NWQA9y4fvqTQ9rz5lZU0Ky7avuunQd0OpkNmfOuq
Bookmark

Mirai Kara Kita Hanayome no Himegi-san V1 Prolog

Prolog

Sedikit terlalu cepat untuk menyebutnya sebagai musim di mana bunga sakura berguguran, tatkala ada perasaan seorang anak laki-laki yang seketika berantakan. Apa yang telah terjadi maka tidak akan dapat diubah kembali, tidak peduli seberapa besar keinginan itu, mustahil bagi manusia untuk memutar kembali waktu.

 

Namun, aku mau kembali jika memang bisa kembali. Seandainya boleh, aku ingin kembali ke masa lima menit yang lalu—tidak, aku ingin kembali ke malam kemarin, saat-saat di mana aku sambil tersenyum menulis surat cinta di atas meja belajarku, dengan sepenuh hati mengerahkan segenap kekuatan yang tertuju pada tangan kananku. Ya, aku sedang dalam keadaan bahagia, tak mampu mengendalikan diriku.

 

Akan tetapi, tidak ada yang bisa kulakukan lagi. Masih teringat jelas di dalam benakku, hari di mana aku memasuki sekolah, aku melihatnya berada di depanku dan merasakan apa yang disebut sebagai cinta pandangan pertama. Sama seperti sekarang, ketika memandanginya berjalan dengan anggun menyusuri jalanan bunga sakura, rambut hitamnya nan indah itu melambai-lambai saat tertiup semilir angin musim semi, yang mana mencuri mata dan hatiku.

 

Itulah pertemuan pertamaku dengannya. Tidak butuh waktu lama bagiku untuk menyadari bahwa ini adalah cinta pertamaku. Sebaliknya, meski sangat berarti bagiku, baginya itu hanyalah sesuatu yang biasa. Mengapa aku tidak menyadari hal ini sebelumnya?

 

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, bukan berarti aku tidak menyukai Ouji-kun atau semacamnya, sih. Hanya saja, aku belum berpikir untuk berpacaran dengan siapapun sekarang. Bagaimanapun juga, maaf, aku belum bisa membalas perasaanmu."

Dia—Himegi Touka menatapku dengan tatapan menyesal, lalu menundukkan kepalanya dengan suara yang jelas meminta maaf.

 

"Ah, tolong angkat kepalamu. Aku juga minta maaf … umm, atas hal yang tiba-tiba ini."

 

Bahkan sekarang, aku hanya memikirkan diriku sendiri. Betapa kurang pekanya aku, dan merasa benar-benar menyedihkan.

 

"... Aku sadar kok, bahwa tidak lucu mendengar jawaban seperti itu dariku, tapi kumohon jangan berkecil hati. Kalau begitu, ada sesuatu yang harus kulakukan, jadi aku permisi sekarang," katanya.

 

Sosoknya, bermandikan cahaya oranye senja yang samar-samar masuk melalui jendela. Ah, aku tahu dia cantik.

 

"Oh, aku minta maaf karena tiba-tiba memanggilmu, padahal kamu sendiri memiliki urusan yang harus dilakukan. Maafkan aku dan jangan khawatirkan tentang hal itu, Himegi-san. Aku juga berusaha untuk tidak terlalu memikirkannya, kok ….”

 

"Oke, baiklah, sampai jumpa pekan depan," sambil membungkuk sopan, dia meninggalkan ruang kelas yang kosong ini.

 

"Sampai jumpa pekan depan, ya …,” gumamku.

 

Apakah aku bisa tetap saat bertemu dengannya pekan depan? Tentu saja, akan ada perasaan canggung saat di depannya. Memikirkan hal itu, membuatku merasa ingin membenturkan kepalaku ke dinding berulang kali.

 

"Ah ... aku ingin kembali ke hari kemarin."

 

Berada di kelas yang sama dengannya, terbawa akan perasaan bahagia, diliputi oleh perasaan gugup dan tanpa pikir panjang menulis surat cinta, lalu memanggilnya ke kelas yang kosong saat pulang sekolah, dan ditolak hanya dalam sepuluh detik adalah fakta yang tidak akan pernah bisa diputar kembali, tidak peduli seberapa kerasnya aku mencoba. Kalau dipikir-pikir lagi, bagian mananya sih yang membuatku percaya bahwa aku akan diterima?

