NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Kurasu no Gyaru ga Naze ka Ore no Gimai to Nakayoku Natta V1 Chapter 3 Part 2

Chapter 3 - Bagian 2 【Tidak mungkin aku bisa berada di tempat orang setengah telanjang berkeliaran】


 Minggu pagi.

 Akhirnya tiba saatnya untuk pergi ke kolam renang.

 Sebelumnya Takarai menyarankan sebuah resor spa di mana kita bisa bermain sepanjang hari sambil menikmati interior seperti taman hiburan yang indah.

 Apa yang membuatku gugup adalah kenyataan bahwa itu tampak seperti akan dipenuhi dengan orang-orang dengan aura positif yang tampaknya menikmati hidup.

 Aku akan baik-baik saja dengan kolam biasa dan sederhana dengan lebih banyak nuansa fasilitas umum, tapi…

 Sekarang setelah aku masuk, tidak ada jalan untuk kembali.

 Aku berganti pakaian di ruang ganti dan menunggu para gadis.

 Di sebelah kiriku, ada seluncuran air besar yang bergelombang seperti titik dua dan di depannya ada kolam yang tampak seperti pantai asli dengan ombak buatan yang ada disana. Tentu saja, ada juga kolam ortodoks. Sepertinya itu diperentukan oleh anak-anak dan orang tua. Itu jauh lebih santai daripada kolam di mana orang-orang seusiaku dan mahasiswa berkumpul.

 Tampaknya didasarkan pada motif pulau tropis dan strukturnya sangat realistis sehingga aku merasa seolah-olah aku telah mengembara ke suatu negara asing, meskipun aku belum pernah ke sana. Suhu ruangan dikontrol tepat bagiku untuk mengenakan pakaian renang dan aku merasa nyaman untuk sedikitnya.

“Pasti ada banyak orang di sini …”

 Tentu saja, kalau kau pergi ke kolam renang pada hari minggu, itu pasti ramai dengan pengunjung.

Yah, wajarlah ini kan hari minggu.

“Shin-nii~…”

 Saat aku sedang berfantasi dalam pikiranku tentang raksasa yang menyerbu kerumunan, aku mendengar suara kesal adik tiriku.

"Ada apa, Tsumugi?"

“Kamu bohong! Semua orang mengenakan pakaian renang yang lucu! Yua-san juga!”

“Tidak, menurutku kau juga imut.."

“Meskipun aku mengenakan baju renang sekolah!?”

“Itu sebabnya tidak apa-apa.”

 Dia mengenakan baju renang sekolah dengan warna biru laut polos, tanpa label nama tulisan tangan besar yang ditempel di dada.

 Saat itu, Tsumugi yang tidak memiliki pakaian renang selain baju renang sekolahnya, memintaku untuk membelikannya yang baru. Tapi, aku sudah membujuknya untuk memakai yang dia pakai di sekolah. Tentu saja, alasanku melakukan itu karena aku tidak mau mengekspos dia ke tatapan banyak orang yang akan memandangnya yang merupakan hal yang wajar untuk dilakukan oleh wali yang bertanggung jawab.

"Seperti yang diharapkan dari seorang siscon."

 Saat aku mencoba membujuk Tsumugi, aku mendengar suara dari belakang. Itu adalah Takarai.

“Aku merasa kasihan pada Tsumugi-chan. Nagumo-kun tidak tahu ini. Padahal sebelum dia pergi ke ruang ganti, Tsumugi-chan sangat bersemangat. Tapi, setelah dia melihat gadis-gadis lain mengenakan baju renang yang imut, wajahnya menjadi semakin cemas dan ketika dia meninggalkan ruang ganti, bahunya merosot.”

 Kenapa dia terus mencampuri urusan orang lain...!? Aku menatap Takarai dengan rasa frustrasi yang semakin besar.

 Aku harus segera mengalihkan pandanganku karena rasa sakit di otot leherku.

"Dasar siscon.."

“Hah!? Apa kau barusan mengatakan sesuatu?"

“Dengar, ya ....Ini adalah tempat untuk berenang dan bersenang-senang, seharusnya kamu tahu itu, kan?"

"Aku tidak tahu apa yang kau katakan.."

"Hmm~"

 Aku khawatir karena dia terdengar penuh kemenangan, seolah-olah dia akan menyia-nyiakan yang lemah.

"Nee, Nagumo-san."

 Tiba-tiba, Takarai yang tiba-tiba memanggilku dengan “-san”, mendatangiku dengan senyum mengerikan di wajahnya. Aku bisa tahu hanya dari kehadirannya.

