti ini…

 Mungkin bahkan untukku.

 Aku mencoba mengalihkan perhatianku dengan membuka aplikasi di smartphoneku untuk menonton film action. Namun, aku tidak bisa menikmati film-nya karena aku khawatir dengan sentuhan Takarai, aroma sabun dari tubuhnya membuatku sedikit gelisah, belum lagi posisi tidurnya.

* * *

 Beberapa jam kemudian, Takarai bangun dari tidur nyenyaknya. Dia bangun tepat sebelum Tsumugi pulang.

"Selamat pagi."

 Takarai berkata di telingaku.

“Ini sudah malam, kau tahu.."

 Suaranya yang rapuh membuatki merasakan sisi lembutnya.

“Oh, kamu sedang menonton sesuatu, bukan? Sendirian?”

“Yah, begitulah. Aku tidak punya sesuatu untuk dilakukan."

 Saat Takarai duduk, aku juga ikut duduk. Takarai sedang duduk di belakang sofa dengan bahu membungkuk dan kakinya ditekuk dan dia menempel di punggungku.

"Hmm, padahal kamu bisa saja membangunkanku."

"Aku tidak bisa membangunkanmu saat kau tidur dengan nyaman."

 Mungkin karena dia baru saja bangun dari tidur. Tapi, Takarai sangat tidak berdaya dan manis didepanku.

“Oh, tubuhku sedikit sakit karena Nagumo-kun berada di atasku.”

“Apakah ini salahku?”

 Dan jangan menggunakan kata yang membuat orang lain salah paham. Itu adalah punggungku yang kutekankan ke arahmu. Itu bukan bagian depan tubuhku. Sangat penting untuk mengetahui sisi mana dari tubuhku, depan atau belakang yang menempel pada tubuh Takarai.

“Ayo, menjauh dariku, bentar lagi Tsumugi pulang.”

 Sekarang setelah aku bangun, aku tidak perlu khawatir tentang Takarai lagi. Jadi, aku menariknya dari sofa.

 Setelah membuatnya menjauh dariku, Takarai mengatakan dia akan membuat makan malam dan sedang berdiri di dapur ketika Tsumugi pulang.

“Shin-nii, bagaimana dengan Yua-san?”

 Tsumugi tampak puas, seolah-olah itu adalah pengaturan yang sempurna.

"Hmm, apanya?"

"Mou ~, Shin-nii, kamu menyia-nyiakan kesempatanmu."

 Tsumugi cemberut, tetapi ketika dia menemukan Takarai berdiri di dapur, suasana hatinya membaik saat dia merasa bahwa makan malam ini adalah sesuatu yang diinginkannya.

“Yua-san, kamu ingin Shin-nii lebih agresif, kan?”

 Dia mulai bertanya kepada Takarai, secara implisit bertanya padanya tentang itu.

“Hmm~, ini Nagumo-kun, tidak ada gunanya menjadi tidak sabar.”

 Jawab Takarai, sambil menarik lengannya, tampaknya meyakinkan Tsumugi sampai batas tertentu.

“Ahh~, meskipun itu adalah kesempatan yang bagus. Tetap saja, kamu mengalami kesulitan, bukan, Yua-san?”

"Itu benar. Tapi, aku suka bagian itu dari Nagumo-kun.”

 Takarai tidak menyebutkan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang mirip dengan godaan yang diinginkan Tsumugi sampai dia pulang. Tidak mengherankan kalau dia tidak keberatan mengatakannya, mengingat karakternya.

 Mungkin Takarai juga merasa malu saat mengingatnya kembali.

 Meskipun kami berdua berpakaian, fakta bahwa kami saling tumpang tindih di sofa adalah peristiwa yang sangat buruk dari sudut pandangku.

 Fakta bahwa Takarai maupun aku tidak mengungkapkan fakta ini kepada Tsumugi dan merahasiakannya, membuatku sangat gugup.



|| Previous || Next Chapter ||
4

4 comments

  • No name
    No name
    30/3/22 19:17
    Iman mc nya kuat
    Reply
  • Unknown
    Unknown
    29/10/21 18:49
    Eue bang eue
    Reply
  • Rofiko
    Rofiko
    17/10/21 15:59
    Lanjot
    Reply
  • Pann
    Pann
    17/10/21 13:47
    Gak nyangka secepet ini up nya...Teruskan min( •̀ .̫ •́ )
    Reply



close