 

Himegi Touka adalah sesuatu yang tidak tersentuh. Dia memiliki rambut hitam yang panjang dan halus sekaligus wajah yang rupahan. Posturnya tinggi untuk seorang gadis dan memiliki kaki yang ramping. Payudaranya yang besar, mungkin akan membuat ibu dan teman masa kecilku iri. Belum lagi, pinggang dan pinggulnya yang kencang, setidaknya membuat gayanya sekelas model. Pada saat yang sama, kepribadiannya tidaklah buruk, dan dikombinasikan dengan keatletisan tubuhnya. Dengan kata lain, tidak salah jika menyebutnya sebagai gadis cantik sekaligus madonna nomor satu di sekolah.

 

"... Bagaimana mungkin aku berpikir bahwa ada kesempatan untuk berpeacaran dengan gadis yang seperti itu?"

 

Apakah aku ini seorang idiot? Serius, apakah aku sebodoh itu?

 

Aku harus pulang. Lagi pula, aku tidak ingin ada orang yang melihatku seperti ini sekarang.

 

Saat aku berpikir demikian dan mencoba mengulurkan tangan ke arah pintu, terdengar suara yang sudah tidak asing lagi dari arah pintu lainnya, "Yah, itu adalah penolakan yang bagus, Pangeran yang Malang."

 

(TLN: ‘Ouji’ secara literalnya berarti ‘Pangeran’)

 

Saat aku berbalik, sosok tersebut adalah teman masa kecilku, Chikada Kanako, yang terlihat seperti anak SMP, menatapku dengan senyum masam di wajahnya.

 

"Kamu melihat semuanya?"

"Ini tentang bersih-bersih, sih. Klub surat kabar bertugas untuk membersihkan ruang kelas ini. Hakuma, kamu harusnya berterima kasih kepadaku, lho. Aku tahu kamu akan marah jika mereka melihatmu, jadi aku menyuruh mereka pulang atas perintahku," jelasnya.

 

Aku tersentuh oleh kebaikan teman masa kecilku.

 

Apakah dia sebaik ini? Selama ini aku selalu mengumpat tentangnya dalam hatiku, menyebutnya sebagai anak kecil atau gadis dengan payudara yang kecil, maafkan aku.

 

"Yah, karena itu, aku bisa mengambil video menarik secara eksklusif, jadi itu bukan masalah …."

 

Kanako pun mengeluarkan smartphone dari sakunya dan mengarahkan layarnya padaku dengan ekspresi puas di wajahnya. Itu adalah video di mana seorang anak laki-laki berambut coklat dengan wajah merah cerahnya, mencoba yang terbaik untuk menyatakan perasaannya kepada seorang gadis berambut hitam dengan ekspresi menyedihkan.

 

"Tapi, ini pertama kalinya aku tahu kalau kamu menyukai Himegi-san."

 

"Memangnya tidak boleh? Maksudku, jangan merekamnya tanpa izin—"

“Aku tidak berpikir bahwa itu tidak boleh. Jadi, Pangeran yang Malang, apa yang kamu sukai dari Himegi-san?"

 

"Dia tidak menertawakan impianku."

 

Dalam perkenalan kelas terakhir kali, aku mengatakan bahwa aku ingin menjadi pesulap profesional dan melakukan trik sulap secara gratis di Las Vegas dan kepada anak-anak yang belum pernah melihat sulap sebelumnya. Pada saat itu, banyak siswa yang menertawakan impianku, tetapi hanya dia satu-satunya yang mendengarkan kata-kataku dengan serius. Itulah mengapa aku ingin memberitahu Himegi-san bagaimana perasaanku.

"Menurutku, itu ada cinta pada pandangan pertama ...."

 

"Pada akhirnya, ini semua tentang penampilanmu, dah!"

 

“Aku tidak akan menyangkalnya,” balasnya singkat.