“Mungkin kamu tidak bisa melihat langsung ke arahku dengan pakaian renangku~?”

 Ugh, aku tidak ingin mengakuinya. Tapi, dia benar..

 Takarai mengenakan baju renang putih tipe bikini yang memperlihatkan bagian atas dan bawahnya. Fakta bahwa Takarai telah memilih untuk mengenakan bikini putih bersih membuat hatiku serasa ingin meledak.

 Pinggangnya ramping, kakinya panjang dan payudaranya jauh lebih besar dari yang kuduga. Aku hampir bisa merasakan mereka bergoyang hanya dengan sedikit sentuhan. Aku percaya bahwa aku hanya dikejutkan oleh kejadian yang tidak terduga dan tidak senang melihat Takarai dalam pakaian renang.

"Apa yang kau bicarakan? Baju renang hanya untuk berenang. Ini bukan sesuatu yang kau kenakan untuk dipandang. Jadi, aku hanya tidak melihat. Jangan salah mengartikan pakaian renang.”

 Dengan putus asa aku mengatakan itu. Selain itu, kalau Takarai mengetahui bahwa aku gelisah dengan pakaian renangnya, dia pasti akan menggodaku.

"Cih~, padahal aku memilih baju renang ini karena aku ingin menunjukkannya pada Nagumo-kun.”

 Oi, jangan asal ngomong.

"Biasanya aku memakai baju renang warna hitam. Tapi, hari ini khusus Nagumo-kun aku memakai baju renang putih."

 Tidak, itu tidak ada hubungannya denganku. Lagian kau tidak perlu mengganti baju renang hitam ke baju renang putih untuk momen besar. Ikuti saja anginnya.


“Huh, terserah dah.. Tapi, lain kali kau harus berhati-hati dengan lingkungkan sekitarmu.."

“Eh, kenapa?”

"I-Itu... Tidak, lupakan saja."

“Hmm~. Nee, Nagumo-kun. Apa kamu menghawatirkanku?"

 Dia langsung mengerti apa yang ingin kukatakan.

"Kalau kamu begitu khawatir, seorang 'pacar' harus melindungiku, kan?"

 Takarai menatapku seolah dia sedang mengujiku.

 Dengan adanya Tsumugi, aku tidak bisa menyangkal bahwa Takarai bukanlah 'pacarku'. Jadi, aku harus memberikan jawaban yang tidak jelas.

“Itu sebabnya, berhati-hatilah."

"Fufu~, aku senang kamu menghawatirkanku. Tapi, tenang saja aku tahu bagaimana keluar dari situasi seperti itu.”

 Takarai terlihat nyaman, seolah sudah terbiasa diganggu (digoda).

 Akan sembrono untuk memintaku untuk memainkan peran memukul mundur laki-laki.

 Aku terlalu lemah untuk menjadi pengawal atau semacamnya.

 Takarai, dalam suasana hati yang baik seolah-olah dia mengira dia telah mengakaliku meraih tangan Tsumugi.

“Ayo sewa baju renang untuk Tsumugi-chan. Aku merasa kasihan padanya.”

“…Tsumugi, kau tidak ingin memakai baju renang sekolah?”

 Dihadapkan dengan ekspresi sedih Tsumugi, aku merasakan sedikit penyesalan.

“Ya, aku ingin terlihat seperti Yua-san.”

“Tidak, kalau kau ingin seperti Takarai-san ...."

 Mungkin kau harus menunggu sampai kau sedikit lebih dewasa.

“Karena kita sudah di sini, kenapa kamu tidak membiarkan Tsumugi-chan melakukan apa yang dia inginkan?”

 Takarai meluncur dan meraih lenganku.

“Jika sesuatu yang buruk terjadi, Nagumo-kun akan ada di sana untuk mengurusnya.”

"Oke, Tsumugi, pilih yang kau suka."

 Aku memutuskan untuk menyerah.

 Kalau aku menolak permintaannya , Tsumugi mungkin akan merasa tertekan dan mulai membenciku.

 Dan jika Takarai mendekat, tubuhku tidak akan bisa mengatasinya.

“Ya! Aku mencintaimu Shin-nii!”

 Tsumugi memelukku dengan erat. Aku senang bisa membuat keputusan yang tidak akan membuat Tsumugi sedih.

“Shin-nii, aku menyayangimu~!”

"Aku benci penipu yang berpura-pura menjadi Tsumugi."

"Ehh~ jahat sekali."

 Tetap saja, untuk beberapa alasan, Takarai tidak tersenyum... Aku takut.

“Shin-nii~, kenapa kamu memperlakukan Yua-san dengan sangat dingin padahal dia 'pacar'mu?”