 

"Lalu, bagaimana jika kita tidak bisa menentukan jenis kelamin orang lain hanya berdasarkan penampilannya?" jawabku kesal.

 

Aku benci ketika orang lain mengolok-olok nama dan penampilanku. Jadi aku telah memutuskan untuk tidak mentolerir siapapun yang melanggar pantangan ini, meskipun itu teman masa kecilku.

 

"Oke, judul sesi berikutnya adalah ‘Pangeran yang Malang—Hancur berkeping-keping’ ... atau ‘Pangeran yang Malang karena Pengakuannya yang Sembrono!' Mana yang lebih kamu sukai?"

 

"Baiklah, Kanako-san. Mana yang lebih kamu sukai, dicekik olehku seperti ini, atau terjun dari lantai lima dengan tubuh kecilmu itu?"

 

Secara pribadi, sebisa mungkin aku ingin memberikan semua jenis penderitaan. Sialan, aku malu karena sempat mengira bahwa dia adalah orang yang baik, bahkan untuk sesaat.

 

"Tetapi yang lebih penting lagi, aku membutuhkan bantuan."

 

"… Seperti biasa, kamu tidak mendengarkan apa yang aku katakan."

 

“Ini,” dari saku roknya, dia mengeluarkan selembar kertas seukuran kartu nama dan meletakkannya di atas meja.

 

"Hm? Tiket untuk layanan meramal?" tanyaku.

 

"Ya, tiket meramal gratis. Hadiah untuk Hakuma."

"Kanako memberiku hadiah? Apa tujuanmu?” kataku curiga.

 

Aku langsung mengerti karena sudah lama mengenal orang ini. Kanako berencana untuk membuatku melakukan sesuatu. Kebetulan, aku sama sekali tidak tertarik dengan ramalan, jadi ini adalah hadiah yang terus terang tidak membuatku senang.

 

"Akhir-akhir ini, di antara para siswi, ada seorang peramal yang terkenal akan kebenaran ramalannya."

 

"Seorang peramal yang bagus, ya? Yah, itu lebih baik daripada tidak beruntung, kan?" aku berkata sambil mengambil tiket gratis sesi meramal yang ada di atas meja dan menyerahkannya kembali ke Kanako.

 

“Karena kamu adalah wakil ketua klub peneliti trik sulap, seharusnya kamu tahu apakah kekuatan misterius peramal itu nyata atau hanya tipuan belaka, kan? Jadi, itulah sebab aku meminta Hakuma untuk menyelidikinya. Oh, omong-omong, tiketnya hanya berlaku sampai hari ini, jadi lakukanlah hari ini juga."

 

“Mengapa kamu berasumsi bahwa aku akan menyelidikinya?”

 

“Aku harus membersihkan ruang kelas yang kosong ini sekarang. Maka masuk akal bagimu untuk menyelidikinya sebagai penggantiku.”

 

Tanpa sedikitpun perasaan bersalah, kata-kata ini membuat kepalaku pusing.

Aku pun bertanya-tanya pendidikan macam apa yang harus aku terima untuk bisa memahami logika yang tidak masuk akal seperti itu.

 

"Kalau begitu, biar aku yang melakukan bersih-bersih ini. Kamu bisa pergi dan menemui peramalnya."

 

"Sayangnya, aku memiliki kencan karaoke dengan pacarku saat selesai bersih-bersih. Jadi aku tidak punya waktu untuk pergi menemui peramal," itulah yang dia katakan. Dengan kata lain, dia menimbang kencan dengan pacarnya terhadap kegiatan klub dan lebih memprioritaskan kencan bersama pacarnya.

 

"Dengar, Kanako, ingatlah kembali saat tahun lalu. Kamu yang baru saja bergabung klub surat kabar dengan penuh semangat, mengatakan bahwa kamu rmasi kepada semua orang. Tetapi sekarang, kamu malah membolos kegiatan klubmu dan pergi berkencan dengan pacarmu. Aah, betapa menyedihkan! Aku sangat sedih memikirkan bahwa ini adalah teman masa kecilku."

 

"Pacarku itu punya Action Figure masih segel yang diinginkan Hakuma, lho. Jika kamu pergi ke sana hari ini—"

 

"Aku akan pergi! Tolong biarkan aku menyelidikinya."

 

Jika ada hadiah seperti itu, kamu seharusnya memberitahuku sejak awal. Jika aku bisa mendapatkan action figure yang aku idam-idamkan, bukan hanya peramal, bahkan masuk ke dalam fasilitas kultus sesat pun aku rela.

 

"Seperti biasa, kamu masih saja serakah akan benda-benda itu. Sebagai teman masa kecil, aku merasa sangat malu padamu."

 

"Katakan apa yang kamu suka. Tapi, jangan ingkari janjimu itu.”

 

“Aku tahu, kok. Pastikan juga kamu melakukan riset yang cukup untuk sebuah berita.”

 

“Siap, laksanakan! Aku akan mencari tahu apakah peramal itu penipu atau asli.”

 

“Baiklah, aku akan menunggumu untuk hal itu.”

 

“Kalau begitu, aku akan pergi menemui peramal.”

Aku memasukkan tiket ramalan gratis ke dalam saku dan mendengar suara ketika hendak meninggalkan ruang kelas yang kosong itu—

 

"Apakah sudah aman untuk masuk?"

 

Seorang anak laki-laki masuk ke dalam ruang kelas yang kosong ini dari koridor. Namanya Harukawa Takashi, seorang lelaki tampan yang tergabung dalam klub sepak bola dan sama seperti aku, berada di kelas 3 tahun kedua. Meskipun baru beberapa hari sejak kami naik ke tahun kedua, dia sudah diperlakukan seperti seorang pemimpin di kelas kami. Tentu saja, dia pintar secara akademis, atletis dan tampan, jadi itu hal yang wajar. Kebetulan, dia punya pacar, dan pacarnya itu—

 

"Maaf~f, aku mencintaimu, Takaki-kyun~"

 

Pacarnya Harukawa-kun memeluknya sambil mengeluarkan suara-suara yang menggoda.

 

"............"

 

Aku tidak berniat mengeluh, tetapi ini adalah pasangan yang aneh bagiku. Aku pun tidak pernah menyangka bahwa teman masa kecilku akan mendapatkan pacar dengan spesifikasi yang tinggi.

 

 

Selain itu, aku sudah mengenal Kanako sejak sekolah dasar, tetapi tidak pernah terbayangkan olehku bahwa dia bisa menghasilkan suara yang begitu menggoda dari mulutnya. Apa yang harus aku lakukan, merekamnya dan memutarnya dengan keras ketika mereka putus?

 

"Maaf, Takaki-kyun sayang, karena membuatmu menunggu di luar."

 

“Tidak apa-apa, kok."

 

"............"

 

Ayo segera keluar dari sini sebelum mereka memasuki dunianya. Buruk bagi kesehatan mentalku Jika berada di sini lebih lama lagi. Hal sangat menyedihkannya lagi, bahwa pada hari aku ditolak, aku harus menyaksikan adegan mesra antara dua kekasih. Rupanya, ditolak oleh Himegi-san lebih merusak daripada yang aku bayangkan.

 

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Kalian berdua bisa bersantai," dengan melambaikan tangan pada Kanako dan pacarnya, yang matanya membentuk tanda hati, aku bersiap-siap untuk pergi.

 

"Oh, Ouji-kun, maaf, ya …." katanya.

 

"Jangan khawatir tentang hal itu. Kanako, kirimkan saja info peramal itu melalui LINE.”

 

“Baiklah. Tapi, jika kamu tidak melakukannya dengan baik, maka hal itu tidak akan gratis.”

 

“Aku akan melakukan yang terbaik.”

 

Sikap yang sangat berbeda. Yah, tentu saja, aku akan merasa mulas jika dia berbicara kepadaku dengan suara yang imut itu, jadi aku sama sekali tidak keberatan.

"Kanako?" panggilku.

 

“Ada apa?”

 

"Lebih baik, kamu tidak membuat masalah kepada seorang pesulap."