 Ekspresi Tsumugi yang tadinya dalam suasana hati yang baik sampai saat itu, tiba-tiba berubah.

“Nee, Shin-nii.. Kalau kamu sikapnya seperti itu terus, Yua-san akan meninggalkanmu lho.."

 Tsumugi, meregangkan tubuhnya sebanyak yang dia bisa, mencubit telingaku.

“Jika itu terjadi. Shin-nii tidak akan bisa punya pacar lagi.”

"Ugh.."

 Apakah Tsumugi berpikir aku tidak menarik? Ini agak menyakitkan bagiku. Tapi, yah... dia benar juga. Tidak ada gadis yang tertarik dengan laki-laki membosankan sepertiku.

“Jangan khawatir, Tsumugi-chan.”

 Takarai dengan lembut menggenggam tanganku.

 Seolah-olah dia berusaha untuk tidak melepaskanku.

“Meskipun Nagumo-kun agak dingin padaku. Tapi, dia sebenarnya perhatian lho~"

"Oi."

 Jangan seenaknya mengatakan itu di depan Tsumugi…

“Terkadang lebih baik bersikap sedikit dingin padaku. Aku menyukainya!"

"Jadi begitu. Maaf, Shin-nii, aku tidak tahu tentang itu.”

“Tidak apa-apa, Tsumugi."

 Aku tersenyum pada Tsumugi dan fokus pada tangan kiriku yang terjalin dengan Takarai.

 Itu adalah tanda bahwa aku tidak boleh mengatakan apa-apa lagi.

“Lihat, Nagumo-kun membuatnya sangat jelas bahwa dia perhatian padaku, kan?”

"Benar. Bagaimanapun juga, Yua-san tahu segalanya.” kata Tsumugi dengan mata berbinar, menatap kedua tangan yang diulurkan Takarai, tumpang tindih dengan tanganku.

 Sepertinya tidak ada gunanya bagiku untuk menolak.

 Dia bisa melakukan apa yang dia suka sekarang …

* * *

 Ada saat-saat ketika aku benci pergi ke acara yang kutakuti, berpikir itu akan merepotkan. Tapi, pada akhirnya.. aku juga menikmatinya lebih dari orang lain.

 Mungkin karena aku bersama Tsumugi dan Takarai, 'pacarku', aku tidak perlu khawatir dengan orang-orang di sekitarku yang memancarkan aura positif [TN: 'Aura positif' tuh maksidnya 'Normie/Riajuu]

 Kami bermain air di kolam ombak, menyewa bola pantai. Lalu, menyewa ban renang berbentuk hiu dan bermain di kolam arus. Ketika kami berada di kolam arus, Tsumugi mengatakan sesuatu 'Aku ingin berlatih berenang'. Itu sebabnya, aku harus mengangkangi ban renang dengan Takarai sebagai gantinya. Itu adalah pengalaman yang memalukan.

 Beberapa menit setelah bermain di kolam arus, akhirnya kami sampai di seluncuran air, wahana paling populer di fasilitas ini.

 Saat giliran antreanku tiba.

"Shin-nii, ayo meluncur bersama."

 Dengan senyum cerah di wajahnya, Tsumugi membuat proposal yang bagus.

 Tentu saja, tidak mungkin aku bisa mengatakan menolaknya. Jadi, aku mencoba meluncur ke seluncuran air dengan Tsumugi tepat di depanku.

"Eii~, jangan tinggalkan aku sendirian~"

 Tiba-tiba Takarai menempel di punggungku. Kedua kaki kami bersentuhan. Yang lebih penting lagi, dua gunung kembarnya mengenaiku.

"Oh kau, berhenti melakukan ini tiba-tiba ...!"

 Sebelum suara kesalku bisa mencapainya, kami bertiga sudah meluncur menuruni pipa yang panjang.

 Kami bertiga mendarat di kolam dengan percikan yang kuat.

“Itu benar-benar berbahaya, bukan?”

 Takarai, basah kuyup sampai rambutnya bahkan menempel di wajahnya, menempel erat di lenganku dengan senyum riang di wajahnya.

 Aku ingin berargumen bahwa akulah yang berada dalam masalah. Tapi, aku tidak ingin mengatakan dengan tepat bagaimana caranya. Jadi, aku lebih memilih untuk tetap diam.

"Nee, Shin-nii, kenapa kalian berdua tidak meluncur bersama lain kali?" kata Tsumugi, mendekat ke arahku. "Karena ini juga kencan dengan Yua-san, kan? Kalian harus menikmatinya."