 

Kemudian, aku meninggalkan ruang kelas yang kosong itu dan segera setelah aku pergi, terdengar suara panik Kanako yang datang dari dalam kelas.

 

"Hah? Hah? Sejak kapan kedua kakiku terikat dengan tali?"

 

Aku telah memutuskan bahwa aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mengolok-olok nama dan penampilanku. Oleh karena itu, siapapun yang melanggar aturan ini akan membayar harganya.

 

"HAKUMA!!!!"

 

Teriakan marah Kanako bergema di seluruh sekolah.

 

***

 

"Jadi itulah peramal yang dikabarkan ya …."

 

Mengandalkan pesan teks yang dikirim oleh Kanako, aku mendatangi tempat peramal yang dikatakan orang-orang. Tempat tersebut adalah ruang remang-remang di antara gedung-gedung di dekat stasiun. Di tempat itu, dia mengatur kursi dan meja, menjalankan bisnisnya secara sederhana. Pelanggannya terlihat seperti sepasang mahasiswi, dan sang peramal kelihatan sedang mengamati telapak tangan mereka. Ada percakapan yang kedengarannya menyenangkan. Entah, apakah peramal itu benar-benar memiliki kekuatan magis atau tidak, tetapi dia terlihat memiliki kemampuan berbicara yang luar biasa.

 

Karena dia terkenal, aku sudah siap untuk mengantri, tetapi keberuntungan berada di pihakku. Sejujurnya, seandainya di sana ada antrian yang lebih dari sepuluh orang, aku berniat untuk pulang. Aku pun memperhatikan mereka dari jarak yang cukup jauh. Memperhatikan setiap gerakan sang peramal, mencari gerakan yang aneh.

 

Menurut pesan teks yang dikirim Kanako, ada kejadian seperti,

 

‘Aku disarankan untuk membawa ibuku ke rumah sakit, dan setelah dibawa, ternyata dia benar-benar sakit dan terselamatkan setelah dioperasi.’

 

‘Dia tepat menebak bahwa pacar saudara perempuanku adalah seorang penipu.’

 

'Dia berhasil menemukan anjing yang hilang.’

 

'Dia mengetahui rahasia yang tidak pernah aku ceritakan kepada siapapun.’

 

Yah, jika semua ini benar dan dia berhasil menebak semuanya, maka dia benar-benar peramal yang hebat. Ngomong-ngomong, pesan terakhirnya adalah 'Mati sana, idiot! dan "Dasar Ouji sialan!". Dari pesannya itu, sepertinya dia mengalami kesulitan untuk melepaskan ikatan talinya.

 

Begini, pada dasarnya aku menganggap para peramal itu sebagai sekelompok pembohong. Namun, jika orang yang diramal merasa puas dengan hal itu, aku rasa tidak ada yang salah dengan hal itu. Jika menghabiskan beberapa ribu yen dapat membuat orang lain bahagia, atau membantu mereka menghadapi diri mereka sendiri, maka itu adalah hal yang bagus, dan mereka memberikan andil yang kepada masyarakat. Tentu saja, bisnis peramal penipu yang menjual vas mahal, tasbih ataupun dompet adalah sesuatu yang tidak bisa dibiarkan.

 

Sementara aku memikirkan hal ini, sesi meramal pelanggan sebelumnya sudah berakhir. Kedua gadis itu tampak puas dengan hasil ramalan mereka, dan menuju ke arah stasiun dengan ekspresi yang menyegarkan. Perlahan-lahan aku duduk di kursi lipat yang kosong dan menawarkan dia tiket gratis untuk meramal.

 

"Permisi, aku dengar Anda bisa meramal nasibku secara gratis dengan tiket ini ….”

 

"Ya, sekali saja, aku akan membaca ramalanmu secara gratis," peramal wanita itu mengangguk dan menerima tiket gratisku. Seandainya aku harus membayar sepeser saja, maka aku akan pergi begitu saja.

 

"Ini pertama kalinya kamu diramal, kan?"

 

"Hah? Ah, ya.”

 

Kalau dipikir-pikir, ini adalah pertama kalinya aku melakukan sesi meramal yang sesungguhnya. Aku pun memperhatikan sang peramal. Dia mengenakan gaun rias hitam di atas kepalanya dan wajahnya disembunyikan oleh cadar wajah yang hitam, sehingga aku wajah aslinya yang bisa kulihat adalah di sekitar matanya. Namun, aku bisa memprediksi dari mata dan suaranya. Usia peramal ini sekitar tujuh puluh tahun. Yah, dia sama seperti seorang peramal yang aku bayangkan.

 

"Apakah kamu baik-baik saja?"

 

“Tidak, aku hanya merasa sedikit gugup dengan aura misterius dirimu, Obaa-san.”

 

“Tidak perlu merasa gugup.”

 

“Kalau boleh tahu, ramalan seperti apa yang bisa kamu lakukan?”

 

"Kristal, tarot, palmistry, horoskop, feng shui, aku telah menguasai semua jenis ramalan."

 

"Jenis ramalan seperti apa yang Anda rekomendasikan?"

 

"Kalau begitu, aku akan memberitahukan kepadamu ramalan yang paling akurat. Tolong beritahu aku namamu.”

 

“Harukawa Takashi,” jawabku.

 

Aku berbohong. Ada dua alasan kenapa aku berbohong, yang pertama adalah untuk melihat apakah wanita tua itu bisa mendeteksi informasi palsu, jadi dengan sengaja aku memberinya nama palsu. Alasan kedua, aku tidak ingin memberikan informasi pribadi kepada seseorang yang baru saja aku temui. Jadi aku memberinya nama-nama teman sekelasku, meski aku tidak merasakan sedikitpun penyesalan tentang hal itu.

 

"Kamu tidak percaya diri dengan namamu, ya?"

 

"────?"

 

 

"Itulah alasan mengapa kamu tidak mau memberitahuku namamu. Jangan berbohong! Katakan nama aslimu."

 

B-Bagaimana, bisa? K-Kebohonganku terungkap. Terus terang, wanita tua itu benar. Aku hanya tidak ingin memberitahukan nama asliku, jadi aku memalsukannya dengan nama pacar Kanako.

 

“O-OO-Ouji, Hakuma.”

 

Namun, mengapa aku merasa malu hanya dengan menyebut namaku? Tidak, aku tahu. Aku tahu bahwa namaku adalah apa yang disebut orang sebagai nama yang berkilauan. Bahkan, nama ini pun memiliki satu atau dua kelebihan. Ini adalah nama yang sekali saja didengar, maka orang lain tidak akan pernah melupakannya. Beberapa pekan yang lalu, saat perkenalan diri pun namaku membuat semua orang tertawa.

 

Meskipun demikian, jika ada bertanya apakah aku menyukainya, maka dengan sepenuh hati jawabanku adalah TIDAK, dan di masa depan aku berharap untuk mengubah namaku atau menjadi anak angkat di suatu tempat.

 

Mungkinkah karena nama inilah Himegi-san menolakku hari ini?

 

"Itu nama yang bagus."

 

"Seriuskah Anda berpikir begitu?"

 

“Ya, itu adalah nama yang sempurna untukmu.”

 

"Secara pribadi, aku pikir itu adalah nama yang tidak bisa diterima, bahkan untuk lelaki yang sangat tampan.”

 

"Aku menyukainya," katanya. Mata merah wanita tua itu tidak sedikitpun menunjukkan keraguan. Tidak ada tanda kemunafikan dalam pujiannya terhadap namaku.

 

"Aku tidak merasa buruk ketika seseorang yang sudah tua secantik Obaa-san memujiku."

 

"Oh, jadi kamu mau menikah denganku?"

 

“Sebelum itu, kamu harus bercerai dulu.”

 

Aku memperhatikan jari manis tangan kiri wanita tua itu. Ada sebuah cincin yang berkilauan di jarinya. Kilauan itu adalah tanda bahwa dia mencintai seseorang dan seseorang itu mencintainya.

 

"Bagus, kamu mengamatinya dengan baik. Sekarang, mari kita mulai dengan nama keluarga."

 

Wanita tua itu mengeluarkan spidol permanen berwarna hitam dan menggoreskan pena di atas selembar kertas kosong.