 Tsumugi berseru dengan bangga, seolah-olah dia adalah wanita yang cakap.

 Aku berharap dia tidak begitu perhatian tentang itu.

"Benar, ayo Nagumo-kun.. Ah, aku akan berada di depanmu kali ini dan Nagumo-kun di belakangku."

“Oh, hei, bagaimana jika Tsumugi diculik saat menunggu sendirian?”

“Jangan khawatir~ Paman Hiroki mengajariku cara menjaga diri.”

 Beraninya Pak tua itu mengajarinya tanpa sepengetahuanku!

“Aku yakin Tsumugi-chan akan baik-baik saja, dia sangat kuat.”

 Takarai menarikku ke barisan.

"Baiklah ... Tapi, hati-hati. Ada banyak tampak ketika kau melompat ke kolam."

"Mm, tenang saja. Baju renangku nggak bakal lepas."

 Kata Takarai sambil tertawa.

"Kalau kamu sangat khawatir, kenapa Nagumo-kun tidak memelukku dari belakang?"

“Ok-, hah? Apa yang kau bicarakan ..."

“Nggak apa-apa, kan~. Lagipula, aku 'pacar'mu, kan?”

 Takarai memegang lenganku.

“Kalau Nagumo-kun mau, aku akan membiarkanmu melakukan sesuatu yang lebih baik lagi.”

 Jangan bercanda tentang itu. Aku tidak berpikir kau telah bermain-main denganku akhir-akhir ini.

"Kamu bisa memelukku di mana pun kamu mau."

 Itu hanya provokasi. Sayang sekali. Aku tidak akan membiarkannya menggodaku lagi, aku bersumpah.

"Kalau begitu, aku akan melingkarkan tanganku di lehermu."

“Kalau begitu,  kamu akan mencekik leherku~!”

 Takarai sangat senang menempel padaku meskipun kami sedang mengantre.

 Karena kami tidak berada di sekolah, tidak perlu mewaspadai tatapan tajam dari teman sekelas laki-laki kami. Tapi meskipun begitu, kecantikan Takarai juga diakui di luar sekolah dan aku terpaksa memonopoli perhatian kolam renang.

 Pada awalnya, aku sangat terkejut dengan baju renang Takarai sehingga hanya dengan melihatnya saja sudah cukup untuk membuatku gelisah, tetapi kupikir aku mulai terbiasa. Namun, aku bukan pertapa terlatih sampai pada titik di mana aku tidak merasakan apa-apa ketika aku berhubungan dekat dengannya.

 Setelah beberapa saat mengantre, akhirnya giliran kami tiba.

 Dari sini aku bisa melihat punggung Takarai seputih salju yang baru turun. Aku takut kalau aku menempel di punggungnya seperti ini, aku akan bersentuhan dengan bagian tubuhnya yang akan menggangguku.

"Nagumo-kun, cepat, cepat!"

 Takarai menatapku penuh harap, seolah-olah dia adalah siswi sekolah dasar, bukan siswi SMA.

 Sayangnya, aku sensitif terhadap mata orang-orang di sekitarku. Jadi, aku rentan terhadap tekanan diam.

 Aku tidak tahan dengan aura, "Apakah kalian belum selesai?" berasal dari antrean panjang di belakangku. Aku tidak punya pilihan selain tetap dekat dengan Takarai.

 Saat aku menekan dadaku ke punggung Takarai, aku gugup dia mungkin mendengar jantungku berdebar.

 Takarai tampaknya tidak keberatan dan menarik lenganku, melingkarkannya di dada bagian bawahnya.

"Oi, kau tidak meminta izinku." kataku, merasa sangat gugup.

“Tapi kalau aku tidak melakukan ini, Nagumo-kun tidak akan memelukku untuk waktu yang lama.”

 Sebelum aku bisa mengatakan apa-apa kembali, aku meluncur ke bawah seluncuran air.

 Ketika kami kembali ke permukaan, terjepit di antara arus di punggung kami dan sentuhan Takarai dari depan, kami terlempar ke kolam seperti sampah yang dibuang.

“Terima kasih, baju renangku masih utuh.”

 Tidak sepertiku yang terpesona dengan cara yang spektakuler, Takarai, yang memiliki banyak waktu luang, mendatangiku.

 Tapi dari dekat, pipi Takarai memerah.

"Y-Ya ..."

 Ketika aku melihat ekspresi malunya, aku merasa seperti telah menyebabkan banyak masalah baginya dan aku memutuskan untuk tidak mencoba menempel punggung Takarai dan meluncur ke bawah lagi.



|| Previous || Next Chapter ||
0

Post a Comment



close