 

"Eh?"

 

Sejujurnya aku terkejut. Aku berusaha memasang wajah pokerku sebisa mungkin, tetapi aku tidak bisa menahan perasaan gelisah ini. Wanita tua itu menuliskan namaku. Ya, dia menulis '王寺白馬/Ouji Hakuma' dengan tulisan tangan yang indah di atas selembar kertas putih. Padahal, aku hanya memberitahukan namaku secara lisan. Dengan kata lain, aku tidak memberitahunya karakter huruf seperti apa yang akan ditulis. Namun, peramal ini, tanpa kesulitan sama sekali menuliskan namaku dalam huruf kanjinya.

 

Jika namaku “やまだたろう/Yamada Tarou”, kupikir semua orang akan bisa dengan mudah menulis “Yamada Tarou/山田太郎tanpa ragu-ragu. Akan tetapi, nama keluarga dan nama depanku bukanlah tipe nama yang dapat dengan mudah diubah ke dalam bentuk huruf kanji.

 

"Apakah ada yang aneh?"

 

“Eh, tidak.”

 

“Dan sekarang, aku akan memberitahu horoskopmu juga. Ulang tahunmu adalah tanggal 17 November, kan? Kalau begitu, rasi bintangmu adalah Scorpio.”

 

“Heee?"

 

Aku kembali mengingat beberapa menit yang lalu. Seperti yang aku bayangkan, aku tidak ingat memberitahu wanita tua itu tentang hari ulang tahunku. Sebagai informasi, ulang tahunku memang pada tanggal 17 November, jadi tidak ada yang keliru dalam pernyataan wanita tua itu. Dia tidak hanya menuliskan kanji namaku, tetapi dia bahkan menebak hari kelahiranku.

 

“Bagaimana Anda tahu hari ulang tahunku?"

 

Aku tidak ingin mempercayainya, tetapi apakah peramal ini, sungguhan? Apakah dia benar-benar memiliki kekuatan magis? Saat kepalaku hampir membeku, wanita tua itu memberitahuku, “Aku bisa melihat segalanya. Masa lalumu, juga masa depanmu."

 

“Omong kosong. Pasti ada beberapa trik untuk hal itu," jawabku tidak percaya.

 

Misalnya, jika dia bersekongkol dengan Kanako dan teman-teman lamaku untuk menipuku, maka semua yang telah dia lakukan sejauh ini masuk akal.

 

"Sepertinya kamu mencurigai teman masa kecilmu, tetapi itu salah. Aku benar-benar bisa melihat masa lalu dan masa depanmu."

 

“Masa depan, ya? Kalau begitu, beritahu aku apa makan malam yang akan keluarga Ouji santap hari ini?”

 

Di pagi hari, sebelum aku meninggalkan pintu, ibuku mengatakan aku makan malam hari ini adalah daging dan kentang. Dengan kata lain, kecuali ada keadaan yang tidak terduga, akan tersedia daging dan kentang di atas meja di rumah Ouji hari ini. Sekarang, mari kita lihat menu apa yang akan keluar dari mulut wanita tua ini.

 

"Sushi delivery dari Sushimaru yang berada di pusat perbelanjaan. Menu Nigiri spesial, untuk empat orang," Sang peramal mengatakan dengan jelas dan penuh percaya diri.

 

"Kata-katamu itu terdengar aneh. Kami tidak memesan sushi delivery kecuali ada sesuatu yang spesial. Dan terlebih lagi, menu spesial?!”

 

Bahkan ketika aku lulus ujian masuk SMA-ku sekarang ini, sushi yang kami pesan adalah menu nigiri yang biasa. Mustahil, ibuku yang pelit itu akan memesan sushi pilihan terbaik pada hari yang biasa-biasa saja. Menyedihkan untuk dikatakan, tetapi dengan kekuatan finansial kami itu, hari di mana kami memesan paket sushi yang terbaik, itu pasti saat aku menikah atau mendapat pekerjaan.

 

"Percaya atau tidak, itu terserah padamu. Dan satu hal lagi, aku punya ramalan untuk masa depan."

 

“Satu hal lagi?”

 

“Ya, aku bisa melihatnya. Aku melihat masa depan di mana kamu akan bertemu dengan orang yang ditakdirkan dalam rentang waktu satu jam delapan menit, dan kamu akan terkejut, ‘Hah-hah-hah’."

"Ya? Dalam satu jam delapan menit kemudian, aku akan terkejut dan berkata ‘Hah-hah-hah’?"

 

Memangnya, situasi seperti apa itu? Aku tidak mengerti ramalan tersebut, tetapi aku yakin akan satu hal. Wanita tua ini adalah seorang pembohong yang bahkan lebih buruk dari pembohong. Aku menghela napas panjang dan bangkit dari kursiku. Di sisi lain, dia meremas tanganku dengan kedua tangannya dan menghentikan aku.

 

"A-Ada apa?" tanyaku.

 

"Aku punya sesuatu yang luar biasa untukmu," dia berkata, dan menunjukkan telapak tangan kirinya, yang memiliki cincin di atasnya.

 

"...... tidak ada apa-apa ......"

 

"Perhatikan baik-baik."

 

Wanita tua itu semakin erat meremas tanganku dan memutar-mutarnya hingga membentuk kepalan.

 

"Dari tangan kosong ini, sesuatu yang menarik akan keluar. Dari ketiadaan, sesuatu yang luar biasa muncul ….”

 

Tidak peduli bagaimana aku melihatnya … ini ….

 

"Ya!"

 

Dengan teriakan yang kuat, sebuah jimat yang sepertinya hasil dari buatan tangan, muncul dari telapak tangan yang kosong itu.

 

"Bagaimana? Entah dari mana, jimat itu muncul."

 

Wajahnya tertutupi sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, tetapi di balik jubahnya dia pasti merasa sangat puas mengenai apa yang telah dia lakukan.

 

“Wow. Luar biasa. Sungguh, itu kekuatan yang misterius!"

 

Aku pun bertepuk tangan, memuji trik wanita tua itu.

 

"Ini adalah kekuatan tangan."

 

Wanita tua itu, yang tidak menyadari bahwa aku sedang menyindirnya, tersenyum puas padaku.

 

"Kalau begitu, sampai jumpa," dengan kata-kata itu, aku meninggalkan tempat tersebut.

 

"Lima ratus yen," kata sebuah suara dari belakangku, yang membuatku berhenti dan berbalik.

 

"Iya?"

 

"Simpanlah di dekatmu, itu akan membantumu."

 

... Um, apakah maksudnya, dia ingin aku membelinya?

 

“Lima ratus yen.”

 

Wanita tua itu tersenyum padaku, dan aku menghela napas lagi sambil mengeluarkan koin 500 yen dari dompet saku dan menukarnya dengan jimat. Seandainya dia menawariku guci yang mahal, akan lebih baik menyerahkannya ke polisi. Akan tetapi, yah, 500 yen adalah harga yang wajar. Di atas segalanya, jimat ini akan membuktikan bahwa aku telah pergi ke peramal.

 

"Nah, sesuatu yang menakjubkan akan terjadi dalam satu jam delapan menit dari sekarang, kan?"

 

"Sudah satu jam lima menit dari sekarang," Begitulah yang dia katakan.

 

Maka dari itu, aku mengeluarkan smartphone putih dari saku dan mengatur timer. Sekarang, alarm akan berbunyi dalam satu jam lima menit. Namun, hal terakhir yang dia tunjukkan padaku adalah trik sulap, tidak peduli dari mana aku melihatnya. Ya, itu bukanlah sihir, hanya trik klasik dengan semacam tipuan. Jika aku mau, aku bisa melakukan trik yang lebih baik daripada yang dilakukan wanita tua itu. Yah, aku tidak akan melangkah sejauh itu karena aku tidaklah setua dirinya. Dan kali ini, aku meninggalkan wanita tua yang melambaikan tangannya dengan bahagia itu.

 

 

TL: Zho (YouthTL)

 

Prev Chapter || ToC || Next Chapter 

0

Post a Comment



close